Bali, 11 Juli 2014, 18.12 WIB
Beberapa bocah berlarian mengejar bola plastik merah yang menggelinding di hamparan pasir abu-abu. Di balik punggung mereka tampak semburan warna oranye dan biru tua mengiringi terbenamnya mentari—bisa kau bayangkan betapa cantiknya itu. Fakta bahwa hari sudah mulai senja tak menyurutkan niat wisatawan untuk beranjak dari Pantai Kuta yang keindahannya sudah terkenal hingga ke mancanegara.
Kursi malas itu tak terasa sudah empat jam menjadi alas Soyou untuk berbaring; semenjak mentari menyengat kulitnya hingga kini nyaris sepenuhnya terbenam. Kacamata hitam masih bertengger di hidung Soyou, begitu pula kain pantai yang masih rapi menutupi kakinya.
"Hnghhhh~~" Soyou menggeliat sembari membuka kacamata hitam itu.
Uh-oh. Pantas saja ia setenang mayat. Agaknya ia tertidur tadinya.
Agak malas-malasan Soyou memaksa dirinya untuk bangkit dan bergerak, sekadar merilekskan tubuh yang tak bergerak selama berjam-jam. Matanya melirik ke kursi malas di sebelahnya. Kosong. Ia sendirian. Ke mana Woohyun, ya? Sebelum matanya terpejam tadi, ia masih melihat keberadaan temannya itu di sebelahnya.
~*~*~*~
Bukanlah Soyou namanya jikalau Woohyun bisa beristirahat dengan nyenyak di ranjang empuk setelah membiarkannya tertidur di bawah terik matahari seharian. Enak saja dia. Mengantuk, sih, mengantuk. Tapi bisa-bisanya ia meninggalkan Soyou sendirian saja di tepi pantai! Bagaimana kalau terjadi sesuatu seperti…. ah, jangan membayangkan yang tidak-tidak.
“Nam Woohyun!”
Segera saja seruan itu membangunkan Woohyun yang terlihat sangat tak berdosa ketika menjawab, “Bagaimana tidurmu, Soyou?”
Tentunya tak akan Soyou menjawab bahwa tidurnya sangat nyenyak. Alih-alih menanggapi pertanyaan menyebalkan itu, Soyou memilih untuk bersandar di balkon kamar. Salah satu keuntungan menyewa kamar hotel di tepi pantai adalah kau bisa sepuasnya menikmati pemandangan pantai dari kamarmu.
Woohyun bangkit dari ranjangnya dengan hati riang. Ia memang suka sekali melihat Soyou kesal seperti ini, karenanya ia sengaja meninggalkan Soyou. Langkah kaki membawa dirinya mendekati Soyou; berdiri di sebelah gadis itu. Pinggang Soyou terasa dua kali lipat lebih hangat ketika tangan Woohyun merayap dari punggungnya; mendekapnya erat dari belakang dan menyandarkan dagu pada pundak Soyou. Misalnya hal seperti inilah yang membuat Soyou selalu ketagihan pada Woohyun.
“Kau tidak gosong, Cantik?” Woohyun melirik pipi Soyou yang memerah—entah karena terlalu lama berjemur atau hal lain, mungkin?
“Body lotion milikku mengandung UV Protector,” sahut Soyou. Nadanya sudah dibuat sekesal mungkin, tetapi itu malahan membuat Woohyun semakin gemas.
Satu kecupan kecil saja tak akan membuat gadis itu marah, ‘kan? Bisa iya, bisa tidak. Mana kita tahu kalau tidak mencoba, bukan?
Perasaan ragu masih menghantui Woohyun. Ah, masa bodoh! Woohyun membalikkan tubuh Soyou untuk menghadapnya. Wajah yang lembut dan berseri itu kini ada dalam tangkupan tangannya. “Soyou, aku sayang padamu.” Kemudian ia mencuri satu kecupan singkat di pipi kanan Soyou. Singkat saja, sih. Woohyun bahkan yakin tak sampai dua detik lamanya.
Efeknya? Senyum manis terbentuk dari garis bibir Soyou. Tetapi hatinya sebaliknya: Soyou menangis di dalam lubuk hati.
~*~*~*~
“Uwatu?” Woohyun terbengong-bengong saat Soyou menyebutkan sebuah kata yang teramat aneh di telinganya pada sopir mobil sewaan mereka.
“U-lu-wa-tu, Nam Woohyun.” Kedua bola mata Soyou seolah berputar ketika mengucapkannya. Untuk hari ini, Soyou yang menentukan lokasi liburan mereka setelah di hari pertama kemarin giliran Woohyun.
Terletak di Kabupaten Badung, adalah Pantai Padang-Padang yang menjadi destinasi pertama mereka hari ini. Tebakan Woohyun, perjalanan ini sia-sia karena untuk menuju Uluwatu berarti mereka harus kembali ke arah Garuda Wisnu Kencana yang sudah mereka kunjungi kemarin. Lagipula, kalau hanya pantai, apakah belum puas Soyou seharian kemarin berjemur? Dasar wanita. Sangat tak dapat dimengerti.
Sesampainya mobil di sebuah parkiran yang luas, Soyou dan Woohyun menyebrang sedikit lalu menuruni anak tangga yang sempit. Saking sempitnya jalur ini, mereka bahkan perlu memiringkan badan bila berpapasan dengan pengunjung lain. Hal ini agaknya membuat Woohyun mengeluh—lagi.
Namun…. rasa sia-sia dan gerutuan yang sedari tadi mengusik Woohyun berubah menjadi rasa kagum yang luar biasa.
Ya Tuhan, ini indah sekali! Pantai ini airnya jernih, bernuansa biru kehijauan, serasi dengan putihnya pasir. Tak hanya itu, tebing batu karang yang kokoh mengelilingi pantai ini. Menakjubkan! Ah. Ditambah lagi, pengunjung di Pantai Padang-Padang nyaris seluruhnya turis asing. Pfft. Hiburan tambahan bagi mata.
Soyou menghamparkan tikarnya di dekat batu yang besarnya bahkan melebihi tubuh Soyou dan Woohyun digabung menjadi satu. Setelah kemarin menyia-nyiakan waktu di pantai dengan tidur, pagi ini Soyou bersumpah untuk tidak tertidur lagi.
“Pantai ini adalah lokasi syuting ‘Eat, Pray, and Love’,” Soyou menyebutkan nama sebuah film yang dibintangi aktris kawakan Julia Roberts.
Jujur saja, Woohyun kurang suka menonton film. Film kondang macam yang Soyou sebutkan pun Woohyun tak tahu. Namun setidaknya, Woohyun tahu apa arti tiga kata itu, yaitu, “Eat,” kata Woohyun sembari mengunyah pie susu khas Bali yang dibeli Soyou kemarin. “Pray,” kali ini Woohyun mengacungkan jari telunjuknya pada keluarga kecil di salah satu sisi pantai yang sedang berdoa menjelang makan siang. “And love…”
Satu lagi kecupan manis diberikan Woohyun. Kali ini di bibir Soyou.
~*~*~*~
Puas berjemur dan berselancar—hanya Woohyun yang berselancar, sedangkan Soyou lebih tepat dikatakan ‘bermain papan selancar’—kini mereka berdua beranjak ke Pura Uluwatu. Masih berada di daerah yang sama dengan pantai, memang. Pura Uluwatu ini, menurut penjual minuman segar di pantai, adalah kompleks peribadatan yang dibangun di atas tebing yang menjorok ke laut.
Menuju Pura, bukit adas dan birunya laut menjadi panorama tersendiri. Kera-kera jahil juga tampak berkeliaran di sepanjang jalan setapak. Kabarnya, sih, mereka adalah penjaga kesucian pura. Meski begitu— "Arkhh!" Topi Woohyun diambil oleh salah satu kera!
Soyou tertawa puas melihat Woohyun berteriak senyaring itu. Beberapa hari sebelum berangkat ke Indonesia, Soyou sudah membaca di sebuah situs internet mengenai kera-kera ini. Mengikuti anjuran yang dibacanya, ia memberikan camilan pada si kera pencuri itu, lalu begitu saja topi Woohyun dikembalikan olehnya.
“Err, terima kasih," ujar Woohyun begitu ia memakai kembali topinya. Saat ini harga dirinya benar-benar turun di hadapan Soyou. Masa malah ia yang menjerit sedangkan Soyou yang menolongnya? Seharusnya ‘kan kaum adam yang melindungi!
Daya tarik lain di lokasi ini adalah pertunjukan Tari Kecak yang diadakan di sore hari. Sebelumnya, Soyou sudah memesan tiket menonton karena kabarnya ini ramai sekali. Tak berlebihan juga tulisan beberapa blogger yang Soyou sempatkan untuk dibaca. Kisah Ramayana yang dipentaskan dengan latar belakang siluet Pura Uluwatu memang tiada duanya. Eksotisme budaya, keindahan alam, dan torehan memori yang tercipta sudah jelas akan terpatri dalam hati Soyou dan Woohyun.
Saat itu matahari terbenam, tetapi tak begitu dengan cinta.
~*~*~*~
“Soyou?” panggil Woohyun sembari mengetuk pintu kamar mandi kamar Soyou. “Soyou, masih lama?”
“Sebentar lagi!” seru Soyou dari dalam kamar mandi.
“Tapi lima belas menit yang lalu kau juga bilang begitu!” Woohyun melihat jam di ruang tamu. Hotel yang mereka tempati ini bentuknya lebih seperti rumah. Kamarnya memang sendiri-sendiri, tetapi sayangnya hanya ada satu kamar mandi. Akibatnya seperti sekarang, misalnya. Woohyun sudah sangat membutuhkan kamar mandi, Soyou masih asyik saja di dalam.
Untunglah kali ini Soyou serius dengan seruannya. Tak sampai lima menit kemudian, ia keluar dari kamar mandi dengan rambut terbungkus handuk putih. Ia meniru wajah Woohyun yang seolah tanpa dosa ketika meninggalkannya di pantai. “Maaf. Barang baru. Tak kuat untuk membiarkannya menganggur di tasku.”
Woohyun mendapati kemasan putih body scrub, facial wash dan body cleanser yang baru di buka di dalam kamar mandi. Astaga. Terang saja lama, rupanya Soyou sempat luluran!
“Untuk apa luluran?” Meski pun kesal, Woohyun tak bisa membendung rasa penasarannya. Sekian lama mengenal Soyou, sepengetahuannya, gadis itu tak terlalu detail dalam perawatan tubuh.
“Facial wash milikku tertingggal di hotel sebelumnya. Saat aku ke supermarket untuk membelinya, aku melihat poster bertulisan ‘Shinzu'i White Concert’ yang akan dibintangi artis dari negara kita,” kata Soyou. Iseng saja, Soyou tadi bertanya pada seorang pegawai di supermarket mengapa konser itu mengambil judul putih? Rupanya memang 'Putih Itu Shinzu’i' adalah brand tagline yang memprakarsai konser itu.
Woohyun mendesis. “Kau beli produk hanya karena tertarik pada slogan dan konsernya?”
“Merek body lotion milikku juga itu, bodoh! Memangnya aku mau sembarangan memilih produk untuk kulit? Aku tidak sebodoh itu!” Soyou menginjak kaki Woohyun.
Begitulah pagi itu berlalu dengan keributan kecil. Mulai dari waktu mandi, hingga menu sarapan yang menurut Woohyun ‘Pedas sekali!’ dan ‘Kok tidak pedas?’ menurut Soyou. Ketika hati dua insan menyatu, ombak bukan alasan untuk meninggalkan, melainkan untuk berpegangan tangan. Benar begitu, bukan?
~*~*~*~
Enam hari sudah Soyou dan Woohyun berada di Pulau Dewata. Tunangan Woohyun dan para keluarga akan tiba untuk pesta pernikahan esok hari. Sementara itu lusanya, Soyou akan pulang bersama rombongan yang lain ke Korea Selatan sementara Woohyun akan berbulan madu. Esok adalah hari baru bagi Woohyun dan calon istrinya, sekaligus hari terakhirnya bersama Soyou.
“Kau wangi sekali. Seperti bunga sakura?” Woohyun menyandarkan kepalanya di pundak Soyou. Matanya terpejam menikmati angin malam Jimbaran.
Sebenarnya, produk yang Soyou kenakan bervarian kirei, bukan bunga sakura. Hanya saja,untuk kali ini ia tak ingin mendebat Woohyun. Sisa waktu mereka untuk berdua terlalu berharga untuk dibuang dengan hal-hal tak penting. Saat ini, Soyou hanya ingin merasakan bahagia.
Begitu pula dengan Woohyun. Tak biasanya ia setenang itu. Dengan betahnya, ia membungkam mulutnya untuk sejenak menikmati detakan jantung Soyou; menikmati hangatnya tubuh mereka kala bersentuhan; menikmati damainya jiwa kala cinta melingkupi. “Aku sayang padamu,” bisik Woohyun lembut.
Mendengar itu, Soyou hanya mampu menangis. Lagi-lagi di dalam hati.
~*~*~*~