Ra Chel menerjang memeluk setelah ia sampai di Boutique milik Ibunya itu. Tadi ia langsung bergegas pergi menuju Boutique seperti perintah Ri bahwa ia nanti harus pergi ke Boutique karena Ri berjanji hari ini akan datang lagi ke Boutique. Jadi, setelah bertukar kembali, dirinya langsung mengambil tasnya dan bergegas. Tapi yang membuatnya semakin penasaran adalah saat ia tadi membuka ponselnya yang menunjukkan ada 30 panggilan dtak terjabwab dari Yonghwa dan 20 pesan Line dari pengirim yang sama menanyakan dimana dirinya dan mengapa tidak memberi kabar, juga menuduhnya melarikan diri dari latihan tari. Ingatkan ia untuk mengomeli Ri yang tak menceritakan apa yang terjadi selama di dunianya.
“Kau kenapa tumben sekali memeluk Eomma dengan erat begini?”Tanya Park Mira.
“Aniya, bogoshipoyo”Ucap Ra Chel yang masih memeluk Park Mira dengan erat.
“Kau ini aneh”Balas Park Mira lalu tertawa melihat kelakuan manja Ra Chel.
“Memangnya aku tak boleh merindukanmu? Memangnya merindukan Eomma itu aneh?”Tanya Ra Chel lalu melepas pelukan Ibunya.
Padahal aku hanya ingin memelukmu untuk bekalku saat bertukar posisi lagi dengan Ri.
Park Mira tersenyum lembut melihat Ra Chel yang berubah murung, tangannya terulur untuk membelai rambut Ra Chel. Lalu kemudian memeluk Ra Chel, entahlah ia juga merasa merindukan anaknya yang satu ini.
“Anni, Eomma juga merindukanmu”Ucap Park Mira kemudian mengecup puncak kepala Ra Chel, membuat Ra Chel tersenyum senang.
Aku merasa aura Ra Chel akhir-akhir ini berubah-ubah. Batinnya dalam hati.
Bel pintu berbunyi, seorang pelanggan datang. Ra Chel melepas pelukan Ibunya, kemudian duduk di samping lemari.
Ia menatap kesekeliling Boutique, sudah lama ia tak kemari. Terakhir satu bulan lalu untuk membantu Park Mira membereskan Boutique. Ia juga tak tahu mengapa ia tak suka dengan Boutique Ibunya yang menyewakan kostum-kostum. Menurutnya, Boutique ini terlalu klasik. Pandangannya menatap satu persatu lukisan yang ada di dinding yang berwarna cokelat. Kemudian tatapannya turun menuju sebuah kostum berwarna putih. Keningnya berkerut melihat kostum itu.
“Bukankah itu….. Eomma kau mendapatkan kostum itu dari mana?”Tanya Ra Chel pada Park Mira yang sedang mencatat sesuatu dibalik seorang pelanggan lelaki.
Park Mira menoleh pada Ra Chel dan mengikuti jari telunjuk Ra Chel yang menunjuk ke arah kostum Penyihir Putih.
*********
Edgar duduk di sebuah kursi dikamarnya, ia merasa kesal dengan sikap Ri yang menurutnya berubah-ubah. Pikiriannya menerawang saat tadi ia menemui Ri di gudang pribadinya.
Pintu terbuka dari dalam dengan cepat.
“Edgar? Apa yang kau lakukan disini?”Tanya Ri ketus, suaranya sungguh tak bersahabat.
“Aku mencarimu sayang, kau ingat sebentar lagi pernikahan kita dilaksanakan. Jadi kita harus mempersiapkan segala keperluan”Jawab Edgar menggoda Ri lalu mejawil dagu Ri.
Ri langsung menepis tangan Edgar dengan cepat, membuat Edgar terperangah.
“Jangan coba-coba kau”Ucap Ri lalu berjalan melewatinya.
“Tapi aku merasa ada yang aneh. Bukan sikapnya yang berbah-ubah, tapi memang berbeda”Gumam Edgar.
Kemudian ia berteriak memanggil penasihat pribadinya yang selalu mengikutinya kemanapun ia pergi termasuk ke Istana Anyelir.
“Aku ingin kau menyelidiki Puteri Ri, entah kenapa aku masih tak yakin dengan desas-desus itu”Ucap Edgar lalu meninggalkan penasihatnya yang terlihat terkejut dengan permintaan Edgar.
Maafkan aku Ri, tapi sikapmu yang berbeda membuatku tak yakin.
*********
Ri meneliti satu persatu deretan buku yang terpajang di lemari penyimpanan buku milik Ayah dan mungkin juga Ibunya. Sudah satu lemari ia teliti dan tak menemukan buku sampul emas yang dimaksud Ibunya. Kini ia pun harus mendesah frustasi karena satu lemari lagi tak ia temukan juga buku itu.
“Sebenarnya disimpan dimana”Gumamnya lalu mulai membuka laci-laci yang ada di lemari disebelahnya.
Laci pertama, ia tak menemukan. Dilaci itu hanya terdapat berkas-berkas milik Ayahnya yang tak ia mengerti.
Kemudian tangannya membuka laci kedua, keningnya berkerut menatap sebuah peti kecil dari kayu di dalam laci itu. Lalu ia menarik keluar peti itu. Diatasnya terukir tulisan ALMIRA, kemudian ia membuka peti itu dan membuatnya memekik senang.
Aku berhasil menemukan buku sampul emas.
Ia menutup peti itu lalu mengembalikan ketempat semula dan bergegas pergi dari ruangan Ayahnya, ia bisa mati diomeli Ayahnya jika ketahuan masuk ke ruang Pribadi Ayahnya tanpa ijin. Tapi langkahnya terhenti melihat lukisan yang ditutupi kain putih.
Apa itu? Seperti lukisan
Ri melangkahkan kakinya mendekati benda yang ia kira lukisan itu. Tangannya berusaha menjangkau kain putih yang menutupi benda berbentuk persegi panjang besar itu. Tapi ia tiba-tiba menghentikan langkahnya.
“Tidak-tidak, kau harus segera pergi dari sini”Gumamnya lalu melangkah mundur dan berbalik, meninggalkan ruangan Ayahnya.
*********
“Ah itu…. Ibu membelinya dari penjahit langgangan Ibu yang membuat kostum-kostum ini semua”Jawab Park Mira, ia masih asik menulis sesuatu yaitu daftar pelanggan yang meminjam kostumnya.
“Ah begitu”
“Mengapa?”Tanya Park Mira.
“Aniya, aku hanya tertarik saja”Jawab Ra Chel bohong.
Itu baju Penyihir Putih yang waktu itu ada di mimpiku.
Kemudian ponselnya berbunyi, seseorang meneleponnya. Ra Chel mengambil ponselnya dari dalam tas.
Yonghwa calling
Alis Ra Chel bertaut, kemudian ia menggeser tombol warna hijau.
“Yeoboseyo”Ucapnya.
“Ya! Aku ada di depan rumahmu sekarang. kau dimana?”Teriak Yonghwa.
“Mwo?”Ra Chel terkejut membuat Park Mira menoleh padanya.
“Arasseo, tunggu sebentar”Ucapnya lalu menutup telepon.
Ra Chel memakai tasnya dan bangkit.
“Eomma aku pulang dulu ne, Yonghwa ada di depan rumah. Sepertinya ada hal penting”Ucapnya setelah menghampiri Park Mira, lalu mengecup pipi Ibunya.
“Bye”Lanjut Ra Chel.
“Hati-hati”Jawab Park Mira.
Lalu Park Mira menatap kostum Penyihir Putih itu dengan tatapan sendu.
******
Ri langsung membuka buku sampul emas itu sesampainya dikamarnya. Dalam buku itu tertulis mengenai Penyihir putih yang menduduki peringkat tertinggi, kekuatannya pun tak terkalahkan karena hampir setara dengan bidadari. Hal itulah yang membuat para Penyihir hitam berambisi untuk memusnahkan Penyihir putih untuk mengalihkan kekuasaan.
Ri membuka halaman selanjutnya,
Dan saat ini hanya ada satu Penyihir putih yang tersisa, yaitu Miranda. Aku tidak yakin bisa mempertahankan dunia ini melawan Penyihir hitam seorang diri.
Ri membalikkan halaman tersebut, ia membuka halaman selanjutnya. Berisi mantera-mantera Penyihir yang mungkin memiliki nama Miranda. Ri tak membacanya, ia tetap melihat halaman selanjutnya. Lalu tangannya berhenti membuka halaman selanjutnya lagi saat melihat sebuah lukisan dua orang yang ia kenal.
“Tidak mungkin”Ucapnya.
Tangannya terulur menyentuh lukisan potret dari dua orang itu. Air matanya menetes.
“Bagaimana bisa”Gumamnya lagi.
Kemudian tangannya membalik ke halaman selanjutnya, dan air matanya makin menetes saat ia membaca sebuah kalimat yang membuatnya terisak. Ia masih tak percaya dengan apa yang barusan ia lihat dan ia baca barusan.
Ri mengusap air matanya, menenangkan dirinya bahwa ia tak boleh lemah. Ia harus meminta penjelasan ini semua. Ya, aku harus.
*******
“Yonghwa?”Panggil Ra Chel yang melihat Yonghwa mondar-mandir di depan pagar rumahnya.
Yonghwa menoleh menatap Ra Chel, menatap Ra Chel dari atas sampai bawah. Kemudian menghampiri Ra Chel, dan memeluknya. Membuat tubuh Ra Chel menegang.
TBC