home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Chajatta (Aku Menemukanmu)

Chajatta (Aku Menemukanmu)

Share:
Author : natadecocoo
Published : 20 Aug 2014, Updated : 26 Jan 2016
Cast : DO Kyungsoo, Park Minhye (OC), Xi Luhan, Lee Hyena (OC),INFINITE,EXO
Tags :
Status : Complete
2 Subscribes |19742 Views |4 Loves
Chajatta (Aku Menemukanmu)
CHAPTER 3 : Chaebol's Son

 

Sheet 3: So, he’s actually a chaebol’s only son?!


Kyungsoo’s POV

                        “Kyungsoo-oppa~~!”

            Dia menatap ke arahku seakan ingin memakanku utuh-utuh saja. Mataku yang memang sudah bulat kini membulat lebih bukat lagi, hingga mungkin jika ini terus terjadi mataku bisa saja akan keluar dari tempatnya.

                “Kyungsoo-oppa~  Teganya kamu meninggalkanku di tengah jalan.” Dia mendekatiku, dengan nada suaranya yang amat manja. Ditambah dengan (akting) aegyo-nya yang sangat fail.

                Aku melihat ke arahnya heran sambil mulutku mengucapkan kata ‘oppa’ lirihserta  penuh tanda tanya kepadanya. Dia hanya membalasnya dengan sebuah seringai dan kembali berakting.

                “Xiumin-ah..Kami pergi dulu, nae?” Ia mengalungkan lengannya ke lenganku. Aku masih membatu, tidak tahu lagi apa yang harus kulakukan karena semuanya terjadi secara cepat dan makhluk yang dilahirkan dengan nama Park Minhye itu seperti mencegahku untuk mengatakan apapun kepada Xiumin.

                “Slam!” Pintu tertutup dan aku sudah tidak bisa apa-apa lagi.

                Betapa gadis di sampingku ini bisa menjadi sesuatu yang sangat menyeramkan.

                Minhye lalu melepaskan aksi pegangan tangannya kepadaku. “Oh, lihatlah. Sepertinya aku harus segera debut menjadi seorang aktris.” Dia mengangkat kedua alisnya dan mengedikkan bahunya.

                “Dia sepertinya mengira kita adalah sepasang kekasih.Outtohke?” Ia memanyunkan bibirnya manja yang di mataku tampak sangat menyebalkan. Aku tahu dia sedang mempermainkanku sekarang ini, apalagi setelah melihat wajah tidak berdaya sekaligus wajah kesalku.

                “Demi apapun, Park Minhye. Jangan lakukan itu lagi.” Aku menggeram, yang tidak mengubah apapun. Malahan, si nenek sihir itu terkikik penuh kemenangan.

                “Itulah resikonya jika menentang the almighty Park Minhye.” Dia memasang wajah coolnya, merasa seakan-akan dia sedang berada di atas angin yang membawanya terbang ke langit ke tujuh.

                Aku, sudah merasa darahku naik terlalu tinggi, hanya bisa berlalu dan meninggalkan Minhye yang masih tertawa bangga sendiri. aku tidak peduli lagi, aku hanya ingin pulang. Lagu Michael Bubble yang sering kunyanyikan di karaoke terputar otomatis di kepalaku. Let me go home, Park Ji.

                “Eits..Kamu tahu sendiri kan, membiarkanku tidak akan menghentikanku?”

                Aku masih membiarkannya mengucapkan apapun yang ia mau dan melanjutkan langkahku. Kukeluarkan earpiecesku lagi dan kusumpal kasar ke kedua lubang telingaku.

                Aku berjalan terus hingga mungkin sudah 15 menit. Aku menengokkan kepalaku, mengecek keberadaan Minhye untuk yang kesekian kalinya dengan hasil yang sama. Dia masih di sana, berjalan mengikutiku.
            Gigiku gemeretak, efek dari geramanku yang amat sangat kuat. Ini..sungguh menyebalkan dan melelahkan. Tapi, aku tetap pada rencanaku. Tak mengindahkan yeoja-semi namja tersebut.

            “Bim bim” suara klakson mobil terdengar. Aku mendesah. Apakah mungkin dia sampe menyewa parade untuk menerorku?

            Aku cuek dan terus berlalu.

            “Bim bim” Suara klakson mobil itu datang lagi.

            “Bim bim” lagi

            “Bim Bim!” dan lagi. Kali ini lebih keras dan aku merasakan mobil itu kini sudah berada di sampingku. Aku lalu berhenti berjalan dan saat itu pula seseorang berbaju serba hitam yang kukenal mendekatiku.

            Oh, tidak. Tidak sekarang, Lee Ahjussi, kumohon.

End of Kyungsoo’s POV


Minhye’s POV

            Dia pikir, aku akan berhenti di sini, huh? Konyol. Benalu tidak semudah itu mati. Aku akan terus menempel dan mengikutinya sambil menggerogoti kesabarannya dan pada akhirnya ia menyerah dan menyerahkan semuanya kepadaku. Haha Eh? Mengapa aku terdengar seperti perompak? Ah entahlah, yang jelas namja bermata bulat itu harus menurutiku.

            Aku terus mengikutinya. Aku tidak tahu sudah berapa meter aku berjalan dan berapa menit waktuku habis untuk mengikutinya. Yang jelas, aku tidak akan pernah menyerah.

            “Bim bim!” terdengar suara dari belakang dan dapat kulihat 3 mobil berderet-deret seperti sebuah parade. Aku berjalan agak meminggir tetapi mereka tetap membunyikan klaksonnya. Astaga..Kalau mau lewat tinggal lewat saja, lagian aku dan kyungsoo juga sudah berada di sangat pinggir,kok.

            “Bim bim!” Suara itu terus menerus berbunyi, hingga mobil sedan hitam mewah yang berada di posisi paling depan berhenti. Tepat di samping Kyungsoo.

            Hah, mungkin saja mereka juga sebal dengan Kyungsoo dan menerornya, sama sepertiku. Atau jangan-jangan mereka adalah sebuah agensi yang menginginkan suara emas Kyungsoo juga? Oh tidak, sepertinya aku memiliki rival.

            Aku akhirnya memutuskan untuk mempercepat langkahku dan melangkah menuju Kyungsoo. Aku tidak ingin kehilangan calon pengganti vokalis EXOFINITE semudah ini.

            Aku sampai di samping sisi Kyungsoo dan mataku membulat hampir sempurna ketika seseorang berpakaian serba hitam dari dalam mobil membungkuk ke arah Kyungsoo sambil memanggil..

            “Tuan Muda Kyungsoo, Tuan Do telah mencari Tuan Muda dari tadi. Beliau mencemaskan Anda karena sore ini Anda tidak mengikuti les piano.” Laki paruh baya itu membungkuk hormat.

            BWO? Membungkuk hormat? Tuan Muda Kyungsoo? Tuan Do?

            Kepalaku terasa berputar-putar. Oh, Tuhan, aku siapa? Aku dimana? Dia siapa?

            Semua tampak membingungkan namun tidak lagi membingungkan ketika aku bertanya kepada laki paruh baya tersebut akan sesuatu.

            “Tuan Do? Maksudmu..Tuan Do Min Joon salah satu chaebol di Seoul?!” tanyaku dengan mataku yang terbelalak.

            Sang laki paruh baya hanya bisa mengangguk pelan meskipun Kyungsoo telah memberinya seribu bahasa isyarat untuk tidak mengatakannya.

            Jadi..Do Kyungsoo adalah anak dari seorang chaebol di Seoul? Aku mengerjapkan mataku tidak percaya. Mulutku pun menganga lebar.

            Ini semua tidak mungkin. Tuan Do Min Joon adalah namja super cool, tinggi dan tampan, berbeda jauh dengan namja di hadapanku ini. Apakah mungkin aku sedang dalam mimpi buruk?          Eomma, Appa, Chanyeol oppa, jika ini memang mimpi, tolong bangunkan aku segera..

            Aku mencubit lenganku sendiri dengan keras dan mengerang setelahnya, bukt bahwa aku sedang tidak bermimpi. Daebak, ini sungguh sulit untuk dipercaya.

            “Kyungsoo-ya..” aku masih melongo. Dia melihat ke arahku sambil memijat keningnya.

            “Hentikan ekspresi tololmu.” Ucapnya ringan dengan nada sedikit kesal.

            Baiklah, sepertinya kalian perlu tahu mengapa aku begitu terkesima dengan nama Do Min Joon. Pertama, Do Min Joon adalah salah satu chaebol di Seoul yang memiliki Do Company dan memiliki banyak cabang perusahaan dan perusahaannya yang paling terkenal adalah perusahaan Kosmetik. Perusahaan Kosmetik nya, Do Cosmetics, sangat melegenda dan bersaing ketat dengan salah satu perusahaan Kosmetik lainnya yaitu Perusahaan Kosmetik XiXi.  Yang kedua, keluarga Do Min Joon tidak hanya terkenal akan kekayaannya, tetapi akan kedermawanannya. Konon, keluarga Do telah menyisihkan 1/5 kekayaannya untuk anak yatim di seluruh penjuru Korea.

            “Do Kyungsoo, aku yakin kamu cuma anak angkat dari Tuan Do Min Joon.” Ucapku tidak santai masih dengan wajah bodohku.

            Melainkan menjawab perkataanku, Kyungsoo hanya bisa menghela nafasnya malas lalu berlalu, memasuki mobil sedan mewahnya dikawal oleh laki paruh baya serba hitam. Mobil itu lalu melaju, diikuti oleh 2 mobil lainnya di belakangnya, meninggalkanku melongo sendiri seperti sebuah patung.

            Melihat Kyungsoo yang sudah tidak terkejar dan matahari yang mulai kembali ke markasnya, aku akhirnya memutuskan untuk pulang saja.

 

                     


                    Moodku terlampau buruk hari ini karena seorang chaebol bermarga Do. Jika bosan, pasti aku bermain ke kamar Chanyeol oppa.

                    “Chanyeol oppa, apa kamu kenal dengan yang namanya Do Kyungsoo?” tanyaku sembari mengambil sebuah komik dari raknya dan menghempaskan tubuhku di kasurnya yang penuh dengan pakaian, tas dan berbagai macam barang yang tidak seharusnya berada di kasur. Aish, oppaku satu ini sangat jorok sekali.

                    “Do Kyungsoo? Tidak, aku tidak mengenalnya.” Jawabnya cepat, tanpa sedikitpun mengalihkan perhatiannya dari playstation yang sedang ia mainkan.

                    “Ah, benarkah? Aish jelas saja, dia kan makhluk paling anti-sosial seantero korea, jelas saja kamu tidak akan mengenalnya.” Aku menghembuskan berat nafasku

                    “Memang dia siapa?” Kini Chanyeol yang bertanya kepadaku.

                    “Teman sekelasku. Dia bocah terdingin yang pernah kukenal. Bagaimana bisa dia menolakku?!” kesalku, dengan nada meninggi.

                    Chanyeol kemudian mempause gamenya, meletakkan sticknya dan memandang ke arahku dengan wajah seriusnya “Ya! Memang dia siapa berani-beraninya menolakmu?”

                    Aku terdiam. Chanyeol memegang kedua bahuku. “Dan Minhye-ah, kamu akhirnya jatuh cinta juga. Malah menyatakan pernyataan cintamu terlebih dahulu.”

                    Astaga..Oppaku yang jangkung ini..Apa dia hanya berpikir mengenai cinta,kencan dan kekasih saja?

                    Aku mendesis. “Oh, oppa. Kamu bahkan tidak kalah menyebalkan dari dirinya.”

                    Aku memutar bola mataku sambil berguling ke arah lain, menghindari untuk melihat wajah Chanyeol yang tampak bodoh saat itu.

                    “Dia menyebalkan sepertiku? Wah sepertinya menarik.”
                    “Oppa, geumanhae.” Ujarku datar “Maksudku, menolak tawaranku untuk masuk ke band kita.”

                    “Aah.. Ternyata kamu sudah mulai berkerja untuk mencarinya. Bagus bagus” Chanyeol ber-ah sambil mengangguk-angguk puas kemudian kembali mencumbui stick playstationnya.

                    Menyebalkan sekali. Dia hanya bisa menjadi penikmat atas kerja kerasku sementara aku luntang-luntung mengemis kepada Kyungsoo agar menjadi pengganti Baekhyun. Aaargh..

                    Segera saja kutimpuk kepala Chanyeol menggunakan bantal terdekat.

                    “Ya! Bantal digunakan tidak untuk memukul orang pabo!” geram Chanyeol. Aku menjulurkan lidahku dan kembali membaca komik yang saat ini sedang kupegang.

                    “Mehrong!”

                    Tapi, usahaku menenggelamkan kekesalanku dengan cara membaca komik sepertinya gagal total karena bayangan wajah Kyungsoo yang menyebalkan datang kembali. Ya Tuhan..Bagaimana caranya agar dia bisa tunduk kepadaku? Seandainya saja ada alat Doraemon..Akan kutempelkan sticker penurut permintaan di punggungnya sehingga aku tidak perlu bersusah payah mencari ide seperti ini.

                    “Yohoo!!” tiba-tiba Chanyeol berteriak, memecahkan setiap gelembung lamunanku.

                    Aku melihat ke arah layar Playstation dan ternyata ia memenangkan game tersebut dengan high score.

                    “Oppa! Bagaimana kamu bisa melakukannya? Bukankah level itu level tersulit sejak kamu mempunyai playstation.”

                    Chanyeol melihat ke arahku sambil membusungkan dadanya seakan mengatakan ‘Park Chanyeol, I’m the best!’

                    Aku memutar bola mataku. Kemudian ia menjawab pertanyaanku. “Ketika menghadapi lawan, kamu harus bisa menyerang titik lemahnya, Ji. Hanya itu saja sih kunci memenangkan game ini. sisanya jelas keberuntungan.” Ia terkekeh.

                    Eh tunggu..Menyerang titik lemah untuk mengahdapi lawan? Aku adalah seorang penyerang dan Kyungsoo adalah lawan yang kuserang, jadi..aku harus menyerang titik lemahnya? Tapi apa? Dia pintar, kaya, ... lalu? Bukannya itu kelebihannya?

                    Aah aku bingung..Antisosial? Ah iya, lalu?

                    Aku berpikir terus hingga mungkin sejam telah berlalu namun ide tak kunjung datang. Kubuka akun Facebook-ku saking bosannya dan sepertinya di Facebook sedang musim orang memamerkan pacarnya. Entah itu dengan status ‘x sekarang berpacaran dengan y’ ada juga yang mengada-ada ‘x sekarang menikah dengan y’ atau mungkin dengan cara menyebarkan foto mesra mereka.

                    Aku tidak tahu ide ini akan berjalan atau tidak, tapi tidak salah jika mencoba, kan?

                    Dengan itu aku dengan gerak jariku yang cukup cepat, kubuka applikasi Facebookku dan kuketikkan sebuah kalima di sana.

                    OMO~ Aku tidak menyangka hari ini kita telah resmi menjadi sepasang kekasih. Tidak sabar untuk menunggu kencan pertama besok. Cc: ytc. Do Kyungsoo Oppa

                    Aku bahkan telah mengetag nama Kyungsoo di status tersebut agar ia tahu membuatku terkikik sendiri membayangkan raut kesal di wajahnya.

                    Tidak hanya itu, aku bahkan mengsharenya di seluruh akun sosial media yang kupunya. Me2day, Twitter, hingga Instagram, dengan foto romantis yang kuambil random dari Google.

                    Kyungsoo..Lihat saja, aku akan mendapatkanmu!

                   

                    Paginya, aku berusaha untuk berangkat sepagi mungkin, mengingat aku akan melakukan misiku segera di sekolah. Misi untuk menjemput Kyungsoo dan berpura-pura menjadi yeojachingunya.

                    Sesampainya di sekolah, benar saja, aku menjadi pusat perhatian teman-temannya. Tidak sering bergaul bersama mereka bukan berarti hubungan pertemananku dengan mereka putus kan?

                    “Omo, Minhye-a, chukkae~” ucap Sulli kepadaku ketika aku berjalan di lorong.  Aku tersenyum manis, semoga ia tidak melihat ekspresi wajahku yang dipaksakan karena di dalam tubuhku, aku merasakan perutku mual ketika mengingat aku dan Kyungsoo adalah sepasang kekasih.

                    “Gomawo, Sulli-ah.” Ujarku kepada mantan ke-7 Chanyeol oppa tersebut. Mengapa aku mengetahuinya? Jelas saja aku bisa tahu, Chanyeol oppa memajang foto mantan-mantan mereka di kamar dengan rapi beserta urutannya.

                    “Minhye-a, akhirnya!! Kamu tidak tahu berapa tahun aku menunggumu untuk mempunyai seorang kekasih. Double date?” tawar Soojung kepadaku. Astaga..dia itu heboh sekali jika temannya ada yang sudah berpasangan dan selalu menawari double date.

                    Aku tersenyum kecut, lagi-lagi rasa mual itu datang lagi, apalagi setelah mendengar ucapan Soojung. Double date? Euh, bertahanlah Park Minhye! Demi EXOFINITE!

                    “Eum, sepertinya, kami akan fokus dengan single date kami dulu, Soojung-ah. Karena, kita kan...” jawabku sangat cheesy, lalu menggantungkan kalimatku sambil mendekat ke arah Soojung dan berbisik “pasangan baru.”

                    Setelah itu, Soojung,Luna,Sulli dan Victoria yang mengelilingiku hanya bisa terkekeh genit sambil mengangguk-angguk. Aku pun (berakting untuk) ikut terkekeh juga dengan mereka.

                    Dan kami pun bercerita macam-macam, Soojung bercerita dan memberiku tips ketika berpacaran dengan Kyungsoo sementara Sulli memberiku saran agar hubungan kami tidak putus seperti hubungannya dengan Chanyeol oppa. Sebenarnya, aku dapat melihat jelas Sulli itu masih menyukai oppaku, tetapi dia mau tidak mau harus melupakannya mengingat Chanyeol oppa sudah (dengan cepatnya) mencari penggantinya. Obrolan kami terdengar sangat renyah hingga seseorang menginterupsi acara yeoja antar yeoja yang sedang kami lakukan ini.

                    “Jogiyoo..” suara itu..

                    Semuanya menengok dan suasana menjadi sangat riuh.

                    “Jogiyoo..Bisakah aku meminjam Minhye sebentar?” ijinnya kepada Sulli,Luna,Soojung dan Victoria.

                    “Omo..Tentu saja, Kyungsoo-ya. Dia milikmu sepenuhnya!” ujar Soojung sambil melirik ke arahku dan Kyungsoo yang saat ini berwajah sangat datar..Tapi jika mau menelisik lebih dalam ke wajahnya, dia tampak sangat marah. Hanya saja, ia dengan baik dapat menutupinya.

                    Suasana menjadi lebih riuh ramai ketika Kyungsoo menarik tanganku, mengeluarkanku dari kerumunan yang Sulli,Luna,Soojung dan Victoria buat.


 

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK