"Jinwoon-ahh"
"Banguuunnnn" Jiyeon menggoyangkan tubuh namja yang sedang terlelap di salah satu sudut cafetaria kampus yang asri itu
"Hya .. Pesan saja sendiri" ditengah kantuknya Jinwoon menunjuk stand burger kesukaan Jiyeon
"Kau begadang lagi ?"
"Kemana ? Bersama siapa ? Oh ?" Jiyeon memukul-mukul Jinwoon yang masih memejamkan matanya
"Appassoo !!" protes Jinwoon
"Bangguuunnn !" Jiyeon terus mengganggu Jinwoon agar namja ini bangun
*Flashback*
"Oh, sudah jam 1 pagi ?" ucap seorang yeoja yang menyandarkan kepalanya di bahu Jinwoon
"Gwenchana .. Orangtuamu sedang keluar kota kan ?" jawab Jinwoon tersenyum ke arah yeoja itu
"Bukan itu masalahnya, besok kau ada kuliah pagi kan ?" balas yeoja itu memandang Jinwoon
"Kan ada Jiyeon, dia akan mengurus semuanya" jawan Jinwoon sumringah
"Jangan terlalu baik padanya, nanti dia salah paham" yeoja itu mengingatkan Jinwoon
"Anioo"
"Hanya chinggu, yang ku manfaatkan" gumam Jinwoon pelan
"Nanti kau kena karmanya" canda yeoja itu
Mereka berdua menghabiskan malam di pinggir pantai hingga pagi
*Flashback End*
"Ini catatan pelajaran hari ini" Jiyeoon mengeluarkan buku hijau dari tasnya
"Ini hasil tes-mu hari ini" lanjut mengeluarkan lembaran kertas dengan hasil A
"Daann .. Ini tugas kelompok kita untuk mata kuliah selanjutnya" Jiyeoon meletakkan jilid-an kertas cukup tebal
"Aihhh, gumawoo" Jinwoon mencubit gemas kedua pipi Jiyeoon
Buat Jinwoon, Jiyeon adalah chinggu !! Tak lebih dari chinggu yang ia manfaatkan untuk menyelamatkan kuliahnya. Gadis berambut pirang ini adalah orang yang sangat polos, lugu, jujur dan tentunya sangat baik.
Mencintai Jinwoon dari mereka masih duduk di bangku SMA. Namun tak berani mengungkapkan perasaannya karena Jinwoon bukanlah tipe pria yang akan memacari temannya. Untuk itu ia bertahan di dekat Jinwoon sebagai teman.
"Habis ini kita ke taman, oh ?" pinta Jiyeon
"Apa kau tidak bosan ?"
"Dari SMA sampai sekarang setiap pulang sekolah atau kuliah selalu mampir ke taman" protes Jinwoon
"Ani"
"Aku mau menjelajah labirin" jawab Jiyeoon polos
"Hya !! Kau bahkan dengan mata terpejam bisa melewatinya kurang dari 10 menit" lanjut Jinwoon"
"Aku tak hanya ingin bisa melewatinya"
"Namun juga memilikinya"
"Mengerti alurnya"
"Menikmati setiap langkah"
"Memenanginya"
"Ahhh" gumam Jiyeon seolah mengkhayal sesuatu yang indah
"Arassoo !! selalu itu jawabanmu" jawan Jinwoon kesal
Sedari SMA, setiap pulang sekolah mereka selalu mampir ke taman dekat daerah rumah mereka yang kebetulan berdekatan.
Untuk Jinwoon, melakukan hal ini hanyalah usahanya untuk berterima kasih kepada Jiyeon atas semua yang telah yeoja itu lakukan.
Namun untuk Jiyeon, ini bukan hanya sekedar permainan anak-anak melainkan perjalanan hingga cintanya tumbuh sampai detik ini.
"Aku tak hanya ingin melewati waktu bersamamu, aku juga ingin ada di hatimu, mengerti dirimu, mendewasakan cinta ini setahap selangkah menikmatinya bersamamu, berharap bisa memilikimu" - Jiyeon
* * *
"Kau bolos lagi ?" tanya seorang namja pada Jinwoon yang tertidur di tempat favoritenya
"Oh, kan ada Jiyeon" jawab Jinwoon santai
"Jiyeoon tak masuk, aku pikir membolos bersamamu" ucap seorang yeoja mengagetkan Jinwoon
"Mwo ? Bolos ?" tanya Jinwoon tak percaya
* * *
"Jiyeon-ahh .. Angkaattt" ucap Jinwoon cemas sedaritadi mondar mandir di ruang tamu rumah Jiyeoon
"Omonie, Jiyeon belum ada kabar ?" tanya Jinwoon panik kepada Ibu Jiyeon
Mereka memang sudah sangat dekat, bahkan kenal dengan ke dua orang tua masing-masing. Hanya saja masing-masing dari mereka mengartikan kedekatan dengan arti yang berbeda.
"Apa dia juga tak ada di taman ?' tanya Ibu Jiyeoon dengan deraian air mata
Sudah 2 hari ini tak ada yang tahu dimana Jiyeon. Termasuk Ibunya karena Jiyeon tak pulang ke rumah sejak kemarin. Mematikan handphonennya dan tak memberi kabar
"Taman ?" Jinwoon bergegas menuju taman dengan motor hitamnya itu
* * *
"Kau melihat dia ?" tanya Jinwoon berkali-kali pada setiap orang yang lewat
"Ani" rentetan jawaban yang sama keluar dari semua orang yang berada di taman itu
"Kau pernah melihat dia ?" tanya Jinwoon tanpa lelah dan tanpa henti
"Oh, gadis ini" jawab seorang yeoja seolah mengenali Jiyeon
"Kau melihatnya ? Dimana ?" tanya Jinwoon bersemangat
"Dia berkali-kali keluar masuk labirin itu" jawab yeoja itu menunjuk labirin hijau itu
"Kamsahamnida" Jinwoon membungkukkan badannya dan langsung berlari menuju labirin itu
"Jiyeon-ah" panggil seorang namja lembut menyusuri labirin-labirin taman itu
"Jangan becanda"
"Kau dimana ?"
"Jiyeon-ah" pekik namja itu terus meneriaki nama Jiyeon
Sudah kesekian kalinya Jinwoon keluar masuk labirin itu namun tak menemukan Jiyeon seperti kata yeoja tadi.
"Kau kemana ?" tanya Jinwoon dengan mata berkaca-kaca
* * *
"Jinwoon .. Jinwoon .. Jinwoon .."
Hanya nama itu yang berkali-kali keluar dari gadis sekarat ini. Ia terbaring lemah tak berdaya. Sekujur tubuhnya basah, bermandikan darah, kulit putih susunya itu semakin memucat parah dengan goresan-goresan luka. Rambutnya acak-acakan, make upnya berantakan.
"Nona, sadarlah" terlihat kerumunan orang mengelilingi Jiyeon
"Bawa ke rumah sakit" teriak seseorang dan mereka langsung membawa Jiyeon dengan taxi yang kebetulan lewat
"Jiyeeooonnnnnnnnnn !!!!" teriak Ibu Jiyeon yang baru saja menemui dokter
"Jangan tinggalkan Oemaaa !!"
"Jangan seperti ini" ratap wanita paruh baya itu dibopong oleh Jinwoon yang juga dalam drama yang sama
* * *
"Waeo ?"
"Katanya kita akan selamanya bersama" ucap Jinwoon penuh tanya sambil meletakkan bunga di makam Jiyeon
"Kita bahkan berjanji akan menikah di hari yang sama" ucapnya mulai melemah menahan tangis
"Akan menjodohkan anak kita"
"Menua bersama"
"Jiyeon-ahh" tangis namja itu penuh haru
"Miyanee .."
"Aku bukan orang yang pantas bersamamu, bahkan menjagamupun tak bisa" sesal Jinwoon
"Kau kenapa ?"
"Apa yang tak aku tahu ?"
"Temui aku dalam mimpi"
"Apa ini salahku ?"
"Biar ku tebus, cepat jawab" sesal pemuda ini dibawah hujan senja itu
- continue -