home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > My Everlasting Friend

My Everlasting Friend

Share:
Author : Innekur
Published : 22 Jul 2014, Updated : 22 Jul 2014
Cast : Yoon Bomi Apink, Park Chorong Apink, Lee Donghae SJ
Tags :
Status : Complete
0 Subscribes |1237 Views |12 Loves
My Everlasting Friend
CHAPTER 1 : My Everlasting Friend

Chorong

Namaku Chorong, Park Chorong. Usiaku 16 tahun dan ini tahun pertamaku menginjak bangku Sekolah Menengah Atas, Daegu Senior High School. Biasanya ketika kau sudah berada ditingkat menengah atas, hidup kalian akan berbeda. Kalian akan menginjak fase remaja dimana saat itulah kalian mengenal cinta. Bukankah itu menyenangkan? Tapi bukan hanya itu saja yang membuatku senang. Sahabatku sejak kecil, Yoon Bomi kembali ke Korea Selatan dan akan sama-sama bersekolah denganku. Bukankah itu menyenangkan juga? Bertemu dengan sahabat lama.

Pagi ini aku sengaja menunggu Bomi didepan gerbang. Aku tidak sabar ingin bertemu dengannya. Rasa rinduku sangat teramat dalam hingga rasanya ingin sekali aku segera memeluknya. Aku selalu memperhatikan setiap mobil yang berhenti didepanku. Namun hingga saat ini, Bomi tak kunjung datang.

“Park Chorong-ssi?”

Tiba-tiba ada seseorang memanggilku dari belakang. Aku segera membalikkan badan dan melihat orang yang memanggilku itu, “Yoon Bomi?” betapa terkejutnya aku ketika mengetahui jika yang memanggilku itu sahabat kecilku, Bomi. Aku langsung memeluknya tanpa meminta izinnya terlebih dahulu, “hey, kau jahat sekali hingga tidak memberikanku kabar sama sekali. Kau tahu, kau membuatku selalu tidak bisa tidur karena memikirkanmu”

“kau terlalu berlebihan Chorong. Maafkan aku tidak bisa memberikan kabar padamu. Sekali lagi maafkan aku”

Aku melepaskan pelukanku itu dan menatap Bomi lekat, “tidak apa-apa. Yang penting kau kembali dan kita bersama-sama lagi. Ayo, kita ke kelas” Bomi mengangguk dan aku langsung menggandeng tangannya. Sesekali kami bersendagurau hingga Bomi tidak bisa menghentikan tawanya. Wah~ betapa rindunya melihat tawa lucunya itu.

Sesampai didepan kelas, kami memutuskan untuk duduk bersama. Kami memilih tempat diujung belakang sebelah kanan, supaya dengan bebasnya kami berbincang-bincang. “cha, ceritakan padaku apa yang kau lakukan di New York sehingga kau lupa memberikanku kabar hah?” desakku.

“maafkan aku” sesal Bomi. Raut penyesalan juga tampak jelas diwajahnya.

“kau tidak salah, untuk apa kau meminta maaf padaku? Aku hanya ingin mendengar ceritamu disana” aku jadi tak enak hati melihat perubahan ekspresi Bomi.

“tidak ada yang menyenangkan disana. Bukankah dahulu aku pernah bercerita padamu jika orangtuaku sama sekali tidak peduli padaku? Dan mereka melakukan itu lagi saat disana. Aku tidak memiliki teman sepertimu, aku sendirian” saat aku menatap matanya, genangan air mata sudah menumpuk dimatanya, “tidak ada orang yang peduli padaku. Selama 3 tahun aku tidak memberi kabar padamu karena aku tidak ingin aku menangis ketika mengirim e-mail padamu. Aku benci menangis” lanjutnya. Tak selang berapa lama, tetesan airmata itu mengalir dipipinya.

“kau tidak sendirian lagi, sekarang kita bersama” Aku mengusap air mata yang mengalir dipipinya itu. Aku tidak mengerti dengan kedua orangtuanya, kenapa begitu tega tidak memperhatikan anaknya sendiri. Aku jadi teringat kejadian waktu itu.

Flashback

5 tahun yang lalu.

"Yoon Bomi, selamat ulangtahun. Ini untukmu" Aku memberikan kadoku pada Bomi. Meskipun harganya murah, kuharap dia suka nanti.

"terimakasih Chorong-ah" ucapnya riangnya dan langsung memelukku. Lalu ia melepaskan pelukannya, "eommaku bilang hari ini ia sudah menyiapkan acara kecil-kecilan dirumah. Sepulang sekolah kau kerumahku ya? Kau kan sahabatku dan aku hanya mengundangmu saja. Aku tidak suka kalau semuanya hadir dirumahku, aku benci jika terlalu ramai dirumahku"

Aku langsung mengangguk senang, "aku akan datang" Lalu Bomi tersenyum padaku dan aku membalas senyumannya itu.

.

Sepulang sekolah, aku pergi kerumah Bomi. Ibunya bahkan sudah menyambutnya didepan pintu.

"eomma?" Panggil Bomi.

Ibu Bomi menoleh ke arah kami dan langsung mendekati kami, "Bomi-ah, eomma harus pergi. Ada client eomma menunggu dikantor. Eomma pergi dulu ya. Semuanya sudah disiapkan ahjumma"

"Lho? Eomma kan sudah berjanji padaku merayakan ulangtahunku. Kenapa eomma malah pergi?" ucap Bomi.

"maafkan eomma. Eomma pergi ya" Ibu Bomi berjalan meninggalkan kami dan masuk kedalam mobil.

"eomma? eomma" teriak Bomi ketika mobil Ibunya sudah melaju pergi keluar gerbang. Bomi terduduk dan menangis. Aku mendekati Bomi dan memeluknya dari belakang. Orangtuanya memang pekerja keras. Namun tidak pernah memperhatikan Bomi.

Sejak saat itu Bomi si periang berubah menjadi murung. Aku bersyukur sekali aku bisa selalu berada disampingnya untuk menghiburnya. Aku berjanji akan ada disampingnya suka maupun duka.

Flasback End.

Aku terus mengusap bahunya hingga ia berhenti meneteskan air mata, "ah, bagaimana kalau kita ke mall sepulang sekolah nanti? Sudah lama kita tidak jalan-jalan berdua" usulku. Semoga saja usulku ini bisa menghilangkan kesedihannya nanti.

Ia tampak berpikir. Lalu ia mengangguk dan tersenyum kembali. Nah, lebih baik tersenyum begitu dibanding meneteskan airmata seperti tadi.

Tak lama kemudian, bel tanda masuk berbunyi. Kamu semua bersiap untuk mendengar pelajaran hari ini.

.

Saat istirahat tiba, aku mengajak Bomi ke kantin. Aku terus menggandengnya dan tak akan melepaskannya meskipun ia mendesak untuk dilepaskan.

"Ya! Chorong-ah, tidak mungkin kau menggandeng tanganku terus. Kita harus berpisah. Aku memesan makanan dan kau mencari meja kosong" pintanya. Ucapannya ada benarnya sih, tapi rasanya aku tidak ingin lepas darinya. Tapi yasudahlah, kita tidak akan berpisah lama lagi seperti dahulu. Akhirnya aku melepaskan gandenganku. "aku yang traktir ya. Sana cari meja kosong untuk tempat kita makan" ucapnya dan aku langsung mengangguk.

Sementara Bomi memesan makanan, aku mencari meja kosong. Kantin ini ramai sekali hingga sulit sekali menemukan meja kosong.

Ah, disana ada. Aku langsung berjalan cepat dan segera duduk disana. Sekarang tinggal menunggu Bomi datang.

"Bomi-ah?" panggilku sambil melambaikan tangan. Ia menoleh dan langsung berjalan kemari, "kau memesan apa?"

"sst, kan aku yang traktir. Jadi, menunya aku yang pilih" ucapnya dan aku mengangguk.

Beberapa saat kemudian, pesanan kami datang. "bulgogi?" tanyaku heran.

Bomi mengangguk lalu tersenyum, "menu spesial kantin hari ini. Dari baunya saja sudah terlihat sedap. Kajja kita makan" Bomi langsung melahapnya. Mungkin tidak tahan dengan aroma sedap yang dikeluarkan bulgogi ini. Lalu aku ikut menyantapnya.

"woaaa~ enak sekali" memang benar. Aromanya saja sudah sedap, apalagi rasanya. Benar-benar enak.

"Permisi. Bolehkah aku duduk disini? Tidak ada tempat kosong lagi disana"

Aku dan Bomi menoleh kesumber suara secara bersamaan. Bomi membulatkan matanya kagum. Tanpa meminta izin dariku terlebih dahulu, Bomi langsung mengiyakan namja itu untuk duduk bersama kami.

"terimakasih" ucapnya, "namaku Lee Donghae. Aku kelas 3 dan sepertinya kalian murid baru ya? Selamat datang di Daegu Senior High School"

Ah, rupanya dia kakak kelas kami. "nama saya Yoon Bomi dan ini teman saya Park Chorong" lalu Bomi memperkenalkan kami pada Donghae Sunbae.

"salam kenal" ucapnya lalu tersenyum. Kami berdua membalas senyumannya itu. Lalu kami bertiga menikmati santapan masing-masing.

Disaat kami makan bersama, Bomi lebih banyak berbincang dengan Donghae Sunbae. Sesekali aku ikut berbincang dengan mereka. Mereka terlihat cepat sekali akrab.

"aku duluan ya. Terimakasih atas waktunya" setelah selesai makan, Donghae Sunbae langsung berpamitan pergi. Aku dan Bomi terus menatapnya hingga ia sudah tak terlihat lagi.

"Omo, omo, omo" ucap Bomi tiba-tiba yang membuatku kaget, "Donghae Sunbae, tampan sekali"

"sepertinya kau jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Donghae Sunbae"

"tidak, aku tidak jatuh cinta" Bomi menggelengkan kepalanya, "aku hanya mengagumi ketampanannya saja"

"sama saja itu Bomi-ah. Yoon Bomi jatuh cinta pada Donghae Sunbae pada pandangan pertama" godaku. Seketika wajah Bomi berubah menjadi merah merona. Wah~ sahabatku sedang jatuh cinta ya. Aku jadi ikut bahagia.

.

Sepulang sekolah, kami langsung menuju Mall, tempat untuk menghilangkan kepenatam satu hari belajar disekolah.

"aku ingin membeli sesuatu sebelum kita bermain di Playzone. Temani aku ya" ajakku. Bomi mengangguk dan aku langsung menggandengnya.

"Putih itu Shinzu'i" monolog Bomi yang bisa kudengar saat membaca iklan didepan toko, "kau mau membeli produk Shinzu'i?" tanyanya.

"Iya. Aku suka sekali produk ini. Cocok denganku" ucapku bangga.

"sejak kapan kau memakai produk Shinzu'i ini?" ucap Bomi.

"Yah, sejak 2 tahun lalu saat eommaku membelikan Shinzu'i Body Lotion ini. Aku lebih suka yang ini" aku menunjukkan Shinzu'i Body Lotion yang bertuliskan Myori didepan botolnya, "kulitmu jadi tidak kusam nantinya. Cobalah"

"Wah, pantas saja kulitmu tampak putih cantik. Kau memakai Shinzu'i Body Lotion" ucap Bomi kagum. "aku mau juga kalau begitu"

"Kau berlebihan sekali Bomi-ah" aku jadi malu karena pujian Bomi, "sepertinya aku butuh Shinzu'i Body Cleanser. Kemarin Ibuku lupa membelinya" Lalu aku mengambil Shinzu'i Body Cleanser.

Setelah mengambil barang yang kuperlukan, kami segera menuju kasir untuk membayar. "Jadi kau membeli Shinzu'i Body Lotion Bomi-ah?" tanyaku dan Bomi mengangguk.

"Aku mau mencobanya. Kulitku ingin sepertimu" ucap Bomi, "Putih itu Shinzu'i" ucap Bomi bangga. Aku ikut tersenyum melihat tingkah lucunya itu.

Selesai membayar, kami segera menuju Playzone. Sudah lama kami tak kesini bersama. "kita mau main apa dulu?" tanya Bomi.

"bagaimana kalau kita main basket. Siapa yang paling sedikit memasukkan bola, harus menraktir es krim" usulku.

"Okey. Siapa takut" ucap Bomi percaya diri. Kami langsung berlari menuju permainan bola basket.

"siap ya? 1 2 3" setelah hitungan ketiga, kami berlomba-lomba memasukkan bola kedalam ring. Aku melihat Bomi begitu bersemangat. Aku sengaja tidak bermain dengan sepenuhnya. Aku ingin membelikan Bomi es krim.

Times Up.

Waktunya habis, aku melihat Bomi kelelahan. "Chorong-ah, berapa skormu?"

"hanya 12. Kau tahu sendiri aku tidak bagus dalam olahraga" jawabku.

"berarti aku menang. Kau harus menraktirku es krim nanti" ucapnya dengan tatapan mengancam.

"dengan senang hati tuan putri" godaku. Bomi langsung memukulku lembut karena sudah menggodanya. Aish, sahabatku ini benar-benar lucu. Aku tidak mau senyuman itu berubah menjadi kesedihan.

"Chorong-ah, lihat itu" tiba-tiba Bomi menunjuk kesuatu arah, "Donghae sunbae" aku langsung melihat ke arah yang ditunjuk Bomi. Saat aku melihat kesana, memang ada Donghae sunbae dan seorang wanita? "apa itu kekasihnyanya?" tanya Bomi.

Aku mengendikkan bahu, "ntahlah. Mau kuselidiki?"

"tentu saja. Selidikilah. Semoga saja itu bukan kekasihnya"

"Siap tuan putri. Laksanakan perintah!" lalu aku segera meninggalkan Bomi sebelum ia memukulku lagi.

Aku mengendap-endap mendekati Donghae Sunbae dan wanita misterius itu. Ketika sudah berada dekat dengan wanita misterius itu, aku sengaja menabrakkan diri pada wanita misterius itu. "Maaf, maafkan saya. Saya tidak sengaja" dustaku.

"Park Chorong? Sedang apa kau disini?" tanya Donghae Sunbae.

"sekedar menghilangkan penat saja disini" jawabku sekenanya.

"Ah, hari pertama yang berat ya. Oh, ya, perkenalkan ini adikku, panggil saja dia Dasom. Kalian satu angkatan"

"annyeong, Park Chorong" lalu aku dan adik Donghae Sunbae saling berkenalan. Setelah itu, aku berpamitan dengan alasan mencari keberadaan Bomi.

Aku kembali menemui Bomi. "bagaimana? siapa dia?" tanya Bomi tidak sabaran.

"wanita itu kekasihnya" dustaku. Aku ingin melihat bagaimana reaksinya nanti.

"Yah, jadi dia sudah memiliki kekasih" ucapnya sedih. Bomi menekukkan wajahnya sedih.

"ternyata memang benar. Yoon Bomi jatuh cinta pada Donghae Sunbae" godaku, "dia bukan kekasihnya. Dia adiknya dan satu angkatan dengan kita" seketika wajah Bomi kembali cerah ketika mendengarnya.

"benarkah? Woaaaa~"

"ck, dasar kau ini. Keburu sore, ayo kutraktir es krim dulu" ajakku dan langsung dianggukan oleh Bomi. Kami segera menuju toko es krim.

Sesampainya ditoko es krim, aku langsung memesan 2 es krim. 1 rasa vanilla dan 1 lagi rasa coklat untuk Bomi.

"ini"

"terimakasih" Bomi mengambil es krim coklat yang kuberikan tadi, "kita pulang sekarang yuk. Aku takut sampai dirumah kemalaman" ajak Bomi.

Lalu aku melirik jam tangan, sudah menunjukkan pukul 4 lewat 15 menit, "ayo" Kami berdua meninggalkan toko es krim itu lalu pulang kerumah masing-masing. Betapa menyenangkan hari ini.

.

Seminggu kemudian, kami sudah terbiasa dengan suasana sekolah baru. Bomi, sejak berkenalan dengan Donghae Sunbae menjadi semakin akrab. Kadang mereka pulang bersama.

Kalian tahu, ketika seorang sahabat tiba-tiba menjauh dari kita, rasanya menyakitkan seperti ditusuk oleh pisau. Tapi demi kebahagian Bomi, aku rela. Aku tidak mau Bomi bersedih lagi.

"Bomi-ah, kita jadi kan ke toko buku hari ini?"

"Omo, aku lupa jika ada janji denganmu, Chorong-ah. Aku akan pergi makan siang bersama dengan Donghae Sunbae. ottokhe?" wajah Bomi berubah menjadi panik. Aku hanya bisa tersenyum, lagi-lagi Bomi melupakan janji yang kubuat dengannya.

"tidak apa-apa. Kau pergi saja dengan Donghae Sunbae. Aku akan ke toko buku sendiri"

"Chorong-ah, maafkan aku"

"tidak perlu meminta maaf begitu. Aku kan sudah bilang tidak apa-apa" Lalu Bomi tersenyum padaku. Aku membalas senyumannya itu. Kecewa? Pasti. Tapi demi kebahagiaan sahabatku, aku rela.

.

Sepulang sekolah, aku melihat Donghae Sunbae sudah berdiri didepan pintu kelas kami. Mungkin ia ingin menjemput Bomi.

"Chorong-ah, sekali lagi maafkan aku" sesal Bomi.

"tidak apa-apa. Sana, nanti Donghae Sunbae menunggumu terlalu lama"

"aku duluan ya" pamit Bomi. Bomi meninggalkanku dan berjalan pergi bersama Donghae Sunbae. Aku menatap kepergian Bomi dalam diam. Lalu aku meninggalkan kelas dan segera menuju toko buku.

Normal

"Oppa, kita mau makan siang dimana?" tanya Bomi tidak sabar.

"sebentar lagi kita sampai" jawab Donghae. Bomi kembali memalingkan pandangannya melihat pemandangan sekitar.

Tiba-tiba mobil yang dikendarai Donghae berhenti, "kita sampai" ucap Donghae. Mereka berhenti tepat didepan restoran seafood. Donghae dan Bomi segera keluar dari mobil dan masuk ke dalam restoran.

"Selamat Datang" sambut pelayan restoran. Pelayan itu menunjukkan meja kosong pada Donghae dan Bomi. Lalu mereka menuju meja kosong yang ditunjuk pelayan tadi.

Setelah itu, Donghae dan Bomi memesan makanan sesuai selera masing-masing. Pelayan itu pergi ketika selesai mencatat semua pesanan.

"Bomi-ah, sudah berapa lama kau berteman dengan Chorong?" tanya Donghae membuka keheningan.

"sudah sangat lama. Sejak kami duduk dibangku Sekolah Dasar. Dia satu-satunya orang yang paling peduli dimuka bumi ini. Orangtuaku saja kalah pedulinya" jawab Bomi.

"benarkah? Lalu kenapa kau tidak mengajaknya?" tanya Donghae.

"Chorong bilang ia ingin pergi ke toko buku. Aku tadi ingin mengajaknya tadi namun kuurungkan niatku" Jawab Bomi.

"apa dia sudah mempunyai kekasih?"

"ntahlah Oppa, dia tidak menceritakan sesuatu padaku tentang orang yang ia sukai" jawab Bomi, "Memangnya kenapa?"

Saat Donghae ingin menjawab, pesanan mereka datang. "Selamat menikmati" ucap Pelayan resoran ketika selesai menghidangkan pesanan mereka dan pergi meninggalkan Donghae dan Bomi. Setelah kepergian pelayan restoran itu, Donghae dan Bomi menyantap makanan yang ia pesan tadi. Mereka makan dalam diam.

Di saat Bomi sedang menikmati makanannya, tiba-tiba Donghae berhenti dari acara makannya. "Oppa, kenapa tidak dihabiskan?"

"Bomi-ah, aku lupa jika ada janji dengan eomma"

"benarkah? Kalau begitu temui saja eommamu Oppa. Daripada kau dicap sebagai anak durhaka karena mengingkar janji" canda Bomi.

"Kau tidak apa-apa kutinggal?" tanya Donghae dan langsung dianggukam Bomi, "maafkan aku Bomi-ah, aku pergi dulu ya" setelah berpamitan pada Bomi, Donghae pergi meninggalkan Bomi. Bomi menatap kepergian Donghae sedih. Raut kesedihan jelas sekali terlukis di wajahnya.

Selepas kepergian Donghae, "nafsu makanku hilang. Lebih baik kususul Chorong" monolog Bomi. Bomi mengambil ponselnya dan langsung menghubungi Chorong. Bomi segera meninggalkan restoran ketika sudah mendapat lokasi dimana Chorong berada.

.

Other Place

"Park Chorong-ssi?"

Chorong yang merasa namanya dipanggil, langsung menoleh kesumber suara, "Donghae Sunbae?" betapa terkejutnya Chorong saat mengetahui yang memanggilnya itu Donghae Sunbae.

"kebetulan kita bertemu disini" ucap Donghae.

"bukankah Sunbae~"

"panggil saja Oppa" potong Donghae.

"bukankah Sun~ maksudku Oppa sedang makan siang bersama dengan Bomi?"

"kami sudah selesai. Kebetulan aku ingin ke toko buku, rupanya buku yang kucari tidak ada" jawab Donghae, "apa kau sudah selesai memilih bukunya?"  tanya Donghae dan dianggukan oleh Chorong. Donghae langsung mengambil semua buku yang dipegang Chorong dan berjalan duluan menuju kasir. Donghae tak mempedulikan teriak-teriakan Chorong yang melarangnya untuk melakukan itu.

"Ini" Donghae menyerahkan semua buku Chorong yang sudah ia bayarkan.

"Terimakasih, aku jadi tidak enak denganmu Oppa"

"tidak apa-apa. Aku ikhlas" ucap Donghae tulus.

Drrrrttt.... Drrrrrttt....

Chorong merogoh sakunya dan mengambil ponsel miliknya. One Message.

Chorong-ah, maaf aku tidak jadi kesana. Tiba-tiba aku tidak enak badan. Maafkan aku.

Raut wajah Chorong berubah sedih ketika membaca pesan dari Bomi.

"kau kenapa?" tanya Donghae.

Chorong segera membalas pesan itu lalu memasukkan kembali ponselnya disaku, "aku tidak apa-apa" dusta Chorong.

"kalau begitu, ikut aku yuk" ajak Donghae.

"kemana?"

"sudah, ikut saja" Donghae langsung menggandeng tangan Chorong dan keluar dari toko buku itu.

Apakah ini janji yang kau buat dengan Ibumu huh?

 

Setelah keluar dari toko buku, Donghae membawa Chorong ke sebuah taman yang letaknya tidak jauh dari toko buku tadi. Mereka berdua tengah menikmati es krim bersama.

"kau suka es krimnya?" tanya Donghae dan dianggukan oleh Chorong, "sudah lama aku tidak menikmati es krim sambil duduk ditaman seperti ini"

Tidak ada respon dari Chorong.

"Chorong-ah, apa kau pernah mengagumi seseorang? Hingga kau tidak bisa tertidur dimalam hari karena selalu memikirkan orang tersebut?" tanya Donghae tiba-tiba.

"Pernah. Bahkan orang itu sudah berada didekatku lagi"

"Siapa?" tanya Donghae penasaran.

"Aku mengagumi sosok Yoon Bomi. Cantik, lucu, menggemaskan dan imut. Dia juga baik. Ketika aku jauh dengannya dan tidak bisa bertemu dengannya, aku tidak bisa tidur karena memikirkannya" jawab Chorong membayangkan wajah imut seorang Yoon Bomi.

"lalu, apa kau pernah mengagumi seorang pria?"

Chorong menoleh dan menatap Donghae bingung, "maksudnya?"

"apa kau pernah mengagumiku? Apa kau pernah tidak bisa tidur dimalam hari karena memikirkanku?" Tanya Donghae dengan ekspresi yang sulit dijelaskan.

"aku tidak mengerti yang kau ucapkan Oppa?"

"aku menyukaimu, mengagumimu Chorong-ah. Aku tidak bisa tidur karena selalu memikirkanmu" ucap Donghae, "apakah kau memiliki perasaan yang sama denganku?"

Chorong terkejut dengan apa yang barusan Sunbaenya ucapkan. Ia tidak tahu harus berbicara apa, "maaf, aku harus pergi" Chorong hendak pergi meninggalkan Donghae namun dihalangi Donghae. Donghae ikut berdiri tepat didepan Chorong. Mencegahnya untuk pergi.

"jadilah milikku, Chorong-ah" ucap Donghae. Tanpa mempedulikan sekelilingnya, Donghae langsung mencium bibir Chorong. Chorong membulatkan matanya kaget dan langsung mendorong kuat Donghae hingga bibir mereka terpisah. Chorong langsung berlari meniggalkan Donghae yang masih terdiam ditempat.

Chorong mengusap kasar bibirnya dan menangis. Ia tak tahu apa jadinya jika sahabatnya tahu yang dilakukan pria yang disukai Bomi menciumnya.

KALIAN JAHAT!!!!

Bomi

"aku menyukaimu, mengagumimu Chorong-ah" kalimat itu yang menempel dipikiranku sekarang ini. Aku tidak tahu rasanya sesakit ini. Orang yang paling kukagumi, orang yang paling kusukai dan orang yang paling kucinta, jatuh cinta pada SAHABATKU SENDIRI?

Untuk apa dia selalu mengajakku pulang bersama? Untuk apa ia mengajakku makan siang bersama jika bukan aku orang yang membuatnya tidak bisa tidur. Kenapa bukan aku? Beraninya ia mencium Chorong, sahabatku sendiri.

Aku tidak tahu harus marah pada siapa! Aku tidak tahu harus mencurahkan kemarahanku ini pada siapa! Mereka JAHAT! Aku tidak mau mengenal mereka lagi! Park Chorong, kau BUKAN sahabatku lagi.

.

Keeskokan harinya...

Chorong

Pagi ini aku kesiangan. Aku berlari sekuat tenaga. Gerbang akan ditutup sebentar lagi. Kalau gerbang sudah ditutup, tidak ada satu siswa pun yang diizinkan masuk.

Woaaaa~ akhirnya. Aku sampai tepat waktu. Gerbang ditutup disaat aku telah melewatinya. Aku tidak boleh istirahat sekarang, perjalananku masih jauh menuju kelas. Saatnya lari lagi.

Sesampai dikelas, belum ada guru yang masuk. Untunglah~ jadi aku terselamatkan dua kali. Aku melihat Bomi tengah asyik memainkan ponselnya.

"Annyeong Bomi-ah" sapaku.

Hening. Tumben sekali Bomi tidak membalas sapaanku. Kenapa dia? "Bomi-ah, apa kau sudah baikan?" tanyaku dan Bomi mengangguk tanpa melihat ke arahku sedikitpun, "benarkah? Bagus deh kalau kau sudah baikan"

Aneh sekali. Bomi tidak membalas sapaanku dan tidak melihat kearahku ketika aku mengajaknya berbicara. Kenapa dengannya?

.

Waktu istirahat pun tiba, seperti biasa aku selalu mengajak Bomi untuk ke kantin. Ntah kenapa Bomi menolak untuk ikut. Mau tidak mau aku harus meninggalkannya sebentar dikelas. Aku tidak sempat sarapan tadi, jadi aku sangat lapar.

Setelah memesan makanan, aku segera mencari meja kosong. Kemudian aku duduk dengan mantapnya dan bersiap menikmati hidanganku, "Woaa~ enak sekali" pujiku pada makanan kantin ini.

Saat tengah asyik menikmati santapanku, tiba-tiba ada seseorang yang duduk didepanku tanpa meminta izinku terlebih dahulu. Aku mendongakkan kepalaku ingin melihat siapa yang seenaknya duduk bersamaku ini.

"Donghae Sunbae?" aku langsung kaku ketika mengetahui jika orang itu adalah Donghae Sunbae. Ntah kenapa pikiranku langsung melayang memikirkan kejadian di taman kemarin sore.

"maaf atas ketidaksopananku kemarin"ucapnya, "tidak seharusnya aku melakukan itu. Maafkan aku" Aku tidak tahu harus berbicara apalagi. Tiba-tiba lidahku terasa kelu dan sulit untuk berbicara. "oh, ya, dimana Bomi?"

"dia dikelas" jawabku.

"kalau begitu aku mau menemuinya. Maaf mengganggu acara makanmu"

"tidak perlu repot-repot mencariku Donghae Oppa, aniya maksudku Donghae Sunbae!" Aku terkejut dan menghentikan acara makanku ketika Bomi datang secara tiba-tiba. "aku lihat semua dan aku dengar semua" ucapnya. Aku menatapnya bingung.

"jangan memberikanku tatapan seperti itu Chorong-ah! Jangan berlagak bingung!" ucapnya dengan sorot mata marah. Sorot mata itu bukan hanya kemarahan tetapi juga kebencian. Sorot mata itu? Kenapa dia membenciku?

"Donghae Sunbae, apa tujuanmu memperlakukanku seperti itu hah? Kau ingin membuatku terbang tinggi lalu kau jatuhkan sedemikian rupa agar aku sakit hah?" ucap Bomi nyalang, "dan kau, Park Chorong! Kupikir kau sahabatku~"

"Aku memang sahabatmu. Kita bersahabat baik" potongku.

"bersahabat baik? Jika seseorang melihat sahabatnya berciuman dengan orang yang ia sukai, apakah itu yang dinamakan sabahat baik huh?"

"Bomi-ah" Aku tidak tahu harus bagaimana menjelaskan padanya. Kata-katanya barusan membuat hatiku tersayat. Aku tidak bermaksud ingin menyakitinya dari belakang.

"cukup! Aku BUKAN SAHABATMU lagi! Aku tidak mau memiliki sahabat yang membuat hatiku sakit. Aku juga tidak ingin mengenal kalian berdua" setelah itu Bomi berlari meninggalkanku. Aku mencoba mengejarnya tapi lagi-lagi dihalangi Donghae Sunbae.

"kenapa Sunbae menghalangiku?" bentakku.

"biarkan dia tenang. Jika kau menjelaskannya sekarang, semua akan sia-sia. Dia akan semakin membencimu"

"tapi aku harus menjelaskannya. Aku tidak mau kehilangan Bomi lagi" tanpa kusadari, air mataku telah mengalir. Aku menangis. Hatiku sakit sekali, sahabat kecilku membenciku sekarang. Batinku perih. Bomi-ah, maafkan aku.

Lalu, aku kembali ke kelas setelah mencuci mukaku yang dipenuhi jejak airmata. Aku melihat Bomi sedang duduk sambil membaca buku. Sekalipun Bomi tidak mau menganggapku lagi, tapi aku harus tetap menganggapnya sahabatku dan bertingkah seakan masalah itu tidak terjadi.

"Bomi-ah, kau sedang membaca buku apa?" tanyaku. Ia sama sekali tidak menjawabnya. Aku menghela nafas pasrah. Aku tidak mau berpisah dengan Bomi.

.

Waktunya pulang akhirnya tiba. Aku segera merapikan barang-barang milikku. "Bomi-ah, kita pulang bersama yuk" ajakku. Semoga saja ditanggapi oleh Bomi.

Tidak ada respon dari Bomi.

Bomi tidak menjawabku lagi. Ia pergi begitu saja tanpa berpamitan denganku. Aku menatap kepergiannya sedih. Rasanya lemas sekali mengerakkan kaki ini.

"Chorong-ah, kau kenapa?" tiba-tiba Donghae Sunbae sudah berdiri didepan pintu. Aku meliriknya beberapa detik lalu berjalan meninggalkannya. "hey, tunggu dulu. Apa Bomi masih marah denganmu?"

Aku menghentikan langkahku dan berbalik menatap Donghae Sunbae, "ini semua terjadi akibat Sunbae sendiri. Sadar tidak? Sejak Sunbae berkenalan dengannya, Sunbaelah yang membuatnya menjauh dariku. Lebih banyak menghabiskan waktu dengan Sunbae, membuatnya jatuh cinta padamu. Dan sekarang apa? Kenapa kau menaruh perasaanmu padaku bukan pada Bomi hah? Asal Sunbae tahu, aku ikhlas membiarkan kalian berdua bersama asal Bomi bahagia. Melihat kebahagiannya itu, membuatku bahagia juga. Sekarang, Bomi marah padaku, membenciku dan tidak mau bersahabat dengaku itu karena Sunbae! Rasanya begitu menyakitkan, Sunbae!"

"Maafkan aku, aku tidak bermaksud~"

"tidak ada gunanya lagi meminta maaf. Ini sudah terlanjur terjadi dan tidak bisa dikembalikan lagi" setelah itu aku berlari meninggalkan Donghae Sunbae. Kuusap air mataku kasar. Aku harus kuat. Jangan ada tetesan air mata lagi.

.

Sebulan kemudian, aku merasakan sakit yang kurasa semakin sakit. Bomi bnar-benar tidak menganggapku. Seolah-olah aku hanya bayangan yang tidak berguna.

Meskipun begitu, aku memiliki cara tersendiri agar aku bisa bersama-sama dengan Bomi. Aku mengikutinya kemanapun ia pergi. Yah, meski jaraknya jauh, yang penting aku bisa bersama Bomi.

Ini waktunya istirahat. Tepat setelah guru keluar dari kelas kami, Bomi berjalan meninggalkan kelas. Ketika ia benar-benar keluar dari kelas, aku mengikutinya dari belakang. Sepertinya ia mau pergi ke suatu tempat.

Aku terus mengikutinya hingga tiba ke halaman belakang sekolah. Bomi berhenti disana dan aku langsung bersembunyi. Tiba-tiba ada 3 wanita datang ke halaman belakang sekolah. Sepertinya mereka ingin menemui Bomi.

"Bomi-ah, hari ini jadwal kita ke bar. Kau harus datang. Ini pakaianmu" salah satu dari wanita yang datang tadi menyerahkan sebuah kantong pada Bomi. Aku tidak bisa melihat jelas apa isinya.

"ne, aku akan datang eonni" jawab Bomi. Setelah mendapat jawaban dari Bomi, ketiga wanita itu berlalu dan meninggalkan Bomi. Lalu Bomi meninggalkan halaman belakang juga.

"mau apa dia ke bar?" Aku penasaran apa yang akan dilakukan Bomi di bar nanti. Lebih baik kuikuti dia lagi. Rupanya Bomi kembali ke kelas. Mengetahui Bomi kembali ke kelas, aku mengurungkan niatku untuk mengikutinya lagi. Lebih baik aku ke kantin terlebih dahulu.

"Omo!" Aku sangat terkejut saat Donghae Sunbae tiba-tiba muncul dibelakangku.

"kenapa Bomi bisa bergaul dengan ketiga wanita nakal itu?" tanya Donghae Sunbae. Apa? Wanita nakal? "kau tidak tahu? Ketiga wanita yang kau lihat bersama Bomi tadi adalah wanita nakal pelayan bar. Mereka memakai pakaian mini dan menggoda para pelanggan" jelas Donghae Sunbae.

"Apa? Mau apa mereka mengajak Bomi-ku?"

"waktu itu aku tidak sengaja melihat Bomi sedang berbincang dengan salah satu wanita nakal itu saat malam hari. Sejak saat itu aku mencurigai mereka. Makanya setiap malam aku sering memata-matai Bomi" jelas Donghae Sunbae.

"mereka tadi mengatakan 'ini jadwal kita'. Apa malam ini mereka akan menjadi pelayan bar itu?"

"bisa jadi" jawab Donghae Sunbae.

"ini tidak bisa dibiarkan. Aku harus mencegahnya" Ya, ini tidak boleh terjadi. Bomi tidak boleh memiliki perilaku menyimpang.

.

Malam harinya, aku dan Donghae Sunbae pergi bersama untuk mengintai Bomi. Tujuan pertama kami adalah rumah Bomi.

"Bomi-ah, kenapa kau berubah begini?"

"orangtuanya kemana? Kenapa ia diizinkan pergi larut malam?" Tanya Donghae Sunbae.

"kedua orangtuanya hobby bekerja. Mereka lebih mementingkan bisnis dibanding Bomi. Makanya Bomi bebas keluar kemana saja. Itu yang membuatku khawatir jika hal buruk terjadi padanya. Dan sekarang, semua terjadi. Bomi menyimpang dari kelakuan baiknya"

"kita tidak akan biarkan ini terjadi" ucap Donghae Sunbae. Donghae Sunbae benar! Ini tidak akan dibiarkan terjadi.

Beberapa saat kemudian, sebuah mobil sedan berwarna merah berhenti tepat didepan rumah Bomi. Aku melihat Bomi masuk ke dalam mobil itu. Ketika mobil itu melaju pergi, Donghae Sunbae langsung melajukan mobilnya mengikuti mobil sedan merah tadi.

Setelah mengikuti cukup jauh, mobil sedan merah itu berhenti dan terparkir tepat didepan sebuah bar. Aku melihat jelas pakaian yang dikenakan Bomi. Terkesan seksi dan bisa menggugah nafsu pria. Astaga, Bomi, kau tidak boleh melakukan itu.

"aku akan masuk dan membawanya pergi dari sini. Kau tunggu saja disini" Aku mengangguk dan Donghae Sunbae langsung keluar dari mobil lalu berjalan masuk ke dalam bar.

Rasa penasaranku sudah sangat tinggi. Baru 5 menit yang lalu Donghae Sunbae masuk kedalam. Haruskah aku masuk juga kesana? Tapi Donghae Sunbae bilang aku harus menunggu disini. Aish, ottokhe?

Akhirnya aku memutuskan untuk ikut masuk ke dalam. Saat kubuka pintu bar itu, banyak sekali pengunjung yang didominasi oleh pria disini. Banyak juga yang berada dalam kondisi mabuk berat.

"hai gadis manis?" tiba-tiba ada yang mengejutkan ketika aku baru melangkah masuk kedalam bar. Pria ini mabuk berat. Pria itu berjalan mendekatiku, aku bersiap untuk membuka pintu bar. Kini posisiku separuh dari badanku berada diluar bar dan separuh lagi didalam. Saat aku ingin kabur, pria mabuk itu langsung mencengkeram tanganku.

"lepaskan aku!" teriakku sambil berusaha melepaskan cengkeramannya.

"kau mau kemana gadis manis? Temani aku disini. Kita nikmati malam ini bersama" ucap pria itu. Aku terus memberontak namun tanganku tak kunjung terlepas.

Buuaagghhh...

"Sunbae?" Donghae Sunbae datang menyelamatkanku. Ia memukul pria mabuk itu hingga pingsan.

"sudah kubilang tunggu dimobil, kenapa kau membantahku?" Donghae Sunbae langsung menarik tanganku kuat. Dapat kulihat dari sorot matanya jika ia sedang marah. Ia membawaku kembali masuk kedalam mobil.

Di dalam mobil, aku melihat Bomi tergeletak pingsan dikursi belakang. "apa yang Sunbae lakukan padanya?" tanyaku sambil memegang pipi Bomi.

"sudah berapa kali kukatakan, panggil aku Oppa. Jangan memanggilku Sunbae!" bentak Donghae Sunbae. Aku jadi tidak berani menatapnya lagi. "dia hanya menghirup aroma obat tidur yang kuberikan tadi. Tidak akan lama lagi dia akan sadar" jelas Donghae Sunbae lembut. "maaf aku sudah membentakmu. Aku tidak ingin kau kenapa-kenapa" Lalu Donghae Sunbae menyalakan mobilnya dan melajukan mobilnya menjauh dari bar itu.

Kami berhenti dipinggir taman kota. Tamannya begitu sepi mengingat ini sudah sangat larut malam. Donghae Sunbae sengaja menunggu diluar mobil membiarkanku dam Bomi berada didalam mobil. Tak lama kemudian, aku melihat Bomi mulai mengerjap-ngerjapkan matanya. Sepertinya ia akan sadar sebentar lagi.

"dimana aku?" Monolognya.

"Bomi-ah?" panggilku.

Ia langsung menatapku, "kau? Mau apa kau hah? Kenapa aku bisa bersamamu disini?" bentaknya.

"Bomi-ah, kenapa kau berubah? Kenapa kau mau melakukan ini? Kau tahu kan jika itu perbuatan menyimpang? Ini salah Bomi-ah"

"Kau siapa hah? Seenaknya mengatur hidupku!" Lagi-lagi aku hanya menerima bentakan dari Bomi.

"Aku sahabatmu. Aku~"

"Sahabat?" potongnya, "Sahabatku TELAH MATI!!"

Jlebb.. Seperti ada petir yang tiba-tiba menyambarku. Bibirku kelu tidak bisa berucap apa-apa. Tega sekali Bomi mengatakan itu. Rasanya begitu menyakitkan.

Bomi keluar dari mobil sebelum aku mengucapkan sepatah kata lagi padanya. Ia memberhentikan taksi dan pergi begitu saja. Aku tidak percaya, Bomi mengatakan seperti itu?

Donghae Sunbae masuk kembali ke dalam mobil. Ia langsung memelukku, "menangislah jika kau ingin menangis" ucapan Donghae Sunbae membuat airmataku tidak terbendung lagi. Airmata ini jatuh kembali.

Sepanjang jalan, aku terus memikirkan ucapan Bomi tadi. "Sahabatku telah mati!" ucapan itu bagaikan pisau tajam yang berhasil menembus dan menusuk hatiku. Rasanya begitu menyakitkan.

"jangan terlalu dipikirkan. Tenangkan dirimu" beribu kali Donghae Sunbae menasihatiku, beribu kali juga aku tidak menghiraukan ucapannya. Bukannya tidak mau mendengar, hanya saja perasaanku sedang tidak baik. Maafkan aku Donghae Oppa~

.

Keesokan harinya, ketika aku berada didekat kelas, aku melihat Bomi sedang berbincang dengan ketiga wanita yang kemarin mengajaknya ke Bar.

"kau ini bagaimana? Kenapa menghilang begitu? Jika tidak sanggup, bicara dari awal agar aku tidak capek-capek mengomel padamu!" bentak salah satu dari mereka, "kau tidak kami perlukan lagi! Jangan mencari kami lagi!" setelah itu ketiga wanita itu berjalan meninggalkan Bomi.

"eonni, tunggu" panggil Bomi namun tidak dihiraukan ketiga wanita itu. Aku menatap Bomi dalam diam. Seketika aku merasa kecewa dan rasa kepedulianku padanya seperti sirna. Aku benar-benar dibuang olehnya.

Tak sengaja kami bertatap mata. Ia menatapku sekilas lalu masuk kedalam kelas. Aku menghela nafas sejenak lalu ikut masuk ke dalam kelas. Rasanya berbeda sekali. Saat pertama kali masuk, kami begitu akrab bahkan tak hentinya kami saling berbincang. Sekarang, semua itu tidak akan ada lagi. Bukankah Bomi sudah menganggapku mati? Jika itu maunya, aku akan menuruti kemauannya. Namun satu hal yang tidak dapat ia ubah dariku, aku tidak akan pernah berhenti menganggapnya sebagai sahabat baikku.

.

Saat istirahat, tidak biasanya Donghae Sunbae datang menemuiku. Tentu saja semua ini disambut dengan tatapan tidak senang oleh Bomi.

"Oppa, sudah kukatakan padamu, jangan menemuiku di depan Bomi. Aku merasa tidak enak hati padanya"

"untuk apa kau masih mempedulikannya? Dia sudah menganggapmu tak ada. Ayo ikut aku" tanpa persetujuan dariku, Donghae Sunbae langsung menarik tanganku. Ntah kemana ia akan mengajakku pergi.

"kita masuk ke dalam sini?" tanyaku ketika kami berhenti tepat didepan sebuah pintu tanpa ada tulisan nama ruangan ini. Donghae Sunbae mengangguk lalu menarikku masuk ke dalam ruangan itu. "mau apa kita kemari?"

"ruangan ini begitu terpencil. Kau berteriak sekeras apapun tidak akan ada yang mendengarnya. Aku sering kemari jika amarahku sedang berada dipuncaknya. Lihat kaca itu" Donghae Sunbae menunjuk ke arah kaca yang sudah retak. Bukan retak lagi, tetapi pecah juga. Masih ada pecahan kacanya disana, "itu korban kemarahanku waktu aku masih dikelas 2 dan saat itu aku tidak merasakan sakit"

"hebat sekali tanganmu"

"seseorang yang sedang marah memiliki kekuatan ekstra. Jadi ketika kau memukul benda keras, benda itu menjadi loyo seperti kapas, mudah dihancurkan" jelasnya dan aku hanya mengangguk.

Hening.

"Chorong-ah?" panggilnya dan aku hanya menoleh tanpa mengeluarkan suara. "apa kau benar-benar tidak bisa menerimaku sebagai seorang kekasih? Sampai kapan kita harus berteman terus?"

"Bukankah sudah kukatakan, jika aku tidak bisa menerimamu karena Bomi. Bomi mencintaimu. Aku tidak bisa mngkhianati perasaan sahabatku"

"dia tidak lagi menganggapmu sahabat, kau masih mementingkan perasaannya?" tanya Donghae Sunbae.

"Meskipun ia tidak menganggapku lagi sahabatnya, sampai kapanpun aku akan terus menganggapnya sahabatku. Dan jika suatu hari nanti aku benar-benar tidak ada, aku mau kau yang berada disisinya menggantikan posisiku. Buatlah ia selalu tersenyum"

"kau ini bicara apa? Kau akan selalu ada disini, bersamaku" Donghae Sunbae mengeluarkan kelingkingnya, "sebagai temanku" Aku tersenyum dan langsung menautkan kelingkingku pada kelingkingnya. Suatu saat jika itu terjadi, aku ingin Oppa yang menggantikan posisiku disisi Bomi. Berjanjilah~

.

Sepulang sekolah, ntah kenapa rasanya aku ingin kembali mengikuti Bomi. Mungkin aku terlalu khawatir padanya.

Saat ia benar-benar dari kelas, aku langsung mengikutinya dari jauh. Ketika keluar gedung sekolah, tidak biasanya Bomi tidak dijemput oleh supirnya. Untung saja ku mengikutinya, jadi secara tidak langsung aku bisa mengawalnya sampai dirumah dengan selamat.

Aku terus mengikutinya. Kami berhenti ketika Traffic Light pejalan kaki menunjukkan warna merah, yang artinya para pejalan kaki harus berhenti sejenak. Suasana disekitar Traffic Light memang sepi, jadi aku harus menjaga jarakku. Saat Traffic Light pejalan kaki berubah warna, Bomi segera melanjutkan perjalanan. Disaat aku ingin menyebrang, aku melihat sebuah mobil berkecepatan tinggi. Seperti tidak ada tanda-tanda untuk berhenti. Mobil itu melaju tepat kearah Bomi. Aku langsung berlari dan mendorong Bomi.

"aaaaaaaaaaa...."

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK