home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > HIGH FLY

HIGH FLY

Share:
Author : kryptonian24
Published : 11 Jun 2014, Updated : 11 Jun 2014
Cast : Lee Jong Hyun, Kang Min Hyuk
Tags :
Status : Ongoing
0 Subscribes |15888 Views |2 Loves
HIGH FLY
CHAPTER 3 : Me And You, Together To The Star

SATU TAHUN KEMUDIAN

            Seong Won dan Hae Won saling berpandangan. Lampu sorot menerjang wajah mereka. Orang-orang mulai riuh meneriakkan nama mereka, tak sabar ingin segera melihat kedua kakak beradik ini beraksi. Stik drum Hae Won bergetar di tangannya. Hanya anggukan dan tatapan penuh keyakinan Seong Won yang membuatnya merasa lebih baik. Karena itulah ia tampak tenang, demi adiknya, Hae Won dan penampilan mereka.

            Pertama kali berdiri di panggung besar di hadapan ratusan penonton membuat Seong Won dan Hae Won gugup. Kalau bukan karena ini adalah impian mereka, mungkin mereka sudah lari dari tadi.

            “Kita pergi saja yuk?” kata Hae Won di belakang panggung beberapa saat yang lalu. Seong Won otomatis merampas stik drum dari tangan Hae Won dan mengetukkannya ke kepala adiknya.

            “Apa katamu?! Yaa! Apa kau lupa impian kita? Apa kau lupa berapa lama kita menunggu kesempatan ini? Perjuangan kita? Sekarang setelah semuanya ada di depan mata kau mau membuangnya begitu saja?”

“Aku takut, Hyung. Mereka banyak sekali. Bagaimana kalau—”

“Kau pikir aku tidak takut? Terakhir kali kita berdiri di panggung, kita dilempari sampah oleh penonton!”

“Di tendang keluar juga.” Kata Hae Won cemberut.

“Hae Won-ah,” Seong Won mencengkram bahu adiknya kuat-kuat. “Ada banyak orang di luar sana yang ingin jadi seperti kita, kau tahu? Kita ini hebat, kita punya kemampuan. Kita hanya tinggal menunjukkannya pada mereka semua. Kalau kemarin kita dilempari dan diusir, itu karena mereka tidak memberikan kita kesempatan. Tapi sekarang, kita hanya tinggal melakukannya. Kau dan aku, kita akan terbang tinggi menuju bintang.”

Ani, Hyung.” Segaris senyuman terbentuk di bibir mungil Hae Won. “Kitalah yang akan jadi bintangnya.”

Teriakan penonton kini semakin riuh berpadu dengan suara tepuk tangan yang bergema di seluruh tempat itu. Seong Won benar. Mereka hanya tinggal melakukannya. Mereka hanya tinggal menjawab panggilan itu dan terbang tinggi.

***

“Bagaimana rasanya tadi?”

“WHOOAAA JINJJA DAEBAKIDAAA!” Hae Won tak bisa menahan diri untuk melompat-lompat saking senangnya. Tatapan orang-orang di sekitar mereka sama sekali tidak menganggunya. Ia begitu senang hari ini. Begitu pula Seong Won. Biasanya jika Hae Won mulai bertingkah aneh, Seong Won akan kesal dan menjitak kepalanya. Tapi kali ini dia ikut tertawa bersama Hae Won. Rasanya sudah lama ia tidak merasa sebahagia ini.

“Lalu akan kita apakan uang ini, Hyung?”

“Terserah kau saja.”

Jinjja???” kedua mata Hae Won berbinar. “Bolehkah aku membeli banyak roti?!”

“Kau sekarang punya banyak uang dan kau hanya ingin membeli roti?” Seong Won menatap heran adiknya yang ajaib.

“Tapi roti di toko dekat rumah kita itu enak sekali, Hyung! Roti terenak yang pernah kumakan. Lagi pula Paman itu baik sekali bukan? Kalau bukan karena dia kita pasti sudah menjual gitar ini.”

Ne, ne, arasseo.” Sahut Seong Won bosan. “Belilah roti sebanyak yang kau mau.”

“Kok tumben, Hyung? Biasanya kau cerewet soal uang.”

Geurrae?” Seong Won menggaruk kepalanya, pura-pura lupa ingatan. “Aku tidak melakukan yang barusan karena uang.”

“Waaaa Seong Won Hyung jjang!” Hae Won memeluk erat Seong Won sampai ia tercekik. “Gomawo, Hyung! Itabwa!”

Seong Won sengaja membiarkan Hae Won pergi. Malam ini dia berencana menemui seseorang. Tentu saja Hae Won tidak boleh ikut. Setelah yakin adiknya sudah cukup jauh, Seong Won pun berbelok di ujung jalan.

Hampir satu jam Seong Won menunggu, namun seseorang yang dinanti tak kunjung datang. Angin malam mulai membuatnya kedinginan. Kostum panggung sialan, pikirnya. Karena terlalu bersemangat Seong Won tak sempat mengganti kostumnya dengan pakaian yang lebih hangat. Namun meski begitu ia tetap berdiri di sana dan menunggu.

***

Sambil menggosok-gosok dan meniup kedua tangannya, Hye Su berjalan pulang. Pekerjaan hari ini benar-benar melelahkan. Ingin rasanya ia cepat sampai di rumah, makan sesuatu yang hangat lalu tidur.

Hye Su belum pernah pulang selarut ini. Jalanan mulai tampak sepi. Imajinasi berlebihan Hye Su mulai menakuti dirinya sendiri. Suara anjing tetangga membuatnya terlonjak kaget. Hye Su mempercepat langkahnya.

“KYAAAAAAAA~” dengan kecepatan menakjubkan Hye Su berbalik badan. Ia bersumpah merasakan seseorang baru saja mengikutinya dan menyentuh bahunya dari belakang. Antara takut dan marah, Hye Su menghajar lelaki berpakaian serba hitam itu dengan tas selempangnya. Bunyi “gedebuk” yang cukup keras bercampur erangan laki-laki misterius itu. Hye Su mengingat-ingat barang apa saja yang ia masukkan ke dalam tasnya. Buku-buku, tempat minum, kotak pensil, penggaris besi, staples…

“Aaaw! AH PAAA!!!”

Eh? Sepertinya Hye Su kenal suara itu.

YAA! SHIN HYE SU! Kau mau membunuhku ya?!” Nah, benar kan.

            “Omo!” Hye Su menggigit bibir. “Seong Won Oppa, mianhae. Jinjja mianhae. Aku tidak tahu kalau itu kau.” Ujarnya panik sekaligus khawatir. Tentu saja Hye Su tidak tahu. Dia pasti sudah gila kalau sampai berani menghajar Seong Won. Jangankan menghajar, menyenggolnya sedikit saja Seong Won bisa ngamuk.

            “Bagaimana kau bisa tau kalau kau langsung menghajarku?!” omelnya. “Waaah, pukulanmu lumayan juga. Kau belajar karate atau bagaimana sih?”

            “Maaf. Aku benar-benar takut barusan. Lagi pula kenapa kau mengikutiku begitu sih? Kau kan bisa memanggilku saja?”

            “Nah, itu juga yang ingin kutanyakan padamu waktu kita pertama kali bertemu.”

            Wajah Hye Su otomatis berubah merah. Kenapa dia membahas masalah itu lagi sih?

            “Padahal tadinya aku yang mau memberimu kejutan, tapi malah kau yang mengejutkan aku.” Ujar Seong Won sambil berjenggit kesakitan.

            “Hiks, aku minta maaf. Lalu aku harus bagaimana agar kau memaafkanku?” melihat ekspresi Hye Su, rasa kesalnya jadi hilang, Seong Won malah ingin tertawa. Ia tidak tahan ingin mengerjai Hye Su. Seong Won memberinya tatapan jahil.

            “Antar aku sampai ke rumah.”

***

            “Hari ini aku dan Hae Won tampil di panggung,” ujar Seong Won sambil tersenyum. Seolah pengroyokan Hye Su barusan tidak pernah terjadi. “Panggung betulan, bukan di jalan.”

            “JINJJA? Woah, daebak! Akhirnya impian kalian benar-benar tercapai ya? Aku ikut se—”

            “Neomu joahae, Hye Su-ya! Joahaesseo. Jinjja joahaesseo.” wajah Hye Su nyaris semerah tomat ketika Seong Won tiba-tiba memeluknya erat-erat. Kalau saja Hye Su tidak hampir sesak napas dan berusaha membuat dirinya entah bagaimana jadi lebih berat, mungkin mereka sudah berputar-putar seperti dalam adegan drama.

            “Aku benar-benar bahagia. Rasanya menyenangkan sekali. Ini pengalaman terhebat dalam hidupku. Rasanya… rasanya…” Hye Su bisa merasakan bahunya ikut bergetar saat Seong Won memeluknya.

            “Seong Won Oppa, apa kau menangis?” tanyanya hati-hati.

            “Aniya.” Seong Won berbohong. Dipeluknya Hye Su lebih lama agar dia bisa menghapus air matanya. Tapi Hye Su tak tahan lagi, bisa-bisa wajahnya mendidih saking malu dan senangnya. Tangan Seong Won, wajah Seong Won, senyum Seong Won… bahkan setelah satu tahun mengenalnya, Hye Su masih terpesona dengan semua itu seperti ketika pertama kali melihatnya.

            “Yaa!” Hye Su melepaskan pelukan Seong Won. Berusaha tampak kesal. “Kenapa kau tidak mengajakku?!”

            “Kau kan akhir-akhir ini sibuk dengan pekerjaan barumu!” kilah Seong Won. “Kalau kau dipecat bagaimana?”

“Apa kau lupa kalau aku ini penggemar kalian nomer satu?! Aku menjadi penonton kalian sejak dari jalanan, dan sekarang kalian konser betulan dan aku tidak diajak? Whoa kau benar-benar jahat, Kim Seong Won Oppa!

            “Justru karena kau penggemar pertama kami.” Seong Won menampilkan lesung pipinya yang sangat disukai Hye Su.

            “Tsk. Geurrae?” Hye Su tersenyum jahil. “Apa bukan karena kau malu? Kau takut tidak bisa konsentrasi karena ada aku di sana, benar kan?”

            “Dasar tukang khayal!” Seong Won menyibakkan rambut Hye Su ke depan hingga menutupi wajahnya, satu hal yang paling membuatnya kesal—tapi entah kenapa Seong Won senang sekali melakukannya.

            “Dengar ya, kami sudah punya rencana untuk memberimu tiket VIP konser kami selanjutnya yang akan jauh lebih hebat dibandingkan dengan yang tadi. Ini justru idenya Hae Won. Sebagai fan istimewa, kau juga harus mendapatkan penampilan yang istimewa juga. Dia bilang café tadi jelek dan biasa saja. Kalau bukan karena ini kesempatan pertama kami tampil di panggung sungguhan, Hae Won mungkin tidak mau tampil di sana. Katanya penampilan kami tadi hanya pemanasan. Dia bahkan memohon padaku agar tidak memberitahumu, supaya kau tidak datang. Tapi dia juga berjanji kami harus bisa tampil di tempat yang lebih baik lagi, kalau perlu di televisi, supaya kau benar-benar terpesona pada kami. Dia ingin memberimu kejutan. Yah, kau tahu sendiri lah bagaimana adikku itu. Selalu punya jalan pikirannya sendiri.”

            “Hmm, arasseo.” Hye Su tersenyum mengingat kembali bagaimana pertama kali mereka bertemu. Dengan tatapan mata seperti anak kucing Hae Won berseru “yeppeuda!” dan menawarkan pada Hye Su tanda tangannya. “Dia benar-benar berharga, dan juga teman yang baik, Kim Hae Won itu.”

            “Gomawo, Hye Su-ya, karena sudah menjadi sahabat yang baik untuk adikku. Kau tahu, kau sangat berarti baginya. Katanya kau ini adalah, apa ya, teman pertama, saudara perempuan pertama, dan penggemar pertama juga.”

            “Tentu saja. Dia bahkan menawariku tanda tangan!” Seong Won dan Hye Su tertawa. Kekonyolan dan kepolosan Kim Hae Won terbayang di benak mereka. Andai dia ada di sini. Tidak, lebih baik dia tidak ada di sini.

            “Dan terima kasih juga untuk…” Seong Won menghentikan langkahnya. Rumahnya masih beberapa ratus meter di depan.

            “Ingat percakapan kita di atap waktu itu? Entah bagaimana kau memberiku semangat, Hye Su-ya. Kau membuatku yakin kalau kami bisa terbang tinggi. Gomawo. Jinjja gomawo!”

            “Aah, itu. Sama-sama. Padahal aku merasa tidak melakukan apa pun. Ayo cepat, sudah malam nih, bisa-bisa nanti aku dikejar orang jahat betulan.” Hye Su mencoba tersenyum.

Tentu saja dia ingat waktu itu. Pertama kali menghabiskan waktu dengan Seong Won dan mendengarnya bernyanyi. Serta bagaimana ia menceritakan mimpinya yang sia-sia akan musik.

            “Kau sendiri bagaimana? Kau belum menyerah kan?”

            “Aku tidak akan menyerah pada musik sampai kapan pun. Aku akan terus belajar walaupun mungkin jalanku akan lebih sulit. Tapi sekarang aku punya guru yang hebat. Hae Won memberitahuku kalau pemilik toko roti favoritnya adalah seorang musisi hebat pada jamannya. Dia membawaku ke sana dan meminta dia agar mau mengajariku, walaupun aku harus membayar biayanya dengan bekerja paruh waktu di tokonya. Tapi aku tidak keberatan. Saat libur pun aku datang ke rumahnya untuk minta pelajaran tambahan. Dia guru yang hebat, aku merasa sudah mengalami banyak kemajuan. Selain itu juga ada kau dan Hae Won. Kalian berdua selalu yang terbaik.” Bahkan untuk menyebut nama kedua cowok itu saja, Hye Su tersenyum bangga. Ia merasa sangat beruntung Seong Won menangkapnya waktu itu.

            “Kau tahu? Kadang murid bisa jauh lebih pandai daripada gurunya. Aku berharap… tidak, aku harus bisa seperti itu. Lihat saja nanti, aku pasti juga bisa terbang tinggi bersamamu.” Suara Hye Su bergetar saat mengucapkan janji itu sambil menatap Seong Won. Janji untuk tidak menyerah dan untuk terbang tinggi meraih impian bersama-sama.

            “Tentu saja,” sambil tersenyum bangga Seong Won merangkulkan tangannya ke bahu Hye Su dan mengecup pipinya, “itu baru pacarku!”

***

 

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK