Akhirnya aku sampai juga di bandara Soekarno-Hatta untuk keberangkatanku kembali ke kampung halamanku. Entah sudah berapa lama aku berada di Jakarta. Aku sudah tidak pernah menghitungnya lagi. Semenjak kejadian 5 tahun lalu. Bagiku Korea Selatan sudah mulai aku lupakan.
“Nona Bae , ini tiket anda.” kata seorang namja di sebelahku.
“Kamsahamida ajusshi.” Balasku sembari mengambil tiket pesawat yang disodorkan ajusshi Kim padaku.
Kalau bukan karena Appa yang sakit, aku gak bakalan menginjakkan kaki di Korea Selatan lagi. Ini sama saja dengan mimpi buruk. Dunia ini kecil tau gak sih. Pasti aku bakalan ketemu lagi dengan dia.
“Nona Bae, saatnya kita ke pesawat.” Kata Ajussi Kim sambil membawa koperku.
“Nde…” jawabku dengan malas – malasan.
Sembari memakai kacamata hitamku, aku berjalan mengikuti Ajussi Kim yang sudah lebih dulu jalan di depanku. Semua perasaan bercampur aduk dalam hati, antara kesal, sedih, marah, dan ingin teriak. Cuma gak mungkin kan aku teriak di bandara? Bisa dikirain orang gila.
Tiba – tiba ponselku berdering
“Hello…” Jawabku memakai Bahasa Indonesia.
“Yak!.... Suzy. Kenapa kamu berangkat diam – diam ha??? Kamu sudah gak menganggap aku sahabatmu lagi??” teriakkan Rena sukses membuat gendang telingaku hampir pecah.
“Sorry Ren, aku harus berangkat mendadak. Appa ku sakit. Aku juga baru tau pagi ini.” Sesalku karena tidak segera mengabari Rena sahabatku di Indonesia ini.
“Ha? Serius? Sakit apa? Kenapa kamu gak langsung ngabarin aku? Kan aku bisa nemenin kamu ke korea. Kamu yakin bisa kembali kesana sendiri??? “ celoteh Rena panjang lebar.
“Ya. Mau gak mau, aku harus bisa Ren.” Jawabku dengan lesu.
“Yakin?? Kalau ada apa – apa kamu langsung kabari aku ya. Terus kamu bakalan balik ke Indonesia lagi gak? “ terdengar suara Rena yang agak serak. Aku tahu dia pasti lagi nahan tangis.
“hmm… Belom tau Ren, aku sih maunya tinggal di sini. Cuma keadaan gak memungkinkan, Appa ku sakit, aku juga belom tau beliau sakit apa. Sekali lagi sorry ya Ren, aku gak sempat ngabarin kamu.” Kataku sangat menyesal dan hampir menangis karena mendengar Rena yang mulai mengangis.
“Hiks, Suzy jaga diri disana ya. Miss you my bestfriend. Inget kalau ada apa – apa langsung hubungin aku ya. Aku pasti mau mendengar semua keluh kesah kamu kok. Tenang saja.”
“Gomawo Rena, Miss you too.”
Setelah Rena meneleponku, aku mulai merasa tenang sedikit. Tidak terasa aku sudah sampai di pesawat. Ajussi Kim juga sudah masuk dan meletakkan koperku. Langsung saja aku nyelonong duduk di dekat jendela pesawat.
Sementara menunggu take off, aku mengambil earphone ku, tiba – tiba
“Excuse me miss, is my seat.” Seorang namja menyentuh tangaku. Akupun langsung mengarahkan pandanganku ke namja tersebut. Sekarang aku tau kalau Ajusshi Kim tidak duduk di sebelahku.
“Wae? Aku gak bisa duduk di tempat lain selain di jendela. Keberatan?” balasku menggunakan bahasa korea. Karena aku tau dia pasti orang korea melihat dari perawakannya.
“Wo. Kamu bisa bicara korea? Kamu orang korea? Namaku Lee Seung Hyun biasa dipanggil Seungri. Kamu?” tiba – tiba namja itu semangat sekali untuk bertanya dan memperkenalkan diri.
“Oh….” Jawabku singkat dan memakai earphone lagi.
Dari sudut mata, aku tau dia rada – rada kesel dengan ku. Tapi masa bodoh. Aku langsung mengarahkan pandangaku ke jendela. Aku males bicara dengan orang yang gak aku kenal sama sekali.
“isshhh… yeoja satu ini. Sombong sekali.” Gumam dia sendiri.
Hey.. aku denger lo apa yang kamu katakan. Jangan anggap aku pakai earphone ini, aku gak tau kamu ngomongin apa lho. Gumamku dalam hati.
“Dongsaeng, kamu kenapa?” seorang namja membalikkan badannya.
“Anio Hyung, bukan apa – apa” jawabnya sembari tersenyum ke Hyung dia.
Setelah itu pembicaraan selesai. Masing – masing kami sudah sibuk dengan kegiatan sendiri untuk menghabiskan waktu selama penerbangan yang bagiku rasanya seabad. Lebay ya. Tapi mau gimana lagi, kan aku sebenernya gak mau kembali ke Korea.
Akhirnya sampai juga di bandara Incheon, aku memejamkan mata dan menarik napas. Mau tidak mau, aku harus menghadapi kenyataan bahwa aku sudah ada di korea Selatan. Tiba – tiba aku teringat untuk menghubungi Rena. Ku coba menyentuh saku celana jeans ku.
“Omo… ponselku mana?ottokke….” aku segera mencari handphoneku kesana kemari.
“Kenapa Nona? Ada masalah?” Ajusshi Kim agak bingung melihatku seperti ini.
“Nde Ajusshi. Ponselku gak ada. Ajusshi melihatnya?” tanyaku sambil membogkar isi tasku.
Tiba – tiba
“nona. Ini yang kamu cari?” otomatis aku menengadah keatas. Aku lihat namja yang tadi duduk di sebelahku. Siapa ya namanya? Bodoh ah. Aku lupa.
“yak! Ponselku.” Langsung aku rebut dari tangannya.
“Yak! Bilang terima kasih kek. Ini gak. Haish. Bener – bener cewek gak punya sopan santun.” Cerocos namja itu tanpa ada koma dan titik kayaknya.
“oke – oke. Thank you. Puas? Terus kamu mau apa?” kesalku. Sebenernya aku juga sih yang salah. Tapi masa bodoh lah.
“Haish. Kalau gitu nama kamu siapa?” senyum namja itu sampai matanya makin hilang.
“Penting??” balasku semakin cuek.
“Yak!. Kalau tau begitu gak aku balikkin ponselmu” kayaknya dia mulai kesel deh.
“Suzy” jawabku singkat.
“Nona, sudah tidak ada waktu lagi.” Kudengar Ajusshi Kim berbicara padaku.
“Oke. Kajja.” Balasku sambil berjalan melewati namja itu.
“Oiiii… Haish. Bener – bener gak sopan Yeoja satu ini.” Gerutu Seungri gak jelas. Hmm namaya Suzy. Cakep. Meskipun agak jutek. Gumannya dalam hati.
Akupun berlalu meninggalkan bandara. Sebenernya aku denger kok dia manggil Oiii. Tapi biarin lah. Keadaan Appa lebih mendesak. Di depan pintu bandara banyak sekali orang – orang ga jelas teriak – teriak “BIG BANG”. Haish apalagi itu. Sampai – sampai ada spanduk “We are VIP”. Aku hanya geleng – geleng kepala. Apalagi itu.
Ya, meskipun aku orang korea, aku sama sekali gak tau K-pop. Maklum saking bencinya dengan kejadian 5 tahun yang lalu, aku menolak semua yang namanya berbau korea. Kalau bukan perjanjian dengan eomma, aku mungkin sudah melupakan bahasa korea.
Please jgn lupa comment n like ya.
maklum ceritanya baru segini dulu ya. tar disambung lagi.
by : Winter