home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Change Me

Change Me

Share:
Author : JaeJae
Published : 22 Jul 2014, Updated : 04 Aug 2014
Cast : Lee Sung Yeol, Lee Ji Hyeon, Lee Jin Hye, Nam Woo Hyun, Kim Myung Soo, Lee Sung Jong, Kim Sung Kyu,
Tags :
Status : Complete
0 Subscribes |27573 Views |4 Loves
Change Me
CHAPTER 1 : Change Me (1a/2)

CHANGE ME 

 

Black Romance present…

 

 

A story by JH_Nimm

(http://jh-nimm.blogspot.com, http://www.twitter.com/JH_Nimm)

 

                      

Title: Change Me

Also known as: Change Me

Genre: Friendship, Family, Hurt, Sad, Romance

Rating: T (PG-15)

Length: Twoshoot (1/2)

 

Cerita ini adalah sebuah FIKTIF belaka, apabila ada kesamaan nama, tempat dan kejadian, semata-mata karena ketidaksengajaan.

All casts are belong to God, but this story is JH_Nimm’s.

Don’t re-share without my permission.

Don’t forget to leave your appreciation.

Happy Reading… Thank You… :3

 

 

Note: yang di tulis miring adalah FLASHBACK!!!

 

 

BGM:

INFINITE – Back

 

== GLOSARIUM ==

 

Hyung, ireona [1] = Kakak*, bangunlah

Shirheo [2] = Tidak mau

Mian [3] = Maaf (informal)

Yeppeo [4] = Cantik

YA [5] = HEY

Wae, Waeyo [6] = Mengapa/Kenapa?

Geuraettguna [7] = = Rupanya begitu

Gwaenchanha [8] = Tidak apa-apa

Lee Sung Yeol imnida [9] = Aku Lee Sung Yeol

Annyeong haseyo [10]  = Hallo

Seonsangnim [11] = Guru

Mwoya, Mwonyago, Mworago [12] = Apa/Apakah

Aniyo [13] = Tidak/Bukan         

Ne [14] = Ya             

Geurae [15] = Benar

Kaja [16] = Ayo         

Joesonghmanida [17] = Maaf (formal)

Eomma [18] = Ibu

Oppa [19] = Kakak **

Annyeong [20] = Hai

Gomawo [21] = Terima kasih (informal)

Nugu [22] = Siapa

Ani [23] = Tidak/Bukan

Ara [24] = Aku tahu/Aku mengerti

MWO [25] = APA

 

*Panggilan dari laki-laki untuk laki-laki

*Panggilan dari perempuan untuk laki-laki

 

 

== PROLOG ==

Hidupku yang gelap dan tak berarah menjadi terang dan ku pilih jalanku semenjak bertemu denganmu

Kau telah berhasil mengubahku, mengubah hatiku dan juga mengubah hidupku

Kau menjadikanku manusia yang lebih baik, terima kasih

(July 21, 2014)

 

 

 

== CHAPTER 1 ==

 

 

                Semilir angin musim panas yang berhembus dari timur rupanya tidak sanggup membuat seorang pria terbangun dari tidur siangnya. Bahkan teriknya matahari yang menyorot juga tak sanggup mengusik tidurnya. Padahal ia tidur di sebuah sofa yang berada di balkon yang berada di depan kamarnya yang memang cukup luas dan matahari dengan bebas menyorotinya. Namun pria itu masih betah berjalan-jalan di alam mimpinya.

 

                “Hyung, ireona[1]!

 

                Sebuah suara yang lembut namun terdengar tegas dan sebuah tangan yang mengguncangkan tubuhnya pun masih tak sanggup membangunkan sang pria tampan bernama Lee Sung Yeol itu dari tidurnya. Matanya masih sibuk terpejam.

 

                “Hyung!” teriak sang adik, Lee Sung Jong. (http://jh-nimm.blogspot.com)

 

                “Hmm…” meskipun tak membuka matanya, namun Sung Yeol masih memberikan jawaban.

 

                “Bangunlah, Kakek menyuruhmu untuk ke kantor,” ucap Sung Jong.

 

                “Shirheo[2]…” jawab Sung Yeol yang masih juga tak membuka matanya.

 

                Benar-benar pemalas.

 

                “Hyung, Kakek  akan marah jika kau tidak datang lagi ke kantor,” ucap Sung Jong.

 

                Sung Yeol pun membuka matanya dan menatap Sung Jong. Sebuah senyuman tersungging di wajah tampannya. Senyuman yang sudah bisa Sung Jong artikan.

 

                “Hyung, shirheo!” ucap Sung Jong.

 

                “Kali ini saja,” bujuk Sung Yeol.

 

                “Aku sudah berkali-kali mewakilimu dan memberikan begitu banyak alasan atas mangkirnya dirimu pada kakek,” jelas Sung Jong.

 

                “Ah, baiklah!” jawab Sung Yeol seraya bangun dan beranjak.

 

                Namun rupanya bukannya bersiap untuk pergi ke kantor, Sung Yeol justru menyambar jaketnya juga kunci mobilnya dan kemudian melarikan diri.

 

                “HYUNG!” teriak Sung Jong.

 

                Berhasil. Lagi-lagi Sung Yeol melarikan diri dan menyerahkan semua tanggung jawabnya pada sang adik, Sung Jong. Bukannya memenuhi segala perintah kakeknya itu, Sung Yeol justru melajukan mobilnya untuk menuju ke sebuah tempat yang bisa membantunya mengalihkan pikirannya dan menghilangkan kepenatan.

 

                “Mian[3], Lee Sung Jong!” ucap Sung Yeol.

 

                Sung Yeol, seorang pria berusia 25 tahun. Usia yang cukup matang untuk diberikan tugas mengelola perusahaan keluarga. Namun di usianya saat ini, Sung Yeol justru masih kekanak-kanakan dan sangat sulit di atur. Terbukti dengan selalu mangkirnya ia dari tugas sang kakek. Padahal tugas dari kakeknya tersebut adalah kebaikan baginya yang merupakan pewaris utama perusahaan keluarga. Di usianya saat ini, seharusnya Sung Yeol sudah bisa menanggapinya dengan bijak dan mulai menjalani apa yang kakeknya itu tugaskan. Namun, itulah Sung Yeol. Masih senang bermain-main.

 

                Tak membutuhkan waktu yang cukup lama, akhirnya Sung Yeol pun sampai di WH Music School. Sebuah sekolah musik milik sahabatnya sejak kecil, Nam Woo Hyun. Sung Yeol pun menelusuri koridor yang akan mengantarkannya menuju ruangan Woo Hyun. Namun langkahnya perlahan semakin melambat seiring dengan mendekatnya seorang gadis yang berjalann berlawanan arah dengannya itu. bahkan langkahnya seketika terhenti ketika sang gadis lewat tepat di sampingnya.

 

                Yeppeo[4], batinnya.

 

                Secara tak sadar, Sung Yeol bahkan membalikkan badannya hanya untuk menatap kepergian seorang gadis yang seketika sanggup mengalihkan seluruh perhatiannya itu. Ia terus menatap arah kepergian sang gadis hingga bayangan sang gadis benar-benar menghilang dari jarak pandangnya.

 

                “Apa yang kau lihat?”

 

                Tiba-tiba sebuah suara sukses membuat Sung Yeol terperanjat.

 

                “YA[5]! Nam Woo Hyun, apa kau ingin melihatku mati muda?” tanya Sung Yeol yang dengan refleks memukul Woo Hyun yang memang sudah berada di sampingnya itu tanpa ia sadari.

 

                “Kalau kau mati saat ini, aku kasihan pada kakekmu. Karena cucu yang begitu ia banggakan justru mati muda dan belum sempat memenuhi segala tanggungjwabnya,” jawab Woo Hyun.

 

                “Ah, jangan bahas kakekku. Jangan bersikap seolah kau tidak tahu aku kemari hanya untuk melarikan diri dari kakek,” ucap Sung Yeol.

 

                Woo Hyun hanya tersenyum mendengar ucapan Sung Yeol. Memang, sudah bukan hal yang asing lagi baginya jika menemukan Sung Yeol datang padanya. Jelas, hanya untuk melarikan diri dari kakeknya dan juga tanggung jawabnya sebagai penerus perusahaan keluarga. (http://jh-nimm.blogspot.com)

 

                “Woo Hyun-a, sebaiknya kau temani aku jalan-jalan,” ajak Sung Yeol.

 

                “Sekarang?” tanya Woo Hyun.

 

              “Tentu,” jawab Sung Yeol. “Kau tahu, aku sangat stress akhir-akhir ini. Kakekku hampir setiap jam menasehatiku,”

 

                “Aku tidak bisa,” ucap Woo Hyun.

 

                “Wae[6]?” tanya Sung Yeol.

 

                “Aku harus memeriksa kelas baru. Kelas biola,” jawab Woo Hyun.

 

                “Kelas biola? Kau jadi membuka kelas itu?” tanya Sung Yeol.

 

                “Ya, dan itu di mulai sejak hari ini,” jawab Woo Hyun.

 

                “Ah, aku kira kau hanya bercanda saat itu,” ucap Sung Yeol.

 

                “Sebaiknya sekarang kau temani aku untuk memeriksa kelas biola,” ucap Woo Hyun seraya menarik tangan Sung Yeol.

 

                Woo Hyun pun membawa Sung Yeol menuju ke kelas biola yang memang baru di buka hari ini itu. Walau memang sudah sejak lama Woo Hyun ingin membuka kelas biola itu, namun ia khawatir peminat yang sedikit juga sudah banyak sekolah musik yang juga menyediakan kelas biola lebih awal. Ia khawatir bahwa murid yang mendaftar untuk kelas biolanya itu tidak sesuai dengan harapan. Tapi setelah melakukan survey lapangan, ia menemukan hasil yang cukup memuaskan dan di buktikan dengan banyaknya murid yang mendaftar sehingga kelas biola di buka mulai hari ini.

 

                Sesampainya di depan kelas biola, Woo Hyun hanya berdiri di luar. Sengaja. Karena jika ia masuk, maka itu hanya akan mengganggu proses belajar-mengajar. Ia hanya perlu memperhatikan kelancaran kelas barunya itu dari luar. Lain dengan Woo Hyun yang memperhatikan proses belajar-mengajar, mata Sung Yeol justru tertuju pada seorang gadis yang tengah mengajarkan teknik memegang biola dengan tepat itu.

 

                “Guru baru?” tanya Sung Yeol.

 

                “Bukan,” jawab Woo Hyun. “Ji Hyeon sudah lama mengajar di sini. Mungkin sekitar 2 tahun yang lalu,”

 

                “Tapi aku tidak pernah melihatnya,” ucap Sung Yeol.

 

                “Jelas, itu karena awalnya Ji Hyeon mengajar piano di kelas sore hari,” jawab Woo Hyun.

 

                “Geuraettguna[7]…

 

                “Karena dia pandai bermain biola, aku memintanya untuk mengajar di kelas siang hari juga,” jelas Woo Hyun.

 

                Kali ini, bukan hanya Sung Yeol, tetapi juga Woo Hyun yang justru mengalihkan perhatiannya pada Ji Hyeon yang tengah sibuk mengajari anak didiknya itu. Sebuah senyuman tersungging di wajah Sung Yeol dan Woo Hyun ketika memperhatikan Ji Hyeon. Namun senyuman itu perlahan memudar menjadi rasa terkejut ketika Ji Hyeon menemukan mereka berdua berdiri di luar dan kemudian menghampiri mereka.

 

                “Woo Hyun-sshi, kenapa tidak masuk?” tanya Ji Hyeon.

 

                “Ah, aku takut jika aku masuk akan mengganggu. Jadi, aku cukup memperhatikan kelas baru ini dari luar saja,” jawab Woo Hyun.

 

                “Gwaenchanha[8],” ucap Ji Hyeon.

 

                “Hmm, bagaimana kelas baru kita? Apa murid-murid terlihat antusias?” tanya Woo Hyun.

 

                “Ne, mereka sangat menyukai kelas baru ini,” jawab Ji Hyeon.

 

                Woo Hyun tersenyum senang mendengar jawaban Ji Hyeon. Karena itu artinya, kelas baru yang dia buka telah berhasil menarik minat murid-murid baru. Menyadari bahwa ada Sung Yeol juga di sana, Woo Hyun pun memperkenalkan Sung Yeol pada Ji Hyeon. (http://jh-nimm.blogspot.com)

 

                “Ah, Ji Hyeon-a, kenalkan, ini adalah sahabat terdekatku,” ucap Woo Hyun.

 

                “Lee Sung Yeol imnida[9],” Sung Yeol memperkenalkan dirinya seraya mengulurkan tangannya.

 

                “Annyeong haseyo[10], Lee Ji Hyeon imnida,” jawab Ji Hyeon yang juga memperkenalkan dirinya itu seraya menjabat tangan Sung Yeol.

 

                Pertemuan pertama yang berujung pada sebuah perkenalan. Tak dapat di pungkiri bahwa Sung Yeol kesulitan untuk sejenak saja mengalihkan tatapannya dari wajah gadis bernama Ji Hyeon itu. Seolah seluruh perhatiannya itu telah terenggut oleh Ji Hyeon, hingga tanpa sadar tangannya masih juga tak terlepas dari tangan Ji Hyeon.

 

                “Hmm…” Woo Hyun sengaja berdehem untuk menyadarkan Sung Yeol.

 

                “Seonsaengnim[11], suara biolaku terdengar sumbang,” ucap salah seorang siswa seraya menghampiri Ji Hyeon.

 

                “Gwaenchanha, biar aku bantu kau untuk menyetelnya,” jawab Ji Hyeon.

 

                “Kembalilah ke kelas,” ucap Woo Hyun ketika melihat Ji Hyeon hendak minta izin untuk kembali ke kelas itu.

 

                Setelah mendengar persetujuan Woo Hyun, Ji Hyeon pun kembali ke kelasnya. Sedangkan Woo Hyun dan Sung Yeol masih menunggu di luar.

 

                “Kita ke ruanganku,” ajak Woo Hyun.

 

                “Ah, baiklah,” jawab Sung Yeol dengan sedikit terperanjat ketika mendengar ajakan Woo Hyun itu, karena memang ia masih betah untuk memperhatikan Ji Hyeon.

 

                Woo Hyun pun membawa Sung Yeol ke ruanganya. Sesampainya di ruangan Woo Hyun, Sung Yeol segera menuju ke sofa berwarna merah maroon yang memang menjadi tempat kesukaannya ketika berkunjung ke ruangan Woo Hyun itu.

 

                “Aku juga tahu Ji Hyeon itu cantik, tapi bisakah kau berhenti menatapnya seperti tadi?” goda Woo Hyun.

 

                Sung Yeol hanya tersenyum mendengar godaan Woo Hyun yang rupanya menyadari situasi ketika ia sekejap menjadi mati kutu hanya karena Ji Hyeon.

 

                “Nam Woo Hyun, ada sebuah hal yang kusesalkan darimu,” ucap Sung Yeol.

 

                “Mwoya[12]?” tanya Woo Hyun.

 

                “Kenapa kau baru memperkenalkan Ji Hyeon padaku sekarang? Kenapa tidak sejak lama?” tanya Sung Yeol balik.

 

                “Itu karena aku tidak rela jika guru terbaikku akan teracuni olehmu,” jawab Woo Hyun.

 

                “Apa maksudmu?” tanya Sung Yeol.

 

                “Hmm, aku yakin setelah ini kau pasti akan semakin sering datang kemari,” jawab Woo Hyun.

 

                “Itu pasti,” ucap Sung Yeol yakin dan pasti.

 

                “Ah, aku jadi menyesal mengenalkan Ji Hyeon padamu,” ucap Woo Hyun.

 

                “YA!” bentak Sung Yeol.

****

 

 

                Setelah perkenalan itu, memang benar apa yang Woo Hyun katakan bahwa Sung Yeol akan semakin sering datang ke sekolah musiknya. Kali ini, bukan dengan alasan untuk menemui Woo Hyun, menghilangkan penat ataupun melarikan diri dari kakeknya. Tetapi untuk menemui Ji Hyeon. Ya, Sung Yeol begitu tertarik pada gadis itu sehingga membuatnya tak sanggup mengendalikan diri untuk seheari saja tak datang ke sekolah musik Woo Hyun.

 

                Hingga pada suatu sore, tampak Sung Yeol tengah meunggu di gerbang sekolah musik  milik Woo Hyun itu. Sengaja. Hanya untuk menunggu Ji Hyeon selesai mengajar. Tak membutuhkan waktu lama, sesungging senyuman terlukis di wajah tampan Sung Yeol ketika melihat Ji Hyeon tengah berjalan menuju gerbang bersama dengan beberapa siswa. (http://jh-nimm.blogspot.com)

 

                “Annyeong haseyo, Ji Hyeon-sshi,” sapa Sung Yeol ketika melihat Ji Hyeon.

 

                “Sung Yeol-sshi, apa yang kau lakukan di sini? Apa menunggu Woo Hyun?” tanya Ji Hyeon.

 

                “Aniyo[13],” jawab Sung Yeol. “Aku menunggumu,”

 

                “Menungguku? Wae?” tanya Ji Hyeon.

 

                “Aku pikir, tidak ada salahnya jika aku mengantarkanmu pulang,” jawab Sung Yeol.

 

                Ji Hyeon tampak heran ketika mendengar jawaban Sung Yeol dan rupanya Sung Yeol menangkap keheranan itu.

 

                “Aku hanya ingin lebih dekat denganmu,” ucap Sung Yeol.

 

                “Ne[14]?” tanya Ji Hyeon.

 

                “Jujur, bahwa sejak pertemuan pertama kita, aku tertarik padamu. Dan aku pikir, tidak ada salahnya jika kita bisa lebih dekat,” jawab Sung Yeol.

 

                “Sung Yeol-sshi…”

 

                “Aku tahu, kita belum lama saling mengenal dan aku belum tahu benar tentangmu. Begitu juga dengan kau. Belum tahu apapun tentangku,” ucap Sung Yeol. “Jadi, bisakah untuk kita saling mengenal dan menjadi lebih dekat?”

 

                Entah keberanian dari mana hingga Sung Yeol sanggup mengatakan hal itu. Yang dengan kata lain, bahkan Sung Yeol telah mengungkapkan perasaannya pada Ji Hyeon.

 

                “Geurae[15],” jawab Ji Hyeon.

 

                Sebuah senyuman terkembang di wajah tampan Sung Yeol ketika mendengar jawaban Ji Hyeon. Sungguh sebuah jawaban yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.

 

                “Jadi, sekarang bolehkah aku mengantarkanmu pulang?” tanya Sung Yeol.

 

                Ji Hyeon hanya menjawab pertanyaan atau lebih tepatnya ajakan Sung Yeol itu dengan menganggukkan kepalanya dan tersenyum.

 

                “Kaja[16]…” ucap Sung Yeol seraya menggenggam tangan Ji Hyeon.

 

                Ji Hyeon awalnya heran dengan Sung Yeol yang memegang tangannya. Suasana seketika menjadi canggung dan Sung Yeol menyadari hal itu.

 

                “Ah, joesonghamnida[17],” ucap Sung Yeol seraya melepaskan tangan Ji Hyeon.

 

                Ji Hyeon tersenyum ketika melihat reaksi Sung Yeol. Ia pun menggenggam tangan Sung Yeol sebagai pertanda bahwa ia tidak masalah dengan hal itu. Namun lain dengan Sung Yeol, ia justru tidak menyangka Ji Hyeon akan menggenggam tangannya.

 

                “Kaja…” ucap Sung Yeol.

 

                Sung Yeol pun mengantarkan Ji Hyeon menuju ke rumahnya. Namun dari sebuah jendela yang berada di lantai 2, tepatnya dari ruangan sang pemilik sekolah musik tempat Ji Hyeon bekerja itu, ada Woo Hyun yang tengah menatap kepergian Ji Hyeon dan Sung Yeol. Batinnya terluka melihat Ji Hyeon pergi bersama Sung Yeol. Bahkan setan dalam dirinya mengatakan bahwa Sung Yeol telah merebut gadis yang selama ini ia dambakan itu. Akan tetapi, hati kecilnya masih sanggup melawan bisikan setan itu dan menyatakan bahwa bagaimanapun juga Sung Yeol adalah sahabatnya. Meskipun memang tak dapat dipungkiri bahwa sebuah perasaan bernama penyesalan juga turut menyeruak dalam batinnya setiap ia teringat bahwa dirinya sendirilah yang memperkenalkan Sung Yeol pada Ji Hyeon.

 

Tak membutuhkan waktu yang lama karena memang rumah Ji Hyeon yang cukup dekat dan mereka pun sampai.

 

                “Mau mampir?” tanya Ji Hyeon seketika setelah mereka turun dari mobil Sung Yeol.

 

                “Jika kau yang mengajak, mana mungkin aku bisa menolak,” jawab Sung Yeol.

 

                Ji Hyeon pun mengajak Sung Yeol masuk ke dalam rumahnya. Sung Yeol pun memperhatikan setiap sudut rumah Ji Hyeon yang bernuansa hijau muda itu. Sebuah rumah yang memang tak terlalu besar tetapi menyimpan suasana hangat dan harmonis. (http://jh-nimm.blogspot.com)

 

                “Kau tinggal sendirian di sini?” tanya Sung Yeol.

 

                “Aku tinggal…”

 

                “Eomma[18]…

 

                Belum sempat Ji Hyeon menjawab pertanyaan Sung Yeol, seorang gadis kecil justru keluar dari sebuah ruangan dan segera menghampiri Ji Hyeon dan memeluknya. Melihat pemandangan tersebut, Sung Yeol jelas terkejut. Terlebih ketika anak perempuan itu memanggil Ji Hyeon dengan sebutan ‘Eomma’.

 

                “Aku tinggal bersama Jin Hye,” jawab Ji Hyeon.

 

                Mendadak Sung Yeol seolah kehilangan seluruh ingatannya, padahal sejak kemarin malam ia sudah memikirkan hal apa saja yang akan ia bicarakan dengan Ji Hyeon. Termasuk ia juga menyiapkan obrolan dengan orang tua Ji Hyeon. Namun yang ia temui justru seorang gadis kecil yang menyebut Ji Hyeon dengan kata ‘Eomma’.

 

                “Lalu, dimana suamimu? Apa tidak masalah mengajakku mampir seperti ini?” tanya Sung Yeol.

 

                Ji Hyeon terdiam. Ia tampak seperti tidak ingin membahas tentang hal yang baru saja Sung yeol pertanyakan itu.

 

                “Eomma, siapa pria ini?” tanya Jin Hye.

 

                “Ini Sung Yeol Oppa[19], dia teman Eomma,” jawab Ji Hyeon.

 

                “Annyeong[20], Jin Hye-ya. Kau manis sekali,” Sung Yeol mencoba menunjuk sikap ramahnya dihadapan Ji Hyeon dan Jin Hye, walau sejatinya jauh dalam benaknya ia masih sangat terkejut dan tak percaya dengan apa yang tengah ia alami ini.

 

                “Oppa juga tampan,” ucap Jin Hye.

 

                “Gomawo[21], Jin Hye-yang,” jawab Sung Yeol seraya mencubit hidung Jin Hye.

 

                “Oppa,  bagaimana jika temani aku bermain?” tanya Jin Hye.

 

                ‘Jin Hye-ya, Oppa…

 

                “Geurae,” jawab Sung Yeol.

 

                Jin Hye pun dengan bersemangat segera menarik tangan Sung Yeol dan membawanya ke ruanga keluarga. Di sana sudah tergeletak beberapa mainan milik Jin Hye. Sung Yeol dan Jin Hye pun bermain bersama. Sedangkan Ji Hyeon hanya menatap mereka dari bibir pintu, tanpa berani mengganggu. Karena ia melihat Jin Hye begitu bahagia ketika bermain dengan Sung Yeol.

 

 

 

*** di lanjut di bagian B ya... :)
facebook link for full story: https://www.facebook.com/notes/milky-daidouji/twoshoot-change-me-12/10204156547904328

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK