home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > You Don't Know Play Ur Love

You Don't Know Play Ur Love

Share:
Author : LatifahNL999
Published : 23 Sep 2014, Updated : 26 Aug 2016
Cast : Nana || Chanyeol || Lizzy || Baekhyun || Eyoung || Luhan || Others
Tags :
Status : Complete
32 Subscribes |1125504 Views |73 Loves
You Don't Know Play Ur Love
CHAPTER 31 : Chapter 30


Nana duduk di ruangannya sembari memijit pelipis matanya. Tiba-tiba datang seorang dokter menghampirinya dengan segelas air putih. Nana terkesiap langsung berdiri.

Aniyo, duduk saja.” Dokter itu tersenyum kepada Nana.

Kamsahamnida, sunbae.”

Gwaenchana?” tanya dokter itu penuh perhatian.

Nana mengangguk kecil. “Cheosonghaeyo,”

Aniya.” Dokter itu menepuk pundak Nana. “ Apa jantungmu baik-baik saja?” Pertanyaan yang mengejutkan Nana.

Nana memandang dokter yang bernama Yujin tersebut, duduk santai di atas meja kerjanya. “Otteok–– Otteokhae–– arayo?” Suara Nana mengecil. Matanya melihat sekelilingnya

Yujin tersenyum. “Jangan khawatir, Profesor Wu sudah menceritakannya padaku. Tapi kau tenang saja.” Yujin menggerakkan tangan pada mulutnya seakan ia mengunci mulutnya rapat-rapat. Lalu ia tersenyum. “Kalau begitu, lebih baik kau beristirahat.”

Jamkkanmanyo. Apa gadis tadi baik-baik saja?” Nana tiba-tiba mengerang. “Ada apa denganku hari ini?”

“Hei, dia baik-baik saja. Kau bisa melihatnya dan melihat kondisinya.” Yujin memberikan papan kerjanya kepada Nana. Sebelum ia kembali ke tempat duduknya.

.

~

.

“Yoon Seomin. Ah, dia masih sembilan belas tahun. Mahasiswi Hanyang. Jadi dia hanya syok, tidak ada cedera yang serius di kepalanya.” Kata Nana ketika ia sudah berada di kamar sang pasien. Ia memperhatikan wajah pasiennya yang masih dalam keadaan belum sadarkan diri. “Aku merasa seperti pernah melihatnya?”

Deg....

Nana menempelkan tangan kanannya ke atas dada sebelah kiri. Ia merasakan detakan jantungnya kembali berdetak tidak normal. Ia tidak merasa itu menyakitkan. Nana mencoba duduk sebentar di ranjang Seomin, untuk menenangkan diri. Setelah beberapa menit, tidak ada tanda-tanda keringat keluar dari tubuhnya. Tandanya ia bukan kelelahan, lalu kenapa jantungnya tiba-tiba saja berdetak tidak normal?

 

Krek! Bunyi handle pintu membuat Nana terkesiap. Ia berdiri mematung. Matanya terbelalak melihat orang di hadapannya. Dunianya seakan hening seketika. Ia tiba-tiba tidak bisa merasakan jantungnya berdebar, tidak bisa merasakan darahnya  mengalir di dalam tubuhnya. Ia bahkan tidak bisa menghirup udara.

Untuk beberapa detik yang menegangkan, mereka berdua bertatapan. Hanya bertatapan terlalu kaget dan Nana bingung untuk bersuara. Tanpa sadar Nana berbisik. “Chanyeol?” telunjuknya terangkat ke arah Chanyeol lalu ke arah pasien.

 

A–– Annyeonghaseyo–– Aku–– Aku walinya Yoon Seomin,”

OhA––Annyeonghaseyo.” Nana melirik ke arah Seomin. Pantas saja Nana merasa tidak asing dengan wajah Seomin. Ternyata ia adalah Seomin anak dari Tn. Yoon. Nana tiba-tiba menjadi kikuk.

 

“Bagaimana keadaannya?” Tanya Chanyeol setelah mereka diam beberapa saat. “Apa ia mengalami luka serius?”

Aniyo, dia hanya syok saja. Mungkin besok dia sudah diizinkan pulang.” Ucap Nana gugup.

Chanyeol mengangguk dan mengamati setiap sudut ruangan. “Jadi kau bekerja di rumah sakit ini?” Tanya Chanyeol.

 

Demi Tuhan. Ada apa ini? Nana merasa sama sekali tidak bisa bernapas. Ia tidak bisa berdiri berlama-lama di sini. Maka jantungnya akan mengalami kemalangan lagi, dan ia tidak mau itu terjadi.

Nana mengangguk pelan. “Kalau begitu, aku permisi dulu. Aku harus kembali bekerja.” Nana mengambil papan kerjanya lalu membungkukkan tubuhnya ke arah Chanyeol. Chanyeol juga membungkuk dan tersenyum ke arahnya. Ia melirik ke belakang, melihat Nana keluar dari pintu itu.

Saat itulah Chanyeol mengembuskan napas panjang dan mengusap-usap dada. Ia duduk di kursi sebelah ranjang Seomin. Tangannya tergerak mengusap-ngusap kepala gadis itu.

“Kau membawaku bertemu dengannya lagi. Dan ini untuk yang ketiga kali aku bertemu dengannya, Seomin. Setiap berhadapan dengannya, jantungku selalu berdetak dua kali lebih cepat. Aku hampir saja tidak bisa mengendalikan diriku tadi.” Cerita Chanyeol kepada Seomin yang masih belum sadarkan diri.

.

~

.

Di toilet yang kebetulan sepi itu, Nana segera menghampiri wastafel dan membasuh wajahnya.

“Kendalikan dirimu, Nana.” Katanya, pada bayangan di cermin. Ia menundukkan kepala dengan kedua tangan bertumpu pada pinggiran wastafel. Ia menarik napas dan mengembuskannya dengan perlahan. “Kendalikan dirimu. Kau ini kenapa?” Nana menepuk-nepuk dadanya.

 

Setelah beberapa saat, debaran jantungnya kembali normal. Ia mengangkat wajah dan menatap bayangan dirinya sekali lagi. Ia mengangguk samar, lalu meraih beberapa tisu untuk mengeringkan wajah. Ia keluar dari toilet, tepat pada saat itu juga ia berpas-pasan dengan Yujin.

Oh, di sini kau ternyata. Aku mencarimu ke mana-mana. Apa kau baik-baik saja?”

Oh, waeyo, sunbae?”

Aniya, aku hanya meminta papan kerjaku.”

Oh,” Nana langsung mengembalikan papan kerja Yujin yang berada di tangannya.

“Aku harus kembali memeriksa gadis itu. Oh, iya, dia sudah siuman. Apa kau ingin memeriksanya juga bersamaku?” tawar Yujin.

Nana mengangkat wajah dan dengan cepat langsung menolak Yujin. “Aniyo, sunbae saja, aku harus menemui Profesor Wu.”

Yujin tersenyum lebar dan mengangguk. “Baiklah, aku masuk dulu.”

Nana tersenyum hambar.

.

** You Don’t Know Play ur Love **

.

Nana meneguk air putih yang disuguhkan sambil melirik jam tangannya. Lizzy sudah terlambat tiga puluh menit. Hari ini Nana mengajak Lizzy makan siang untuk menebus acara makan malam mereka yang batal tadi malam. Mungkin mereka tidak membatalkannya, tapi Nana yang membatalkannya. Nana sudah bersiap-siap menghadapi Park Lizzy yang marah-marah atau Park Lizzy yang merajuk. Dan setelah itu Lizzy akan memuntahkan kekesalannya karena ditinggalkan begitu saja di restoran.

Pintu kafe itu terbuka dan Nana mengangkat wajah. Lizzy masuk, memandang berkeliling ruangan. Nana mengangkat sebelah tangan untuk menarik perhatiannya. Wanita itu melihatnya dan langsung tersenyum. Oh, kelihatannya Lizzy tidak marah.

“Nana,” sapa Lizzy sambil menempelkan pipinya di pipi Nana.  “Maaf, aku agak terlambat.”

“Aku sudah terbiasa menunggu,” gurau Nana. “Kau tidak mengajak Baekhyun?”

Lizzy menggeleng “Tidak. Dia sedang sibuk dengan konsernya besok.”

“Oh,” Nana masih menebak-nebak sahabatnya itu. Apa benar dia tidak marah?

Lizzy membuka menu yang ada di meja. “Kau sudah pesan?”

“Sudah.”

.

Pelayan datang dan membawakan pesanan mereka. Mereka berdua terdiam sejenak, lalu Nana membuka mulut. 

“Kau tidak marah?”

Lizzy mengangkat wajah dan menatap Nana dengan pandangan bertanya. “Marah? Untuk apa?”

“Karena meninggalkan kalian begitu saja tadi malam.”

Lizzy meletakkan garpunya dan menatap Nana dengan tatapan tidak sabar. “Tentu saja aku marah,” katanya jengkel. “Siapa yang tidak marah jika ditinggalkan begitu saja, sedangkan kita sudah lama tidak berkumpul bersama.” Lalu sikapnya melunak.

Gwaenchana. Baekhyun bilang, di rumah sakit ada keadaan darurat. Tentu itu sudah menjadi tugasmu. Justru aku yang meminta maaf, karena memaksamu kemarin malam. Oh, iya, apa kau punya banyak waktu?”

Uhm,” Nana melirik jam di tangannya. “Hanya dua jam dari sekarang. Wae?”

Okay, cukup untuk kita berdua. Temani aku membeli sesuatu.”

“Membeli apa?”

“Kado.”

“Siapa yang berulang tahun? Baekhyun sudah lewat, Luhan apalagi, Eyoung juga sudah, Gaeun juga, aku masih lama––”

“Ikut saja, cepat habiskan makanmu, waktu kita tidak banyak.” Potong Lizzy dengan cepat.

Tsk,  aratseo.” Nana kembali meraih sendoknya dan melanjutkan makannya.

.

** You Don’t Know Play Ur Love **

.

“Lain kali, kau harus hati-hati,” kata Chanyeol sambil membantu Seomin bangun dari tempat tidur.

Seomin menyipitkan matanya ke arah Chanyeol. “Aku sudah hati-hati, dasar sopir itu bodoh, apa dia pikir itu jalan nenek moyangnya?!” Omelnya.  “Apa aku mengkhawatirkanmu, oppa?”

“Tentu saja. Kau di sini akan menjadi tanggung jawabku.”

“Apa ayahku mengetahui ini?”

Ani,”

Good.” Seomin mengacungkan jempolnya.

Chanyeol mendecak lidahnya. “Apa kepalamu masih sakit?”

“Sedikit.”

Tiba-tiba datang seorang dokter masuk ke ruangan Seomin.

Ah, Annyeonghaseyo, Seonsaengnim.” Ucap Chanyeol dan Seomin serentak.

“Sepertinya kau sudah membaik?” Dokter itu mengukur kadar infus Seomin.

“Tentu. Aku adalah wanita yang kuat. Hehe.”

“Hehe, aratseo, tapi kau belum boleh pulang hari ini. Mungkin besok kau akan segera pulang.”

“Kau dengar itu?” Kata Chanyeol.

Ne ne ne. Aratseoyo. Geundaeyo, ijinkan aku keluar menghidup udara segar. Jebalyo, ssaem.” rengek Seomin.“Aku akan baik-baik saja jika sudah menghirup udara segar. Bau obat dan rumah sakit bisa membuatku semakin terpuruk.” Lanjut Seomin dengan wajah sedih yang dibuat-buat.

Ah, kau pandai merayu Yoon Seomin. Hehehe.”

Seomin bergerak bebas. “Ack,” Seomin memegang kepalanya.

O-ow.”

Gwaenchana, gwaenchana,” Seomin langsung berdiri tegak.

Chanyeol mendecak lidah dan membelai rambut Seomin dengan penuh kasih sayang.

“Apa kau sudah meminum obatmu?” tanya dokter dan Seomin mengangguk.

.

~

.

Chanyeol dan Seomin duduk di taman rumah sakit. Cuaca hari ini kebetulan tidak panas juga tidak mendung. Seomin menyenderkan kepalanya di bahu Chanyeol dan memejamkan kedua matanya juga, sambil mengayun-ayunkan kakinya..

Seomin menarik dan menghembuskan napasnya. Chanyeol melirik Seomin lalu ia tersenyum.

Wae?”

Ani, aku hanya merasa nyaman saja.” Sahut Seomin.

Chanyeol menatap lurus ke depan. Ia juga menyipitkan kedua matanya, meskipun matahari tidak terlalu menampakan dirinya, tapi cuaca sedikit menyilaukan matanya. “Ah, aku lapar sekali.” Ia mengusap-usap perutnya.

Seomin mengangkat kepalanya dari bahu Chanyeol dan menatap Chanyeol dengan kening berkerut. “Kau belum makan, oppa?”

Chanyeol tersenyum kaku. “Jangan khawatirkan aku. Bagaimana aku bisa keluar, sedangkan kau tanpa penjagaan. Apa sekarang kau baik-baik saja duduk di sini sendirian sebentar?” tanya Chanyeol untuk meyakinkan

Oh, gwaenchana. Jangan sampai oppa yang akan menggantikan posisiku di rumah sakit ini, karena terlambat makan.”

Aratseo.

Chanyeol bangkit dari duduknya dan memutuskan untuk mencari beberapa roti saja.

Baru saja ia akan membelok memasuki sebuah koperasi rumah sakit, langkah kakinya terhenti. Matanya terpaku pada punggung seseorang yang sedang berjalan santai memasuki gedung rumah sakit itu.

.

 

 

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2025 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK