home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Guy Like Me

Guy Like Me

Share:
Author : aerof777
Published : 14 Jul 2014, Updated : 14 Jul 2014
Cast : Kim Joon [ story owner ] / Yoon Bora [ Sistar ]
Tags :
Status : Complete
0 Subscribes |12148 Views |6 Loves
Guy Like Me
CHAPTER 4 : Epilog

Sejak kejadian itu aku tidak menghubungi Bora sama sekali, begitupun dengannya. Perang dingin seolah terjadi diantara kami, sampai suatu ketika, tepat satu minggu Bora mengirimiku sebuah pesan.

“Joon-ah! Apakah kau akan terus bersikap seperti ini?”

“Kenapa? Apa yang salah denganku?” aku yakin Bora bisa merasakan amarahku melalui pesan itu.

“Jika begini terus, bukankah sebaiknya hubungan kita diakhiri saja?”

“Baiklah. Aku setuju.” Balasku singkat.

“Terima kasih atas semuanya, Baboya J”

Aku melempar ponselku, kemudian berjalan keluar untuk merokok, menenangkan pikiranku.

***

“Jadi kau putus dengan Bora?” Kevin terdengar tidak begitu terkejut.

“Putus? Kau bahkan belum pernah berciuman dengannya selama satu setengah tahun ini!” Dongwoon berkomentar juga setelah aku mengatakan bahwa aku telah memutuskan hubunganku dengan Bora.

Aku menatapnya tajam, “Hanya itu saja yang ada dipikiranmu?”

“Bukan begitu, tapi… yaa, ya sudahlah. Lupakan saja.”

“Kau tidak menyesal?” Kevin bertanya, nadanya terdengar serius.

“Apakah aku harus mengatakannya?” aku balik bertanya.

“Lalu mengapa kau tidak berusaha memperbaiki hubungan kalian, dasar bodoh!”

Aku menerawang melihat langit malam, bintang-bintang bersinar saat itu. Sudah tiga bulan aku putus dengan Bora, namun harus aku akui bahwa tidak sekalipun Bora pernah meninggalkan pikiranku. Tidak pernah.

“Aku terlalu marah saat itu. Aku emosi, kecewa, aku..aku sedih.” Nada suaraku menurun.

“Tapi kau tahu itu bukan kemauan Bora bukan, dia terjatuh dari motor, dia terluka, dia bahkan memberitahumu bahwa ia belum bisa berjalan.”

“Aku tahu.” Suaraku hampir tidak terdengar. Aku mengambil ponselku, menekan tanda bintang disana, dan menunggu nada dering disana berganti menjadi suara yang ingin kudengar.

“Halo.”

“Bora?”

“Ada apa, Joon-ah?”

“Maafkan aku. Saat itu aku terlalu sedih, aku kecewa, aku marah.”

“Aku mengerti. Tapi kau keterlaluan, kau tidak datang untuk menjengukku. Tapi aku mengerti, kau orang yang sangat sibuk, aku mengerti sekali. Itu mengapa aku tidak pernah protes sekalipun walau kau tidak pernah memberiku kabar. Aku terlalu sabar menghadapimu atau aku terlalu bodoh untuk menunggumu? Menunggumu untuk mengabariku terlebih dahulu, bertanya bagaimana hari-hariku.”

“…..” aku tidak dapat berkata apa-apa, nada suara Bora mulai bergetar. Kumohon jangan menangis.

“Aku mengerti kau begitu sibuk dan cuek. Tapi aku selalu mengerti dengan sikapmu yang seperti itu. Aku juga kecewa padamu. Kau bahkan tidak menanyakan keadaanku saat itu. Aku bahkan tidak bisa bergerak kemana-mana. Dan pada saat-saat dimana aku membutuhkanmu, kau justru tidak ada kabar sama sekali. Mengapa justru orang lain yang dengan sabar mengurusiku.”

“Maafkan aku…”

“Sudahlah, itu sudah lama berlalu. Tapi aku mengatakan itu semua karena aku rasa kau perlu tahu yang sebenarnya. Kau juga pasti sudah mendengar semuanya dari Kevin, semoga kau mengerti.” Nada suaranya sudah kembali stabil, aku yakin dia kini baik-baik saja.

“Iya, aku sudah mengetahui semuanya. Maafkan aku, Baboya. Dan terima kasih banyak untuk semuanya.”

“Terima kasih juga atas semuanya, Baboya!” Bora mengakhir pembicaraan kami malam itu.

Aku terduduk diam memandang langit malam yang mulai semakin gelap. Bintang-bintang mulai tertutupi awan hitam, udara dingin mulai terasa. Kali ini aku tidak berhak untuk marah, sudah sepantasnya Bora mendapatkan lelaki yang dapat menjaganya. Aku tidak mengenal kekasih baru Bora, yang aku ketahui dari Kevin bahwa kekasih Bora adalah pria yang menjaga dan mengurus Bora ketika ia terjatuh dulu.

Penyesalan memang selalu datang diakhir cerita, untuk disesali tapi tidak untuk selamanya. Bukan penyesalan yang harus diingat, tetapi pembelajaran dari hal tersebut. Terlalu banyak hal yang belum bisa aku lakukan untuknya, di hari ketika ia memakai dress untuk pertama kalinya aku bahkan belum bisa mengungkapkan perasaanku.

“Kau cantik sekali.” atau “I love you.” Mungkin akan selalu menjadi kalimat yang diharapkan Bora keluar dari mulut seorang pria sepertiku. Dan kini, aku akan menyimpan kata-kata tersebut untuk orang yang berharga bagiku nanti, orang yang akan kujaga dan tidak akan kusia-siakan seperti yang sudah kulakukan terhadap Bora.

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK