“Sehun-a, urinmaneyo~” suara wanita itu kembali ia dengar. Matahari sore itu terus membuatnya berdecak kesal, suara wanita itu, wujud wanita itu dan satu hal yang masih ia sesali adalah wanita itu masih belum menyadari kesalahannya sebagai seorang yang hanya menjadi pelampiasan semata yang pernah dilakukan pemuda itu. Penyesalan itu kembali ia ingat tiada henti pada hari itu, ia hampir kehilangan akal untuk lari dari semua ini, bahkan niat untuk berhenti dari kegiatan dunia keartisannya sempat ia pikirkan.
“Ya, kau datang dihadapan Sehun lagi, aku gak main-main buat kau lebih menderita, kau puas?” ponsel yang ada ditangannya kini berada digenggaman Kai, baru kali ini, sahabatnya begitu kesal ketika wanita itu terus mengangguinya, bahkan saat kerja seperti saat ini.
“Sehun-a, kau selesaikan perkejaanmu dulu. Untuk ini, kita bisa lupakan sejenak.” Seseorang memberinya dukungan untuk tidak mengingat kejadian itu. Ia tak mau, semuanya jadi kacau jika ia terus memikirkan hal itu.
Saat ini, Do dan Kai masih memperhatikan Sehun dengan teliti, keraguan diantara mereka muncul jika Sehun tidak bisa fokus. Hampir saja ia tersandung sebuah kotak berukuran sedang ketika ia berjalan menuju lokasi pemotretan. “Ini hari terakhir, dan sampai sekarang wanita itu masih muncul dihadapan kita.” Tungkas Kai.
“Ya! Sooyoung-a! kau~” sebuah lemparan yang tepat mengenai punggung Sooyoung. Jiyeon tertawa lepas melihat reaksi Sooyoung yang begitu kesal. “Yaaaa, oh jadi ini maumu? Baiklah!” ia mengejar Jiyeon tanpa henti disela persiapan pemotretan hari kedua berlangsung. Tampaknya, suasana hatinya kini lebih baik daripada hari sebelumnya. Semakin jauh ia berlari semakin membuatnya lebih bebas dari yang pernah ia rasakan. Ia merasakan suatu perasaan yang lepas saat ia berlari begitu jauh dari tempat sebelumnya. “Jiyeon-a!”
“Annyeong eonni!” ia terus meloncat kegirangan dan lambaian tangan itu juga menjadi kekhawatiran Sooyoung saat ini. Ia mencoba tidak mengingat apa yang terjadi sebelumnya, apa yang ia dapatkan dari pengakuan Sehun itu. “Nawaaaa!”
“Eonni, kau seharusnya ikut aku berlari, segala sesuatunya ketika kita merasakan hal tak baik, dengan cara berlari pun kita dapat menghilangkan pikiran itu sejenak.” Dia terus mengendus kelelahan dan segala kata yang ia ucap membuat hatinya kembali bergeming, apa mungkin Jiyeon merasakan hal aneh pada Sehun? Apa mungkin ia masih beranggapan ini hanya sebuah kegelisahan semata?
“Jiyeon-a~”
“Wae?”
“Gwenchana?”
Jiyeon berdecak heran dengan segala perkataan Sooyoung hari ini. Ia merasa ada suatu hal yang disembunyikan oleh wanita disampingnya. Aniya, seharusnya aku tak memikirkan hal itu. Wanita itu terus berusaha menghilangkan pemikiran negatif yang terus bersarang diotaknya. “Pfffttt.”
“Kau seharusnya berlari lebih jauh, kalau itu membuatmu merasa lebih senang.” Matanya tak berhenti memandang Jiyeon. Huruf demi huruf terlihat setelah Jiyeon menyelesaikan tulisan diatas pasir putih pantai itu. OH SEHUN, nama yang ia kenal, ia ketahui dan ia kembali merasa bersalah harus menyembunyikan hal ini. Ponsel berwarna putih itu berada disampingnya, tak berpikiran panjang, ia memainkan ponsel Jiyeon dan mengusap layar itu. Satu pesan asing yang ia buka itu menunjukkan satu hal yang aneh. “Benarkah?”
***
“Cut!” pengarah model itu menyahut penuh bahagia, pemotretan hari kedua terselesaikan dengan cepat. Salah satu kru mengingatkan akan ada candle light dinner bersama para kru dan staff dari setiap pihak yang terlibat. Wanita itu kembali menyudutkan garis bibirnya setelah arahan dari kru lainya. Sepertinya, ini menjadi hari yang sulit untuk ia hadapi.
Kakinya terus berjalan cepat ketika mendapatkan pesan dari seseorang, Sooyoung merasakan hal aneh dari Jiyeon hari ini. Berbedan dengan hari sebelumnya, ia bisa tertawa riang tanpa ada celah. “Aku merasa, ada yang disembunyikan dari Jiyeon.”
“Ya?” serentak ketiga pemuda itu merespon pernyataan itu. “Aku sudah ngerasa, ada hal yang sudah ia ketahui dari Sehun. God!”
“Wae geure, chingudeul?” Sehun datang dengan langkah ringan.
“Sehun-a.” mata Sooyoung melihat ke arah Sehun.
“Wae, come on guys, whats happen?”
“Kau harus berterus terang dengan Jiyeon. Kami melihat raut wajahnya berubah drastis sejak pagi tadi.”
“Kami tahu, ini sangat sulit, tapi bagaimanapun juga kita harus ambil langkah ini untuk menyelesaikan semua ini.” Wanita itu berjalan kehadapan Sehun dan membisikkan sesuatu agar mereka bisa berbicara berdua. Sehun pamit terlebih dahulu dan berharap ketiga temannya bisa mencari tahu keberadaan Jiyeon saat ini.
“Sehun-a, ada sesuatu hal yang aku ketahui.” Mata pemuda itu kembali menatap cahaya matahari sore yang akan terbenam. Melihat respon itu, Sooyoung hampir saja tak ingin mengatakan ini, tentu saja, Jiyeon dan Sehun bisa saja tidak akan bertemu setelah ini, jika belum semua bukti itu mengarah kepada sebuah pesan yang sempat ia baca. Dari tanngannya, ia memegang ponsel dan memberinya kepada Sehun. Betapa terkejutnya, saat didalam jepretan foto itu adalah sebuah pesan yang membuat dirinya cepat mengetahui siapa orang dibalik pesan-pesan aneh itu. Pesan itu membuat dirinya hampir tak bisa menahan emosinya, bahkan Sooyoung menghentikan segala pemikiran yang ada di pikiran pemuda itu. “Tenanglah, Sehun. Kau tak bisa mengambil langkah yang salah. Kau juga harus memikirkan perasaan Jiyeon saat ini.” Selang beberapa waktu, Sehun kembali tenang dan mencoba relaks dan kembali mendengar satu kalimat yang membuat hatinya tergugah, membuat hatinya ingin kembali merasakan hal yang sama saat beberapa tahun silam. “Apakah kau masih merasakan hal yang sama setelah 6 tahun yang lalu?”
Pertanyaan ini kembali ia lafalkan dalam hatinya, dan kembali ia sebutkan berulang-ulang. “Cobalah kamu melihat matahari saat ini, kau akan melihat betapa indahnya saat ia harus kembali membenamkan cahaya indah itu dan hilang dibalik lautan indah ini…” wanita itu kembali menafsirkan segala cerita kehidupan mereka dan berharap ini dapat dimengerti oleh Sehun. “Ketika ia kembali mucul, maka cahaya itu kembali menyinari alam sekitarnya. Begitu juga saat kau harus merelakan ia pergi selama 6 tahun dengan harapan ia kembali bercahaya dihadapan aku dan kita semua untuk kembali menorehkan cerita yang indah untuk dikenang.” Perasaan itu terus berkecamuk didalam hatinya, Sooyoung tak bisa berkata lagi, jika Sehun sudah terdiam tanpa ada jawaban pasti.
“Sooyoung-a, kau lihat kebelakang sekarang.” Sekejap ia melihat Kai, Dio membawa Jiyeon kembali. Ia berusaha untuk tidak berteriak dan kembali menghadap ke arah pantai.
“Sehun-a? Apa yang kau rasakan saat ini?”
“Aku tahu, ini semua cara yang salah yang aku ambil. Dan aku begitu naif ketika Jiyeon harus memilih kembali ke negara asalnya. Betapa bodohnya aku tidak bisa menerima kepergiannya. Aku sadar, saat ini Tuhan memberikan titik penerangan agar aku bisa menjalankan kehidupanku yang baru. Aku sungguh menyesal…”
“Aku mau, kau berteriak sekencang mungkin, lepaskan segala masalahmu disini, teriaklah sepuas mungkin, agar kau lebih tenang dari sebelumnya..” kepalanya menoreh ke arah Sooyoung yang berada disebelah kanannya. Badannya kembali tegak dan berjalan menuju tepi pantai itu. Jiyeon yang berada dibelakangnya melihat segala hal yang dilakukan pemuda itu, perasaannya sudah kembali baik mendengar segala pernyataan yang harusnya bisa ia dapat secara cepat. “Jiyeon-a!!” suara itu membuat hatinya tersentuh. Kembali merasakan ada dorongan keras untuk kembali memanggil nama itu. “Jiyeon-a!”
“Mianhae, nado saranghae!” teriakan itu terus bergema dalam hatinya. Perasaannya itu membawanya ingin berlari menuju seseorang yang ia rindukan, seseorang yan mampu mendamaikan hatinya, seseorang yang mampu membuatnya terus tersenyum, bahkan sampai ia rela memilih untuk masa depannya. Langkah kaki wanita itu terus cepat, inilah yang ia tunggu, kembali bertemu dengan oemuda yang sudah lama ia rindukan. Wanita itu sudah berada dibelakang Sehun, dan baru saja ia berdiri didekatnya, pemuda itu merasakan ada seseorang yang menghampirinya, ia membalikan badannya dan melihat seorang wanita yang ia rindukan berada dihadapannya. “Kau.. Ji..ji…”
“Sehun-a, gomawoyo. Aku sudah mengetahui semuanya. Kau harusnya menceritakan lebih awal, agak aku tidah berprasangka buruk padamu….” “Mianhae, saat itu aku tak bisa memberitahumu akan pilihanku itu. Tapi aku tahu, kau masih menjadi orang yang sama yang pernah aku kenal.”
Kedua mata Sehun dan Jiyeon saling menatap satu sama lain, keduanya tak menghiraukan akan cahaya langit yang berangsung memudar. “Sehun-a… Kau adalah pria yang selalu ternaung dalam hatiku, selama 6 tahun aku harus menghilangkan segalanya tentangmu, tetapi tak semudah yang kau bayangkan. Ini semua karena aku masih mengharapkan kau kembali padaku dan bercerita denganku…”
“Saranghae, nado saranghae…” tanpa berpikir panjang, Sehun memeluk Jiyeon dengan lembut. Kehangatan itu kembali mulai disaat satu sama lain sudah mengerti, memahami bahkan dapat mengorbankan satu pilihan yang menjadi jalan kehidupan itu. Segala cerita dalam kehidupan itu, tak semudah membalikkan kedua telapak tangan, setiap masalah akan cepat terselesaikan jika kedua orang yang saling mengerti dapat menerima segala cerita buruk dimasa lalu. Malam itu, menjadi malam yang indah bagi Sehun dan Jiyeon maupun ketiga temannya yang sudah membantu mereka hingga saat ini.
***
END
Thanks for all reader, Mianhaeyoo, baru bisa update ending ceritanya. So, masih ada lagi loh kelanjutan cerita Sehun dan juga Jiyeon :D Akankah perjalanan cinta mereka melewati jalan yang mulus? Up next guys! ^^