home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Heavenly Berry

Heavenly Berry

Share:
Author : lissielahm
Published : 07 Sep 2014, Updated : 07 Sep 2014
Cast : LeRoy Berry; Rachel Berry; Quinn Fabray; Rupert Campion
Tags :
Status : Complete
0 Subscribes |2009 Views |21 Loves
Heavenly Berry
CHAPTER 1 : Little Miss Blush

“Selamat pagi, my little yogurtarian! Bagaimana kabarmu, Nak?” sapa suara di seberang telepon. “Ayah?” suara Rachel Berry memekik girang. “Ayah, aku kangen sekali padamu! Bagaimana kabar Ayah di Ohio?” lanjut Rachel. “Kami baik-baik saja, sayang,” jawab ayah Rachel lembut. “Bagaimana kuliahmu di NYADA? Apakah Cassandra July masih keras padamu?” tanyanya. “Tidak ayah, hubunganku dan Miss July sudah baik-baik saja sekarang . Malah aku yang seharusnya berterima kasih pada Miss July. Ia adalah guru yang sangat baik. Selama ini ia bersikap keras padaku karena ia ingin aku menjadi performer yang kuat dan tidak gampang menyerah. Dunia pertunjukan Broadway memang keras, aku harus memiliki mental yang ekstra kuat untuk bisa berhasil,” Rachel menjelaskan. “Ayah senang mendengarnya, Rachel. Kau memang anak yang baik,” ujar ayah Rachel dengan bangga.

“Lalu, bagaimana dengan hasil audisimu untuk pertunjukan Funny Girl? Kau berhasil mendapatkan peran utamanya?” tanya ayah Rachel lagi penasaran. Untuk beberapa saat Rachel terdiam, ia tidak tahu harus menjawab apa. Ia tahu kalau ayahnya sangat mengharapkan Rachel bisa mendapatkan peran utama sebagai Fanny Brice di pertunjukan Broadway Funny Girl, namun dari hasil reading test kemarin, sepertinya sang sutradara tidak terlalu menyukai Rachel. Rachel menghela napas panjang, mencoba mengatur nada suaranya agar tidak terdengar galau. “Mereka belum mengabarkan apa-apa padaku, ayah. Nanti begitu mereka memberikan keputusan,  ayah akan menjadi  orang pertama yang tahu hasilnya,” jawab Rachel menaikkan nada bicaranya agar terdengar riang.

“Rach, menunggu memang hal menyebalkan, tapi kau tidak boleh patah semangat ya!” LeRoy Berry berusaha menghibur putri semata wayangnya. “Ngomong-ngomong, kau masih meminum yogurtmu setiap hari?  Ayah ada kabar gembira untukmu. Kau masih ingat Heavenly Blush?” tanyanya. “Heavenly Blush yogurt? Tentu saja aku ingat. Dua tahun lalu ayah ketika ayah berlibur ke Indonesia, ayah kan membawa satu dus Heavenly Blush Yogurt Drink To Go  untukku  dan aku tidak bisa berhenti meminumnya sampai habis. Sayang sekali ya ayah, produk Heavenly Blush Yogurt Drink To Go  belum tersedia di New York. Kalau tidak kan aku bisa menikmati Heavenly Blush kapanpun,” kata Rachel.

“Ayah baru baca di internet tadi, produk Heavenly Blush Yogurt Drink To Go sudah tersedia di Asian Market di New York dan bulan depan kedai Heavenly Blush yang pertama akan dibuka di Times Square. Dalam rangka itu juga mereka akan mengadakan konvensi untuk komunitas yogurtarian di New York. Kau harus datang, Rach. Kau adalah yogurtarian paling antusias yang pernah ayah temui selama ini. Ayah rasa akan menyenangkan untuk bertemu dan berkenalan dengan yogurtarian- yogurtarian lain di New York,” ayah Rachel menjelaskan dengan semangat.  “Pasti ayah, aku akan datang,” jawab Rachel cepat.

“Soal audisi Broadway-mu, berjanjilah kau akan mengabarkan hasilnya; baik atau buruk?” pinta LeRoy Berry. “Ayah bisa percaya padaku,” tukas Rachel dengan manis. “Baiklah, ayah mau berangkat kerja dulu. Have a nice day, my  favorite yogurtarian! Jaga kesehatanmu, sayang,” ayah Rachel mengakhiri pembicaraan telepon mereka di pagi hari. “Sampaikan salamku pada semua orang di Ohio,” balas Rachel sambil menutup telepon.

Apartemen yang disewa Rachel dan Kurt di pinggir kota New York terasa sangat sepi sekarang karena Kurt sedang pulang mengunjungi ayahnya di Ohio.  Rachel memutuskan untuk tetap di New York liburan musim panas ini untuk berjaga-jaga kalau produser Funny Girl akan menghubunginya untuk audisi lanjutan. Rachel  menarik kembali selimutnya dan mencoba memejamkan mata. Namun sepertinya ia terlalu khawatir untuk tidur, ia masih harap-harap cemas menunggu kepastian mengenai hasil audisinya.

“Rachel, sudah siang begini dan kau masih tidur? Rachel Berry yang kukenal di William McKinley High School sudah bangun dari jam 6 pagi untuk berolahraga sebelum berangkat ke sekolah,” teriak seorang cewek sambil menarik selimut Rachel. Rachel yang baru saja mulai terlelap, membuka matanya dengan dan ia tampak sangat terkejut melihat siapa yang baru saja membangunkannya . “Quinn? Quinn Fabray? Apa yang kau lakukan di New York dan bagaimana kau bisa masuk ke apartemenku? Astaga, apakah aku lupa mengunci apartemenku semalam? Aku harus mengecek, apakah ada barang-barangku yang kecurian,” Rachel beranjak dari tempat tidurnya dengan panik.

 “Tenang Rach, Kurt menitipkan kuncinya kepadaku. Aku bertemu Kurt di Ohio dan Kurt bilang sepertinya kau mulai kehilangan semangatmu karena masalah audisi Funny Girl ini. Kurt berpikir; siapa lagi orang yang bisa membangkitkan semangat berkompetisimu, selain aku, Quinn Fabray, saingan terberatmu di McKinley? Jadi, di sinilah aku sekarang, di New York. Aku datang untuk membantumu membangkitkan kembali semangatmu menjadi bintang Broadway,” ujar Quinn dengan nada khasnya yang sedikit angkuh.  “Quinny! Aku kangen banget sama kamu!” Rachel memeluk Quinn dengan erat.

“Oh iya, tadi sebelum sampai di sini aku mampir di Asian Market. Aku lihat ada antrian panjang di sana dan aku penasaran apa yang dibeli orang-orang itu. Jadi, aku ikut membelinya. Aku rasa kau akan suka dengan apa yang aku beli, Rach. Ini untukmu,” Quinn menyodorkan kantong belanjaannya. Rachel mengintip isi kantong plastik itu. “Heavenly Blush Yogurt Drink To Go ? Terima kasih Quinn. Ka tahu banget aku suka Heavenly Blush yogurt. Ayahku juga baru bilang tadi kalau produk Heavenly Blush sudah mulai dijual di Asian Market. Wow, aku tidak menyangka orang-orang New York banyak yang suka Heavenly Blush juga!” jawab Rachel.

“Ayo kita berangkat sekarang!” Rachel menarik tangan Quinn. “Ke mana?” Quinn tampak kebingungan. “Kita akan berolah raga di Central Pak. Kau kan sudah tahu dari dulu aku suka berolahraga pagi hari,” balasnya riang.

***

Setelah hampir satu jam mereka berlari-lari ringan mengelilingi Central Park, Rachel dan Quinn memutuskan untuk beristirahat sambil duduk di sebuah kursi taman. Rachel mengeluarkan dua kemasan Heavenly Blush Yogurt Drink To Go  dari tasnya. Rachel memberikan satu Heavenly Blush Yogurt Drink To Go  kepada Quinn. “Tidak usah Rachel, terima kasih.  Aku membelikan semua untukmu kok. Lagipula, aku kan bukan yogurtarian,” Quinn menolak dengan halus. “Mungkin saat ini kau belum menjadi yogurtarian, tapi beberapa hari di New York denganku, kau pasti akan menjadi yogurtarian juga,” kata Rachel dengan yakin. “Ayahku pernah bilang semua makanan akan terasa lebih enak jika dibagi dengan orang lain,” Rachel menyodorkan kembali  Heavenly Blush Yogurt Drink To Go  dan kali ini Quinn menerimanya.

“Wow. Ini enak banget Rachel. Pantas orang-orang sudah mengantri panjang pagi tadi,” Quinn berkomentar setelah menyedot kemasan Heavenly Blush Yogurt Drink To Go  pertamanya. Rachel tertawa mendengar komentar Quinn. “Tuh kan, pasti sebentar lagi kau akan menjadi yogurtarian juga,” goda Rachel.

“Mengapa kau menjadi yogurtarian Rachel?” tanya Quinn serius. "Hmm.. selain rasanya yang enak; yogurt juga punya banyak manfaat lain. Kau tahu di New York ini aku kan jauh dari rumah, jadi pola makanku kurang baik. Yogurt ini mengandung bakteri baik yang akan membantu menjaga kesehatan pencernaan kita dan menurunkan berat badan. Yogurt juga baik lho untuk kesehatan kulit. Banyak selebritis yang harus mengeluarkan uang banyak untuk perawatan kulit, padahal kulit yang sehat juga bisa didapat dari mengkonsumsi yogurt. Kemudian, karena aku harus kuliah di NYADA dan mengikuti berbagai audisi; aku harus terus fit. Yogurt mengandung banyak vitamin yang bisa membantu meningkatkan kekebalan tubuhku,” Rachel menjelaskan.

 “Yogurt adalah comfort food untukku. Aku makan yogurt ketika sedang senang ataupun sedih. Ayahku juga lebih senang aku sering makan yogurt ketimbang es krim, karena yogurt menyehatkan. Ayahku juga  mengkonsumsi yogurt setiap hari dan menjadi yogurtarian sampai sekarang,” sambung Rachel.

“Sepertinya aku ada ide untuk membangkitkan semangatmu, Rach. Aku tahu kau sangat suka berkompetisi," Quinn mengeluarkan selembar kertas selebaran dari tasnya. “Petugas kasir di Asian Market memberikan ini padaku. Ia menanyakan apakah aku tertarik mengikuti audisi pertunjukan Broadway Little Miss Blush yang akan diadakan oleh komunitas yogurtarian di New York. Aku dengar Rupert Campion, sutradara Funny Girl, adalah seorang yogurtarian juga dan ia akan menghadiri pertunjukan tersebut. Kau harus mengikuti audisi untuk peran Miss Blush, Rachel. Ini kesempatanmu untuk menunjukkan diri kepada Tuan Campion bahwa kau layak untuk mendapat peran utama di Funny Girl,” Quinn menyemangati Rachel.

Rachel membaca selebaran yang diberikan Quinn dengan teliti, “Baiklah, aku akan mencobanya; tapi dengan satu syarat,” jawab Rachel setelah ia berpikir cukup lama. “Katakan padaku, Rach,” balas Quinn. “Aku ingin kau berduet denganku pada saat audisi nanti,” pinta Rachel. “OK,” Quinn menaikkan bahunya tanda setuju.

***

“Kau tahu Rach, aku sangat menyukai penampilanmu yang sekarang. Kau terlihat sangat sophisticated, seperti kau sudah lama tinggal di New York,” Quinn memuji penampilan Rachel yang mengenakan little black dress untuk audisinya. Rachel memutuskan untuk tampil simpel ketika audisi karena ia ingin casting director fokus memperhatikan bakatnya, bukan pakaian yang ia kenakan. “Terima kasih Quinn. Ini semua berkat bantuan Isabelle Wright, atasan Kurt di vogue.com. Isabelle yang memberiku New York make over beberapa bulan lalu. Mungkin aku terlihat seperti seorang New Yorker dari luar, tapi di dalam aku masih tetap Rachel Berry dari Ohio kok,” kata Rachel polos.

Rachel dan Quin akhirnya sampai di sebuah teater di Chinatown New York, tempat audisi diadakan. Mereka dengan mudah menemukan gedung tersebut karena di depan gedung sudah dipasang banner Heavenly Blush berukuran raksasa. Rachel dan Quinn masuk ke dalam ruang tunggu audisi dan ada banyak gadis-gadis lain juga yang sedang duduk di sana dengan cemas menunggu giliran mereka untuk tampil di hadapan para casting director.

“Hei Quinn, lihat! Mereka memiliki mesin Heavenly Blush frozen yogurt di ruang tunggu sini, kita bisa mengambil yogurt sepuasnya. Kau mau juga?” ujar Rachel antusias. “ Tentu saja. Tampaknya kata-katamu akan segera menjadi kenyataan, Rach; aku mulai tertular menjadi yogurtarian sepertimu,” Quinn menghampiri Rachel di depan mesin frozen yogurt  sambil tertawa. “Untuk  keberuntungan dan hidup yang lebih sehat,” kedua gadis itu melakukan toast dengan cup frozen yogurt Heavenly Blush mereka.

Setelah menunggu hampir dua jam, akhirnya tibalah giliran Rachel untuk tampil di hadapan para casting director. Rachel  menyanyikan lagi lagu mash up dari I feel pretty / Unpretty untuk duetnya dengan Quinn. Lagu ini mereka memang pernah nyanyikan lagu di Glee Club sebagai tugas mingguan, namun  bagi Rachel lagu I feel pretty / Unpretty punya makna yang khusus bagi persahabatannya dengan Quinn Fabray.  Rachel tampak sedikit gugup karena ia merasa cemas apabila casting director di pertunjukan ini juga kurang menyukainya, seperti ketika reading test Funny Girl. Quinn yang melihat sahabatnya yang sedang cemas, mencoba menenangkan Rachel dan berkata, “Kau adalah seorang bintang Rachel, semua orang tahu itu. Kau hanya perlu lebih yakin pada dirimu sendiri. Aku juga sudah berjanji padamu kan, aku akan membantumu mendapatkan peran ini. Kau akan baik-baik saja,” Quinn mengakhiri kalimatnya dengan kedipan.

“Selamat siang para casting director. Namaku Rachel Berry, aku akan mengikuti audisi untuk peran Miss Blush dan ini sahabatku Quinn Fabray yang akan menjadi partner duetku,” Rachel menyapa para casting director dengan semangat. Rachel dan Quinn berhasil menyanyikan lagu audisi mereka dengan sempurna dan dengan penghayatan yang sangat baik. Ada aura persahabatan yang tulus, terpancar dari kedua gadis muda itu. “Penampilan yang bagus, Rachel Berry,” komentar salah seorang casting director. Rachel mengenali casting director itu, ia adalah Andrea Zee. “Kalau dari soal bakat, aku tidak perlu meragukan lagi kemampuanmu dan sahabatmu.  Namun pertanyaannya Rachel, apakah kau mempunyai apa yang kami cari untuk memerankan karakter Miss Blush?” tanya seorang casting director pria dengan serius. Rachel membaca papan nama dari pria itu, ternyata ia adalah Duncan Stewart, salah satu  casting director paling killer di Broadway. Rachel tampak terkejut dengan pernyataan Tuan Stewart. “Apakah kau seorang yogurtarian?” tanyanya. “Ya,” jawab Rachel mantap. “Baiklah, apa arti menjadi seorang yogurtarian untukmu?” Tuan Stewart bertanya lagi pada Rachel.

Rachel berpikir sejenak, ia mencoba merangkai kata-kata yang tepat untuk menjawab pertanyaan dari Duncan Stewart. Rachel mencoba bersikap tenang, menarik napas, dan mencoba mengawali jawaban pertanyaannya dengan sebuah senyuman tulus. “Terima kasih atas pertanyaannya Tuan Stewart. Menurutku menjadi seorang yogurtarian berarti menjadi sesesorang yang menyadari bahwa kita harus menjaga kesehatan tubuh kita, baik luar maupun dalam. Olahraga saja mungkin terkadang tidak cukup, kita juga harus memiliki pola makan yang sehat dan yogurt telah membantuku untuk menjalani hidup yang lebih sehat” jawabnya. Rachel menunggu reaksi Duncan Stewart terhadap jawabannya, tapi Tuan Stewart tidak berkomentar apa-apa lagi dan hanya menulis beberapa catatan di selembar kertas.

“Lalu bagaimana pendapatmu tentang Heavenly Blush?” celetuk seorang perwakilan dari Heavenly Blush yang menyaksikan jalannya audisi. “Aku suka Heavenly Blush yogurt dan aku juga suka dengan filosofi guilt-free pleasure dari Heavenly Blush. Yogurt memiliki rasa yang enak, namun tidak memberikan efek samping yang negatif terhadap tubuh kita. Seperti Quinn Fabray, ia adalah sahabat terbaikku. Di William McKinley High School; Quinn adalah murid yang pintar, cantik, kapten tim Cheerleaders, dan memiliki suara yang bagus. Aku dan Quinn bersaing di McKinley dan Quinn telah berhasil mengeluarkan bagian diriku yang terbaik. Quinn yang pintar, memotivasiku untuk terus belajar agar bisa seperti Quinn dan menurutku itulah arti persahabatan yang sesungguhnya. Sahabat yang baik itu harus seperti yogurt. Aku selalu merasa senang bersahabat dengan Quinn dan ia juga telah memberikan banyak efek positif bagiku,” Rachel mengakhiri jawabannya dengan memeluk erat Quinn. Quinn tampak terkejut dengan aksi spontan Rachel. “Terima kasih banyak, Quinn Fabray,” bisik Rachel.

***

Rachel akhirnya berhasil mendapatkan peran sebagai Miss Blush di pertunjukan Broadway Little Miss Blush. Selain karena bakatnya, para casting directors  memilih Rachel karena mereka menyukai jawabannya yang antusias. Cerita Little Miss Blush juga hampir mirip dengan kisah hidup Rachel; mengisahkan tentang seorang gadis muda di New York yang berjuang untuk mewujudkan cita dan cintanya, tentunya dengan Heavenly Blush Yogurt Drink To Go  yang selalu menemani di setiap kesempatan.

Pertunjukan Broadway Little Miss Blush dilaksanakan bertepatan dengan pembukaan kedai Heavenly Blush di Times Square. Seperti perkiraan, banyak sekali yogurtarian yang menghadiri pertunjukan tersebut. Sebelum pertunjukan dimulai, Rachel mengintip dari balik tirai panggung untuk melihat siapa saja yang sudah hadir. Rachel melihat ayahnya sudah duduk di barisan tengah, Rachel melambaikan tangan pada ayahnya. LeRoy Berry menatap putrinya dengan bangga, sambil memamerkan satu cup frozen yogurt Heavenly Blush yang dibagikan secara gratis untuk para penonton. Rachel terus mencari di kerumunan, apakah Rupert Campion benar-benar datang seperti yang dikatakan Quinn Fabray. Lalu pada lima menit terakhir sebelum pertunjukan dimulai, Rupert Campion akhirnya muncul dan duduk di barisan VIP paling depan. Rachel kembali ke belakang panggung dan rasa gugup mulai menghampiri dirinya. Rachel berusaha menenangkan diri dengan berdoa, semoga ia berhasil memberikan penampilan terbaiknya sebagai Miss Blush.

***

Little Miss Blush berhasil memukau para yogurtarian yang hadir di sana. The New York Times juga memberikan review yang positif untuk pertunjukan tersebut dan mereka memuji penampilan Rachel pada debut Broadway pertamanya. Teman-teman Rachel juga memberikan selamat atas keberhasilan Rachel memerankan karakter Miss Blush. Rachel merasa lega, sekaligus senang dengan hasil kerja kerasnya. Masih ada satu hal yang masih mengganjal di pikiran Rachel, apakah ia akan mendapat peran utama di Funny Girl? Sudah satu bulan berlalu dari reading test dan Rupert Campion belum mengabari Rachel lagi.

Rachel mendengar telepon genggamnya berdering, ada panggilan masuk dari nomor yang ia tidak kenal. Dalam hati Rachel menebak, mungkin ini telepon dari Rupert Campion yang mengabari bahwa Rachel tidak berhasil medapatkan peran Fanny Brice. Rachel menerima panggilan tersebut sambil menyilangkan jarinya. Tebakan pertamanya benar, memang Rupert Campion yang menelepon. Namun apakah tebakan Rachel yang kedua akan benar?

“Hai Rachel! Apa kabar? Aku menyaksikan Little Miss Blush minggu lalu,” Rupert menyapa Rachel dengan hangat. “Terima kasih telah menyaksikan pertunjukanku, Tuan Campion,” balas Rachel sopan. “Setelah menyaksikan penampilanmu kemarin, aku rasa aku telah membuat keputusan yang benar,” sambung Rupert Campion. Kata-kata Rupert Campion membuat Rachel terkejut, apa maksudnya? Apakah penampilan Rachel sangat buruk di mata Rupert, sehingga wajar saja ia tidak meloloskan Rachel di reading test? “Keputusan apa?” tanya Rachel ragu-ragu. Air mata Rachel mulai membasahi pipinya karena ucapan Rupert, tapi ia tidak boleh sampai menangis di depan Rupert karena itu akan membuatnya terdengar tidak profesional.

“Aku rasa aku telah membuat keputusan benar dengan memberimu peran Fanny Brice di pertunjukan Funny Girl kita nanti,” jawab Rupert bersemangat. “Ya Tuhan! Kau serius?” Rachel berteriak kegirangan. “Aku sudah hampir menangis karena berpikir tidak mendapat peran Fanny Brice,” sambungnya. “Maaf Rachel aku sudah membuatmu hampir menangis. Kau tahu aku selalu suka elemen kejutan,” ledek Rupert sambil tertawa.

“Satu lagi, Rach. Apakah kau mau punya mesin frozen yogurt Heavenly Blush di ruang gantimu?” tanya Rupert. “Tentu saja aku mau, tapi bagaimana bisa?” Rachel terdengar bingung menanggapi tawaran Rupert Campion.  “Karena kau dianggap telah berhasil mewakili citra seorang yogurtarian, maka Heavenly Blush ingin mengontrakmu sebagai brand ambassador mereka,” ujar Rupert. “Benarkah? Astaga, ini benar-benar luar biasa,” Rachel kehabisan kata-kata untuk mengungkapkan kegembiraan dan rasa syukurnya.

“Aku ingin kau menemuiku di kantor besok dan kita akan membicarakan mengenai kontrak dan jadwal latihanmu. Bersiaplah Rachel. Ini akan menjadi perjalanan yang menyenangkan,” Rupert Campion mengakhiri pembicaraan mereka.

Rachel meletakkan kembali telepon genggamnya di meja dan mulai menari-nari berkeliling apartemennya. Ia sangat tidak sabar sampai Kurt kembali ke New York dan mendengar kabar gembira ini. Lalu tiba-tiba Rachel teringat, ada satu janji yang harus ia laksanakan.

“Halo Rachel! Ada apa kau menelepon?” sapa sebuah suara yang sudah tidak asing lagi bagi Rachel.

“Ayah, aku mendapatkan perannya,”  Rachel membuka percakapan telepon mereka.

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK