home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > MY DESTINY 1 - 4 (END)

MY DESTINY 1 - 4 (END)

Share:
Author : cloudsmys
Published : 11 Sep 2014, Updated : 08 Nov 2014
Cast : Shin Minhyo (OC) ; Kim Jong Woon (SJ); Henry & SJ Member
Tags :
Status : Ongoing
1 Subscribes |20973 Views |7 Loves
MY DESTINY 1 - 4 (END)
CHAPTER 3 : MY DESTINY #3

** MY DESTINY **

Title : my destiny (part 3) Author : cloudsmys Cast : shin min hyo (oc) ; kim jong woon ; lee min ho and other super junior members and Yesung’s Family

Genre : love and friendship

************************************************************************

Dimeja makan. Aku, Eomma, Appa, Ahjeossi, Ahjeomma, Kim Jong Jin, dan Kim jong Woon.

Masih dengan perasaan tidak percaya, masih dengan perut yang penuh dengan kupu-kupu. Itulah efek yang aku rasakan menerima kenyataan ini. Yesung Super Junior adalah calon tunanganku? Yesung Super Junior yang dulu aku benci adalah calon suamiku? Aishh! Jinjjayo?

Semua terlihat sedang asik dengan hidangan makan malam. Aku melihat semua orang satu persatu yang ada dimeja ini. Para orang tua yang tampak bahagia, Kim Jong Jin yang sibuk dengan makanannya, dan Kim Jong Woon yang makan dengan tenang. Pandanganku berhenti cukup lama pada pria itu.

Sebelumnya aku fikir aku tidak perlu menolak atau mengancam untuk membatalkan perjodohan ini, ya... kerena Jong Woon pasti akan menolak mentah-mentah perjodohan ini kan? Tapi ternyata? "yesung .... Mencintaimu" Tiba-tiba ucapan Heechul Oppa seakan kembali berbisik di telingaku seperti hembusan angin. Soal itu.. jangan-jangan memang..?

Bandanku tersentak kesandaran kursi ketika tiba-tiba Jong Woon mengangkat kepalanyanya dan menatapku dengan tatapan khasnya seakan berkata ‘Kenapa liat-liat?’ dengan menyipitkan matanya yang sudah sipit itu. Aku hanya mendengus lalu menundukan kepalaku berpura-pura sibuk dengan makanan ku sendiri.

“Yaa! Min Hyo ya, kenapa makanannya hanya diaduk-aduk saja?” tegur eomma menyadarkanku kembali. “Makanlah, jangan memandangi calon suamimu terus.” Kata eomma lagi.

“E.. eoh?” aku melihat makanan dihadapanku yang sudah tidak karuan lagi. Jong Woon tampak ikut melihat makananku, dan menatapku dengan tatapan yang sulit untuk aku artikan lalu kembali melanjutkan makan malamnya yang tinggal sedikit lagi itu. Aku benar-benar sangat malu saat ini.

“Min Hyo Eommanim, sebentar lagi akan ada acara penghargaan untuk grup anakku, bisakah aku membawa Min Hossi juga?” Tanya ahjeomma.

“Aishh, kenapa harus meminta izin? Bawalah, dia juga harus mengenal pekerjaan calon suaminya kan?”

Eomma?! Ya ampun.. kenapa tidak ada yang meminta izinku dulu?

“Jeogiyo..” aku mengarahkan kepalaku kesumber suara itu. Ternyata suara Jong Woon, aku langsung menundukan kepalaku. “Mianhae.. Sepertinya aku harus pergi lebih dulu, aku harus latihan sekarang” katanya setelah menyeka bibir merahnya denga serbet putih.

“Ya, Woon-ah.. kenapa cepat sekali.” ahjeomma tampak kecewa.

“Eomma jebal.. eomma sangat mengerti bagaimana jadwalku, kan?” balas Jong Woon lembut.

Aku lihat ahjumma tampak terdiam sesaat, lalu “Geurae, tidak masalah besok eomma datang bersama Min Hyo ssi?” Tanyanya. Aku bisa menangkap dari ujung mataku, Jong Woon langsung menatapku sebentar.

“ne, tapi ku mohon ..”

“ne , arasseo.. Kara (pergilah)”

Pria itu, bangkit dari duduknya dan baru saja ingin membungkuk ketika adiknya memintanya ikut pergi karena harus mengurus kafe keluarganya. Mereka berdua pergi setelah berpamitan, dan hilang dibalik pintu rumah ini. Dua puluh menit kemudian kedua orang tua pria itu ikut pamit pulang menyusul anak-anaknya.

Aku masih duduk dimeja itu ketika orang tua itu benar-benar ikut menghilang dari rumah ini. Aku menghela nafas lega dan penuh beban. Lega karena rumah ini sudah seperti semula hanya aku eomma dan appa. Beban.. beban? Ya sudah tidak perlu dijelaskan lagi, kan. Sudah pasti tentang perjodohan ini. Ternyata tanpa aku sadari tanganku sedikit membuat gerakan menggebrak meja saat aku bangkit untuk pergi kekamar. Dan eomma sepertinya menyadari itu.

*****

Dikampus.

Mollayo.. aku merasa harus ekstra kerja keras untuk meminta hati ku agar tidak merasa sesesak ini saat membaca artikel di internet siang ini. Seusai perkuliahan aku memutuskan mampir ke perpustakaan untuk mencari bahan laporan praktikum kemarin. Setelah apa yang dicari didapat, aku tergoda untuk memanfaat internet gratis di perpustakaan. Anehnya yang terpikirkan saat aku menghidupkan komputer itu adalah mencari informasi tentang si kepala besar itu. Dreeeeeeet.. mungkin lebih dari 10 artikel netizen menulis ini, menulis rumor tentang si kepala besar dengan salah satu artis girl group terkenal. Rasanya aku butuh oksigen lebih banyak untuk membaca artikel itu.

Sreeekkk..

Suara seretan kursi terdengar saat aku mulai mengambil nafas dalam-dalam. Alih-alih membaca artikel, aku justru menutup jendela internet itu.

“Ki.. Kim Jong Woon?” aku hampir saja loncat saat itu. “ke..napa disini?”

Si kepala besar itu duduk disamping kursi tempatku duduk dengan memegang buku besar yang tipis hadapannya. “memangnya kenapa? Ini juga kampusku, kan?”

“oh, geurae.” Gumammu pelan. Sepertinya aku tidak bisa lama-lama disini. Aku harus pergi dari sini kalau tidak mau jantungku mencelos keluar.

“Jamkkamanayo.” Katanya saat aku baru saja bangkit. “mau kemana?”

Mau kemana? Kemana saja asal tidak ada kau! “mencari udara segar!” kataku ketus.

“aku ikut!” serunya seraya berdiri

“Mwo? Shirreo! Kau pergi saja sendiri” Jawabku pergi meninggalkannya.

Yang benar saja, bagaimana bisa aku menghirup udara bebas kalau pergi dengannya? Aku pergi dengan langkah besar-besar keluar dari perpustakaan, hingga kehalaman kampus. Tapi sedari tadi suara itu tidak hilang juga. Aku memutar badanku.

“Yaa! Kenapa mengikutiku eoh?!” tegurku dengan suara beberapa oktaf lebih tinggi dengan mata melotot dan tangan yang berdecak dipinggang.

Si kepala besar itu terus mengikutiku dengan tangan yang dimasukan kedalam jaket abu-abunya. Alih alih menjawab, pria itu malah menghampiriku kemudian mengaitkat tangannya dilengan ku yang sedang berdecak pinggang dan menarikku berjalan.

“Neo! Lepas..” aku mencoba melepaskan tanganku tapi kalah kuat dengan tenaga si kepala besar itu. “Yaak! Kim Jong Woon, lepaskan aku..”

Dia berhenti disamping mobilnya,

Tukk, aku mengetuk kepalanya.

“aisshh jinjayo!” dengusnya memengang kepalanya yang besar itu.

“tidak punya sopan santun, ya?” kataku ketus, lalu mulai berjalan pergi.

“Jankkamanayo Min Hyo-ya!” .. “Jebal, kita perlu bicara!”

Aku memutar tubuhku menatap lelaki itu.

*****

Kim Jong Woon membuka pintu berwarna abu-abu itu, saat aku mulai memperhatikan coretan-coretan ditempok disamping pintu tersebut. Apartment member Super Junior. Ya.. Si kepala besar itu ternyata membawaku kesini.

“kenapa diam disana? Palliwa..” seru Jon Woon saat aku sibuk membaca coretan pesan-pesan didinding.

“Eo..” Aku segera mengikutinya masuk.

Ini ruang sepatu? Atau toko sepatu? Kenapa banyak sekali sepatu disini? Dilantai, dirak, dibufet.. Aigo.. dasar lelaki! Batinku saat melewati ruangan yang penuh dengan sepatu.

“Duduklah, aku mau ganti baju dulu.”

Aku hanya menjawab dengan tatapan ‘terserah kau!” lalu membuang muka.

“Hyung, sudah pulang..?” suara itu adalah milik Ryeowook. Mereka berpapasan saat Jong Woon menaiki tangga.

“ne..” jawab Jong Woon pendek sambil terus berlalu.

“Uwoo, Min Hyo ssi. Kau juga disini?” Tanya Ryeowook sedikit kaget. Mungkin karena ada wanita diApartment laki-laki.

“hehe, si kepala besar itu yang memaksaku kesini.” Kataku sambil menunjuk arah Jong Woon menghilang.

Mata Ryeowook mengikuti arah telunjukku. Kemudian mengangguk, “aah, arraseo.. Oya, kau mau minum apa? Biar sekalian aku buatkan.”

“hmm, terserah kau saja.” Jawabku tersenyum.

“Ok..” Ryeowook membalas senyumku lalu pergi ke arah dapur. Beberapa menit kemudian dia sudah datang membawa dua gelas jus jeruk dan meletakan di meja. Lelaki itu melirik kearah tangga.

“gomawo.” Kataku tersenyum

“Hyung belum turun juga ya?” katanya yang sekarang sudah ikut duduk disamping sofaku memeluk nampan kecil didadanya.

Aku menggeleng sambil meminum jus jeruk

“Min Hyo-ya..” katanya dengan suara berbisik, Wajah Wookie kini sedikir dicondongkan kearahku. “kau masih membenci hyungku?”

Aku langsung menelan semua air jus yang ada didalam mulutku segera. “Eo? I- itu.. aku..” kataku sambil berfikir akan menjawab apa.

“Wookie-a” suara serak basah itu membuat aku refleks menengok kesumbernya.. Sikepala besar itu menuruni tangga setalah mengganti bajunya dengan yang lebih santai. Dia memakai kaus hijau lumut dan celana pendek selutut yang memampangkan betisnya yang kecil. Untung saja dia datang, kalau aku bilang ke Ryewook aku sudah tidak membencinya, pasti aku dianggap memanfaatkan perkataan Heechul Oppa. Atau kalau aku bilang masih membencinya, pasti dia akan balik bertanya kenapa aku mau diajak kesini.. ahh, Kim Jong Woon gomawoyo!! Teriakku dalam hati.

“Mwoya!! Jangan melihatku terus?” Kata Jong Woon tiba-tiba.

Aku yang baru menyadari sedari tadi memandangi dia senyum-senyum sendiri, makin melebarkan senyumanku melihat pria itu terlihat salah tingkah.

“ck.. memangnya kenapa kalau aku melihatnya?” decakku melemparkan pandangan kepada Ryeowook yang kini bangkit dari duduknya tampak menahan tawanya dengan kepalan tangannya membelakangi mulutnya.

“Aku akan memasak, aku ke dapur ne, annyeong Min Hyo-ssi.”

Aku tersenyum simpul saat Ryeowook pamit ke dapur. Belum sampai Ryeowook menghilang dibalik tembok, suara berisik Tv membuatku menoleh memandang pria yang sekarang duduk bersila diatas sofa yang sama denganku.

“Apa harus menyetel Tv dengan volume sekeras ini?” Gerutuku menutup kuping dengan tangan. si Kepala besar itu tidak menjawab “Yak!! Kim Jong Woon!”. Teriakku merebut remote dari tangannya yang kecil, Jong Woon memelototiku seakan bicara ‘apa-apan kau!’ aku tidak perduli, aku mengecilkan volume Tv kemudian tangannya kembali merebut remote itu lagi. Seperti anak kecil yang berebutan channel tv. Aku mendengus kesal.

Beberapa saat diruangan ini hanya terdengar suara musik dari program acara tangga musik Korea Selatan. Aku yang tadinya tidak tertarik, mendengar scene percakapan di acara backstage musik itu refleks menoleh saat seseorang menyebutkan nama Ri Yeon. Ternyata di scene itu juga ada Super Junior, orang disampingku juga ada disana. Aku beralih menatap Jong Woon yang sedang menonton tv. Tangannya menopang wajahnya pada lengan sofa. Aku ingin tahu reaksinya melihat perempuan itu. Di dalam Tv pria ini sangat aktif, tapi kenapa yang sekarang dihadapanku dia datar-datar saja. Apa aku tanya langsung saja ya?

“Kau sepertinya senang mencuri kesempatan melihatku ya!”

“Jangan terlalu percaya diri” komentarku. Rasa penasaranku benar-benar tidak bisa dipendam lagi, aku harus memastikan hubungan mereka,kan?. Aku kembali memperhatikan wajah pria itu, berharap tidak salah keadaan saat aku menanyakan ini. “Jong..” Kataku hati-hati

“Min Hyo-ya” kata Jong Woon yang tampak tidak mendengar ucapanku karena suara helaan nafasnya lebih mudah didengar daripada suaraku.

“Eo..”

“Kenapa kau menyetujuinya?”

“maksudmu, perjodohan itu?”

“eo..”

“Aku hanya tidak bisa menolak permintaan orang tuaku. Aku hanya mau mereka bahagia, lagipula kalaupun aku menolak, aku yakin akan kalah berargumentasi dengan Appa.” Jelasku.

“Tapi.. namjachingu mu apa dia tahu?”

“namjachingu?” Kataku mengulangi pertanyaannya. Sejak kapan aku punya pacar.

“ne, waktu itu aku pernah melihat kau bersama pria dikafeku.”

Mendengar bahwa dia pernah melihatku bersama pria lain, sepersekian detik aku langsung teringat Min Ho Oppa. Ya, memangnya siapa lagi pria yang pernah mengajakku pergi, eoh? “Maksudmu, Min Ho Oppa?” Aku tertawa. “aku dan dia sudah kenal dekat sejak SMA.” Kataku lagi, “Dia sangat tampan, bukan? Saat itu, awal mengenalnya aku bahkan menyukainya.” Aku menerawang membayangkan saat menyukai Min Ho Oppa dulu. Lalu tertawa.

Aku langsung merapatkan mulutku saat telingaku seperti mendengar sebuah dengusan. “Ne?” aku menatap Jong Woon yang sedang memeluk bantal sofa. Tapi pria itu langsung membuang muka. Pasti aku kelewat bersemangat menceritakan Min Ho Oppa.

“Jadi, apa dia sudah mengetahui perjodohan ini?” tanya jongwoon masih tidak melihatku.

Benar juga, seharusnya aku memberitahukan masalah ini dengangan Min Ho Oppa kan. Bagaimanapun juga dia sahabatku. Aku akan mengabarinya segera. Baru saja aku membuka mulut untuk menjawab ucapan Jong Woon tapi saku celanaku bergetar. Min Ho Oppa memanggil. Wuah, panjang umur sekali dia.

“dia menelepon, aku akan menjawabnya dulu, ne.” Kataku menunjuk ponsel yang sedang aku genggam ditangan satunya lagi. Alih-alih menjawab dia malah membuang muka lagi. “cih..” menyebalkan sekali orang itu. Lalu Aku berjalan menjauh dari sofa.

“yeobosseo Oppa.” Seruku gembira sambil berjalan menjauh.

....

“ne Oppa, nanti malam aku tunggu dirumah. Sekalian ada yang ingin aku bicarakan.” Kataku dengan nada bicara seakan ada masalah yang besar dan Min Ho Oppa menyadari itu. Memang ini masalah besarkan? Ini tentang masa depanku, saat ini aku butuh pendapat orang yang lebih dewasa dari ku.

“ne, bukan masalah besar, nanti saja aku ceritakan. Aku sedang bersama teman-temanku, tidak enak meninggalkan terlalu lama.” Kilahku lalu menoleh ke arah sofa kemudian refleks beralih pada Jong Woon yang baru datang dari dapur membawa cemilan juga menoleh kearahku.

‘Ye.. ye.. oppa, ne nado bogosipeoyo.. annyeong..” kataku menutup percakapan.

Saat aku kemabali Kim Jong Woon sudah asik mengunyah chocopie.

“Tadi Min Ho Oppa yang meleponku.” Aku menghempaskan diriku diatas sofa.

“Memangnya aku bertanya?” tanyanya datar dengan mulut penuh chocopie.

“Aissh .. neo!” umpatku.

“neo? Panggil aku Oppa juga!”

Mendengar permintaan konyol itu, tak ayal mataku melebar “Mwoya! Shirreo!” tolakku mentah-mentah

“Wae? Pacarmu yang tadi menelpon mu juga pasti umurnya lebih muda dariku,kan.”

“Aku bilang tidak mau ya tidak mau.. lagipula...”

“YA! Aku ini calon suamimu. Kau amnesia!” katanya memotong.

“Kenapa harus? Keuge.. kau kan bisa menolaknya.. jadi kita tidak perlu menikah.” Kataku kemudian, “Lagi pula, kau juga punya pacar !?”

“nde?” Sikepala besar itu sedikit tersentak dan meletakan bungkusan snacknya disisi sofa. Mungkin dia kaget aku mengetahuinya, kemudian tertawa sinis. “Jangan bercanda! Kau tidak berniat membuat gosip kan?”

Bercanda? Dimananya bercanda? Memangnya aku terlihat seperti sedang melucu?

“Jadi, sampai sekarang kau masih mau jadi Anti-fansku? Kau mau menyebarkan berita yang tidak-tidak, kan, tentang aku?” tanya pria itu lagi.

Kenapa jadi bahas tentang Anti-fans? Aku dulu hanya tidak suka dengannya. Apa itu dibilang Anti-fans? “Berita tidak-tidak apa maksudmu? A-aku.. aku tidak pernah jadi antifans mu. Aa-ku hanya tidak suka melihatmu yang dikelilingi perempuan dan memasang wajah sok tampan itu saat dikampus.” Kataku hati-hati. Aku yang biasanya tidak perduli dengan siapa aku berargumentasi, tiba-tiba sekarang aku merasa ada yang berdesir saat pria dihadapanku ini menatapku sedingin itu.

“Kau cemburu eoh?” Jong Woon mencondongkan wajahnya kearahku, dan itu membuat nafasku tiba-tiba terasa sesak.

“Hah? Kau Gila?!” kataku mendorong bahunya agar menjauh

Mata sipit itu masih menatap mataku dalam. Aku membuang tatapan itu segera. “Bisakah kau tidak menatapku seperti itu?”

“Kenapa? Semua fansku suka dengan tatapanku yang seperti ini.” katanya menjauhkan badannya lemas lalu menghadapkan tubuhnya kearah Tv

“Memangnya aku bertanya?” kataku mengopy ucapannya. “kau harus hati-hati padaku. Aku tidak mau pacarmu memarahimu.?”

Dia hanya mendecakkan lidah. Ada yang aneh dengan anak ini. aku merasakannya. Ah, memang setiap bertemu dia memang selalu aneh kan. Kadang baik, kadang dingin, dan sekarang aku merasa dia sedikit – agressive--. Yaa, kenapa tiba-tiba merinding begini. Aku mengusap pergelangan tanganku

“Ya! Wookie-a” Seruku saat melihat Ryeowook berjalan kearah tangga membawa membawa sepiring yang sepertinya berisi japchae. Ryeowook menghentikan langkahnya di anak tangga pertama lalu menoleh.

“ne.. Min hyo ssi?”

“Temani aku disini ya..” kataku memohon sambil mengapitkan tangan dibawah dagu. Jika Wookie naik keatas, berarti disini hanya ada Aku dan Jong Woon. Aku tidak mau!

“nde, kan ada Yesung Hyung..” Wookie melirik Jong Woon bingung. “Mian.. ada yang harus ke studio untuk latihan.” Katanya kecewa.

Latihan? Jelas-jelas dia membawa makanan. Aku melirik Jong Woon sebal, aku kira dia yang menyuruh Ryeowook. Ternyata dia sedang asyik menikmati snacknya. Matanypun tampak tidak lepas dari Tv. Aku menghela nafas putus asa.

“mianhae Min Hyo sshi.”

“Gwencana wookie-ah.” Kataku lemah. Wookie menganggukan kepalanya lalu beranjak naik.

Aku memandangi punggung Wookie yang semakin lama menghilang dari pandanganku. Dari pada aku disini, lebih baik aku pulang saja.

“Eodisseo?” Jong Woon mulai bicara lagi saat aku beranjak.

“Pulang” Jawabku melembarkan bantal sofa lalu mengambil tasku.

“Kenapa pulang?”

“ya, untuk apa aku disini untuk hal yang tidak jelas. Apalagi denganmu!” Kataku sebal. Jong Woon berdiri. “Soal perjodohan itu..” kataku lagi, “aku serahkan itu padamu. Kau pasti bisa membatalkannya.” Kataku diplomatis.

“Kau tidak mau menikah denganku?” katanya membuatku berdiri dalam diam. Sepertinya saat ini otakku sedang berperang dengan hatiku. Aishh aku ini kenapa?! “Min Hyo ya! Kau benarkah tidak mau menikah denganku?”

Aku melirik mata Jong Woon yang menatap dalam mataku, dan mata itu kini beralih. Seperti menatap sesuatu dibelakangku. Aku berbalik dan mendapatkan sosok perempuan cantik rambut panjang bergelombangnya dibiarkan digerai hingga menutup punggungnya. “Ri Yeon?” gumammu.

Jong Woon tidak berkata apa-apa saat itu. Padahal kalau difilm-film, kan, setidaknya dia bilang ‘ini tidak seperti yang kau lihat,chagia..’ dia hanya menatap perempuan itu skeptis. Mereka sedang bertengkar? Aku harus pergi dari sini. Aku tidak mau sampai ada jurnal tentang cinta segitiga antara aku Jong Woon dan perempuan itu. Bisa habis, aku, ditangan fans mereka.

“Ya, Jong Woon-ah.. aku harus pergi!” kataku sedikit berbisik lalu mulai pergi menjauh. Langkahku semakin dekat dengan perempuan itu, tapi perempuan itu sama sekali tidak melirikku, pandangannya hanya tertuju pada—Jong Woon. Seperti hantu.

Greeep

“hah?” aku tersentak. Jong Woon menggenggam tanganku dan berjalan keluar perempuan itu hanya menunduk. Kasihan sekali.

*****

“Kau itu kenapa? Kalau ada masalah dengan pacarmu, jangan seperti ini. jangan bawa-bawa aku!” aku berteriak didalam mobil Nissan Kim Jong Woon. Pria yang berada dibelakang kemudi itu hanya diam. Aku berdecak menatap jendela, kesal. “Bagaiman kalau namaku ada didalam artikel sebagai orang ke tiga?” gumamku.

Bayangan tentang peristiwa pelemparan telur oleh para Clouds kembali menyelinap di otakku. Itu baru dari kebencian para Clouds yang tidak suka karena aku mencaci makinya. Bagaiman kalau berita aku yang menajdi orang ketiga benar-benar terjadi. Aku pasti dicap sebagai apa? Anti fans yang sekarang mencintai Idol yang dibencinya? Perempuan perebut pacar orang?. Fikiranku mulai menebak-nebak. Tapi kenapa Jong Woon meninggalkan pacarnya itu begitu saja? Eoh.. apa perempuan benar-benar pacarnya?. Aku diam-diam melirik si Kepala besar itu dengan hati-hati berharap menemukan jawaban dari reaksi wajahnya saat ini.

“Mau ku antarkan kemana?” Tanyanya tiba-tiba ketika mataku sepenuhnya menatapnya.

“eoh.. e-everland” sahutku gugup membuat Jong Woon menatapku bingung. Aku membuang muka lagi. “aku ada janji dengan Min Ho Oppa disana.” Kilahku. Yang sebenarnya adalah Min Ho oppa akan menjemputku nanti malam. Karena sudah berada didekat Everland, aku akan menunggu Min Ho Oppa selesai syuting disana saja.

“Kau, pulang saja, sebentar lagi Min Ho Oppa juga datang.” Kataku pada Jong Woon yang berdiri diluar mobil.

“memangnya kapan aku bilang akan menemanimu?” dia mulai lagi. “Kau fikir aku mau jadi obat nyamuk kalian?”

“Aissh, TERSERAH!” aku berteriak sambil menghentakan kaki lalu pergi meninggalkannya tanpa menoleh sekalipun. Bicara dengannya benar-benar membuat emosiku naik turun. Aku pergi dengan langkah besar meski tidak tahu harus kemana wahana seluas ini. Ya, aku harus menelpon Min Ho Oppa.

Aku meletakan kedua tanganku diatas pankuanku. Sudut bibirku terangkat melihat keceriaan ditempat ini sungguh sayang menyianyiakan tempat seseru ini.

“Min Hyo-ya!” seru seseorang yang sekarang sudah menghalangi pandanganku.

“Oppa!” Sahut ku ikut berdiri.

Pria tinggi yang menggunakan kacamata hitam dan mantel panjangnya itu kemudian duduk di anak tangga sebelah ku, aku ikut duduk. “Menunggu lama ya?” tanyanya tampak khawatir.

“Aniyo.. baru saja.” Kilahku mengangkat ujung bibirku. Kalau aku bilang aku sudah menunggunya satu setengah jam pasti dia akan meraa bersalah. Lagi pula ini salahku yang meminta bertemu sekarang, padahal awalnya kami sepakat akan pergi bersama nanti malam.

“Eoh.. syukurlah,” katanya. Tangan kuat pria itu terasa ringan saat bergerak mengusap-usap kepalaku. “Kau mau boneka itu?” Oppa menunjuk boneka Singa besar yang memakai topi caplin yang terpampang disalah satu wahana tembak. Perlu konsentrasi tinggi untuk mendapatkan boneka itu, karena tembakan harus tepat pada gambar barang yang dituju.

“Bagaimana bisa?” gumamku tak yakin.

“Aku akan mendapatkannya untukmu! Kajja.” Belum sempat aku berkedip, Min Ho Oppa sudah menarik tanganku. Aku tersenyum gembira.

lima kali tembakan, enam kali tembakan.. sepuluh kali tembakan. Min Ho Oppa masih belum juga mendapatkan boneka itu. Aku melihat sekeliling kami, orang-orang tampak heran melihat tingkah Oppa. Tapi aku lebih takut kalau ada yang menyadari siapa pria disampingku ini.

“Opaa, sudah.” Aku menarik-narik ujung baju Min Ho Oppa. “Kita ke tempat lain saja yuk..” bisikku.

“Sebentar lagi, Min Hyo-ya!” katanya. “aku yakin sebentar lagi pasti dapat.”

Aku kembali mengedarkan pandangan orang-orang disekitar kami.

“agassi, namja chingumu sungguh pejuang yang hebat.” Kata seorang ahjeoma entah memuji atau meledek.

“dia bukan pacarku.” Aku mengoyangkan tangannku, saat itu juga badanku berasa bergoyang.

“YA!! Dapat!! Aku dapat!!” Min Ho Oppa mengoyang-goyangkan bahuku.

“Eo Jinjja yo?” aku ikut senang.

Senjapun berganti gelap. Aku duduk disalah satu bangku di area everland yang tampak seperti taman sambil memeluk boneka singa coklat bertopi dari Min ho Oppa. Empuk dan lembut. Aku memiringkan kepalaku memperhatikan boneka itu sebentar.

“Ige..” Oppa mengulurkan tangannya memberikan Burger dan cola, boneka itu aku letakan disisiku.

“gomawo.” Meraih uluran tangannya, lalu mulai memakan toppokki tersebut. Begitu juga dengannya. Beberapa saat kegiatan kami hanya menyantap makanan itu.

“kau suka?”

“nde?” Aku menolehnya yang sedang mengelap mulutnya dengan ibu jarinya.

Tangannya sudah berganti memegang cup cola, menyuruputnya lalu “bonekanya, apa kau suka?” dia tersenyum tulus.

Aku mengangkat ujung bibirku membalasnya dengan senyum yang lebar. “noemu neomu johahaeyo.”

“Jinjja?”

“ne. Maja (benar).” Aku mengangguk. “Oppa..” aku menyudahi kegiatanku sebelumnya setelah beberapa kali menyeruput cola, lalu menarik lagi boneka itu kedalam pelukanku.

“ne..?” Kepala pria itu dimiringkan sedikit.

“Dia..” aku menunjuk pipi boneka singa itu. “kalau dilihat-lihat mirip denganmu, ya.” Kataku terbahak membuat Min Ho merengut.

“Mworago? Museun soriya?” dia melipatkan tangannya didada. Aku semakin tidak bisa berhenti tertawa. “Yaaa.. tertawalah.”

Aku tertawa sampai tidak bisa melihat lagi. Mataku merapat karena pipiku yang naik membuat mataku harus menjadi semakin tertutup. Haha.. perutku sampai sakit. Tiba-tiba..

~chuu~~

Tawaku terhenti saat merasakan sesuatu menempel dipipiku secepat kilat. Mataku belum bisa berkedip. Tanganku bergerak memegangi pipi yang pasti sudah memerah itu.

“Oppa..” tanyaku tak percaya. Sahabatnya disampingnya baru saja mengecup pipinya. Hal yang belu pernah dilakukan sejak mereka kenal.

Min Hoo Oppa tampak gugup.

“Oppa mwoya?”

“Mianhae.. Min Hyo ya.” Aku bisa membaca bahwa pria ini tampak merasa bersalah. “Kau marah?”

Aku hanya diam, tidak tau harus berkata apa. Masih syok.

“Min Hyo ya.. maafkan aku.” Katany lirih.

Aku menatapnya heran.

“Saranghae.” Gumamnya membuat mataku melebar

“nde? Mwo?”

“Saranghae.” Ucapnya lagi.

“Oppa, kau .. jangan bercanda!”

Pria itu menggeleng yakin. “aku bercanda? Aniyo. Aku serius. Aku ingin hubungan kita lebih dari sekedar sahabat.”

Aku masih diam saat tangan hangat pria dihadapanku ini meraih tanganku.

“Min Hyo-ya.. masih adakah perasaan itu untukku?” Min Ho menundukan kepalanya mencari mataku. Aku masih terdiam. Hanya itu yang bisa aku lakukan agar pertahananku tidak rubuh. Aku tidak ingin menangis. “aku memang terlalu pengecut untuk mengatakan ini. Bahkan, untuk menerima cintamu saat sekolah dulu.”

Sekarang aku mencoba mengangkat kepalaku menatap matanya.

“Min Hyo.. Katakanlah sesuatu” katanya lembut. “aku sudah lama mengumpulkan keberanian untuk mengatakan ini. Bahkan jauh sebelum kau menyatakan cinta padaku. aku sudah membuatmu bangga, kan? Kau sudah bangga padaku kan? Jadi kurasa ini saat yang tepat memintamu untuk selalu bersamaku”

Tanganku semakin erat ia genggam. Aku memandang mata itu tidak mengerti.

“aku mencintaimu jauh sebelum kau mencintaiku. Dan aku berniat hanya akan menjadi pacarmu saat aku sudah sukses.” Katanya tertawa pelan, “Min Hyo ya.. bicara lah..”

Kenapa seperti ini? Kenapa disaat seperti ini? Fikiranku kembali mencerna maksud Min Ho yang masih selalu mencari keberadaanku saat kembali ke Seoul tanpa sepengatahuanku. Bagaimana bisa? Setelah bertahun-tahun berasama lalu berpisah dan sekarang bertemu lagi bisa menumbuhkan perasaan cinta dihatinya. Ah, tidak.. dia memendam perasaan itu sejak lama. Kenapa kau seperti ini, Oppa?. Pertahananku rubuh. Air mataku meleleh dipipiku, nafasku menjadi sesak.

“Oppa.. “ kataku lirih ditengah air mata yang perlahan jatuh bergiliran dipipiku. aku sudah menghapus perasaan itu untukmu sejak lama Oppa. Bagaimana aku mengatakan ini kepadanya. Bagaimana kau tega mengatakan ‘tidak’ padamu. Bagaimana caraku menjelaskan bahwa...

Greeep

“emmph..”

Tanganku ditarik hingga aku berdiri dan kemudian bibirku yang hampir beku karena cuaca malam ini terasa hangat tersapu bibir hangat seseorang yang aku tidak tahu siapa. Itu terjadi hanya sepersekian detik. Tangan pemilik bibir itu mengenggam kedua tanganku. Tangisku saat itu berhenti. Air mata yang tadi menutupi pandanganku sekarang mulai memberi celah melihat siapa orang itu.

Mataku melotot, tangan kananku mendorong pemuda yang menciumku itu membuat tautan kami terlepas.

“Kim Jong Woon, Nappeun!!!!” teriaku pada lelaki yang sembarangan menciumku itu.

Bukkk

Mataku semakin melebar saat Min Ho Oppa melemparkan tinjunya tepat di pelipis Jon Woon,

“Hajima!!!” teriakku yang reflek membelakangi Kim Jong Woon.

“Min Hyo-ya! Pikyeo. Dia sudah lancang menciummu. Pikyeo Min Hyo ya!” bentak Min Ho Oppa dengan tangan terkepal, seakan dalam hitungan detik dia siap menghatamkan kepalannya itu. Benar saja, Min Ho Oppa berhasil membuatku menyingkir dengan tangannya, dan tangan satunya sudah melayang kearah Jong Woon yang memegangi ujung bibirnya yang berdarah.

“Oppa! Hajjima! Jebal.” Teriakku,

Bukk.. Tinjuan Oppa mendarat tepat diperut Jong Woon membuatnya tersungkur ditanah. Jong Woon tampak tidak akan membalas perlakuan Min Ho.

“Lelaki ini pantas mendapatkannya.” Kata min ho marah. “Hyeong.. kau fikir kau siapa berani-beraninya menciumnya eoh?” mata semakin membara.

Aku menghampiri Jong Woon yang sama sekali tidak merintih meski sudah ditinju dua kali dengan pria yang lebih besar darinya.

“Oppa, kumohon. Jangan diteruskan.” Aku mulai menangis lagi.

“Jangan melindungi orang yang bersalah Min Hyo ssi!”

“Tapi, Dia calon suamiku, Oppa!”

“MWO??!” mata Min Ho melebar. Jong Woon tampak tersenyum puas.

Mungkin ini jalan keluar aku mengatakan yang sebenarnya kepadanya. Meskipun sekarang jadi dua orang yang sakit.

Aku menatap pandangan Min Ho yang masih tampak tidak percaya. Aku tidak bisa menjadi lebih dari sahabat untukmu Oppa, Mianhae .. perasaan itu sudah bukan untukmu. Perasaan itu milik orang lain. Kemudian aku beralih menatap seseorang disampingku sedang yang tersungkur ditanah. Kenapa kau melakukan itu eoh?.

******

to be continued

******

CommentBlinkie


                    
POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK