Title : my destiny (part 4 - END)
Author : cloudsmys
Cast : shin min hyo (oc) ; kim jong woon ; and other super junior members.
Disclaimer : ff ini pertama kali di post di cloudsmys.wordpress.com
Hyung, waeyo?” Seru Donghae ketika melihat Jong Woon yang berada disampingku. Wajah Jong Woon tampak memar tepat dipelipisnya membuat tanda biru disana
“Gwaenchanaeyo.” Jawabnya pendek lalu berjalan masuk. Donghae menatapku seakan bertanya ‘apa yang terjadi?”
“Min Hyo ya, kemari!” Teriak Jong Woon dari dalam, aku dan Donghae bersamaan menatap dalam rumah.
“masuklah..” Dongahe mengedikkan bahunya.
Aku kemudian berjalan mendekati Jong Woon yang sedang menyelunjurkan kakinya disofa panjang sambil mengamati bercak biru dipelipisnya sepertinya dengan kamera depan ponselnya. Aku berdiri disamping kakinya dan disebelahku Donghae juga ikut berdiri menunggu salah satu dari kami bercerita. Tanpa sadar aku meremas tanganku sendiri saking takutnya. Mereka semua pasti akan menyalahkan aku.
“Min Hyo-ya.. Tolong ambilkan baskom dan esbatu dari kulkas untuk Yesung hyung,ne..” Pinta Donghae lembut. Aku mengangguk lalu pergi kedapur.
“Kau disini?” Tanya seseorang yang berdiri dibelakang pintu kulkas mengagetkanku. Pria itu lantas melirik apa yang ada ditanganku “Keuge, untuk apa es batu itu?” Tanyanya kemudian.
“Eeteuk oppa kau mengagetkan saja, mm.. ige.. Untuk Jong Woon.” Jawabku menunduk, membuat Leeteuk merasakan sesuatu yang aneh.
“Untuk apa?” matanya mendelik.
Aku mencoba menceritakan yang terjadi pada Leader grup itu dari awal sampai akhir. Aku harap Leeteuk Oppa bisa membatuku menyelesaikan masalah ini. Aku sangat berharap.
“hh.. Anak itu (Kim Jong Woon) memang pengecut. Ini sudah keterlaluan.” Katanya mengeleng kepala tampak kesal.
Bagaimana ini? Apa aku salah sudah menceritakan semuanya?
Dengan buru-buru aku membawa baskom berisi es batu tadi dan berlari menyusul Lee teuk Oppa yang berjalan dengan langkah besar keluar dari dapur dan berhenti tepat diruang Tv dimana Jong Woon menyelunjurkan kakinya.
Jong Woon masih diam menghadap sandaran sofa membelakangi Donghae dan juga aku serta Lee teuk Oppa yang baru saja datang. ‘anak itu kenapa jadi kekanakan sekali’ komentarku dalam hati.
“Hyung, kau tidak mau cerita padaku?” Cecar Donghae kecewa dan khawatir.
“YYAAAA!!!! Yesungie!!!! Jangan sepeti itu!” Suara Leeteuk dinaikan beberapa Oktaf. Saat itu juga aku mendengar suara ribut derap kaki dari arah tangga. Kyuhyun datang disusul Eunhyuk, Heechul dan Sungmin. “Jangan seperti anak kecil, malulah dengan umurmu!” Bentak Leeteuk.
“Ige.. Museun iri isseosseo (apa yang terjadi)?” Eunhyuk yang sudah berdiri disamping Donghae mulai penasaran.
“ne, kenapa ribut-ribut disini?” Timpal Kyuhyun.
“Tanyakan saja sendiri pada Yesung!” Leeteuk menunjuk Jong Woon yang berbaring.
“Memangnya dia kenapa?” Gumam heechul, lalu menatap ku. Aku balas menatapnya frustasi.
“Kau mau kita yang menyelesaikan ini atau So Man ahjeossi saja, eoh?” Tegur Leeteuk membuat semua pandangan diruangan ini tertuju padanya. “Aku sudah mendengar semuanya dari Min Hyo ssi. Sekarang aku tunggu distudio, kita bicarakan disana. Kalian semuanya ke studio juga.” Sekarang semuanya beralih menatapku dengan pandangan super heran.
Selesai memberi perintah Leader itu berjalan kearah studio diikuti para membernya. Beberapa detik setelah semua masuk. Jong Woon membalikan badannya. Lalu dari posisi menyender disofa dia bergerak duduk.
“se-sebaiknya kau kestudio juga, Jong Woon-ah.” Kataku hati-hati. Jong Woon menoleh kemudian berdiri dan berjalan melewatiku begitu saja.
Aku sendiri hanya bisa duduk menunggu mereka keluar dari ruang studio. Seperti menunggu perempuan didalam ruang persalinan. Hhhh.. Aku mengela nafas putus asa. Kenapa jadi serumit ini?. ‘Oppa..’ desahku, bayangan Min Ho Oppa meluncur mulus difikiranku. Min Ho oppa pergi begitu saja ketika aku meminta maaf. Tidak bisa dibayangkan.. Kehilangan sahabat sepertinya –aku tidak bisa- dia seperti Oppa ku sendiri.
‘Min Ho Oppa, gwaenchanaeyo? memang seharusnya hanya bersahabat, kan?’ tanganku merogoh saku mantelku meraih ponselku.
....
Niatku untuk menelponnya, harus ku tunda saat suara pintu terbuka, aku memutar tubuhku kearahnya. Kalau ruangan itu ruang persalinan, mungkin aku akan bertanya, ‘anaknya perempuan atau laki-laki?’ tapi nyatanya itu bukan, aku tidak tau harus berkata apa melihat satu persatu dari mereka keluar. Akupun berdiri.
Ryeowook dan Heechul tersenyum penuh arti kepadaku, namun aku tidak tahu apa artinya itu.. mereka lalu berjalan kearah dapur.
Kyuhyun dan sungmin tersenyum juga, tapi setelah itu menganganggukan kepalanya pamit kekamar mereka disusul Donghae. Eunhyuk merangkul Jong Woon sambil terkekeh, sedangkan Leeteuk menghampiriku bersama Eunhyuk dan Jong Woon. Aku sendiri hanya mengerenyitkan dahi melihat ekspresi semua orang yang tampak aneh.
Leeteuk duduk disebrang tempatku duduk, dan Eunhyuk dan Jong Woon duduk disofa panjang. “nanti es batunya keburu mencair.”
“nde?” Tanyaku yang tidak mengerti.
Leeteuk menunjuk baskom berisi es batu yang tadiku ambil. “Yaaa, kau mengambil es batu itu untuk mengobati luka Yesung Hyung, kan?” Sambar Eunhyuk. “Hyung.. Berikan sapu tanganmu.” Katanya lagi menyikut lengan Jong Woon. Joong Woon hanya mendengus sebal, lalu mengeluarkan sapu tangan biru nya dan meletakannya diatas meja. Eunhyuk berdiri mengulurkan tangannya ke posisi ia tadi duduki. “Silahkan..”
“mwo?”
“jinjayo?? apa lagi? Kau harus mendinginkan memar Yesung agar tidak terlalu membekas disana.” Sahut Lee Teuk. “Hyuk Jae-ah.. Ikut aku!”. Leeteuk menarik tangan eunhyuk. “Heechul-a, Wookie-a.. Kalian ikut aku juga!” Teriak Leeteuk. Heechul dan Wookie muncul dari balik dinding dapur dengan mulut penuh makanan. “Kajja!” Bak anak yang menurut dengan ibunya, mereka berdua mengikuti leeteuk menaiki tangga hingga menghilang dibalik langit-langit.
Yaaah, aku hanya berdua dengannya. Aku memandangi sebentar luka lebam di pelipisnya. “sakit sekali yah?” Tanya ku akhirnya.
“menurutmu?” Tanyanya balik lalu mengambil baskom dan sapu tangan birunya.
“Kau mau apa?”
“menyembuhakan lukaku, kau fikir aku akan meminumnya?”
“Biar aku saja.” Sahutku segera meraih baskom yang sempat ia tahan.
Dengan hati-hati Aku menempelkan sapu tangan yang sudah menjadi dingin itu hati-hati dipelipis tempat luka lebam itu, Lucu sekali melihat Jong Woon berkali-kali memundurkan wajahnya sambil meringis. Berbeda pada saat Min Ho Oppa memukulnya, saat itu dia tampak tidak merasakan sakit apapun.
“mianhae..” Katanya pelan. Ujung mataku bisa menangkap mata Jong Woon yang menatapku. Mata itu berhasil membuat ku menelan ludah.
“lupakan saja.” Jawabku singkat.
Dia terdiam sejenak kemudian, “Kau mencintainya?”Tangannya meraih tanganku dan diletakan dipangkuanku.
‘aigo.. Ige mwoya’ aku terdiam menatap tangannya yang berada diatas tanganku.
“kau mencintainya juga?” Tanya lagi.
“kenapa kau menanyakan itu?” Kataku yang sudah berhasil menguasai diriku lagi. Tangannya kuletakan dipangkuannya, lalu kembali mendinginkan luka lembamnya lagi.
“Dia mencintaimu. Apa kau mencintainya juga?” Tanyanya lagi.
“Kau mendengarnya?” Tanyaku balik. Aku tidak percaya dengan dugaanku sendiri bahwa Jong Woon memata-mataiku.
“Aku mendengar semuanya. Dan ternyata dia bukan pacarmu. Tapi dia mencintaimu.”
“memangnya siapa yang bilang dia pacarku?”
“tadinya, kufikir kalian pacaran. Min Hyo ah, kau belum menjawab pertanyaanku.”
“Dulu. Aku mencintainya, tapi dia menolakku, katanya dia tidak mau merusak persahabatan kita..”Aku bercerita menundukan kepala.
“Dan sekarang?” Jong Woon ikut merendahkan kepalanya mencari bola mataku.
Aku menggeleng.
“kau tidak mencintainya?” Tanya Jong Woon cepat-cepat.
“Aku mencintainya..” Selaku, “Aku mencintainya seperti Oppaku sendiri. Bahkan karena perasaan itu aku bingung bagaimana mengucapkannya agar Oppa tidak sakit hati kare...”
!!!! Greeep !!!!
Kehangatan menjulur kesulur tubuhku saat Pria itu menarik tanganku membawanya kedalam pelukannya. “Jong Woon-a..” Gumamku
“Kau.. Itu calon istriku. Calon istriku. Kau hanya boleh menjadi milikku.” Katanya membuatku mengerenyitkan kening.
Aku mencoba melepaskan pelukan ini tapi tenagaku tidak cukup kuat melawan tenaga Jong Woon. “Aku tidak bisa bernafas. Tolong lepaskan.” Meski begitu dia hanya melonggarkan eratan pelukannya. “Kau tidak bisa seperti ini, Jong Woon ah. Kau harus membatalkan perjodohan kita. Aku tidak ingin ada yang sakit hati karena perjodohan konyol ini.”
Kali ini dia benar-benar melepaskan pelukannya dan menatapku tampak heran juga kecewa. “Kau bicara apa?”
Aku membuang muka dan berkata, “Perempuan tadi siang, dia kelihatan sangat mencintaimu. Aku tidak mau jadi orang ketiga.”
Jong Woon mendengus putus asa lalu memiringkan kepalanya. Bibirnya terbuka seperti ingin mengucapkan sesuatu, dan aku menunggu itu. “Sudah malam, kau harus pulang.”
“mwo? Nde?” Tanyaku tidak percaya. Hh... Pria ini kenapa susah sekali ditebak? Mimik wajah seperti tadi aku fikir dia akan berkata sesuatu yang lebih daripada mengusirku.
*****
Mataku tertuju pada Dosen Park yang saat ini sedang menjelaskan didepan layar LCD tapi fikiranku melayang kesana kemari. Ruang kelas yang sunyi seakan menggaungkan gumamanku dalam hati.
“ck..” Decakku hilang kesabaran. Mataku bergerak melirik laci meja dihadapanku. Aku benar-benar bersedia jika dikeluarkan dari kelas kalau ponsel itu berdering. Tapi jangankan berdering, hanya bergetar saja tidak. Sejak sepulang dari apartment Super Junior semalam hingga bangun tidur tadi aku sudah membajiri kotak pesan keluar ponselku dengan nomor ponsel Min Ho Oppa. Dan sampai saat ini, sampai jam perkuliahanku hampir habis, tidak ada satupun pesanku yang dibalas.
“Nah, selesai. Ada yang ingin bertanya?” Dosen Park sudah menyelesaikan pembahasan power pointnya tanpa ada satupun kata yang menyangkut di otakku. “Min Hyo ah..” Panggil Dosen Park membuat aku tersentak memandanginya kaget. “Kau sakit? Wajahmu pucat?”
Aku cepat-cepat menggeleng.
Dosen itu mengangguk pelan, “baiklah jika tidak ada yang bertanya, perkuliahan selesai sampai sini.” Katanya membuat ruangan sedikit gaduh oleh kegiatan mahasiswa dan mahasiswi yang mengambil tas bersiap-siap pulang.
Aku sendiri dengan lemas memasuki buku yang sedari tadi aku biarkan diatas meja tanpa dibuka selembarpun. “Kau benar tidak apa-apa Min Hyo-a?” Tanya Eun Ri yang sudah menduduki kursi didepanku menutupi kilauan matahari yang sempat menyilaukan mataku saat sang pemilik kursi aslinya beranjak pulang.
“Apa begitu seperti sakit?” Tanyaku balik sambil menyangkutkan tas kepundakku. Saat hendak berdiri tiba-tiba terdengar suara getaran dari bawah meja kelasku. Ya ampun, bagaimana ponsel ini hampir saja tertinggal padahal ada yang aku tunggu-tunggu dilayar ponsel itu. Aku mengetuk kepalaku sendiri, lalu meraih ponsel itu.
Keningku berkerut membaca deretan nomor yang tidak tersimpan di phonebook. Ragu-ragu aku menggeser screen hijau layar datar digenggamanku. “Yeoboseo?” kataku sambil menatap Eunri seperti berkata ‘siapa ya’, eunri hanya menggedikan bahunya.
“Yeoboseo..” Suara gadis terdengar dispeaker ponselku. “Kau Shin Min Hyo eonni?” Tanyanya penuh harap.
Aku semakin bingung saat suara itu mengetahui namaku, keningku tak berhenti mengkerut. “Ne, aku Shin Min Hyo. Kau siapa? Dari mana tau nomorku? Ada urusan apa denganku.?” Tanyaku beruntun.
Gadis disebrang sana tampak tertawa sejenak. “aku.. Park Ri Yeon imnida.”
“Park Ri Yeon?” Aku membeo membuat mata Eun Ri yang sedang duduk didepanku melebar,
“Ri Yeon D-amond, eoh?” Suara Eun Ri tampak ingin berteriak, tapi tertahan. Aku yang baru menyadari siapa gadis yang bersuara diujung pembicaraan ini pun, ikut kaget tidak percaya juga penasaran kenapa dia menelponku. Tapi, sedetik kemudian, aku sudah bisa menebaknya alasannya pasti Jong Woon.
“Yeoboseo..” Serunya .
“Y.. Ye..” Sahutku
“Bisakah bertemu sebentar siang ini?”
“Mwo? Bertemu?”
“ne, ada yang ingin aku bicarakan dengan eonni.”
Aku terdiam mencoba menimbang-nimbang karena aku juga harus mencari Min Ho Oppa. “Baiklah, tapi aku tidak ada banyak waktu.”
“aku juga, kita hanya bertemu sebentar. Tempatnya nanti akan ku sms.”
“eoh..” Kataku mengangguk.
“Gomawo eonni, Yeobseo”
“Yeoboseo..”
Aku memasukan ponsel kedalam tasku saat Eun Ri menatapku menunggu aku menceritakan apa yang dibicarakan Ri Yeon. “tidak ada apa-apa.” Kilahku
“Jangan berbohong! Ceritakan padaku kalau kau memang sahabatku.”
Aku mengela nafas berat. Sepertinya aku memang membutuhkan tempat berbagi sekarang. Terlalu pusing jika difikirkan sendiri. Aku kembali duduk ditempat semula kemudian mulai menceritakan semuanya kepada satu-satunya sahabat perempuanku ini. Eun Ri tampak kaget mendengar ceritaku, berkali-kali dia bertanya apakah aku mengarang cerita. Memang kalau difikir-fikir semua ini sulit terima akal sehat. Bagaimana bisa aku bersahabat dengan seorang aktor tampan dan aktor tersebut ternyata menyukaiku, ditambah lagi ternyata aku dijodohkan dengan seorang penyanyi hebat yang merupakan Lead Vocal Grup Internasional seperti Super Junior. Jangankan Eun Ri, akupun yang harus menerima kenyataan ini sejak 2 hari lalu berniat ingin mati saja, atau paling tidak pergi ke benua yang jauh dari sini. Semua terlalu rumit untuk hidupku yang sebelumnya damai dan tentram.
“Kalau begitu..” Eun Ri mulai berkomentar. “Kau hanya perlu mengikuti isi hatimu. Ikuti kata hatimu. Kata hatimu akan menuntunmu menemukan siapa jodohmu yang sebenarnya. Dia akan memilih, Min Ho atau Yesung.. Atau bahkan bukan keduanya.”
“bukan keduanya?” Gumammu. Entah kenapa kata terakhir Eun Ri membuat hatiku terasa mencelos –seakan tidak rela- jika itu benar-benar terjadi.
“Siapa yang diantara mereka yang kau pilih?” Tanya Eun Ri
Aku beralih memandang jendela kelas, ‘siapa yang harus aku pilih?’ aku sendiri tidak tahu. Aku menjawabnya dengan gelengan.
*****
Gadis cantik yang khas dengan Eyeliner diujung matanya dan membuat mata itu tampak lebih besar duduk dimeja sebuah kafe yang 15 menit lalu dikirimnya kepadaku. Rambut panjang coklat tanpa poni serta dandananya yang seperti itu membuatnya tampak sedikit tampak lebih tua dari umurnya
Aku menghentikan langkahku tepat disisi meja itu. Menyadari kehadiranku, Gadis itu meletakan cangkir capuchinonya dihadapannya, lalu berdi.
“Annyeonghaseo,” dia menundukan kepala. “duduklah eonni.”Katanya lagi sambil Tangannya dipanjangakn mempersilahkan aku duduk.
Entah kenapa aku tidak suka basa-basi seperti ini. Dia tampak sangat berbeda dengan yang aku lihat saat di apartment waktu itu.
“Eonni.. Kau mau kupesankan apa?” Tanyanya tersenyum siap memanggil pelayan. Aku tahu dia sedang memaksakan senyum itu.
“Samakan saja denganmu.” Kataku sambil tersenyum kaku. Gadis itu lalu mengacungkan tangannya dan memanggil pelayan untuk memesankan secangkir Cappucino lagi untukku.
Tidak perlu waktu lama untuk menunggu pesanan itu datang.
Aku melirik gadis dihadapanku yang saat kami menyesap minuman bersamaan. Saat itulah Ri Yeon tampak menyembunyikan helaan nafasnya sebelum akhirnya ia mulai bersuara. “Sepertinya Eonni sudah bisa menenbak tujuanku mengajak Eonni kemari ya?” Katanya ramah sambil meletakan cangkir ditangannya ke meja. “min Hyo Eonni.. Menurutmu Yesung Oppa itu orang yang seperti apa?”
“Jong Woonie..” Kataku menerawang membayangan pria yang sedang kusebut namanya. “Dia , baik tapi juga terkadang menyebalkan.” Bibirku mengerucut membayangkan tingkah Jong woon yang sering semaunya denganku.
“Menyebalkan? Seperti apa?” Tanya Riyeon penasaran. “Dulu Oppa hampir tidak pernah melakukan hal yang menyebalkan kepadaku.” Katanya membuat dadaku terasa sesak.
“Dulu?” Tanyaku mengulang satu kata yang diucapkkannya. ‘Dulu’ . Kata itu benar-benar mengorek perasaanku untuk mengetahui lebih jauh.
“Ne.. Dulu hampir setiap waktu luang kami habiskan bersama. Oppa selalu membuat hatiku nyaman, bahkan aku tidak pernah merasakn sifat menyebalkannya seperti yang Eonni bilang.” Ri yeon tersenyum. Matanya berbinar. Sedangkan hatiku mendadak terasa sesak membayangkan mereka sedang bersama-sama.
Sekuat hati aku kendalikan persaanku demi mengetahui apa terjadi dengannya dengan Jong Woon. Bagaimanapun, aku tidak ingin perjodohan ini membuat seseorang terluka. “Kalian, berpacaran?” Tanyaku.
“Ne, dulu.. Sampai.. Aku melakukan hal terbodoh dari hidupku.” Gadis itu memandngi sepatunya. Rawut wajahnya menggambarkan penyesalan yang amat dalam.
“Kau melakukan apa?” Kataku penasaran. “ah, mian.. Itu juga kalau aku boleh tahu.”
Nah! Kali ini aku benar-benar melihat sosok gadis yang berada dia apartment waktu itu. Benar-benar tampak menyedihkan. Aku menangkap matanya yang mulai basah saat kepalanya terakangkat menatap atap seakan menahan agar air itu tidak dengan mudah jath membasahi pipinya. Ia terdiam sebentar seperti mengontrol emosinya sebelum akhirnya menceritakan semua.
*****
“Ya! Oppa!! Paboya.. kau benar-benar membuat aku khawatir, kau tahu?”
Aku menyubit pinggang sahabat disampingku ini. Pria tinggi yang tampan, yang beberapa hari lalu menyatakan cinta kepadaku lalu menghilang karena yang dikatakan cinta ternyata sudah dijodohkan oleh orang tuanya.
“Kau mengkhawatirkan aku? Jinjayo?” tanyanya sungringah
Sehabis bertemu Riyeon aku mendatangi SHent untuk mengetahui jadwal Min Ho Oppa dengan mengaku sebagai sepupunya yang baru datang dari China. Tidak ku sangka hanya dengan menunjukan fotoku dengan Min Ho Oppa, Resepsionis itu lngsung memberiku informasi.
“Aku kira kau akan membenciku. Bahkan kau tak membalas smsku. Sekarang hp Oppa mana? Pasti ganti nomor lagi kan?” Semprotku.
“Ponselku hilang saat acara konfresi pers tadi pagi.” Katanya. “minhyo yah.. calon suamimu sepertinya perlu belajar bela diri.” Katanya lagi
“bela diri?”
“Saat ku hajar, dia tidak membalas sama sekali .. bukannya itu sudah menunjukan dia tidak Bisa menjaga dirinya sendiri. Ya! Bagaimana dia bias menjaga perempuan lemah sepertimu?” Katanya entah menasehati atau meledek aku dan Jong Woon.
Ya! Siapa yang lemah?” Tanyaku balik dengan sedikit berteriak. Waktu kejadian itu Jong Woon memang tidak membalas pukulan Oppa. Apa dia memang tidak bisa bela diri? Bukankah diKorea hampir semua artis laki-laki berlomba menunjukan otot hasil olah raganya?
*****
Pukul 5 sore lebih 10 menit.
Aku, Jong Woon Eommonim, dan Jong Jin sampai di Stadium tempat diseleggarakannya acara penyerahan penghargan kepada Musisi berprestasi di Industri Musik Korea Selatan. Diluar Stadium sudah tampak sepi, hanya beberapa staf berdiri di setiap pintu masuk masing-masing kelas audiens.
“Kajja.. kita harus segera masuk. Sebentar lagi akan dimulai.” Seru Ibu Kim membuatku reflesks mengangguk dan mengikuti langkahnya memasuki pintu masuk penonton VIP, Jong Jin mengekor di belakangku.
Bangku VIP ternyata sudah bnyak yang terisi, alhasil kami berjalan hati menuju kursi agar tidak ada kaki penonton yang terinjak. Beberapa penonton yang kami lewati daintaranya menyadari kehadiran Eommanim dan menyapanya. Eomma membalas setiap sapaan dengn ramah. Tidak sedikit diantara mereka yang menatapku tajam, dan itu membuat jantung berdegub sedikit lebih cepat.
“Jangan khawatir, kami akan melindungimu.” Bisik JongJin yang duduk disampingku. Lalu menyerahkan stick transparan bertuliskan super junior kepadaku dan Eommanim.
“apa ini?” tanyaku.
“Ini Light Stick. Kau putar seperti ini agar lampu birunya menyala” Tutur Jongjin sembari mencontohkannya.”nanti kalau Super Junior tampil kita harus mengangkatnya, Ok?”
Aku mengangguk dengan pasti. “Ne!”
Lampu penonton dimatikan seperti pertanda acara akan segera dimulai. Benar saja setelah lampu dimatikan hanya lampu panggung yang mewah saja yang menyala. Acara dimulai dengan penampilan artis solo wanita yang menyanyikan lagu berbahasa inggris yang diaransemen sedemikian rupa sehingga menjadi beraliran rock. Kemudian pembacaan nominasi diumumkan. Begitulah seterusnya hingga saatnya pembacaan nominasi boyband terbaik tahun ini dibacakan oleh sepasang MC pria dan wanita. Super Junior masuk ke dalam nominasi tersebut.
“Menurut kalian.. siapakan boyband terbaik tahun ini?” Tanya MC pria memancing gemuruh didalam stadium. Para penonton yang berasal dari berbagai fandom berteriak meneriaki Idolanya masing-masing. Aku Jong Jin dan Eommanim serempak meneriaki Super Junior. Ya.. aku sudah terbawa suasana hysteria digedung ini sepertinya.
Tapi tuunggu dulu!
Mataku kulebarkan selebar-lebarnya. Aku harus memastikan apa aku tidak salah lihat. TIDAK! Itu benar. Disamping MC pria itu adalah.. Park Ri Yeon.
“Ri Yeon Ssi, menurutmu sebagai member girlband siapakah boyband yang pantas mendapatkan penghargaan ini.” MC pria itu kini melemparkan pertanyaanya kepada pasangan MC nya.
“Siapapun yang telah bekerja keras dan memiliki fans yang loyal berhak mendapatkan penghargaan ini, Young Ji sshi” Jawab Ri Yeon.
“Geurae.. sekarang kita lihat siapakah pemenangnya.”
******
“Huwwaa.. Yesung Hyung Eommanim, anda baik sekali. Makanan-makanan ini pasti akan kami habiskan, jadi tenang saja, Hyung!” Seru Shindong mengusap-usapkan kedua telapak tangannya sambil membasahkan bibirnya yang kering dengan lidahnya.
“Ya, Shindong bagaimana bisa kau bilang ‘kami’? pasti perutmu yang besar ini akan menyedot makanan ini semua.”Sambar Eunhyuk yang disusul kekehan orang-orang didalam ruang makan itu hingga terdengar olehku yang berada didalam dapur.
Seluruh member dan orang tua SJ sedang berada dikediaman rumah salah satu membernya, Yesung. Ibu Yesung yang sangat gembira dengan kemenangan anak-anaknya meraih 4 piala sekaligus, langsung mengusulkan acara makan-makan dirumahnya.
“Min Hyo ya.. tolong bantu Eomma antarkan buah-buah ini ke depan, ne?” pinta Eommanim,
“ne..”Jawabku dengan senang hati. lantas aku mematikan blender dan mengambil wadah berisi buah-buahan itu berjalan kearah keraimaian dimeja makan.
Aku berjalan sambil memperhatikan gerombolan anak laki-laki hebat itu –Ya aku akui mereka memang hebat- terbukti piala yang mereka bawa pulang tidak sedikit, belum lagi jumlah penonton semalam yang notabene fans clubnya mereka membuatku sedikit terngannga. Diatas panggungpun mereka tampak berbeda dengan yang aku lihat sekarang, seperti ada gairah tersendiri disana. Dan dia.. tidak heran dijadikan Lead vocal utama digrup itu.
“Eoh.. ada Min yo ssi?” Panggil Lee teuk yang menyadari kedatanganku lebih dulu, membuat semua orang dimeja itu melihatku. “Kau juga disini?” Tanyanya lagi saat aku meletakan wadah berisi buah melengkapi hidangan dimeja tersebut.
“ne, Oppa..” Jawabku seramah mungkin kepada member tertua di grup itu.
“Kau ikut makan disini kan?” Tanya Kyuhyun kini.
“Ya! Sudah pasti dia makan disini. Memangnya kau pikir dia pembantu?” Sambar Heechul yang ikut datang ke acara ini. Kepala Kyuhyunpun tidak lepas dari jitakan Heechul.
“ne.. Min Hyo ssi juga akan menjadi bagian dari kita sekarang. Jadi harus ikut makan bersama disini.” Ibu Jong Woon yang datang dari arah dapur bersama orang tua lainnya ikut menyahut dengan raut wajah gembira membuat semua pasang mata tertuju padanya meminta penjelasan yang lebih dari apa yang dikatakannya. Tapi Eommonim tidak langsung menjawab tatapan-tapa itu. “Kajja.. mari kita makan.”
Sekarang semua yang berada dimeja itu mulai menyantap hidangan, ini bukan acara makan yang formal. Semua makan sambil berbicara, entah itu para member saling mengejek dalam candaannya, entah para orang tua yang membanggakan anaknya. Semuanya tidak lepas dari tawa diujungnya.
Ujung bibirku terngkat mengulas senyum diwajahku melihat keakraban yang bukan hanya terjalin diantara para member, bahkan keluarga mereka pun sudah seperti keluarga besar.
Acara makan-makan selesai. Beberapa orang tua sudah pulang, sedangkan semua member masih lengkap berkumpul ditaman belakang. Mereka bernyanyi, bergantian bermain gitar. Aku bisa mengintip dari sofa tempatku duduk Karena pintu yang mengarah ke taman belakang dibiarkan terbuka lebar.
“tidak ikut bergabung?” sebuah suara serak berhasil mengagetkanku. Aku sontak mengalihkan pandanganku dari gerombolan laki-laki ditaman ke pemilik suara tersebut. Dia mengenyungkingkan senyum khasnya.
“Oh, Donghae Oppa.. shireo.” Aku mengibaskan tanganku.
“Daripada sendiri disini, mending ikut bermain dengan kami,” katakanya menaik turunkan alisnya.
“Tidak usah , aku disini sa.. Oppa!”
“Ayolah..”
Badanku yang kecil dengan mudah ditarik olehnya hingga aku harus berjalan mengikuti langkahnya.
“lihat siapa yang aku bawa.” Seru donghae membuat semua member melihatku yang bediri disampinya.
Dilihat banyak pria sepeti ini membuatku malu. Aku tersenyum lalu menundukan kepalaku.
“Ya! Kerja bagus chagiya.. kita memang membutuhkan perempuan!” seru Eunyuk membuat aku tersentak menatapnya tajam. Donghae sendiri mengacungkan ibu jari ke dadanya –merasa bangga. “Ya Min Hyo ssi, bukan apa-apa. Aku rasa kita pasti bosan bergaul dengan lelaki terus. Jadi wajar aku senang ada perempuan bergabung dengan kami sekarang, bukan begitu teman-teman?” Jelas Eunhyuk dengan tampang ketakutan.
Yang lain hanya mengangguk sambil menahan tawa.
“Min Hyo ya, karena kau seumuran denganku kau boleh duduk disampingku.” Kata Kyuhyun yang selalu bangga dengan umurnya diantara para member yang lain. Kyuhyun menepuk-nepukan kain yang menjadi alas tanah disampingnya.
Aku baru saja melangkah kan kaki setelah berpura berpikir-pikir dahulu, tapi tiba-tiba menyadari akan setatusku sekarang. Jong Woon yang aku tangkap dari ujung mataku hanya memetikan senar gitar sambil bernyanyi pelan. Akhirnya aku berjalan lalu duduk disampingnya membuat udara terhempas menyapu kulitnya yang putih. Seharusnya dia menyadari keberadaanku, tapi tidak menanggapi sama sekali. Cih.. jadi sekarang sifatmu yang angkuh sedang kumat? Baiklah. Terserah kau saja!
Ya.. kenapa mereka semua melihatku seperti itu?
“waeyo?”
“ehm.. baiklah.. kita mulai bermain saja! Menurut kalian permainan apa?” Leeteuk member masukan.
****
“Min Hyo-a.. kau tidak ikut pulang dengan kami?” Eunhyuk menyembul dari jendela mobilnya. Donghae yang berada dibelakang stir langsung menjitak kepala temannya itu.
“Ya! Hyuk Jae-a, Sudah pasti Min Hyo ssi akan pulang dengan Yesung Hyung… Iya, kan, Hyung?”
Aku mendongak melihat lelaki yang berada disampingku sekarang. Tapi bukannnya menjawab dia justru mengelus tengkuknya menatap kearah lain.
Saat mobil para member satu persatu telah hilang diujug jalan, Jong Woon berbalik meninggalkan aku sendiri didepan pintu rumahnya. Aku tetap berdiri ditempat yang sama karena Jong Woon pasti sedang mengambil kunci mobilnya untuk mengantarkan aku pulang. Tapi sepertinya fikiran ku salah.
“Ya! Jongwoon-a.. kenapa malah menonton tv disini? Kau tidak mau mengatarku pulang?”
“Aku tidak perlu mengantarkan kau pulang, Eomma ingin kau menginap disini katanya.” Jawabnya tanpa beralih menatapku. Tangannyapun masih memeluk bantal bantal dan menggenggam remote tv.
“Mwo?”
“Hyo-a, sudah terlalu malam jika kalian keluar sekarang.” Kata JongWoon Eommanim yang tiba-tiba sudah berada dibelakangku. “Sudah malam, kalian jangan tidur terlalu malam, dan minta Calon suamimu mengantarkan ke kamarmu”.
Aku hanya tersenyum canggung menjawab perintah JongWoon Eommanim. Terlebih lagi mendengar kata ‘calon suami’. JongWoon Eommanim lalu pamit untuk segera masuk kamar.
Aku meneliti lelaki yang masih focus menonton tv itu. Calon suamiku – yang aneh. Bahkan sekarang saja dia seperti tidak menganggapku ada. ‘haaah!’
“Kenapa kau melihatku begitu? Ingin menonton tv juga?” kata Jongwoon
Aku mengangkat sebelah alis, saat JongWoon menepuk-nepuk ruang kosong sofa disampingnya.
“Kenapa masih diam, kesini saja.. duduk disini, tidak perlu grogi.”
Grogi? Percaya diri sekali dia, huh..
Aku berjalan, mendekati sofa itu dan duduk disampingnya. Ternyata dia tidak sedang menonton Tv, dia enonton dvd lagi. Entah apa judulnya, sepertinya bukan film tentang keluarga, tapi tentang percintaan. Akupun mulai menikamati alur didalam cerita itu mengemil memeluk kripik kentang
“Hyo-a, pipimu sudah tebal. Jangan ngemil terus.” JongWoon meraih bungkusan snack dipelukanku.
“makan itu saja tidak akan membuat pipiku bertambah tebal. Kemarikan!”
Sekuat tenaga aku meraih snack itu dari tangan pria aneh itu. Hingga akhirnya dia mengalah. Dan aku tersenyum puas.
“Min Hyo-a,” panggilnya.
“Ne!”
“Perjodohan itu tidak akan batalkan?” tanyanya membuat intensitas mengunyahku berkurang.
Setiap mendengar dia mengatakan perjodohan, bayangan Riyeon selalu muncul. Mungkin saja kalau Jong Woon tau Riyeon masih mencintanya dan mendengar yang sebenarnya dia bisa menerima Riyeon kembali. Iya, sepertinya aku ceritakan sekarang saja. Tidak apa jika akhirnya aku harus merelakannya kembali pada Riyeon, daripada perasaan ini semakin dalam dan akhirnya JongWoon meninggalkanku.
“Jong Woon-a” kataku yang lebih terdengar seperti gumaman.
“Ne..” JongWoon memajukan posisi duduknya lebih dekat menghadapku denganku.
“Kemarin aku bertemu Riyeon..” Kataku ragu-ragu.
JongWoon yang semula antusias, badannya menjadi lemas ketika aku menyebutkan nama gadis itu.
“dia menceritakan semuanya. Dari awal kalian bertemu hingga akhirnya kau meninggalkannya karena Jinho.”
“Minhyo-ah!” sergah JongWoon ingin aku menghentikannya.
“Kau harus mendengarkan ini, aku tidak mau ada yang salah paham” selaku cepat. “Riyeon tidak mencintai Jinho, semua itu jebakan Jinho yang tidak menyukaimu. Dia sengaja mengajak Riyeon ke club dengan alasan akan membicarakan lagu duet mereka, tapi Jinho menjebak Riyeon hingga akhirnya Riyeon tidak sadarkan diri dan dibawanya kehotel. Kurasa kau harus tau.. Riyeon tidak disentuh sama sekali oleh Jinho. Jinho hanya memofoto dirinya dengan Riyeon yang saat itu masih tertidur. Kau tidak bisa meninggalkannya begitu saja.. dia mencintaimu JongWoon-a”
“Kenapa? Kenapa kau selalu saja membahas gadis itu saat aku mulai membahas perjodohan kita?” Tanya JongWoon kesal. Mungkin kalau tidak sedang berada dirumah tengah malam begini, suara baritonnya akan terdengar hingga 7 oktaf. “Kau tidak ingin perjodohan ini? Kau tidak mencintaiku, Hyo-a? Jawab aku!”
“a.. aku..” Bentakan dan pertanyaan JongWoon berhasil membuatku tidak tau harus berkata apa.
“Dan kau juga harus tau MinHyo sshi. Aku tidak pernah mencintai Riyeon.. gadis itu saja yang stengah gila.. memberikan aku macam-macam barang couple dan memaksaku memakainya dengan ancaman dia akan keluar dari grupnya.aku tidak bisa mengabaikan ancaman itu karena itu berkaitan dengan manajemenku juga. Aku justru lega dia sekarang sudah keluar dari menejemenku dan bergabung dg manajemen Jinho. Tunggu waktu luangku, kita akan bertemu dengannya agar semuanya jelas dan cepat selesai. “
“…”
Tv dimatikan dan JongWoon beranjak dari duduknya.
“Ikut aku, sudah malam. Sebaiknya kau tidur.” Katanya sambil berjalan meninggalkanku. Cepat-cepat aku menyusulnya. JongWoon tiba-tiba didepan pintu putih setelah menaiki tangga membuatku hampir menabrak punggungnya.
“itu kamarmu,” dia menunjuk pintu kamar disebelah pintu kamar tempat kami berdiri, lalu masuk dan menutup pintu meninggalkanku sendiri diluar kamarnya.
********
3 hari sudah Jong Woon mendiamkan aku. Aku fikir setelah malam itu, besoknya dia akan mengajakku bertemu Riyeon. Tapi, sepertinya aku melupakan kata ‘waktu luang’ yang dia ucapkan malam itu. Bisa-bisanya aku melupakan pekerjaannya yang tidak kalah sibuk dengan presiden.
Aku tidak bisa terus-terusan membohongi perasaanku sendiri. Ya, aku merindukannya. AKu merindukan Kim Jong Woon. Ibu jariku terus mengusap layar posel digenggamanku. Aku harus menelponnya kan? Ah, tapi apa yang harus aku katakan?. Aisshh, seandainya aku tahu apa yang membuatnya mendiamkan aku, aku tidak akan sepusing ini. Dan sekarang apa? Dia yang lebih dulu mengirimiku pesan! Aku hampir saja meloncat kegirangan saat membaca namanya muncul di telpon genggamku. Dia memintaku menyusul ke taman dekat stasiun tempatnya sekarang.
Aku duduk dibawah pohon yang sangat rindang menghindari paparan sinar matahari yang menyengat. Ya, Seoul dibulan ini memang sudah memasuki musim panas. Dia akhirnya datang. Rambutnya terlihat agak tebal, mungkin karena dia baru selesai melakukan program tv. Tapi aku lebih suka Jong Woon yang seperti ini. Hanya memakai kaus putih dengan gambar tulang abstrak dipadukan dengan celana jeans hitamnya membuatku merasa tidak ada perbedaan diantara kami. Antara artis dan orang biasa.
“Sudah lama datang” tanyanya menyadarkanku.
“Eoh? Menurutmu? Bukannya aku tadi diminta menyusul? Bukan menunggu?”
“Mianhae.. chagiya..” katanya tulus. Tangan kanannya mengelus kepalaku lembut sebelum akhirnya ikut duduk disampingku. Dan hal itu cukup membuat dadaku bedegub abnormal.
“chagiya?” gumamku
“Ne, Kita makan ini.. aku bawakan kimchi dan .. maaf hanya air mineral.”
Aku yang dari tadi sibuk menikmati pesonanya sampai tidak sadar ternyata JongWoon membawa plastic putih ditangannya.
“Kau, mengajakku hanya untuk makan disini?”
Jongwoon menghentikan kegiatannya dengan kresek putih itu kemudian menatapku. “tidak juga. Kau tidak mau?”
“a.. aku mau tapi kau sedikit aneh hari ini.”
Jongwoon terkekeh dan mulai menyumpitkan lembaran sawi putih untukku.. “Buka mulutmu..aaaa”
Perlakuan JongWoon benar-benar membuatku malu dengan orang-orang disekitar. Dan benar saja, saat aku melihat wajah pria didepanku aku mendapatkannya sedang menahan tawanya setengah mati.
“YA!! KIMJONGWOON.. kenapa kau tertawa?” Kataku memukul lengannya.
“Lucu sekali.. pipimu merah dan mulutmu penuh dengan makanan itu benar-benar lucu…haha”
“YA!!!..” Seruku. baru saja aku ingin menghajarnya, tangan kokohnya menangkap tanganku, sedangkan tangan yang satu lagi. Mengelap ujung bibirku yang tersisa saus kimchi. Sontak jantungku kembali berdebar, kali ini mungkin dia bisa mendengarnya.
Dia tersenyum simpul melihatku yang gugup karenanya.
“Oppa..” sebuah suara perempuan membuatku dan Jongwoon secara bersamaan menoleh ke sumber suara. Walaupun tidak sering mendengarnya, aku sudah bisa mengenali suara itu. Itu Suara Riyeon.
“Jadi untuk ini Oppa memintaku datang kesini? Aku mohon tidak?” katanya lirih.
Aku menatap JongWoon dan Riyeon bergantian.
Jong Woon Berdiri membuatku mendongakan wajah. “Ne, kau benar. Sudah saatnya aku menyadarkan mu kedunia nyata.”
Mendengar ucapannya.. aku dapat mengambil kesimpulan, JongWoon ingin benar2 Riyeon pergi dari hidupnya dan berhenti mengejar2 yang tidak mungkin jadi miliknya. Riyeon tampak kesal dan sedih, sedangkan aku hanya dapat duduk menyaksikan mereka berdua. Mendengar Riyeon memanggil JongWoon ‘Oppa’ saja sudah cukup membuat dadaku sesak, tapi bagaimana? Meskipun aku tunangan pria ini, aku tetap saja hadir diantara mereka. Terlepas JongWoon menyukai Riyeon atau tidak tapi kehadirannku tidak pelak menghancurkan harapan Riyeon yang lebih dulu mencintai JongWoon daripada aku.
“Oppa jebal..” Mata Riyeon mulai berkaca-kaca. “eonni, aku mencintai JongWoon Oppa.. tidak bisakah Eonni melepaskannya untukku..”
JongWoon tidak berbicara, wajahnya kini beralih kepadaku yang masih duduk disampingnya. Mata JongWoon tampak menghujam mataku menuntutku mempertahannkannya. Aku benar-benar tidak bisa berkata apa-apa, aku hanya menunduk. Haruskah aku menjadi perempuan yang kejam, atau tetap memperjuangkan perasaan ini yang semakin mendalam. Yatuhan aku harus bagaimana?
BRUKK!
Riyeon serta merta berlutut memeluk kaki JongWoon.
Aku memutup mulutku, aku benar-benar tidak tahan dengan keadaan seperti ini. Aku harus bisa menahan air mata ini.
“Oppa aku mohon, berikan aku kesempatan sekali lagi. Aku benar-benar mencintaimu. Aku bisa mati jika kau meninggalkan aku dengan orang lain, Oppa kumohon.” Kata Riyeon sesugukan.
Akupun tidak bisa menahan air mataku yang sudah membasahi pipi dan tangan yang menutupi mulutku, dan aku menyadari JongWoon menyadari itu. Dia menatapku dan berkata, “Semua keputusan ada ditangan Min Hyo, aku akan tetap bersama dengannya atau tidak.”
Aku mendongak tidak percaya kearah JongWoon. Riyeonpun mulai mengangkat lututnya.
Jong Woon menarik tanganku lembut agar aku ikut berdiri. “Sekarang, katakan apakah kau mencintaiku seperti aku mencintaimu Min Hyo-a?”
Tangan Jongwoon menggenggam erat tanganku seakan menyatakan harapannya yang besar.
“aku.. aku..”
Badanku tiba-tiba merasa sesak saat berusaha menyelesaikan perkataanku, tangan JongWoon dengan cepat menarikku kepelukannya, menciumku tepat dibibirku membuatku dengan tanpa ragu menyelesaikan ucapanku. “aku mencintaimu” lalu secepat kilat pria ini kembali memelukku erat. Benar-benar pelukan yang dapat membuat semua keraguanku akan cintanya hilang. Aku benar-benar mencintainya. Aku tidak ragu lagi. Hanya pelukannya yang dapat membuatku nyaman.
JongWoon melepaskan pelukannya memberiku kembali menikmati oksigen yang mungkin semakin lebih segar setelah ini.
“Kemana dia?” Tanya JongWoon mencari keberadaan Riyeon.
Mataku juga ikut mengitari seluruh penjuru taman ini mencari sosok Riyeon.
“Biarkan saja, yang penting saat ini aku benar-benar mendapatkanmu.” Goda JongWoon membuat pipimu sontak memerah
“YA, apa maksudmu?” Kataku mengerutkan bibir.
“Ya, Panggil aku Oppa mulai sekarang”
“Mwo? Shirreo!”
“Hei, aku calon suami mu!!”
“Tetap saja tidak mau.”
****
Setelah kejadian itu berita tentang JongWoon dan aku ditaman mulai tersebar. para member menggelar konfrensi pers yang menghadiri Min Hyo juga. Semua member berharap semua fans dapat menerima keberadaan dan posisi ku sebagai calon istri Kim Jong Woon. Dan aku sangat senang ketika banyak sekali fans mereka yang mendukungku bahkan mereka menyebut ku dan Jongwoon dengan sebutan HyoWoon Couple. Mereka sangat baik. Mereka sangat mengerti bawa idola tidak seamanya sendiri, idola juga manusia yang butuh cinta dan istri. Sedangkan Riyeon terdengar kabar memilih mengakhiri kariernya di Korea dan pergi ke Los Angles.