home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Baby Don't Go

Baby Don't Go

Share:
Author : durrotunna
Published : 01 Sep 2014, Updated : 15 Mar 2016
Cast : Byun Baekhyun, Park Nara , Xi Luhan
Tags :
Status : Ongoing
1 Subscribes |9348 Views |3 Loves
Baby Don't Go
CHAPTER 6 : Mad

“Aku mencintaimu Park Nara, lebih dari seorang kakak kepada adiknya.” Ucapan Luhan barusan membuatnya terkejut. Benarkah saat ini Luhan sedang menyatakan perasaannya kepadanya. Andai takdirnya tidak seperti ini mungkin saat ini dia akan merasa bahagia sekali. Tetapi, keadaannya berbeda sekarang.

Oppa, aku”

“Kau tahu, betapa khawatirnya aku saat kau pergi. Ayah dan Ibu tidak menjelaskan secara detail, aku takut kau kenapa-kenapa. Dan kemarin aku bertemu denganmu, kau tahu? Aku sangat bahagia Park Nara, aku benar-benar merindukanmu”

Oppa” Nara bingung apa yang harus dilakukannya saat ini. Kedua tangannya meremas ujung rok yang ia kenakan. Kebiasaannya saat gugup memang. Kini mereka terdiam beberapa saat, keduanya tak mengucapkan sepatah katapun.

“Nara? Apa yang kau lakukan disini?” Suara yang familiar itu mengejutkan Nara, ia menatap tak percaya pria yang ada dihapannya kini.

“Chanyeol-ah kenapa kau meninggalkan--” Seseorang yang datang lagi itu membuat Nara tidak bisa mengeluarkan satu patah katapun. Apa yang harus kulakukan sekarang. Nara, habislah kau saat ini.

“Nara?”ucap Baekhyun tak percaya.

Byun Baekhyun dan Park Chanyeol kini benar-benar berada di hadapan Nara. Nara tak tahu harus berbuat apa sekarang. Yang ia pikirkan saat ini adalah kemarahan Baekhyun. Ia takut jika suaminya benar-benar marah. Tatapan Baekhyun kini menuju kearah Luhan yang bingung melihatnya itu.

Nuguya?”Tanya Luhan kepada Nara yang masih terdiam itu. Sebelum Nara menjawab pertanyaan Luhan, Baekhyun telah memotongnya terlebih dahulu.

“Apakah kau ingin pulang?”ucap Baekhyun dingin. Mendengar hal itu Nara bangkit dari duduknya, mengambil tasnya dan membawa belanjaannya itu. Berdiri disamping Baekhyun yang masih menatapnya tajam itu. Tanpa ia sadari sesuatu telah jatuh dari tasnya.

Ne~, a-aku ingin pulang”jawab Nara sedikit terbata-bata. Kini Baekhyun menggandeng tangannya, dan hal itu membuat Nara sedikit terkejut. Ia hanya mengikutinya, sepertinya ia harus menjelaskan ini kepada Luhan secepatnya.

“Nara-”Kini Luhan berdiri, sepertinya dia ingin menghentikan Nara yang tiba-tiba meninggalkannya itu. Otaknya mempertanyakan semua ini, siapa pria itu. Seenaknya sendiri membawa Nara pergi seperti itu.  Tapi langkahnya kini terhenti oleh Chanyeol yang sudah ada didepannya.

“Hai, sepertinya Nara sedang sibuk sekarang.” ucap Chanyeol dengan wajah cerianya itu. Tangan Luhan mendorong pelan tubuh Chanyeol yang menghalanginya itu.

“Kau siapa?” ucap Luhan yang kini masih ingin mengejar Nara yang sudah keluar dari Kafe ini. Chanyeol kembali menghentikan aksi Luhan itu.

“Aku Park Chanyeol. Lalu siapa kau? Apakah kau teman Nara?”Tanya Chanyeol.Luhan merasa terganggu akan lelaki yang ada dihadapannya kini. Matanya sudah melihat jauh disana. Sepertinya Nara sudah tak terlihat lagi. Sial.

“Aku kakaknya, Lu han.” ucap Luhan datar. Tangannya kini meraih ponsel yang ada disakunya itu. Entah kenapa perasaannya tidak enak. Sedikit mengganjal tentang kejadian tadi. Siapa pria yang membawa Nara pergi tadi? Kenapa Nara begitu menurut dengannya, bahkan wajahnya terlihat seperti ketakutan. Tunggu… apakah dia orang jahat? Pikiran itu semua kini berkumpul jadi satu di otak Luhan.

Chanyeol masih terkejut akan apa yang diucapkan pria yang ada didepannya itu. Luhan? Pria yang ada didepannya adalah yang bernama Luhan itu? Bukankah dia yang diceritakan Baekhyun itu? Jadi dia benar-benar namjachingunya Nara. Chanyeol masih menatap heran Luhan yang sedang mengotak-atik ponselnya itu. Seperti sedang mencoba menghubungi seseorang.

“Kau LU-HAN?” ucap Chanyeol sedikit tak percaya. Luhan hanya menatap Chanyeol kesal. Ia tak peduli dengannya, yang ada dipikirannya sekarang adalah Nara. Tiba-tiba ponsel Chanyeol berbunyi, segera ia mengangkatnya.

Ne, Aku segera kesana.” ucapnya sambil meninggalkan Luhan yang masih disitu. Sebelum pergi ia memperhatikan Luhan sebentar. Sepertinya ia telah memberikan informasi yang salah kepada Baekhyun selama ini.

Baekhyun, mianhae’ batin Chanyeol yang kemudian melesat pergi meninggalkan tempat itu.

“Kenapa kau tak mengangkatnya”ucap Luhan saat beberapa kali menghubungi Nara. Ia kembali duduk ke kursinya, tapi sebelum itu tak sengaja ia menginjak sesuatu yang ada di lantai itu.  “Apa ini?”

 

***

 

Baekhyun menutup pintu mobil dengan kasar. Emosinya kini benar-benar meluap, dari urusan pekerjaan tadi hingga saat ini. Ditambah baru saja ia melihat istrinya bersama seorang pria. Ia tahu siapa pria yang bersama Nara tadi. Oleh karena itu dia menjadi marah seperti ini. Mungkin jika pria lain sikapnya tidak akan seperti ini.

“A-aku tidak sengaja bertemu dengannya”jelas Nara setelah beberapa saat tak ada suara diantara mereka. Baekhyun juga tidak mengemudikan mobilnya. Mereka hanya diam didalam mobil. Nara masih menunduk, dia tidak berani menatap Baekhyun sekarang.

Baekhyun hanya diam saja, dia juga tidak tahu apa yang harus ia lakukan sekarang.

“Apakah aku pernah mengijinkanmu bertemu dengannya?”

“Baekhyun-ssi

“Tidak bisakah kau memberitahuku setiap kali pergi?”

“Aku sudah mengatakannya tadi pagi”

“Dan bertemu dengannya?”

Kali ini Nara tak menjawab, ia memilih untuk diam. Dilihatnya Baekhyun yang ada disebelahnya itu, yang dari tadi tak menatapnya sedikitpun. Kilat matanya begitu tajam. Apakah ia benar-benar marah saat ini? “Aku tak sengaja bertemu dengannya, aku-”

“Berapa kali kalian bertemu?” Tanya Baekhyun menyelidik. Nara masih tak memberi jawaban. Tiba-tiba tangannya memukul stir yang ada didepannya itu. Membuat Nara yang ada disebelahnya itu sedikit terkejut.

Mianhae~”ucap Baekhyun pelan.

Nara menatap Baekhyun dengan tatapan tak percaya. Apakah yang ia dengar barusan benar? Baekhyun mengucapkan kata ‘maaf’ kepadanya. “Mianhae~”ulangnya lagi.

Kini Baekhyun menatap Nara yang ada disampingnya itu. Tatapan matanya begitu teduh, sepertinya dia memang benar-benar mencintainya. Park Nara, seseorang yang sangat ia cintai dan kini sudah menjadi istrinya.

“Seharusnya aku yang minta maaf. Mianhae Baekhyun-ssi…”

 

Kini tangan Baekhyun mengusap pelan rambut Nara dengan lembut. “Jangan pernah bertemu dengannya lagi” Kalimat yang dilontarkan Baekhyun barusan masih terngiang di pikiran Nara sekarang. Mana mungkin dia bisa melakukan hal itu. Luhan, dia masih merindukannya. Lagipula ia hanya menganggapnya sebagai seorang kakak. Tapi ucapan Luhan di Kafe tadi,

“Aku mencintaimu Park Nara, lebih dari seorang kakak kepada adiknya.”

Kalimat itu masih saja menghantuinya. Suatu pernyataan yang memang ia harapkan sebelumnya. Entah perasaan apa yang ia miliki, yang jelas dari dulu ia memang ia menyukai Luhan.

“Kau jadi belanja?”Tanya Baekhyun setelah beberapa saat mereka terdiam satu sama lain. Nara yang sedang melamun itu buru-buru menjawab. “Ne.”

Baekhyun melirik kearah Nara yang sedang menatap kosong kedepan. Apa yang ia pikirkan sekarang? “Apa yang kau pikirkan?”

Nara yang merasa diperhatikan oleh suaminya itu menatap Baekhyun yang sedang bertanya kepadanya itu. Pikirannya kini benar-benar kacau. Bahkan tadi dia belum sempat berpamitan dengan Luhan.

“Tak ada Baekhyun-ssi”ucap Nara sambil sedikit tersenyum.

“Apa kau sakit? Kenapa wajahmu selalu terlihat seperti itu?”

Nara menyentuh wajahnya pelan, seperti memastikan ada apa dengan wajahnya. “Aku baik-baik saja. Memang ada apa dengan wajahku?”

Baekhyun menatap Nara sekilas dan kemudian kembali fokus menyetir. “Kau selalu terlihat pucat.”

Nara kembali berpikir, benarkah yang diucapkan Baekhyun barusan? Setahunya memang wajahnya seperti ini.  Kini tangannya meraih ponsel yang ada di tasnya itu. Ia begitu terkejut melihat pemberitahuan di ponselnya itu. 10 panggilan tak terjawab,7 kotak masuk. Dan semua dari Luhan, ya tentu saja. Karena kontak telepon Nara hanya berisi satu nomor yaitu Luhan.  Ia melirik kearah Baekhyun sebentar, takut jika Baekhyun mengetahuinya. Haruskah ia menjawab pesan Luhan sekarang? Semua pesan itu berisikan hal yang sama, yaitu menanyakan kondisinya sekarang. Dan penjelasan tentang kejadian tadi.

‘mianhae oppa ‘ batin Nara yang kemudian memasukkan ponselnya kedalam tasnya lagi.

 Kini mobil mereka kini memasuki gerbang rumah. Mereka turun dari mobil tanpa sepatah katapun. Baekhyun yang mendahului Nara untuk masuk rumah itu sedang sibuk menjawab telpon, yang jelas sepertinya membahas tentang pekerjaan.Nara hanya diam sambil mengikutinya dari belakang.

Ne. Nanti akan kuhubungi lagi.” kata Baekhyun sambil mematikan ponselnya. Dilihatnya Nara yang berada dibelakangnya. Diambilnya barang belanjaan Nara dan kemudian masuk kedalam rumah,

“Istirahatlah”ucap Baekhyun sesudahnya.

 

***

 

Chanyeol sedang menunggu seseorang didepan kantor. Sesekali melirik kearah pintu yang berinterior kaca itu. Memastikan penampilannya kini, yang jelas ia ingin terlihat sempurna. “Kenapa jantungku berdetak seperti ini. Aish,,, “ucapnya sambil mengatur napas.

Saat ini dia sedang menunggu Jung Han Ni, seseorang yang mulai hari ini akan menjadi rekan kerjanya itu. Sebenarnya tidak perlu dia menunggu didepan seperti ini. Ini hanya keinginannya sendiri. Beberapa kali karyawan yang masuk menatapnya heran. Chanyeol hanya tersenyum saat beberapa anak buahnya melewatinya.

“Selamat pagi, direktur Park.” sapa beberapa karyawan yang baru saja berangkat itu.

Ne. Selamat pagi semuanya.” jawabnya sambil meperlihatkan deretan giginya yang rapi itu.

“Apa yang anda lakukan disini?”Tanya salah satu dari mereka.

“Pagi ini sangat indah bukan.” Semua heran atas tingkah Chanyeol saat ini. Tak seperti biasa dia berangkat sepagi itu dan berdiri didepan kantor seperti sekarang ini.

Tangannya kini memandang jam tangan yang melekat di pergelangan tangan kirinya itu. Memastikan pukul berapa saat ini. Sepertinya ia telah menunggu lumayan lama. “Apakah dia datang terlambat?” ucapnya sedikit mengeluh. Kembali ia berkaca melalui pintu kantornya itu.

“Apakah aku masih terlihat tampan?” ucapnya sambil merapikan rambutnya yang memang sudah tertata rapi itu.

“Ah itu dia” Kini pandangannya menuju kearah wanita yang sedang turun dari taksi itu. Siapa lagi jika bukan Jung Hanni. Wanita yang memang ia tunggu dari tadi. Senyuman lebar kini mengembang di bibir pemuda tampan ini.

“Selamat pagi nona Jung”sambut Chanyeol ketika Hanni melewatinya. Hanni menatap Chanyeol heran.

“Pagi. Kenapa kau masih disini? Apakah kau menungguku?”Tanya Hanni

Ah~ Aniyo.. Aku baru saja datang. Wah sepertinya kau terlihat sangat cantik hari ini. Dan kau lebih cocok dengan rambut barumu ini” Memang Hanni sengaja mengubah warna rambutnya itu. Ia merasa tidak nyaman jika tetap pada rambut pirangnya dulu.

“Trimakasih.” ucap Hanni singkat dan kemudian melangkahkan kakinya kedalam.

“Hey tunggu, kita bisa masuk bersama”ucap Chanyeol sambil mengikuti Hanni itu. Kini keduanya berjalan bersama, mereka tampak sangat serasi. Beberapa kali Chanyeol bersuara, tetapi Hanni tetap saja tidak menanggapinya. Tidak berubah. Itulah hal yang tepat untuk Chanyeol.

“Ruanganmu ada di lantai 5, dan itu ada disebelah ruanganku. Jadi setiap hari kita bisa-”

“Berhentilah berbicara.”Hanni memotong ucapan Chanyeol yang sedari tadi berbicara tak penting kepadanya. Mereka berdua sedang berada didalam lift sekarang. Tak sedikitpun Hanni melihat kearah Chanyeol yang ada disebelahnya itu.

“Kenapa kau naik taksi? Perlukah aku menjemputmu setiap pagi?”Tanya Chanyeol lagi.

“Berhentilah bertanya. Kita hanya perlu membahas proyek yang kita tangani.” Chanyeol menghela nafas perlahan. Sesaat kemudian kembali bersuara.

“Ini di luar jam kerja, apakah aku tidak boleh membahas yang lain?”

“Aku tidak berminat menjawab semua pertanyaanmu.”

Pintu lift kini terbuka, Hanni segera keluar mendahului Chanyeol. Tangan Chanyeol kini meraih tangan Hanni yang mendahuluinya itu. Membuat Hanni terhenti dari langkahnya saat itu juga.

“Ruangan kerjamu ada disebelah kiri. Selamat bekerja,”ucap Chanyeol sedikit berbisik tepat di telinga Hanni. Membuat wanita itu sedikit terkejut.

‘Kenapa perasaan ini datang lagi?’  batin Hanni.

Buru-buru Hanni melepas tangan Chanyeol dan menjauh darinya. Memang kini hatinya berdebar, tanda bahwa perasaan itu masih ada. Dilihatnya Chanyeol yang tersenyum kearahnya itu. Senyuman yang sangat ia sukai dulu. Senyuman yang membuatnya semangat, tapi itu dulu. Ia tidak boleh meningatnya lagi. Hubungan mereka sudah berakhir.

“Jangan lupa 2 jam lagi rapat akan segera dimulai.” jelas Chanyeol yang kemudian kembali ke dalam lift. Meninggalkan Hanni yang masih diam mematung.

“Dia hanya mengantarku? Seperti tak ada kegiatan lain “

Setelah kepergian Chanyeol, Hanni kembali berjalan menuju ruangannya. Tiba-tiba ponselnya bergetar, seperti ada panggilan masuk. Tidak terlalu lama untuknya menjawab panggilan tersebut.

Ne~, aku akan berusaha.” itulah percakapan terakhirnya dan kini ia segera memasuki ruangan barunya.

 

***

 

Annyeonghaseyo~”sapa Nara kepada lelaki yang memakai baju warna hitam itu.

.

“Ah, Annyeonghaseyo. Na-ra?”Tanya Lelaki yang kini mendekati Nara.

Ne~, Apakah anda yang Paman Han?”Nara bertanya sedikit ragu, ia takut jika salah orang. Lelaki yang bisa dibilang sedikit tua itu tertawa perlahan.

“Benar. Wah, istri Baekhyun benar-benar cantik.”

Nara tersipu malu saat mendengarnya. Apalagi kini beberapa orang yang ada di restoran ini menatap kearahnya. Sepertinya gara-gara ucapan Paman Han barusan. “Gamsahamnida.” ucap Nara sambil membungkuk. Menghormati Paman Han yang ada didepannya itu.

“Kau tak perlu sungkan seperti ini.Sebaiknya kita berbicara didalam saja. Kajja~” Nara berjalan mengikuti Paman Han yang ada didepannya itu. Pandangannya tertuju pada interior restoran ini. Alami. Sungguh mengagumkan baginnya.

“Apa kau dengar barusan? Dia adalah istri dari bos kita. Tuan Baekhyun”ucap salah satu pegawai resoran itu setelah kepergian Nara dan Paman Han. Temannya yang sedang berdiri disebelahnya itu kemudian menanggapi,

“Aku mendengarnya. Dengan jelas malah, aku pikir dia tidak lebih cantik dariku”ucapnya sedikit meremehkan. Teman yang satunya yang kini berjalan kearah mereka sambil memberikan nampan kosong buru-buru menimpali,

“Kalian tidak usah menggosip. Kembali bekerja sana,” Dua orang pegawai wanita yang diberinya nampan itu salah satunya menanggapi,

Eonnie, bukankah kau menyukai bos? Kukira kau bertahan disini karenanya”

Wanita yang dipanggilnya ‘eonnie’ itu wajahnya berubah, sepertinya ucapan itu memang tepat untuknya. Ia terdiam sejenak dan kemudian kembali menyodorkan dua nampan yang masih belum diterima oleh 2 bawahannya itu.

“Kubilang kembalilah bekerja!” ucapnya sedikit emosi. Dua pegawai wanita yang dimarahinya itu segera mengambil nampan itu dan kemudian beranjak pergi meninggalkan atasannya itu. Mereka tak ingin lama-lama berada disitu. Bisa-bisa mereka akan direkomendasikan daftar karyawan yang akan di pecat. Mengerikan.

Wanita yang berstatus sebagai kepala dapur itu menghela nafas pelan. Diusapnya peluh yang sedikit membasahi dahinya itu.  “Dasar pegawai menyebalkan, apa kalian tidak ingin hidup lagi?” umpatnya sedikit kesal. Kini ia memutuskan untuk kembali ke dapur, menyelesaikan tugasnya seperti biasa. Sebelumnya ia melewati ruangan Paman Han yang sedikit terbuka dari luar sedikit terlihat jelas apa yang ada didalam. Terlihat Paman Han dan Nara yang sedang mengobrol itu. Beberapa kali ia dapat mendengar suara tawa khas dari Paman Han. Tetapi pandangannya hanya menuju kearah Nara. Ia menatapnya dengan tatapan benci, entah apa yang ia pikirkan. Yang jelas dia tidak menyukai kehadiran Nara. Tanpa ia sadari Nara menoleh ke arahnya yang kini membuatnya salah tingkah. Untuk itu dia mempercepat langkahnya menuju dapur tanpa memperdulikan Nara yang tadi sempat berpapasan mata dengannya.

“Baekhyun tidak pernah mengurusi restoran ini, untuk itu dia menyerahkannya kepadaku. Anak itu memang sangat sibuk. Semasa ia SMA dia selalu menyempatkan kesini. Bahkan bisa dibilang dia bekerja disini.” jelas Paman Han yang kini kembali tertawa dengan tawa khasnya.

“Dia bekerja disini?”Nara benar-benar penasaran saat ini.

“Iya. Walaupun pekerjaannya tidak memuaskan. Dia beberapa kali menjadi waiters disini. Dan pelayanannya sungguh ckk… seperti itulah. Bahkan kami mendapat protes dari para pelanggan. Tapi tetap saja, pemilik restoran ini juga ayahnya. Mana mungkin kami memarahinya, hahaha~”

Mendengar hal itu membuat Nara membayangkan sosok Baekhyun dahulu. Dengan sikapnya seperti itu bagaimana bisa dia melayani pelanggan dengan baik. Tak sadar dia tersenyum-senyum sendiri membayangkan hal tersebut.

Perbincangan mereka berlanjut hingga beberapa saat. Tawa Paman Han yang memang khas itu memenuhi ruangan kecil ini. Sepertinya Nara punya banyak pengetahuan baru mengenai masa lalu Baekhyun.

“Disini apa yang harus saya lakukan paman?”Tanya Nara kemudian.

“Ah, kau tidak perlu eumm, kau hanya perlu mengawasi saja. Sama sepertiku,”jawab Paman Han. Sebenarnya Baekhyun sudah mengatakan kepadanya. Bahkan ia ingat jelas ucapan Baekhyun di telepon tadi pagi.

“Jangan menyuruhnya untuk mengerjakan sesuatu. Biarkan dia yang memilih sendiri apa yang ingin dia kerjakan. Bilang pada karyawan lain bahwa Nara yang akan meng-handle restoran itu, jangan membuat Nara kelelahan sedikitpun. Jika aku melihatnya kesakitan sedikitpun, maka kau yang akan kutemui pertama kali paman,”

“Seperti a-pa paman?”Tanya Nara sedikit tak mengerti.

“Ya kau bisa memeriksa keuangan, kemudian menangani absen karyawan dan ya seperti hal-hal semacam itu lah”

“Emm, sebenarnya aku sedikit tertarik dengan dapur. Bolehkah aku-”

“Ya. Kau bias, sesuka hatimu saja Nara~”Jawab Paman Han sebelum Nara melanjutkan ucapannya tadi.

“Benarkah? Terimakasih paman,” Paman Han mengantar Nara menuju dapur.Mulai hari ini sepertinya Nara sudah mempunyai aktivitas baru.  Kemarin malam Nara mengatakan jika dia bosan dirumah. Setidaknya dia ingin memiliki kesibukan, seperti bekerja di suatu tempat. Oleh karena itu Baekhyun menyuruhnya untuk datang ke restoran ini. Restoran yang memang milik keluarga Baekhyun sendiri.

 

***

 

“Apa yang kau lakukan disini?” Hanni yang baru saja keluar dari ruangan kerjanya itu terkejut melihat Chanyeol yang kini sudah berada didepannya. Dan penampilannya…. Ada apa dengannya?

 

“Yang pasti menunggumu nona Jung.”

“Ada a-pa dengan penampilanmu?”

Kini tangan Chanyeol menggandeng tangan Hanni. Sontak hal itu membuat Hanni refleks mencoba melepaskan tangan Chanyeol itu. Tapi usahanya sia-sia, Chanyeol malah mengeratkan pegangannya itu. “Sudah seharian kita bekerja, mari kita berjalan-jalan sebentar”ujar Chanyeol sambil tersenyum lebar.

“Kau gila.”Hanni mencoba melepaskan tangan Chanyeol lagi. Tapi tetap saja, usahanya gagal. Tenaga pria yang pernah menjadi kekasihnya ini memang susah dikalahkan olehnya.

“Lepaskan!”ucap Hanni sedikit berteriak.

Ani..Kajja~”Chanyeol menarik tangan Hanni saat itu juga. Hanni masih saja berusaha melepas tangan Chanyeol itu. Dan kini berhasil, ia dapat melepasnya. Tapi percuma saja, kini ia berada didalam lift. Jika ingin kabur, pasti Chanyeol tetap terus mengikutinya.

“Apa kau tidak bisa melupakanku”

“Tidak bisa. Otakku menginstruksikan untuk selalu mengingatmu Hanni-ya

“Lebih baik kau pikirkan nasib perusahaanmu ini.”

Chanyeol menatap Hanni sejenak, senyuman di bibirnya kini kembali mengembang. “Perusahaan tidak kenapa-kenapa. Yang harus kupikirkan sekarang adalah membawamu kembali kedalam kehidupanku.” Hanni menelan ludahnya pelan, darahnya berdesir mendengar ucapan Chanyeol barusan. Perasaan memang tidak bisa di bohongi.

“Walaupun akhirnya perusahaan ini bangkrut yang penting aku bisa mendapatkanmu lagi.” tambah Chanyeol lagi.

“Hentikan omong kosongmu itu.”Hanni berjalan keluar mendahului Chanyeol. Tapi dengan segera Chanyeol mengikutinya. Mereka berjalan beriringan, mungkin jika ada yang melihat akan mengatakan bahwa mereka ‘serasi’.

“Hey~, makan malamlah denganku sekali.”

“Aku tidak bisa. Kau tak usah mengikutiku.” Hanni mempercepat langkahnya, sampai diluar ternyata sudah ada taksi yang menunggunya.

“Hanya untuk merayakan hari pertamamu saja”ucap Chanyeol sedikit memohon. Tapi Hanni tidak memperdulikan hal tersebut. Dan kali ini Chanyeol tidak menahannya lagi.

Chanyeol menatap kepergian taksi yang Hanni tumpangi itu. Senyuman kembali mengembang di bibirnya. Tangan kirinya kini sedang menggenggam sebuah flashdisk. Flashdisk yang memang sengaja ia ambil dari tas Hanni tadi. Entah bagaimana caranya ia bisa mengambilnya. Yang jelas sepertinya wanita itu juga tidak menyadarinya.

“Setidaknya hari pertama bisa membuahkan hasil.” ucapnya sambil memainkan flashdisk berwarna biru itu. Dan kini ia kembali ke kantornya lagi, sepertinya dia memang harus bertemu sesorang sekarang.

***

“Kau sudah pulang?”Tanya Baekhyun yang kini duduk di sofa yanga da diruang tamu. Nara mengangguk pelan.”Apakah kau ingin minum sesuatu?”

Aniyo~”jawab Baekhyun yang kini mencoba melonggarkan dasinya.

“Bagaimana denganmu?”

“Tak ada yang kukerjakan hari ini. Paman Han tidak mengijinkanku melakukan apapun. Padahal dia bilang aku boleh melakukan apapun. Tapi saat aku melakukannya dia langsung menghentikanku “

‘Sepertinya Paman Han mengikuti ucapanku’ batin Baekhyun.

“Memang apa yang ingin kau lakukan?”

“Memasak?”Nara langsung menjawabnya saat itu juga. Hubungan mereka kini sudah mulai membaik. Entah kenapa akhir-akhir ini sikap Baekhyun sering sekali berubah-ubah. Sepertinya Nara mulai bisa membuka hatinya untuk Baekhyun. Tapi sampai saat ini dia masih saja mengkhawatirkan Luhan.

“Apa kau pernah bertemu dengan Kris?”

“Kris?” Baekhyun mengangguk, sepertinya suasana kini menjadi sedikit serius. Nara mencoba mengingat-ingat, dan kini sepertinya dia sudah mengingatnya.

“Kenapa aku bisa lupa! Tunggu sebentar Baekhyun-ssi” Sekarang dia menuju kekamarnya. Sesuatu yang memang dititipkan kepadanya. Bahkan sampai saat ini dia belum memberikannya.

“Dimana? Perasaan aku menaruhnya disini”ucapnya yang kini mengeluarkan isi tasnya. Barang yang ia cari tidak ketemu juga. Dicarinya lagi di laci, meja, almari, hasilnya tetap sama. Tidak ketemu.

“Kau sedang apa?”Tanya Baekhyun yang ada didepan pintu kamar Nara tersebut. Sebenarnya dia juga sudah tahu apa yang dicari Nara. Kris sudah memberi tahunya, tapi dia hanya ingin memastikan saja.

“Ah, seperti kertas, a-ani, amplop.., ya sebuah amplop. Sepertinya aku lupa menaruhnya.”

“Lalu apa hubunganya dengan pertanyaanku tadi?”

“Kris, yang bernama Kris itu memberikanku itu. Dan dia menyuruhku untuk memberikannya kepadamu.”

‘Jadi benar?’ Baekhyun terlihat tampak berpikir. Kenapa Kris memberikannya kepada Nara? Apakah ia memang sengaja atau memang ia sudah merencanakan suatu hal? “Yasudah. Kau tak perlu mencarinya.” Baekhyun kini berjalan menuju kamarnya. Meninggalkan Nara yang masih menatap kepergiannya itu.

“Apakah tidak apa-apa? Aish… kenapa aku bisa lupa”Nara memukul kepalanya pelan dan kembali mencari amplop yang ia maksud tadi.

 

***

Sudah 1 minggu Nara berada di restoran ini. Setiap pagi Bakhyun selalu mengantarnya terlebih dahulu kesini. Sekaligus melihat keadaan restorannya itu. Memang bukan restoran yang besar tapi lumayan. Karyawan disini juga tidak terlalu banyak.

Sekarang ini Nara berada di belakang, dia ingin sendiri saat ini. Berulang kali ia membuka ponselnya. Tapi hal yang ia inginkan tak kunjung datang. Ya, sudah 1 minggu ini pula Luhan tidak menghubunginya. Ia merasa bersalah saat ini. Ia ingin menghubunginya terlebih dahulu, tapi bagaimana. Kenapa sangat sulit baginya.  “Oppa~, apakah kau baik-baik saja?” ucapnya pelan.

Suara gaduh diluar sana membuyarkan lamunan Nara itu. Ia kembali kedepan untuk melihatnya. Beberapa karyawan kini sedang duduk santai, sepertinya restoran sedang sepi. Langkahnya terhenti saat bertemu dengan Paman Han.

“Apakah memang selalu seperti ini?”Tanya Nara kepada Paman Han yang sedang menyesap kopinya itu.

“Ah Iya, memang restoran ini akan ramai saat malam hari saja. Dan mungkin kita kehilangan pelanggan anak sekolah seminggu ini”

“Anak sekolah? Memang biasanya banyak yang kesini?”Tanya Nara lagi.

“Banyak sekali malahan. Itu juga berkat salah satu pelayan disini. Mungkin para remaja itu tertarik akan ketampanannya.”

“Lalu dimana pelayan itu?”

“Dia bekerja part time, dan dia mengatakan bahwa seminggu ini dia ada ujian. Jadi dia memilih untuk cuti.” ujar Paman Han jelas. Nara mengangguk, sepertinya ia memikirkan hal yang sama.

‘Kurasa Luhan-oppa sedang ujian sekarang. Kau harus semangat Oppa’

“Mungkin besok dia akan kembali bekerja disini.”

“Begitu, saya pergi ke dapur dulu Paman”

 

***

 

Nara melihat jam yang ada di dinding itu. Pukul 11.00 Semalam ini Baekhyun belum pulang juga. Bahkan ia tidak memberi kabar sampai saat ini. Sebenarnya Nara memang ingin tidur duluan. Tetapi tetap saja ia tak bisa tidur. Untuk itu dia memutuskan untuk menonton tv seperti sekarang ini. Di luar sana tampak seseorang sedang memandangi rumah Nara dan Baekhyun. Entah sejak kapan dia berada disitu. Ia hanya berada didepan pintu gerbang tak melakukan apapun. Ia baru saja mendapatkan informasi yang memang sangat menyakitkan hatinya.

Tangannya masih menggenggam cincin yang memang sangat berharga baginya.  Tak sadar bulir air mata menetes dari matanya. Kenyataan yang begitu menyakitkan baginya saat ini.  Kini ia berjalan meninggalkan rumah, dibelakangnya kini sudah ada mobil yang akan memasuki rumah tersebut. Namun sepertinya pemuda tadi tak menyadarinya, dia hanya terus berjalan kedepan.

Seseorang yang berada di mobil itu memperhatikan dengan jelas seseorang yang baru saja dari rumahnya. Sepertinya ia tahu sosok tersebut. Mobilnya kini memasuki area rumahnya. Dengan tergesa-gesa ia turun dari mobilnya. Saat dia akan membuka pintu, pintu tersebut sudah terbuka dahulu. Dilihatnya Nara yang ada didepannya kini. ‘ Kenapa dia belum tidur? ‘

“Baekhyun-ssi

“Kenapa kau belum tidur?” ucap Baekhyun dingin. Nara merasa sedikit ada yang aneh dengan Baekhyun.

“A-aku belum mengantuk. Apakah kau lembur tadi?”Tanya Nara kemudian.

“Apakah ada tamu tadi?”Baekhyun tidak menjawab pertanyaan Nara. Dan malah memberikan pertanyaan lain. Nara yang mendengar pertanyaan tersebut sedikit heran. Tamu? Bahkan hanya Nara yang berada di rumah ini.

Aniyo,”

Mata Baekhyun kini melihat ke sekeliling ruangan. Dan kini tertuju pada dua buah gelas yang ada di meja ruang tamunya itu. Nara mengikuti arah mata Baekhyun dan buru-buru menimpali.

“Gelas itu. Astaga, bahkan aku belum membersihkannya.” ucap Nara yang kini berjalan mengambil gelas itu. Memang tadi Nara baru saja membuat dua minuman untuk dirinya sendiri. Baekhyun menahan tangan Nara, Nara hanya menatap Baekhyun bingung.

“Eoh~ Ada apa?”Tanya Nara  Baekhyun menarik tangan Nara dengan kasar menuju kamarnya. Langkahnya begitu terburu-buru, Nara berusaha untuk melepaskannya tapi itu sia-sia.

“Tanganku, Argh, tolong lepaskan”Baekhyun tidak mendengarkan ucapan Nara, dia malah berjalan semakin cepat. Kini mereka sudah sampai di kamar Baekhyun. Nara melihat kearah Baekhyun sebentar, tatapan matanya saat ini. Apakah saat ini dia sedang marah? Dan kini tanpa Nara sadari Baekhyun sudah mendorongnya menuju ranjangnya yang membuat ia terjatuh.

“B-baekhyun-ssi, a-apa yang a-kan kau laku-kan?” ucap Nara sedikit takut karena kini Baekhyun sudah mendekatinya, menindih tubuhnya saat ini.

Tatapan Baekhyun begitu tajam saat ini, bibirnya kini mulai menyerang bibir Nara dengan kasar. Nara terkejut akan apa yang dilakukan Baekhyun saat ini. Apakah ini benar-benar dia?

Airmatanya kini keluar dengan sendirinya. Tangannnya berusaha mendorong tubuh Baekhyun itu. Sepertinya kini dia kesulitan untuk bernafas. Ciuman itu tak butuh waktu yang lama, beberapa saat baekhyun melepaskan ciuman tersebut. Dan kini dia menatap Nara yang masih menatapnya itu.

“Aku tidak mengijinkanmu bertemu dengannya lagi. APA KAU TIDAK MENGERTI?” Nara tidak tahu apa yang di maksud Baekhyun saat ini.

“A-apa maksud-“Sebelum Nara melanjutkan jawabannya, bibir Baekhyun kini sudah menelusuri lehernya. Ia berusaha menahan suara yang mungkin memang akan keluar itu. Air matanya kini mengalir begitu deras. Ia tak menyangka Baekhyun akan melakukan hal ini kepadanya. Baekhyun masih sibuk dengan kegiatannya itu, menciptakan beberapa tandanya disana.

“Apakah kau benar-benar B-baekhyun?” Baekhyun menghentikan kegiatannya itu. Ia tak percaya akan perbuatannya ini, dilihatnya Nara yang masih menangis itu.

 

 

--------------------------------------------------tbc---------------------------------------------------------------

 

 

 

 

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK