Langkah kaki Heeshi terasa ringan menuju gedung SM. Ia semakin menikmati hari-harinya di Seoul, karena orang yang selama ini ia cari berhasil ia temukan. Bahkan tanpa sadar Heeshi selalu menarik kedua sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman dan tentu saja membuat gadis itu tampak semakin cantik. Manajer Kim sampai heran melihat perubahan Heeshi.
Sementara Manajer Kim mengawasi SuJu yang akan perform di KBS, Heeshi di kantor SM menyusun beberapa berkas kontrak. Setelah selesai barulah ia menyusul manajer Kim ke studio KBS. Sampai disana, para member sedang beristirahat. Mereka baru saja perform. Heeshi mengambil sebotol air mineral lalu berjalan ke tempat Heechul yang sedang mengelap keringatnya dengan handuk kecil. Heeshi menyodorkan air mineral itu pada Heechul sambil tersenyum, "Ige untukmu Oppa"
Heechul melongo melihat perubahan Heeshi, begitu juga member lain. Kyuhyun bahkan tersedak melihat senyuman sepupunya itu untuk yang kedua kalinya. Dan yang lebih anehnya Heeshi berani menghampiri Heechul yang sudah jelas-jelas masih memendam kekesalan pada gadis itu.
Heechul segera mengubah ekspresinya, ia tidak terlalu menggubris Heeshi. Ia hanya menunjuk botol air mineral yang sama ada di sampingnya. Heeshi mengerti, lalu ia mengambil sesuatu dari dalam tasnya.
"Ini aku ada hadiah kecil semoga kau suka." Ujar Heeshi sambil menyodorkan sebatang coklat putih yang berhiaskan pita.
Heechul mengerutkan dahinya, darimana gadis ini tahu aku menyukai cokelat putih? Batinnya.
"Ambillah Oppa. Ini sebagai permintaan maafku yang kemarin. Nan jeongmal mianhe." Heeshi menundukkan kepalanya, dan ekspresinya penuh dengan penyesalan.
Heechul menerima coklat itu, "Gomawo. Aku juga minta maaf."
"ahh, ye. Aku harap kita bisa berteman, oppa"
"Chingu?"
"Ne, aku ingin berteman denganmu"
"Kau tidak sedang merencanakan sesuatu kan?"
"Aniyo. Kenapa kau berpikir seperti itu? Aku tulus ingin berteman denganmu."
"Hanya saja terlalu tiba-tiba dan sedikit aneh. Bahkan sikap, ekspresimu benar-benar berubah."
"Benarkah? Aku bahkan tidak menyadarinya."
"Aigoo~ kau bahkan lebih aneh dari si kepala besar itu."
"Geurom eotte? Kita bisa berteman kan?"
"Yah, asal kau tidak terlalu mencampuri hidupku saja."
"Geuromnyo." Heeshi kembali tersenyum memamerkan deretan gigi putihnya. Bahkan wajahnya terlihat bersinar di mata Heechul. Entahlah, melihat senyuman gadis itu rasa lelah Heechul sedikit berkurang.
Tidak jauh dari tempat Heeshi dan Heechul, para member SuJu saling melempar tatapan penuh tanda tanya dan tatapan terakhir ditujukan pada Kyuhyun. Kyuhyun hanya bisa menaikkan bahunya tanda tahu apa-apa.
*****
Layangan awan hitam membentang sempurna di separuh bumi. Jam sudah menunjukkan pukul 8.30 malam. Manager Kim mengajak member SuJu dan Heeshi berkumpul di Kona Beans - Cafe milik ibunya Sungmin. Ada yang ingin ia bicarakan. Cafe ini lumayan sepi karena sudah hampir tutup jadi tidak akan ada yang terlalu peduli dengan kehadiran namja-namja tampan itu.
Raut wajah Heeshi tampak sedang memikirkan sesuatu tepatnya mengingat-ingat sesuatu. Otaknya berpikir keras dimana terakhir kali ia menyimpan cincin pemberian flower prince-nya itu. Cincin itu dulu ia jadikan bandul sebuah kalung dan ia selalu memakai kalung itu. Tapi sejak kalung itu pernah terjatuh dan nyaris hilang, untung ada seorang ibu yang melihat kalung itu terjatuh lalu segera mengembalikannya pada Heeshi. Ia tidak pernah memakainya lagi, ia takut kehilangan cincin itu. Jadi ia menyimpannya disuatu tempat.
"begini Heeshi-ssi, kalau kau tidak keberatan bisakah kau menjadi asisten SuJu untuk sementara. Tadi aku mendapat kabar Im Yoon Shik-asisten mereka terdahulu mengundurkan diri. Nanti kalau sudah ada asisten yang baru kau bisa kembali menjadi asistenku. Bagaimana Heeshi-ssi? Apakah kau bersedia?" tanya manajer Kim.
Heeshi tidak terlalu merespon apa yang dikatakan manajer Kim. Pikirannya masih menerawang mengingat cincinnya. Eunhyuk yang tepat berada di sebelah Heeshi menyenggol lengan gadis itu.
"Eo..oeh.. Yeh manajer Kim."
"kau mendengar apa yang ku katakan kan, Heeshi-ssi?"
"mullon imnida... Jadi... asisten mereka kan? Super Junior?"
"jadi kau bersedia?"
"Ne"
"syukurlah. Tadinya aku pikir kau tidak akan mau. Tapi. kau tenang saja. Khusus untukmu aku memberi pengecualian. Asisten yang aku maksud disini bukan seperti asisten pada umumnya. Tugasmu hampir sama sepertiku. Hanya saja kau bisa stay lebih lama di dekat mereka. Tidak sepertiku yang ada hanya pada saat mereka perform atau event tertentu. Nanti aku akan memberi instruksi apa-apa saja yang harus kau lakukan."
"Jadi, maksudmu Heeshi akan tinggal di dorm bersama kami?" tanya Hyuk kegirangan.
"Itu sih maumu monyet hutan" ejek Kyu.
"Aniya. Jadi, kalian juga setuju kan dia jadi asisten sementara sebelum kalian mendapatkan asisten baru?"
"geuromnyo." ucap mereka serempak. Hanya Heechul yang tampak diam. Wajahnya terlihat murung. Entah apa yang sedang ia pikirkan.
"Aku pulang duluan. Sudah selesai kan?" ucap Heechul
"Aku ikut hyung!" pinta Donghae.
"Andwae. Aku ingin sendiri" Heechul langsung pergi begitu saja.
"kenapa lagi dia" gumam manajer Kim.
"sepertinya sedang datang bulan." ujar Shindong.
Celotehan namja tambun itu cukup membuat mereka terkekeh sejenak. Kecuali Heeshi, gadis itu tampak khawatir melihat Heechul seperti itu. Ia ingin menyusul namja itu. Tapi sepertinya Heechul memang ingin sendiri. Jadi, ia mengurungkan niatnya.
*****
Pagi ini, apartemen lantai 11 heboh karena Heechul tidak ada di kamarnya. Kasurnya pun masih rapi. Bukankah namja itu kemarin pulang lebih dahulu? Apa mungkin Heechul tidak pulang ke dorm mereka?
Ponsel Kyuhyun bergetar ada panggilan masuk.
"Yeobseo"
"............"
"Yeh, dia tidak ada Heeshi-ya. Mungkin kemarin dia tidak pulang kesini."
"............"
"Baiklah, tapi apa kau yakin ingin mencarinya sendiri?"
"............"
"Ah, yeh. Kebetulan Shindong dan Yesung tidak ada job. Nanti mereka akan bantu mencari juga. Dan kau jangan terlalu memaksakan diri. Kau kan masih lupa jalanan disini."
"............" Kyuhyun mengakhiri sambungan teleponnya lalu mengetik sesuatu di layar ponsel itu.
*****
Di tempat lain Heeshi membaca pesan singkat dari Kyuhyun tempat-tempat mana yang biasa disinggahi Heechul. Kalau bukan karena manajer Kim yang marah-marah, Heeshi juga tidak akan kerepotan seperti ini mencari namja itu. Nanti siang Heechul ada job sebagai guest di reality show Strong Heart 2. Berkali-kali Heeshi mencoba menghubungi ponsel Heechul, tapi tetap saja tidak aktif. Heeshi jadi semakin mengkhawatirkan Heechul, bukan semata-mata karena perintah manajer Kim untuk mencari namja itu.
Tempat yang pertama Heeshi cari adalah di Wonju- rumah orang tua Heechul, walau Kyuhyun mengatakan mustahil Heechul pulang ke rumah orang tuanya kalau Heechul sedang ada masalah. Tapi, Heeshi yakin kalau namja itu ada disana.
Heeshi menekan bel rumah yang tampak asri dari luar itu.
"Nuguseyo?" sahut suara yeoja dari interkom.
"Annyeong haseo. Cho Heeshi imnida. Apa benar ini rumahnya Tuan Kim Heechul?"
"Yeh. Tapi Heechul tidak tinggal disini. Dia tinggal di apartemen di Gwangjin."
"Benarkah? Tapi, dia tidak ada di Gwangjin. Bisakah aku bertemu dengan keluarganya?"
Tidak ada jawaban, tapi tiba-tiba pintu terbuka. Seorang wanita paruh baya muncul dari balik pintu, "Annyeong haseo!" Sapa Heeshi sambil membungkukkan sedikit tubuhnya dan tersenyum ramah.
"Ada apa mencari putraku? Kau siapa?" tanya wanita paruh baya itu yang ternyata adalah ibunya Heechul. Heechul eomma menatap Heeshi dari ujung kuku hingga ujung rambut.
"Aku asisten SuJu, Cho Heeshi imnida. Kemarin dia tidak pulang ke dorm. Apa dia disini Ahjumma?"
"Animida. Obseo."
"Aku mohon padamu ahjumma. Aku tidak akan memaksa Heechul untuk kembali ke dorm. Aku hanya ingin bertemu dengannya." Entahlah, Heeshi begitu yakin kalau namja itu ada disini.
"Geure, tadi malam dia memang pulang kesini. Tapi sekarang dia sedang keluar."
"Apa ahjumma tau dia kemana?"
"Mulla. Mungkin jalan-jalan disekitar sini. Kau cari saja."
"Baiklah, jeongmal khamsamida ahjumma."
*****
Matahari semakin memancarkan sinarnya. Sudah hampir 2 jam Heeshi berjalan kaki mengelilingi Wonju. Tapi tidak sedikitpun tanda-tanda keberadaan Heechul. Heeshi berhenti di sebuah warung. Perutnya minta diisi. Heeshi memesan semangkuk Jajangmyeon.
Di tempat lain, Heechul baru bangun tidur. Ia melihat keluar jendela. Ada sebuah mobil terparkir di depan pagar rumahnya. "Itu mobil siapa eomma?" tanya Heechul pada eommanya yang sedang menonton tv.
"Entah, mungkin mobil gadis tadi."
"Gadis mana? Nugu?"
"Tadi ada seorang gadis mencarimu."
"Nugu?"
"Katanya dia asisten kalian. Namanya Cho...cho..."
"Cho Heeshi?"
"Ah yeh."
"Terus eomma bilang kalau aku disini?"
"Aniyo."
"Keunde, kenapa dia belum pulang?"
"Mungkin dia masih mencarimu"
"Apa maksud eomma? Sebenarnya apa yang eomma katakan padanya?"
"Sepertinya dia tahu aku berbohong mengatakan kau tidak ada disini. Tapi, kau bilang tidak ingin bertemu siapapun. Aku bingung, jadi aku bilang saja kau sedang jalan-jalan diluar."
Ada sedikit kekhawatiran Heechul. Heeshi belum lama kembali ke Seoul. Apa lagi ini di Wonju. Heechul tidak habis pikir kenapa gadis itu berani mencarinya tanpa membawa mobil. Heechul mengusir berbagai macam pikiran buruknya. Toh kalaupun gadis itu tidak berhasil menemukan dirinya, ia pasti kembali.
Waktu seakan berjalan begitu cepat. Heechul bolak-balik melihat keluar. Mobil Heeshi masih terparkir di sana. Hari sudah semakin gelap. Kali ini Heechul benar-benar khawatir. Ia mengambil jaket, topi dan kacamata hitam. Ia keluar mencari Heeshi. Heechul mengendarai mobilnya dengan lambat sambil melirik ke kiri dan kanan berharap secepatnya menemukan gadis itu. Rasa bersalah kian menyelimuti dirinya.
"Pabo! Kenapa aku tidak meneleponnya saja?" Heechul merutuki dirinya sendiri. Heechul menghentikan mobilnya, lalu menghubungi nomor Heeshi. Ada nada panggil tapi tidak ada jawaban. Mata Heechul tetap mawas memperhatikan sekitar, tiba-tiba ia melihat seorang yeoja yang sedang tarik-menarik tas dengan 2 orang namja disudut jalan. Tempat itu memang lumayan sepi. Heechul berniat ingin menolong tapi disisi lain ia takut identitasnya terbongkar. Dan bagaimana kalau aku kalah? Batinnya. Tapi, ia melihat yeoja itu menendang salah satu preman. Sepertinya yeoja itu menguasai ilmu beladiri, dari gerakannya terlihat luwes. Heechul keluar dari mobilnya. Mungkin kalau dua lawan dua akan berimbang.
Yeoja itu tersungkur akibat pukulan dipipinya.
"Yaa!! Jangan ganggu dia!!" Teriak Heechul sambil mengeratkan topinya.
"Siapa kau? Mau sok jadi pahlawan?"
2 namja itu pun menyerang Heechul. Heechul kewalahan, yeoja itu bangkit lalu membantu Heechul. Kedua mata mereka saling bertemu, "Oppa!"
"Heeshi-ya! Kau..."
Tanpa membuang waktu Heechul memegang pergelangan tangan gadis itu. "Dengarkan aku. Hana..dul..set..lari!!!" Teriak Heechul.
Heechul dan Heeshi berlari sekuat tenaga. Heechul melihat ada sebuah gang kecil, lalu ia masuk ke gang itu. Sebenarnya itu bukan gang, tapi celah dinding dari 2 buah rumah. Celah itu hanya cukup untuk 2 orang saja.
Terdengar derap langkah kaki. "Kemana mereka?!!" Teriak salah satu preman.
Heechul memeluk Heeshi. Mendekap kepala gadis itu di bahunya. Heeshi menahan dada bidang Heechul dengan kedua tangannya agar tubuh mereka tidak terlalu menempel. Pelukan Heechul memacu jantung Heeshi untuk memompa lebih cepat, bukan karena kelelahan. Tapi ada sesuatu yang lain. Kalau saja tidak ada tangan Heeshi yang menghalangi, mungkin Heechul merasakan detak jantungnya yang tidak karuan. Setelah merasa preman itu sudah pergi. Heechul melepas dekapannya. Heeshi menundukkan kepalanya, sedangkan Heechul menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Lalu secepatnya membawa Heeshi pergi dari tempat itu.
*****
"Dasar bodoh! Untuk apa kau berkeliaran malam-malam begini?" Tanya Heechul sambil tetap fokus menyetir. Mereka pulang menuju rumah Heechul.
"Tentu saja untuk mencarimu"
"Dari jam berapa kau mencariku? Seharusnya kau pulang kalau tidak menemukanku. Kau ini bodoh atau apa? Kalau tadi aku tidak datang entah apa yang akan terjadi pada mu." Teriak Heechul. Ia benar-benar tidak bisa mengontrol emosinya. Tepatnya emosi kekhawatiran.
"Tsk, kau datang juga cuma untuk mengajakku lari. Seharusnya kita menghajar mereka. Malah kabur, memalukan!" Sahut Heeshi tidak kalah emosi.
"Yaaa!!! Aku juga sudah menghajar mereka. Aku hanya tidak mau mendapat masalah. Kau lupa aku ini siapa? Masa gara-gara masalah seperti ini nantinya aku akan diburu wartawan. Hidupku sudah cukup lelah. Tidak perlu ditambah dengan hal-hal tidak penting seperti ini."
Heeshi diam, ia malas berdebat dengan namja cantik ini.
Mereka sudah sampai di rumah Heechul. Wajah mereka sama-sama terluka. Sudut bibir Heechul berdarah dan pipi Heeshi terlihat membengkak.
Heeshi mengobati luka di sudut bibir Heechul. Ada desiran aneh lagi yang ia rasakan. Bahkan Heeshi tidak berani melihat Heechul yang saat itu tengah menatapnya. Tatapannya fokus mengobati bibir namja itu. Tangan Heechul terangkat menyentuh pipi Heeshi. Memar di pipinya semakin terlihat jelas. "Apa ini sakit?" Tanya Heechul. Heeshi menepis tangan Heechul, tubuhnya seperti tersengat listrik dengan sentuhan di pipinya itu.
"Nan gwenchanna oppa." Jawab Heeshi senormal mungkin. Ia sudah selesai mengobati Heechul.
"Mianhe. Ini semua karena aku." Heechul merasa bersalah.
"Gwenchannayo oppa. Aku lebih khawatir padamu, tiba-tiba kau pergi tanpa kabar seperti ini. Apa kau ada masalah oppa?" tanya Heeshi.
"Kau tidak perlu tau."
"Baiklah kalau kau tidak mau cerita. Keunde, aku harap besok kau kembali. Mereka mengkhawatirkanmu."
Heechul diam, lalu ia bertanya untuk mengalihkan pembicaraan, "Kau suka nonton film?"
"Geuromnyo."
"Bagaimana kalau kita nonton film. Aku ada beberapa koleksi film bagus." kata Heechul sambil menunjuk rak berisi koleksi kaset di bawah tv.
"Aku suka film horor. Kau punya?"
"Of course."
Heechul berdiri mengambil beberapa film bergenre horor lalu meletakkannya di atas meja. Kemudian ia kembali duduk di samping Heeshi.
"Ini saja. Sepertinya seru!" Heeshi mengambil film berjudul 'The cat'
"Andwae! Yang lain saja. Umm... Igo." Heechul menunjuk film yang berjudul 'Death Bell'
"Aniyo. Yang ini saja oppa!"
"Shiro!"
"Waeyo?!"
"Baiklah kita suit saja."
"Ayo, siapa takut."
Batu, gunting, kertas....!!!
Heeshi menang. "yeah!" teriaknya. Heechul menggerutu kesal. Film itu memang seru, tapi mengingatkannya pada Heebum - kucing kesayangannya yang sedang asyik bermain di sudut ruang tamu. Kadang ia ngeri sendiri membayangkan kalau Heebum menjelma menjadi kucing yang mengerikan seperti di film itu.
"Awas kalau kau berteriak ketakutan. Aku akan menyumpal mulutmu itu." Ancam Heechul.
"Arraseo." Heeshi mengerucutkan bibirnya, wajahnya terlihat semakin imut dimata Heechul.
Pada dasarnya Heeshi memang menyukai film berbau setan-setanan seperti itu. Tapi ada syaratnya, ia tidak berani kalau nonton sendirian. Sesekali Heeshi meringkuk ketakutan dan menutup matanya dengan tangan ketika setannya di zoom atau detik-detik menuju bagian yang menyeramkan. Heechul tersenyum geli melihat tingkah gadis itu. Ia jadi ada ide untuk menjahili adik sepupu evil magnae itu. Perlahan tangan kiri Heechul terangkat lalu memegang bahu kiri Heeshi dari belakang.
Heeshi sontak menegang, bukankah disebelah kirinya tidak ada siapa-siapa. Heeshi bergidik ngeri. Ia langsung merapatkan tubuhnya ke Heechul, kedua kakinya ditekuk dan naik di sofa. Heechul yang berada di ujung sofa hampir saja jatuh akibat tekanan dari gadis itu, "oppa! Igeo mwoya!?" teriak Heeshi.
"kau kenapa?" Heechul hampir saja melepas tawa yang sedari tadi di tahannya. Kepala Heeshi tepat berada di bawah dagunya. Bahkan hembusan nafas Heeshi terasa di lehernya.
"oppa! Aku takut! Tadi ada sesuatu yang...."
"apa...seperti ini?"
Hap!
Heechul menyentuh bahu Heeshi.
"bwahahahaha..." Heechul tidak bisa menahan lagi tawanya.
"Oppa! Kau..." Heeshi mendorong tubuh namja itu. Heechul masih tertawa terbahak-bahak.
"Geumanhe oppa! Itu tidak lucu!" Heeshi menatap geram Heechul. Heechul tetap tidak bisa berhenti tertawa.
Bugh!
Heeshi memukul kepala Heechul dengan bantal kecil yang ada di sofa. Ia benar-benar kesal dengan ulah namja itu.
"Yaa!!" teriak Heechul.
"Yaa!! Kim Heechul. Rasakan ini." Heeshi memukul lengan dan tubuh Heechul secara bertubi-tubi.
"yaa..ya.. Appo! Geuman Heeshi-ya.." Heechul berhasil menangkap kedua tangan Heeshi. Lalu menjatuhkan tubuh gadis itu di sofa. Tubuh Heechul tepat berada di atas Heeshi dengan tangannya yang masih memegang kedua tangan gadis itu sebagai tumpuan. Posisi itu membuat Heeshi seakan sulit menelan ludah, ia bahkan tidak berani melihat Heechul. Sungguh, ini benar-benar membuatnya tidak nyaman. Heechul sendiri juga merasa aneh, gugup seperti ada sesuatu yang akan meledak.
"Op..oppa!" Panggil Heeshi.
Heechul tersadar, lalu segera melepaskan genggaman tangannya dan kembali duduk seperti semula. "Mian" ucapnya.
Heeshi juga bangkit dan duduk kembali. Keduanya terlihat canggung. Heeshi pura-pura fokus menatap layar datar di depannya untuk menghilangkan kegugupan.
Tiba-tiba Heeshi berkata, "awas kalau kau berani menggangguku lagi. Kau tidak akan selamat Kim Heechul." ujarnya sambil mengepalkan tangan.
Heechul hanya bisa melongo melihat gadis yang menurutnya semakin tengil.
Mata Heeshi terasa semakin berat, tanpa sadar ia tertidur dan kepalanya jatuh tepat di bahu Heechul. Heechul membiarkannya.
"mianhe, pasti kau lelah seharian ini mencariku. Kau tau, aku merindukan mereka. Aku seperti ini karena sangat merindukan mereka. Dulu aku berharap, saat aku pulang dari wajib militer, kami semua akan berkumpul kembali. Tapi ternyata tetap sama. Hangeng tidak akan pernah kembali dan Kibum...aku harap dia segera kembali. Aku merindukan saat-saat seperti dulu." Tanpa sadar Heechul mengeluarkan keluh kesahnya, air matanya pun perlahan jatuh tapi segera ia hapus. Ia juga menutup mulutnya agar isak tangisnya tidak terdengar. Ia tidak ingin gadis yang tengah tertidur lelap di bahunya ini terbangun.
Heeshi menggerakkan sedikit kepalanya, ia mendengar semuanya, hatinya juga ikut pedih mendengar cerita Heechul. Walau ia tidak tau siapa yang Heechul maksud, tapi ia yakin orang-orang itu adalah orang terpenting bagi Heechul. Heeshi tidak menyangka kalau Heechul yang terlihat kuat bisa serapuh ini dan gadis itu bertekad akan membuat Heechul kembali tersenyum seperti yang dulu pernah Heechul lakukan untuknya.
Heechul mengusap-usap bahu Heeshi agar tidur gadis itu semakin lelap. Tak lama Heechul pun tertidur dengan tangannya yang tetap merangkul bahu Heeshi.
...TBC...