home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Dae.. (대..)

Dae.. (대..)

Share:
Author : borin1004
Published : 15 Jul 2014, Updated : 21 Jul 2014
Cast : Sistar Dasom, Park Taejun, Lee Chihoon, Soomin
Tags :
Status : Complete
0 Subscribes |19530 Views |4 Loves
Dae.. (대..)
CHAPTER 3 : Dae.. (대..) - A Big Step

            Dasom membuka ratusan pesan dari telepon tidak terjawab di ponselnya yang baru ia nyalakan kembali semenjak kepergiannya dari apartement. Sebagian besar isi pesan itu adalah bentakan atau pernyataan-pernyataan persuasif kakaknya yang meminta dia cepat pulang. Dasom hampir selalu menghela napas dari pesan yang satu ke pesan lainnya. Sampai tiba-tiba ponselnya berdering dengan nama kakaknya tertera di layar.

            “Angkat teleponnya,” kata Taejun yang tiba-tiba muncul di samping Dasom. Setelah beberapa kali berdering, akhirnya Dasom dengan berat hati menjawabnya.

            “Kau dimana!?” Bentakan itulah yang muncul pertama kali setelah Dasom menerima teleponnya. “Kau tidak tahu, berapa banyak ganti rugi yang harus kita bayar karena kau tidak bisa memenuhi kontrak. Kau pergi seenaknya padahal kau harus segera pergi ke Jeju untuk pengambilan gambar versi iklan yang baru.”

            “Apa hanya itu yang kau pedulikan?” tanya Dasom, menyela ocehan kakaknya. “Tidak pernahkah sedikitpun kau mengkhawatirkan keadaanku? Apakah aku bahagia?”

            “Apa?”

            “Dengar. Uangmu ini akan segera kembali,” lanjut Dasom sarkastik.

            “Kau dimana?” Dasom segera menutup teleponnya. Bahunya bergetar hebat karena menahan amarah. Melihat itu Taejun dengan perlahan menyentuh bahu Dasom.

            “Aku baik-baik saja,” katanya sambil berlalu tanpa menolehkan wajahnya kepada Taejun. Taejun tahu Dasom sedang berusaha menyembunyikan air matanya, seperti yang biasa dia lakukan di depan kamera, berpura-pura bahagia.

            Menyadari hal itu Taejun segera menahannya dan bertanya padanya, “Kau mau menemaniku minum kopi?” Dasom tidak menjawab, matanya sudah dipenuhi bulir-bulir air mata yang siap jatuh kapan saja. Taejun yang tidak bisa melihat wanita menangis secara reflek merangkul Dasom dan membawanya berjalan menuju coffee shop terdekat. Di sana dia memesan dua cangkir cappuccino dan satu latte untuk dibawa pergi. Chihoon masih bergadang menyelesaikan video itu, latte ini akan membantu dia tetap terjaga sampai video itu selesai diedit, pikir Taejun. Sementara itu dia membiarkan Dasom menangis sampai puas. Beruntung, meski tempat ini buka 24jam, tidak banyak pengunjung yang datang di jam-jam mendekati tengah malam seperti saat ini. Taejun tidak mempedulikan pelayan yang terus melihat ke arah mereka atau berpura-pura membereskan sesuatu agar bisa mondar-mandir dan mencari tahu apa yang terjadi.

            “Aku mengerti bagaimana perasaanmu, tapi kau tetap harus pulang,” kata Taejun akhirnya.

            “Aku tahu,” isak Dasom yang masih mencoba menghentikan air matanya dengan menyekanya terus-menerus. Taejun memegang tangan Dasom yang lainnya dan mengelusnya dengan perlahan.

            “Jika kau butuh sesuatu, kau tahu harus mencariku dimana.” Dasom menggangguk sebagai persetujuan.

            “Terima kasih. Terima kasih untuk semua yang telah kau lakukan untukku.” Dasom membalas genggaman tangan Taejun.

            Taejun mengangguk. “Kau tidak perlu khawatir. Semuanya akan segera berakhir. Kita sudah mengerjakan proyek ini selama berhari-hari. Baik kau, aku maupun Chihoon sudah rela melewatkan waktu tidur kita untuk menyempurnakan proyek ini. Kau hanya perlu percaya kalau Chihoon akan menyelesaikannya dengan baik.”

            “DASOM!!” Suara Kakaknya terdengar menggema di coffee shop yang kosong. Tampaknya sang kakak benar-benar menggunakan segala macam cara untuk menemukan Dasom. Selama melarikan diri Dasom mematikan ponselnya, sehingga menyulitkan kakaknya untuk melacak keberadaannya melalui aplikasi pencari yang dipasang di ponsel Dasom dan miliknya tanpa sepengetahuan Dasom.

            Dasom belum sempat menoleh ke arah datangnya suara tapi sebuah tangan dengan kasarnya menarik tangan Dasom dan menyeretnya dengan paksa ke luar. Melihat Dasom diperlakukan dengan begitu kasar, Taejun berusaha menarik kembali Dasom dan berniat untuk melindunginya. Tapi seorang pria muncul dari dalam mobil dan segera menghalangi Taejun lalu memukulinya sampai Taejun ambruk di pinggir jalan. Dasom terus menerus memanggil Taejun tapi kakaknya dengan kasar mendorong Dasom agar masuk ke dalam mobil.

***

 

            Semenjak kepulangannya, Dasom menghabiskan sebagian besar waktunya untuk melamun sambil melihat keluar jendela apartemennya. Karena Dasom pergi di malam sebelum dia pergi ke Jeju, kakaknya sibuk mondar-mandir menelepon banyak orang untuk mengatur ulang jadwal dan meminta maaf.

            “Yeoboseyo,” ujar kakaknya yang berusaha terdengar biasa saja, meski ia panik bukan main saat melihat nama yang tertera di layar ponselnya adalah staff perusahaan SHINZU’I. Ia terdiam selama beberapa saat untuk mendengarkan lawan bicaranya. “Sekarang? Baiklah, kami akan segera ke sana,” katanya lalu mengakhiri teleponnya. Ia segera berlari menghampiri Dasom dan mengguncang tubuhnya agar adiknya itu melihat ke arahnya.

            “Dengar, pihak SHINZU’I ingin segera bertemu kita dan meminta kita untuk menandantangani persetujuan konsep iklan yang baru. Kau cepat siap-siap,” katanya yang kemudian buru-buru mengobrak-abrik koleksi topeng Dasom dan menyerahkan satu padanya. Tapi Dasom justru memalingkan wajahnya, kembali melihat ke luar jendela.

            “DASOM!” bentak kakaknya, membuat Dasom terkejut. Ia menoleh dan mengernyitkan dahinya karena kesal.

            Dasom kembali berjalan di basement apartemennya dengan topeng masquerade menempel di kepalanya. Meski ia berjalan dengan malas-malasan tapi kakaknya tertinggal di belakangnya karena ia masih saja sibuk menerima dan menelepon seseorang. Dasom masuk ke kursi penumpang di belakang dan langsung mengunci pintunya, membuat kakaknya tidak bisa masuk ke sana.

            “Tolong biarkan dia duduk di depan,” katanya pada seorang supir yang sudah duduk di belakang setir sejak tadi.

            Sepanjang jalan dia hanya duduk diam menatap jalanan yang padat oleh kendaraan yang memenuhi jalan-jalan sibuk di Gangnam. Kakaknya tak henti-henti mengomel padanya untuk menutup tirai yang sengaja dibuka oleh Dasom. “Kacanya ‘kan tidak tembus pandang jika dilihat dari luar,” umpat Dasom kesal. Dan ia menjadi semakin kesal karena mobilnya seringkali berhenti lama karena tertahan macet dan rambu lalulintas.

            “Ne, yeoboseyo,” seru kakaknya yang kembali gugup karena ditelepon lagi oleh pihak SHINZU’I. “Kami terjebak macet. Kita hanya perlu berbelok sekali untuk sampai di sana. Tapi macetnya benar-benar parah,” kata kakaknya beralasan. Tampaknya pihak SHINZU’I sudah menunggu cukup lama. “Apa? Iklan apa yang akan kalian terbitkan? Dae ‘kan membatalkan syuting kemarin?” tanya kakaknya tapi matanya langsung terpaku pada layar LED besar yang menempel di salah satu gedung di seberang jalan. Dasom mengikuti arah mata kakaknya melihat dan ikut tercengang dengan apa yang dilihatnya.

            Gerakan koreografi yang sangat diingat oleh Dasom selama menjadi seorang balerina dengan paduan latar dan kostum berbulu hitam milik Black Swan, membuat lekuk tubuhnya dan pesona kulit putihnya memancarkan keindahannya. Warna hitam pekat pada kostum sangat kontras dengan warna kulit Dae yang seputih salju. Setiap gerakannya membuat tubuh Dae meliuk dan berputar, membuat Dasom merasakan kesedihan yang tidak bisa dijelaskan.

            “Dae, kau mau kemana? Dae!” seru kakaknya panik saat Dasom keluar dari mobil untuk melihat dengan jelas apa yang sedang di putar pada layar LED itu.

            Mulanya beberapa pejalan kaki yang berhenti, yang jumlahnya semakin banyak karena ingin melihat video yang diputar di LED, terkejut saat melihat Dae turun dari mobil, tapi mereka jauh lebih terkejut saat Dae sang Angsa Hitam dalam layar lebar itu berubah menjadi Dasom sang Angsa Putih dan melepas topeng masquerade untuk menunjukkan ekspresi wajahnya. Dasom dalam video itu tersenyum dengan begitu tulusnya, senyum yang tidak pernah benar-benar dilihat orang lain. Dia tampak menikmati sapuan bulu-bulu angsa yang jatuh dari langit. Meski latar video itu kini berubah menjadi putih, seolah lampu telah kembali dinyalakan, Dasom tetap memancarkan sinarnya seperti seorang malaikat yang menari dengan bebas. Wajah close up Dasom menjadi penutup video itu.

            Dasom menarik lepas topengnya, membuat pejalan kaki di sekitarnya terkesiap dan mulai memotretnya. Dasom sudah tidak peduli lagi pada teriakan kakaknya. Kini Dae sudah mati, yang ada hanyalah Dasom. Saat iklan itu diputar untuk kedua kalinya, bulu-bulu angsa berwarna putih mulai berterbangan di udara, seperti salju yang turun di musim panas. Dasom menangkap satu dari bulu-bulu itu dan melihat ke seberang jalan. Di sana sudah berdiri sosok Taejun dan Chihoon yang bersandar pada sebuah mobil sedan, Dasom tersenyum pada mereka.

-END-

 

Epilog

           “Hyung, Dasom cantik sekali,” kata Chihoon menatap sosok Dasom dalam layar besar di depannya.

            “Kau dan komputermu itu yang sudah membuat Dasom terlihat menawan. Terima kasih,” ujar Taejun yang tidak melepaskan tatapannya pada sosok Dasom yang berdiri di seberang jalan.

            “Kuharap kita melakukan hal yang benar,” gumam Chihoon yang juga melihat ke arah Dasom.

            “Saat kau melakukan sesuatu untuk mengembalikan kebahagiaan seseorang, itu adalah hal yang baik.” Taejun meraih ponsel dari dalam saku jasnya dan menariknya ke luar. Dia lalu membuka kontaknya dan menelepon seseorang. “Soomin ssi, tolong berikan sentuhan akhirnya,” pinta Taejun.

            Hanya butuh waktu beberapa detik saja hingga bulu-bulu putih yang diterbangkan dari atap gedung SHINZU’I sampai ke tangan Dasom. Taejun merasa kebahagiaan yang tidak dia mengerti menyeruak dalam dadanya saat melihat senyuman Dasom untukknya.

            “Soomin ssi, terima kasih atas kerja samanya,” tambah Taejun.

            “Kau sudah menciptakan gebrakan hebat. Aku akan membayarmu mahal jika iklan ini bisa lebih sukses dari iklan-iklan sebelumnya,” ujar Soomin.

            “Uangmu tidak akan setimpal dengan senyum bahagia dari orang yang sedang menatapku saat ini. Sebaiknya kau mulai memikirkan untuk membayar denda karena kau sudah membuat Gangnam dipenuhi bulu,” canda Taejun yang kemudian mematikan ponselnya. “Chihoon ah.”

            “Ne, hyung?”

            “Sepertinya aku jatuh cinta pada Dasom.” Taejun tersenyum.

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK