Kelanjutannya dari bagian A....
“Ji Hyeon-a…”
Sebuah suara tiba-tiba membuat Ji Hyeon tersadar dan segera membalikkan badannya.
“Oh, Myung Soo-ya…”
“Di depan rumah ada sebuah mobil, apa ada tamu?” tanya Myung Soo.
Myung Soo pun mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan hingga matanya berhasil menangkap sesosok pria yang tengah bermain bersama Jin Hye.
“Nugu[22]?” tanya Myung Soo.
Ji Hyeon pun menarik Myung Soo untuk menjauh dari ruang keluarga karena khawatir akan mengganggu Jin Hye dan Sung Yeol. Rupanya ketika Ji Hyeon menarik Myung Soo, Sung Yeol melihatnya. Sebuah rasa penarasan dan khawatir mulai menyelimuti benaknya. Namun ia tak bisa menunjukkannya dihadapan Jin Hye yang sedang begitu bersemangat bermain bersamanya.
“Siapa pria itu?” tanya Myung Soo.
“Dia Sung Yeol, temanku,” jawab Ji Hyeon.
“Hanya teman?” tanya Myung Soo.
“Eung,” jawab Ji Hyeon.
“Tapi aku belum pernah melihatnya sebelumnya,” ucap Myung Soo.
Ji Hyeon menatap Myung Soo. Melalui tatapannya, ia mencoba meminta pada Myung Soo untuk mengerti. (http://jh-nimm.blogspot.com)
“Apa dia Ayah kandung Jin Hye?” tanya Myung Soo.
“Ani[23]…” jawab Ji Hyeon.
Myung Soo menatap Ji Hyeon dengan tatapan menyelidik, mencoba mencari kebenaran dari apa yang Ji Hyeon katakan.
“Dengarkan aku baik-baik. Dia adalah temanku. Aku memang baru mengenalnya ketika Nam Woo Hyun memperkenalkannya padaku. Dia sahabat Nam Woo Hyun,” jelas Ji Hyeon.
Roman tidak percaya masih menyelimuti wajah Myung Soo. Meskipun memang ia berusaha menyembunyikannya dari Ji Hyeon.
“Kau masih tidak mempercayaiku?” tanya Ji Hyeon.
“Ani, aku percaya,” jawab Myung Soo.
Dalam benak Myung Soo, sebenarnya ia menyimpan sebuah kekhawatiran yang teramat besar. Terlebih ketika Ji Hyeon memberikan penjelasan tentang pria bernama Sung Yeol itu dan cara Ji Hyeon menatap Sung Yeol yang Myung Soo rasakan berbeda. Dengan kata lain, Myung Soo cemburu.
****
Malam hari, Sung Yeol baru sampai di rumahnya. Dengan langkah yang lunglai seperti orang yang kehilangan separuh dari nyawanya itu ia perlahan menaiki anak tangga yang akan mengantarkannya menuju kamarnya itu.
“Hyung…” panggil Sung Jong.
Namun Sung Yeol tak menghiraukan panggilan Sung Jong itu. Ia hanya perlu menuju kamarnya. Ia ingin merebahkan tubuhnya di atas tempat tidurnya. Ia ingin tertidur dengan lelap hingga besok ia dapat terbangun dan menemukan bahwa semua yang telah ia alami itu hanyalah mimpi.
“YA! Darimana saja kau?”
Sebuah suara justru menyambutnya ketika Sung Yeol baru saja masuk ke dalam kamarnya yang bernuansa warna putih itu.
“Ah, Sung Kyu Hyung…”
“Wae? Kenapa kau terlihat seperti mayat hidup seperti itu?” tanya Sung Kyu.
Sung Yeol hanya menjawab pertanyaan Sung Kyu dengan merebahkan tubuhnya di sofa yang berada di samping Sung Kyu.
“Waeyo[6]? Apa kau baru saja bertemu dengan hantu? Atau kakekmu memarahimu lagi?” tanya Sung Kyu.
“Lebih dari itu,” jawab Sung Yeol.
“Wae? Wae? Wae?” tanya Sung Kyu.
Sung Yeol menarik napasnya dalam dan lalu menghembuskannya dengan kasar. Cukup menandakan bahwa ia merasa yang tengah ia alami ini cukup memberatkan baginya.
“Hyung, kau ingat dengan gadis yang baru ku kenal itu?” tanya Sung Yeol.
“Ji Hyeon? Wae?” tanya Sung Kyu balik.
“Aku menemukan sebuah kenyataan yang membuatku begitu terkejut, tapi aku juga tak bisa memungkirinya,” jawab Sung yeol. (http://jh-nimm.blogspot.com)
“Mwonyago[12]?” tanya Sung Kyu yang mulai penasaran dan tak mengerti dengan apa yang Sung Yeol katakan.
Sejenak Sung Yeol terdiam. Mencoba untuk menepis semua pikiran buruk akan bayangan yang menari dalam pikirannya.
“Hyung, kau tahu aku sangat menyukainya, bukan?” tanya Sung Yeol.
“Ara[24]…” jawab Sung Kyu.
“Tapi hari ini aku harus menemukan sebuah kenyataan bahwa dia…”
Sung Yeol menggantung kalimatnya. Membuat Sung Kyu semakin penasaran.
“Hyung, apa yang sedang kalian bicarakan?” tanya Sung Jong yang masuk dengan tanpa permisi ke kamar Sung Yeol dan memang sudah biasa seperti itu.
Meskipun Sung Jong datang, namun rupanya Sung Yeol tak menghiraukan kedatangannya itu.
“Dia sudah punya anak,” lanjut Sung Yeol.
“MWO[25]?!” Sung Kyu terkejut bukan amin dengan apa yang baru saja Sung Yeol katakan.
“Nugu?” tanya Sung Jong.
“Ji Hyeon,” jawab Sung Yeol.
“MWO?!” Sung Jong juga sama terkejutnya dengan Sung Kyu.
“Bagaimana bisa?” tanya Sung Kyu.
“Apa dia sudah menikah?” tanya Sung Jong.
“Ah, aku juga tidak mengerti. Ji Hyeon memiliki seorang anak perempuan yang usianya sekitar 5 atau 6 tahun di usianya yang masih sangat muda. Ketika ku tanyakan tentang suaminya, Ji Hyeon justru tampak seperti menyembunyikannya dariku. Lalu ketika aku dan Jin Hye sedang bermain, seorang pria datang dan pria itu seolah seperti menyelidikiku,” jelas Sung Yeol.
Sung Kyu dan Sung Jong hanya saling memandang ketika mendengar penjelasan dari Sung Yeol. Mereka bingung harus bagaimana menanggapi apa yang baru saja Sung Yeol jelaskan mengenai Ji Hyeon itu.
“Aku bingung,” ucap Sung Yeol.
“Wae?” tanya Sung Kyu.
“Aku begitu menyukainya dan karena Ji Hyeon juga perlahan aku berubah untuk menjadi manusia yang lebih baik. Bahkan aku juga mulai menjalankan tanggungjawab yang kakek berikan padaku juga karena dia. Aku ingin mulai belajar bertanggungjawab dengan hidupku, sebelum nanti aku bertanggung jawab akan hidup Ji Hyeon. Tapi aku justru harus menemukan kenyataan ini,” jelas Sung Yeol.
Memang benar, meskipun hanya melalui pertemuan singkat dan sebuah perkenalan yang berjalan belum lama ini, Sung Yeol sudah banyak berubah. Bahkan Sung Kyu dan Sung Jong sangat menyadari akan perubahan Sung Yeol tersebut. Sung Kyu dan Sung Jong juga mengetahui dengan benar bagaimana Sung Yeol begitu menyukai Ji Hyeon. Bahkan Sung Yeol sering menceritakan bagaimana ia ingin menikah dengan Ji Hyeon pada Sung Kyu dan Sung Jong.
“Kau benar mencintainya?” tanya Sung Kyu.
Sung Yeol terdiam. Untuk saat ini, ia tidak bisa menjawab pertanyaan itu. Walaupun memang jauh dalam lubuk hatinya ia ingin sekali berteriak bahwa ia begitu mencintai Ji Hyeon.
“Hyung, jika boleh ku berikan saran. Maka sebaiknya kau mencaritahu lebih jauh mengenai Ji Hyeon dan memastikan bahwa semua yang kau lihat hari ini tidak benar,” ucap Sung Jong.
“Bagaimana aku harus memastikannya lagi sedangkan aku mengetahui hal ini di rumah Ji Hyeon?” tanya Sung Yeol. (http://jh-nimm.blogspot.com)
“Tapi kau belum mendengarkan penjelasan Ji Hyeon tentang semua ini,” ucap Sung Jong.
“Geurae, kau perlu mendengarkannya langsung dari Ji Hyeon. Cobalah tanyakan langsung pada Ji Hyeon,” timpal Sung Kyu.
“Bisakah aku melakukannya?” tanya Sung Yeol.
“Hyung, jika kau benar mencintainya, maka kau harus selalu siap dengan jawaban apapun yang akan Ji Hyeon berikan dan jelaskan padamu,” jawab Sung Jong.
“Jangan langsung mengambil kesimpulan hanya dari hal yang belum kau pastikan sepenuhnya,” timpal Sung Kyu.
Sung Yeol terdiam. Ia mencoba mencerna setiap saran yang diberikan oleh Sung Jong dan Sung Kyu. Ia mempertimbangkannya baik-baik dan mencoba mempersiapkan dirinya untuk menerima kenyataan yang memang harus ia pastikan itu.
****
Siang yang cukup terik dan waktu juga sudah menunjukkan bahwa ini adalah jam istirahat makan siang. Sung Yeol pun beranjak dari meja kerjanya dan hendak keluar dari ruangannya.
“Hyung, mau kemana?” tanya Sung Jong yang berniat untuk mengajak Sung Yeol untuk makan itu. karena memang sejak tadi malam, Sung Yeol belum terlihat makan. Bahkan Sung Yeol juga melewatkan sarapan paginya.
“Aku ingin pergi ke tempat Woo Hyun,” jawab Sung Yeol.
“Untuk memastikan tentang Ji Hyeon?” tanya Sung Jong.
Sung Yeol hanya menjawab pertanyaan Sung Jong dengan menganggukkan kepalanya.
“Boleh aku ikut?” tanya Sung Jong.
“Kaja,” jawab Sung Yeol.
Sung Yeol dan Sung Jong pun menuju ke sekolah musik milik Woo Hyun. Selama di perjalanan, Sung Yeol tampak tidak fokus ketika menyetir. Jika saja Sung Jong tidak menyadarkannya, mungkin kejadian yang tak diinginkan akan terjadi.
“Hyung, menepilah sebentar. Biarkan aku yang menyetir. Karena ku lihat kau tidak fokus. Aku hanya takut terjadi sesuatu yang buruk jika kau menyetir dalam keadaan seperti ini,” bujuk Sung Jong.
Sung yeol pun menepikan mobilnya sejenak. Sung Jong pun menggantikan Sung Yeol menyetir.
“Hyung, aku memang tidak bisa merasakan beratnya beban pikiran yang tengah mengganggumu ini, tapi aku yakin kau bisa melaluinya. Dan aku juga yakin bahwa ada alasan yang jelas dan pasti di balik semua ini,” ucap Sung Jong.
“Semoga saja semua sesuai dengan yang kubayangkan,” jawab Sung Yeol.
Sung Jong dan Sung Yeol pun sampai di sekolah musik Woo Hyun. Saat berjalan menelusuri koridor yang akan membawanya menuju ruangan Woo Hyun, Sung Yeol sempat menghentikan langkahnya ketika melewati kelas biola yang di dalamnya tengah ada Ji Hyeon yang sedang mengajar murid-muridnya.
“Ji Hyeon-a…”
Sung Yeol menatap Ji Hyeon dari luar ruangan. Setiap ia menatap Ji Hyeon, memang ia dapat menemukan kedamaian dalam hatinya yang belum pernah ia temui sebelumnya. Namun di saat ini, kekhawatiran dan luka justru malah mulai mendominasi perasaannya. Seolah batinnya ingin berteriak dan berontak saat itu juga, namun ia mencoba tetap bersabar menahannya sebelum mendengar semua penjelasan dari Ji Hyeon.
“Kaja…” ucap Sung Yeol.
Sung Yeol dan Sung Jong pun kembali melanjutkan perjalanan mereka menuju ke ruangan Woo Hyun. Kebetulan saat itu Woo Hyun juga sedang berada di ruangannya. (http://jh-nimm.blogspot.com)
“Oh, Sung Yeol-a, Sung Jong-a, wae?” tanya Woo Hyun. “Tidak biasanya kalian kemari berdua,”
“Ada yang ingin kutanyakan padamu,” ucap Sung Yeol.
“Mworago[12]?” tanya Woo Hyun.
“Ini tentang Ji Hyeon,” jawab Sung Yeol.
“Wae? “ tanya Woo Hyun.
Sung Yeol menatap Woo Hyun. Roman keseriuesan begitu tampak dengan jelas di wajah Sung Yeol. Sungguh bukan merupakan hal yang biasa bagi Woo Hyun. Ia mulai mengantisipasi akan apa yang hendak Sung Yeol pertanyaka itu.
“Apa kau tahu bahwa Ji Hyeon sudah memiliki seorang puteri?” tanya Sung Yeol.
DEG!
Sejenak jantung Woo Hyun seolah berhenti untuk berdetak ketika mendengar pertanyaan Sung Yeol. Sebuah pertanyaan yang memang sudah ia perkirakan akan Sung Yeol ajukan padanya. Namun ia tak pernah mengira bahwa Sung Yeol akan mempertanyakan akan hal itu secepat ini.
“Kenapa kau tiba-tiba menanyakan tentang hal itu?” tanya Woo Hyun.
‘”Jawab saja pertanyaanku,” jawab Sung yeol.
Woo Hyun menatap Sung Yeol. Ia memang tak bermaksud untuk menyembunyikan hal itu dari sahabatnya sendiri. Namun setidaknya ia harus menunggu saat yang tepat untuk memberitahukan akan hal itu pada Sung Yeol.
“Geurae, ara…” ucap Woo Hyun.
“Lalu, bagaimana dengan suaminya? Apa kau tahu tentang hal itu?” tanya Sung Yeol.
“Aku tidak tahu apa-apa tentang hal itu. Yang aku tahu bahwa Ji Hyeon sudah memiliki seorang puteri,” jawab Woo Hyun.
Seketika suasana terasa mulai memanas. Terlebih karena ini adalah tepat di tengah hari, ketika matahari sedang dengan bersemangatnya ‘membakar’ kota dan membuat cuaca menjadi panas.
“Kenapa kau tidak memberitahukannya sejak awal?” tanya Sung Yeol.
“Karena ku pikir, aku harus menunggu waktu yang tepat untuk memberitahukanmu tentang hal ini,” jawab Woo Hyun.
Sung Yeol menatap Woo Hyun. Sejenak perasaan kecewa menjamah batinnya ketika mengetahui bahwa sahabatnya sendiri mencoba menutupi hal itu dan tidak memberitahukannya dengan segera padanya. Karena jika saja Woo Hyun memberitahukannya sejak awal, mungkin Sung Yeol bisa mempersiapkan dirinya untuk menemukan kenyataan ini.
“Apa yang akan kau lakukan? Apa kau akan meninggalkannya setelah kau mengetahui dia memiliki seorang puteri?” tanya Woo Hyun.
Sung Yeol terdiam. Pertanyaan yang saat ini Woo Hyun ajukan padanya adalah pertanyaan yang sejak semalam terus ia pikirkan jawabannya. Bahkan hingga saat inipun ia masih terpikirkan akan jawaban manakah yang harus ia pilih, juga dengan resiko dengan jawaban yang ia pilih.
“Kenapa kau hanya diam?” tanya Woo Hyun.
Sung Yeol hanya menatap Woo Hyun. Dalam batinnya masih berkecamuk tentang jawaban yang harus ia berikan pada Woo Hyun. Walau sejatinya, bibirnya ingin segera melontarkan jawaban yang begitu sulit ia temukan itu.
“Apa diam ini artinya kau akan meninggalkan Ji Hyeon?” tanya Woo Hyun.
“Woo Hyun Hyung!” Sung Jong merasa kesal dengan Woo Hyun yang terus mencoba untuk menyudutkan Sung Yeol, namun Sung Yeol mencoba meredam kekesalan adiknya itu.
“Aku tidak menyangka. Hanya karena kau menemukan bahwa Ji Hyeon telah memiliki seorang puteri, lalu kau bersikap seperti ini. Sungguh ini bukan seperti seorang pria. Jika kau meninggalkan Ji Hyeon hanya karena hal ini, maka di mataku kau hanyalah seorang pecundang,” ucap Woo Hyun. (http://jh-nimm.blogspot.com)
“Apa benar kau adalah sahabatku?” tanya Sung Yeol.
Woo Hyun menatap Sung Yeol. Ia merasa bahwa sebelum ia memperkenalkan Sung Yeol pada Ji Hyeon, mereka adalah sahabat baik. Namun saat ini, ia justru merasa bahwa ia sedang menghadapi musuhnya. Ia merasa bahwa Sung Yeol telah menjadi seorang pengkhianat. Walaupun memang adalah kesalahannya sendiri yang tak pernah menceritakan pada Sung Yeol bahwa ia menyukai Ji Hyeon sejak lama. Bahkan sebelum Sung Yeol bertemu dengan Ji Hyeon.
“Nam Woo Hyun!”
“Jawab saja apa yang kutanyakan dan jangan mengalihkan pembicaraan. Aku ingin mendengar jawabanmu sebagai seorang pria,” ucap Woo Hyun.
Sung Yeol menatap Woo Hyun tajam. Jika saja ia tidak ingat akan persahabatan mereka selama ini, mungkin ia tidak akan mau mencoba untuk mengerti mengapa Woo Hyun bersikap seperti ini.
“Lee Sung Yeol!”
“Aku…”
To be continued…
Hihihi, JH Nimm is back after a long time.
Always, coba tebak apa jawaban Sung Yeol dan gimana nantinya.
Don’t forget to leave your appreciation and thank you so much… :*
Facebook link for full story: https://www.facebook.com/notes/milky-daidouji/twoshoot-change-me-12/10204156547904328