CHAPTER 5 : Laura's Story Past
Eternal a page part 5
"wawancara mu tadi sepertinya lancar Laura”. Kata Hyejin saat mereka sudah didalam mobil ketika akan pulang.
“tidak terlalu..” sahut Laura.
”wae? Masih ada yang kurang??"
”banyak! Aku ingin mengetahui Kris lebih dari itu. Sekarang aku sangat penasaran sekali padanya..”
”baguslah kalau kau sudah semangat dengan pekerjaan mu. Kau tahu kemana dia setelah dari kantor kita?”
Laura mengeluarkan jadwal Kris dari dalam tasnya. Lalu melihat tanggal yang sekarang. ”habis dari sana dia masih menghadiri acara di sebuah stasiun TV sampai pukul 7 malam, selebihnya tidak ada lagi. Apa mungkin waktu luang ini dia manfaatkan untuk hang out bersama teman-temannya?” Laura menoleh ke arah Hyejin.
”mungkin saja.. disana ada nama tempat yang ia biasa datangi kan??”
Laura membuka lagi halaman berikutnya. Dilihatnya nama-nama tempatnya yang selalu bertuliskan Club at Gangnam. Beberapa nama club berjejer tertulis disana. ternyata orang ini suka sekali menghabiskan waktunya di tempat yang high class.
”setiap malam aku akan selalu berubah menjadi wanita club sepertinya..” kata Laura.
”memang kenapa?”
”kau lihat saja nama-nama tempatnya, hampir semua club di Gangnam ia datangi!” Laura membacakan semua nama clubnya ke Hyejin.
Hyejin tertawa mendengar nama-nama club yang Laura sebutkan.”high class sekali orang itu! Dan itu nama-nama club yang terkenal dan mahal semua!”
“mau tidak mau aku harus kesana..” Laura memasukkan kembali jadwalnya ke dalam tas.
Laura tidak terlalu begitu suka jika berada di club. Dia tidak tahan dengan asap rokoknya yang mengebul dimana-mana. Bagaimana dia bisa bernapas kalau begitu? Saat kuliah dulu saja dia sering diajak kesana oleh teman-temannya tapi baru 15 menit saja dia sudah keluar mencari udara segar untuk di hirup. Sebetulnya Laura tidak terlalu perduli dengan orang perokok, tapi ia tidak tahan dengan asap rokoknya.
”ck! Kenapa harus macet disini?” gumam Hyejin memandang antrian mobil di depannya.
”ini didaerah mana?” Laura melihat sekeliling pemandangan di luar mobil.
”daerah Myeongdong. Sedikit lagi sih kita akan sampai. Tapi kenapa harus ditahan seperti ini?”. Hyejin memukul setirnya karena kesal.
”daerah Myeongdong? Ibuku mengatakan sebelum pindah ke Canada kami tinggal disini!” kata Laura girang.
”Hyejin, ayo kita muter-muter dulu disini. Mungkin saja aku mengingat rumah ku dulu dimana!” Pinta Laura.
Hyejin bingung mendengar perkataan Laura tadi, ”apa Laura? Kau tidak ingat rumah mu dulu dimana?”
”aku belum menceritakan padamu ya?” Laura berbalik bertanya.
”tentang apa?” Hyejin semakin bingung.
“tentang masa laluku..”
Oh iya Hyejin ingat, waktu pertama kali menjemput Laura dari bandara dia pernah berjanji akan menceritakan tentang masa lalunya kalau sekolahnya saja Laura tidak ingat. “kau belum menceritakannya..”
“lebih baik kau putar dulu mobilmu, sambil jalan aku akan cerita..” janji Laura.
Mungkin ini adalah saat yang tepat menceritakan masa lalunya kepada Hyejin. Ia sudah menganggap Hyejin seperti saudaranya walaupun dia baru beberapa minggu tinggal disini. Hyejin sudah baik sekali membantunya selama ini, tidak ada salahnya dia berhak tahu alasan yang lain Laura berada di Korea.
Sambil berpikir apa yang akan pertama di ceritakannya, Laura memandang keluar jendela melihat langit sore. Dan melihat sebuah bangunan sekolah di depannya. Laura terus menatapnya ketika mobil melewati sekolah itu.
“stop stop stop!!" Perintah Laura tiba-tiba.
“Wae???” tanya Hyejin bingung.
“entah kenapa aku ingin masuk kesitu..” ujar Laura menunjuk ke sebuah bangunan bertingkat.
”sekolahan? Buat apa??” Hyejin semakin heran.
”mundur saja..” Rengek Laura.
”baiklah”. Hyejin memundurkan mobilnya dan memarkirkan mobilnya tepat di depan gerbang sekolah.
Laura keluar dari mobil dan menatap papan nama sekolah itu. Seoul Junior High School.
Namanya seperti tidak asing di kepala Laura.
Laura berjalan kearah pintu gerbang sekolah dan memeriksa kuncinya. Tidak dikunci. Laura menggeser pintu gerbangnya sedikit agar ia bisa masuk.
Bangunan sekolah bercat cokelat itu lumayan besar. Bangunannya bertingkat 4. Laura berdiri di tengah lapangan melihat kesekeliling sekolahan itu. Tiba-tiba matanya tertarik pada sebuah pohon maple yang sangat besar berdiri kokoh di pinggir lapangan. Laura mendekati pohon itu dan meraba batang cokelatnya yang besar. Jantung Laura langsung berdebar sangat kencang. Lagi-lagi perasaan aneh ini datang.
”Laura!!”. Hyejin menghampiri Laura yang sedang melamun meraba-raba sebuah batang pohon. ”ada apa??”
Laura menoleh ke Hyejin lalu jongkok menyenderkan tubuhnya di pohon itu.
”aku merasakan perasaan yang aneh berada di sekolahan ini.. sini.” Laura mengambil tangan Hyejin mengajaknya duduk dan menaruh didadanya agar ia bisa merasakan debaran jantungnya yang begitu kencang.
”jantung mu berdebar kencang sekali.. ada apa?”. Tanya Hyejin pelan menatap Laura.
Laura mendesahkan nafasnya perlahan.
”kau tahu Hyejin? Aku tidak pernah mengingat masa lalu ku..” Laura memulai cerita.
Hyejin menatap Laura tidak percaya. “maksudmu?”
Laura tersenyum memandang kosong didepannya. “sejak kecelakaan 12 tahun lalu aku hanya mengingat masa kecilku di Canada.”
Hyejin masih menatap Laura. ”kau pernah mengalami kecelakaan?”
Laura mengangguk. Ia menggeser poni nya keatas dan memperlihatkan bekas luka jahitan di dahi kanannya. ”ini bekas luka waktu itu...” dan menutup lukanya lagi dengan poninya.
”aku juga tidak ingat aku kecelakaan karena apa... yang aku ingat hanya, aku terbangun dirumah sakit dalam keadaan kepalaku yang sangat sakit sekali. Aku pikir aku akan mati waktu itu. Aku tidak tahan dengan rasanya yang sangat menyakitkan. Aku merasakan Ibuku selalu menangis disamping tempat tidurku. Setelah beberapa hari aku dirawat dirumah sakit, Lalu aku dipindahkan kerumah dan besoknya aku sudah berangkat ke Canada. Dan pengobatanku dilanjutkan disana. Orang tua ku merasa pengobatan di Korea tidak begitu bagus dibanding di Canada. Apalagi kakekku tinggal disana, ia sangat mencemaskan keadaanku waktu itu.”
”dan satu lagi yang aku ingat saat itu. Waktu aku masih berada di rumah sakit ada suara seorang anak laki-laki yang selalu meneriaki nama ku dari luar, Laulau...”
”Laulau?”. Hyejinmengangkat sebelah alisnya.
”itu nama panggilanku sejak dulu, orang tua ku selalu memanggilku di rumah dengan nama itu. Dan sampai sekarang suaranya masih terngiang-ngiang di otak saat ia meneriaki memanggil namaku. Siapa dia? Kenapa dia memanggilku seperti itu?”. Laura memejamkan matanya dan menjambak rambutnya pelan dengan kedua tangan mencoba mengingat.
”apa anak itu temanmu dulu?”
Laura menggeleng. ”aku tidak tahu..”
Hyejin menyenderkan tubuhnya juga disamping Laura. ”jadi itulah mengapa waktu ku tanya dimana sekolah mu kau tidak ingat?”
Laura mengangguk.
”aku mengerti sekarang... selain bekerja kau mau coba mencari tahu tentang masa lalu mu disini?” tebak Hyejin.
Laura mengangguk lagi. ”tapi aku sama sekali tidak punya petunjuk tentang masa laluku. Ibuku tidak pernah cerita apa-apa, seakan kalau cerita hanya mengingatkan padanya kecelakaan ku waktu itu saja, dia tidak suka.”
”yang aku tahu hanya dulu aku tinggal disini.. di daerah Myeongdong.” lanjutnya lagi.
”lalu kenapa kau mau ke sekolahan ini?”. Mata Hyejin melihat kesekeliling sekolah.
Laura berdiri dan mendongak menatap pohon sakura yang besar itu. ”aku merasakan sesuatu yang aneh disini, apalagi dengan pohon ini.” Laura menyentuh batang pohon dan mengusapnya lembut.
”apa jangan-jangan ini sekolah mu waktu dulu Laura? SMP di Myeongdong kan hanya ini saja.”
”benarkah?” Laura menatap mata Hyejin yang duduk dibawah.
Hyejin mengangguk.
Laura memandangi kesekeliling lagi. Benarkah ini sekolahnya dulu? Kalau bukan mengapa perasaan Laura sangat aneh terhadap sekolah ini? Seperti merindukan sesuatu.
”Laura, langit sudah semakin gelap. Apa lebih baik kita pulang?” Ajak Hyejin.
”e? Baiklah.. ayo”. Laura melangkah meninggalkan pohon sakura itu.
Ketika di pintu gerbang Laura berbalik dan menatap pohon itu lagi. Aku akan kembali lagi, katanya dalam hati.
”Laura ayo!?”. panggil Hyejin dari dalam mobil.
“iya”. Laura masuk ke dalam mobil dan masih menatap sekolah itu sampai tak terlihat.
***
Kris merebahkan tubuhnya di tempat tidur apartemennya. Ia baru saja kembali dari stasiun TV untuk tampil live di sebuah acara musik. Sangat melelahkan sekali hari ini. Kris melirik jam dinding yang ada di depannya, pukul 3 pagi. Dia hanya bisa tidur 3 jam saja, besok pagi dia sudah harus berangkat syuting lagi. Kris membuka sepatunya dengan kedua kakinya dan melemparkannya begitu saja. Dia membalikkan badannya kesamping sambil menjejelkan sebuah bantal ke kepalanya. Matanya ia coba pejamkan agar segera tidur, tapi di otaknya hanya selalu ada nama itu.. Jung Laura.
Kris selalu memikirkan nama wartawan yang mewawancarainya kemarin. Tidak mungkin itu adalah dia. Dia tidak mungkin ada disini. Jika dilihat dari penampilannya wanita itu umurnya sekitar 30 tahunan, jauh sekali umurnya dengan dia.
Canada. Sebentar lagi aku akan kesana. Aku akan mencarimu lagi.. Laulau.
To be continued...