***
"Myungsoo-ya" gumam So Eun seraya berbisik, pendangannya kini menatap lurus ke arah Myungsoo yang masih berdiri mematung.
Mendengar So Eun menggumamkan nama Myungsoo dengan panggilan akrab, Suzy mengernyitkan dahinya dan mengikuti arah pandangnya, Suzy semakin mengernyitkan dahinya saat melihat ekspresi Myungsoo saat ini 'ada apa dengan Myungsoo oppa?' dilihatnya tangan Myungsoo yang mengepal, matanya memerah, dia mematung dalam diam.
Myungsoo menelan salivanya berat, menahan cairan bening yang sudah mendesak ingin keluar. Benar-benar bodoh bukan? Tidak ada yang bisa dia lakukan. Pengecut? Namja pengecut?! Tidak... hanya saja Myungsoo masih marah dengan kakak perempuannya, hingga ia tidak mau bertindak cepat pada saat kakaknya diperlakukan seperti tadi. Namun, perasaan marah karena benci telah dibohongi itu, tidak sebanding dengan rasa sayang dan rindunya, bagaimanapun... sosok yeoja berpakaian lusuh itu tetaplah kakak perempuan kesayangannya. Myungsoo melangkahkan kakinya perlahan "noona" gumamnya.
So Eun dan Suzy dengan sangat jelas mendengar gumaman Myungsoo yang setengah tercekat. Gumaman itu membuat So Eun merasa kakinya sudah benar-benar tidak kuat menopang tubuhnya lagi, tubuhnya merosot kebawah, terduduk lemas diatas tanah berpaping "Myungsoo-ya. Itu benar-benar kau" lirihnya, sebutir cairan bening menerobos keluar dari sudut matanya.
"Noona... So Eun noona. Ne... nae Myungsoo. Kim Myungsoo, neo namdongsaeng" lirih Myungsoo berjalan dengan langkah yang lebih cepat mendekati So Eun, tangannya meraih keua lengan So Eun mencoba untuk memapahnya berdiri.
Suzy mengerjapkan matanya, memandang Myungsoo yang tengah membantu So Eun berdiri 'namdongsaeng? Solma'.
Myungsoo membawa So Eun kedalam pelukannya, ia tidak peduli jika saus yang mengotori baju kakak perempuannya itu juga ikut mengotori kemeja biru muda yang dikenakannya. Butir-butir cairan bening yang menerobos keluar dari mata So Eun kini saling memburu, membasahi wajahnya. Isakan tangis yang benar-benar memilukan "uljima..." lirih Myungsoo mengelus punggung So Eun.
"Cih... lihat itu! Mau maunya namja tampan itu memeluk penjual tidak becus seperti dia, eoh bajuku" keluh yeoja yang tadi memekiki So Eun dengan mata mendelik, saat melihat So Eun kini tengah dipeluk Myungsoo dari jarak 8 meter darinya.
"Sudahlah, kau ini. Dia mungkin tidak sengaja, lagipula kau bisa mengganti bajumu dengan yang lebih bagus kan. Lihat itu, bukankah baju itu lebih mahal dari bajumu" ucap namja yang ada disebelahnya.
"Hem... memang. Tapi tetap saja, dia penjual tteok yang tidak becus"
"Yang kalian maksud penjual tidak becus itu siapa? Dasar orang miskin tidak punya etika" ucap Ny. Kim datar dan dingin, membuat langkah kedua orang yang tengah membicarakan So Eun terhenti.
"Yaa... ahjuma, neo nugu?" tanya yeoja itu ketus.
Ny. Kim tersenyum sinis menatap yeoja dihadapannya "inilah yang aku tidak sukai dari orang-orang miskin" ucapnya.
"Mwoya igeo! Hoh... yaa, jinca! Ck... ahjuma ini" ucapnya semakin ketus dengan nada tinggi.
"Chagi, sudahlah, ayo pergi" ucap namjanya malu karena sekarang menjadi pusat sorotan, ia menarik paksa pergelangan tangan yeojanya yang masih berdumel mengocehi Ny. Kim.
Ny. Kim masih menatap tajam punggung kedua orang yang baru saja berlalu dari hadapannya, tangannya kini mengepal kuat "seharusnya, aku tidak memberikan putriku pada pelacur gila itu" gumamnya seraya berbisik. Ia menarik nafasnya panjang dan ia hembuskan perlahan "dan seharusnya kutarik paksa So Eun dari hadapan yeoja gila itu 3 tahun lalu".
Flash Back -ON-
Sebuah mobil mewah berwarna putih susu terparkir dipinggir jalan saat sang pemilik memintanya menepi.
"Eish, jinca! Kau membuatku malu, So Eun-ah! Sudah kubilang kan, seharusnya kau mau ditiduri oleh Tn. Park. Kenapa kau malah kabur?! Malam ini kau harus melayaninya, aku benar-benar butuh uang!" pekik yeoja paruh baya, dengan telunjuk yang mendorong-dorong kepala So Eun.
So Eun menggeleng-gelengkan kepalanya "shireo... shireo... jangan paksa aku, jeball. Eomma... aku tidak mau" ucapnya dengan wajah pucat.
Ny. Lee memicingkan matanya pada So Eun"... lihatlah, pakaianku ini. Benar-benar lusuh, jika saja aku tidak kalah judi, argh... kepalaku" ucapnya frustasi dan beralih memandangi bajunya.
"Shireo... shireo" gumam So Eun semakin pucat.
"Waeyeo? Kau menyayangiku kan? Aku kan eommamu. Aku yang melahirkanmu... kau tidak mau membalas jasaku, eoh" ucap Ny. Lee manja.
So Eun menelan salivanya berat, ia tidak mungkin mengeceawakan orang yang telah melahirkannya, tidak mungkin. Namun kali ini berbeda... hatinya sangat takut. Terserah... apapun yang Ny. Lee perintahkan untuknya, akan ia kerjakan, sekalipun itu membahayakan nyawanya "aku... aku tidak akan melakukan 2 hal. Mencuri dan juga menyerahkan tubuhku pada orang lain yang tidak aku cintai" gumam So Eun.
Ny. Lee mendelikkan matanya, sebelum akhirnya ia tertawa "kau... yaa, apa kau yakin dengan 2 hal itu? Ayolah So Eun, tidak akan ada yang mau dengan yeoja sepertimu, apalagi kau hanya tamatan SMP, eoh. Lihatlah, umurmu saat ini 27 tahun kan? Mana... mana namja yang kau cintai itu??? Mana?" tanyanya dengan nada tinggi, ia memutar pandangannya, menoleh kekanan dan kekiri "pada akhirnya, kau akan bernasib sama seperti aku. Eommamu ini. Wajahmu ini cantik, seperti aku. Kau tau, sebenarnya banyak namja yang menyukaimu dan ingin tidur denganmu, geunde... aku saja yang masih berbaik hati tidak menyerahkanmu kepada mereka. Hah... sayangnya aku saat ini benar-benar membutuhkan uang, jadi mau tak mau. Turuti kata-kataku" lanjutnya dengan suara yang pelan.
So Eun masih terus menggelengkan kepalanya "shireo... shireo..." gumamnya.
"Neo" ucap Ny. Lee geram, ia mengangkat tangannya keudara, bersiap-siap untuk mendaratkan telapak tangannya ke pipi So Eun.
'GREP' sebuah tangan berhias gelang emas dan perak kini menahan pergelangan tangan Ny. Lee dan dilemparnya tangan itu menjauh dari pipi So Eun "cih... tanganku ini tidak seharusnya menyentuh pergelangan tangan seorang pelacur miskin seperti dirimu" ucapnya dingin sambil menepuk-nepuknya pelan. Ia beralih menatap So Eun. Entahlah... ia juga seharusnya tidak merasakan ini, jantungnya benar-benar seolah tersayat, nafasnya seolah tercekat saat melihat wajah So Eun yang sangat pucat, ditambah lagi dengan banyaknya lebam dibagian wajahnya "ssh..." desisnya pelan, seolah bisa merasakan rasa nyeri yang mungkin dirasakan So Eun. Dibelainya wajah So Eun 'mianhe' batinnya.
So Eun menahan cairan bening yang sudah benar-benar ingin susul menyusul keluar dari pelupuk matanya "eomma" gumamnya saat Ny. Kim membelai wajahnya.
Ny. Kim mengeraskan rahangnya saat mendengar So Eun memanggilnya ibu. Diturunkannya tangannya dengan cepat, ia tersenyum kecut 'aku tidak pantas lagi disebut eomma, So Eun-ah. Apa yang telah kuperbuat? Membuatmu menjadi seperti ini'.
'Prrok'prok'prok' "sudah acara reuninya?" tanya Ny. Lee sinis.
Ny, Kim menolehkan kepalanya, ia mendengus kesal.
"Apakah kau berusaha menjadi pahlawan yang kesiangan?" ucap Ny. Lee ketus "heh" lenguhnya menarik pergelangan tangan So Eun "kajja... kita harus membicarakan hal yang lebih penting, daripada mengurusi seorang Ny. Kim" lanjutnya.
Ny. Kim semakin mengeraskan rahangnya 'yang lebih penting itu adalah kau ingin menjual tubuh putrimu sendiri pada orang lain. Yeoja ini benar-benar gila. Seharusnya aku tidak pernah menyerahkan So Eun padamu waktu itu' Ny. Kim dengan cepat menahan pergelangan So Eun yang masih bebas, membuat langkah Ny. Lee terhenti.
"Mwoya igeo? Lihatlah..." ucap Ny. Lee geram, matanya menatap lurus kearah tangan Ny. Kim yang menahan pergelangan tangan So Eun "yaa... lepaskan tanganmu itu dari tangan putriku!" pekiknya.
Ny. Kim tersenyum sinis, ia mengikuti ucapan Ny. Lee untuk melepas tangan So Eun dari genggamannya 'benar... So Eun memang benar putrimu. Bukan putriku. Geunde... kenapa kau tega menukar dirinya hanya demi sebuah uang? Oh... orang miskin apa memang seperti ini?! Baguslah Myungsoo bisa kujauhkan dari orang miskin bernama Bae Suzy itu' "kau butuh berapa banyak?" tanya Ny. Kim.
Ny. Lee terkekeh geli "benar-benar ingin menjadi pahlawan kesiangan, eoh? Kau kira aku mau memberikan putri kesayanganku ini padamu? Tidak akan pernah... dia bisa menghasilkan uang yang banyak untukku" ucapnya sinis "benarkan, chagi? Bukankah aku yang melahirkanmu" lanjutnya dengan nada manja pada So Eun.
So Eun hanya bisa menundukkan kepalanya, sebenarnya ia merindukan Ny. Kim. Ingin rasanya selalu melarikan diri dr Ny. Lee dan kembali pada Ny. Kim, geunde... Ny. Kim sendirilah yang mengusirnya. So Eun terus menerapkan dalam hatinya, Ny. Kim tidak membutuhkan dirinya, yang membutuhkan dirinya hanyalah Ny. Lee. Selama belasan tahun hanya itulah yang ada dikepalanya.
"Aku tidak akan membawa putrimu, itu hakmu dan bukan hakku, lagipula dia sudah dewasa... dia tau mana yang baik untuknya. Hanya saja... jangan jual tubuhnya, seperti kau menjual tubuhmu pada orang lain. Jangan samakan dia dengan dirimu. Kalian berbeda" ucap Ny. Kim datar, ia merogoh tasnya, mengambil dompetnya, mengeluarkan seluaruh uang tunai yang ia bawa "ini... kurasa lebih dari cukup untuk mengurusi kehidupanmu yang sangat glamour itu" lanjut Ny. Kim melempar lembaran-lembaran uang kertas diwajah Ny. Lee.
Ny. Lee mengepalkan kedua tangannya dengan wajah yang angkuh. Sedangkan So Eun hanya menatap sedih kearah Ny. Kim seolah berkata 'eomma'.
Ny. Kim melepaskan gelang emas dan peraknya, bahkan cincin berlian yang ia kenakan "bukankah kau bilang kau adalah eommanya? Wanita yang melahirkannya? Seharusnya kau lebih memiliki hati! Pelacur miskin sepertimu membuatku muak dan jijik. Bagaimana suamiku mau menjalin hubungan denganmu? Eoh... jinca" dumelnya, kembali melempar perhiasannya kearah Ny. Lee "permisi" ucapnya mengakhiri. Ny. Kim berlalu meninggalkan keduanya yang berdiri mematung 'So Eun... mianhae'.
Flash Back -OFF-
***
So Eun menceritakan alasan kenapa ia meninggalkan rumah. Dan siapa dirinya sebenarnya pada Myungsoo dan juga Suzy.
"Hyulee-ya... Hyunoo-ya, ada yang ingin eomma bicarakan pada appa kalian. Eum... kalian bisa bermain berdua dulu kan?" ucap Suzy memberikan selembar uang kertas "belilah ice cream, ne".
Hyulee tersenyum puas karena akhirnya ibu dan ayahnya akan ada waktu berduaan "araseo" ucapnya menerima uang yang diberikan Suzy dan berlalu pergi.
"Eomma... So Eun ahjuma?" tanya Hyunoo.
"Gwenchana... ikut kakakmu, ne" ucap Suzy lagi. Hyunoo menganggukkan kepalanya dan berlalu menyusul Hyulee.
Suzy tersenyum melihat punggung kedua putrinya yang semakin menjauh, ia kini beralih menatap Myungsoo yang tengah terduduk disebuah bangku panjang dibawa pohon besar. Ia melangkahkan kakinya perlahan mendekati Myungsoo, duduk disampingnya.
Hening. Keduanya tidak ada yang angkat bicara. Sebenarnya Suzy ingin sekali mendengar penjelasan dari Myungsoo, namun sepertinya namja disampingnya masih butuh ketenangan "heh" lenguh Suzy menghela nafasnya.
Myungsoo yang mendengar helaan nafas Suzy segera menoleh, ia menatap lekat yeoja disampingnya. Myungsoo menggeser tubuhnya 'pluk' dan menyenderkan kepalanya pada pundak Suzy "mianhae... sejak awal aku tidak pernah menceritakan tentang kakak perempuanku. Jeongmal mianhae" lirih Myungsoo memejamkan matanya.
Mendengar ucapan Myungsoo, dua sudut bibir Suzy terangkat keatas, akhirnya... namja disebelahnya mau angkat bicara "gwenchana... setiap orang memiliki alasan tersendiri" gumam Suzy.
"Suzy-ya... aku benar-benar tidak tau jika So Eun noona bukanlah anak yang dilahirkan eomma" gumamnya lagi.
"Geunde... So Eun eonni itu anak appamu. Kalian tetap bersaudara kan?"
Myungsoo menganggukkan kepalanya "jadi itu alasan mengapa eomma menjadi sangat dingin dan egois? Aku bahkan tidak pernah berfikiran jika eomma akan menangis setiap malamnya. Appa... mengapa kau diam-diam mengkhianati eomma" gumam Myungsoo membuka matanya yang terpejam.
"Heh? Menangis setiap malamnya?" gumam Suzy.
Myungsoo menegakkan tubuhnya "seperti kau yang selalu menangisiku kan? Mungkin itu juga yang dilakukan eomma setiap malamnya".
"Oh... bagaimana kau tau aku sering menangis, oppa" tanya Suzy bingung.
"Hyulee yang sering mendengarmu menangis. Mianhae... Suzy-ya, geunde... aku bahkan tidak pernah memikirkan yeoja lain selain dirimu selama ini. Jeongmal" ucap Myungsoo, ia merengkuh tubuh Suzy membuat yeoja disampingnya kini berada dalam pelukannya.
Saat ingin membalas pelukan Myungsoo, Suzy malah menatap So Eun yang sudah ada dihadapannya "Oppa..." gumam Suzy.
"Hemm..."
"Lepaskan pelukanmu"
"Shireo"
"Ada, So Eun eonni" ucap Suzy, dan Myungsoo segera melepas pelukannya.
"Eoh... noona, neo..." gumam Myungsoo takjub saat melihat So Eun yang sudah mengenakan pakaian yang diberikan Suzy. So Eun mengganti pakaiannya diWC umum yang memang ada ditaman kota ini "yeppuda" gumam Myungsoo memberikan dua jempolnya.
So Eun hanya tersenyum kikuk "gomawo, Myungsoo-ya" gumamnya dan beralih menatap Suzy "Suzy-ssi... aku benar-benar berhutang banyak padamu".
"Aniyo... aku melakukannya dengan tulus So Eun eonni. Ah... jangan panggil aku dengan sebutan formal seperti itu, ne".
So Eun mengaggukkan kepalanya dan ikut duduk disamping Myungsoo "kau sudah dewasa, Myungsoo-ya... aku tidak menyangka jika Suzy adalah istrimu, bahkan anak-anakmu sudah tumbuh menjadi anak yang ceria dan sehat".
Myungsoo menggaruk tengkuknya yang tak gatal "noona, Suzy belum resmi menjadi istriku" membuat Suzy tertunduk malu. So Eun membulatkan kedua matanya "aah, geunde... aku akan cepat menikahinya saat eomma telah merestui hubungan kami" sambung Myungsoo cepat. Ia kemudian menceritakan pada So Eun tentang kehidupannya selama ini.
"Geureu... benarkah eomma menjadi wanita yang seperti itu?" tanya So Eun, ia sempat teringat kejadian 3 tahun lalu "heh..." lenguhnya merasa bersalah, pasti itu semua terjadi karena ibu kandungnya 'bukankah eomma pernah mengucapkan, pelacur miskin? pada eomma kandungku?'.
"So Eun noona... apa ibumu masih bermain judi dan juga eung..."
"Tidur dengan banyak lelaki?" sambung So Eun, ia kemudian tersenyum kecil "aniyo... dia bahkan sudah menginjak usia 50 tahun sekrang. Sudah sejak 3 tahun yang lalu, sikapnya berubah. Dan itu semua karena eomma..." gumam So Eun.
"Eoh? Eomma... bagaimana bisa karena eomma?" tanya Myungsoo mengernyitkan dahinya.
"Tepatnya ucapan eomma 3 tahun yang lalu"
"Hoh... berarti kau sempat bertemu dengan eomma?! Apa yang dilakukan eomma!?" Myungsoo mulai penasaran.
"Yang dilakukannya? Yang dilakukannya adalah perlakuan seorang eomma yang ingin melindungi putrinya"
"Yaa... jangan membuatku bingung. Aku tidak mengerti"
"Eomma... tidak sempenuhnya berubah, ia masih seorang wanita yang lembut. Sama seperti dulu, aku yakin kau pasti merasakannya, maka dari itu kau tidak bisa membencinya bukan? Yah, walaupun sikapnya sangat dingin mungkin" ucap So Eun menatap lekat Myungsoo dan beralih menatap Suzy "Suzy-ya... maafkan eomma Myungsoo, ne. Dia mengusirmu karena memiliki alasan tersendiri dan aku yakin, itu semua karena ia ingin melindungi Myungsoo".
Suzy menganggukkan kepalanya, mengulas senyum diwajahnya "gwenchana... aku bahkan tidak pernah marah pada Kim ahjuma. Karena setiap orang tua pasti menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Maka dari itu aku memilih pergi dari kehidupan Myungsoo oppa" membuat So Eun tersenyum lega.
"Noona... sebaiknya kau pulang kerumah" ucap Myungsoo.
So Eun mengernyitkan dahinya "yaa... kau lupa, eoh. Eomma yang mengusirku dari rumah, aku tidak punya hak untuk kembali kerumah itu dan lag" ucapannya terpotong karena tiba-tiba suara seorang yeoja paruh baya yang tidak asing.
"So Eun-ah... pulanglah, nak".
Myungsoo, Suzy dan So Eun menoleh keasal suara "eomma" gumam Myungsoo dan So Eun bersamaan.
"Hyulee-ya, Hyunoo-ya... kemarilah" seru Suzy berdiri, memanggil kedua anaknya yang berada dibelakang Ny. Kim. Hyulee dan Hyunoo pun segera berhambur memeluk lengan Suzy.
Ny. Kim tersenyum miris menatap Hyulee dan Hyunoo yang tengah memeluk lengan Suzy, kemudian beralih menatap Suzy "mianhae... jeongmal mianhae, kalian semua seperti ini karena eomma. Mianhae... aku benar-benar eomma dan haremoni yang kejam, tidak ada bedanya dengan orang miskin yang selama ini ada didalam fikiranku" lirihnya dengan tangan yang menyentuh dadanya, tubuhnya pun ikut merosot perlahan kebawah.
Saat Myungsoo ingin berhambur, Hyunoo lebih cepat bergegas, ia melepas tangannya yang memeluk lengan Suzy, ia berhambur mendekati neneknya "haremoni" gumamnya, tangannya menyentuh lengan Ny. Kim, seolah ingin memapahnya berdiri, namun karena tubuh Hyunoo yang kecil, ia hanya bisa mengangkat lengan Ny. Kim keatas sedikit.
"Eoh, Hyunoo-ya, ne. Mianhae... jika haremoni memperlakukanmu kasar saat di ruang makan malam itu" lirihnya, air matanya kini kembali mengucur membasahi wajahnya yang tak lagi sedingin sebelumnya, wajahnya kembali hangat seperti dulu, sebelum suaminya meninggalkannya untuk selamanya, sebelum keluarganya hancur seperti 15 tahun yang lalu.
Hyunoo menganggukkan kepalanya "araseo, aku tidak pernah marah pada haremoni, tidak perlu meminta maaf padaku. Eung... geunde, eomma..." gumam Hyunoo menatap Suzy.
Hyulee melangkahkan kakinya mendekati Hyunoo dan Ny. Kim, ia membelai halus wajah neneknya "kyeopta, wajahmu tidak sedingin sebelumnya, aku menyukaimu" ucap Hyulee tersenyum.
'Apa yang telah aku lakukan? Lihatlah? Bahkan aku memisahkan kedua anak manis ini dari Myungsoo selama bertahun-tahun' batinnya memandang Hyunoo dan Hyulee secara bergantian, kemudian beralih menatap Suzy 'eoh... Suzy telah mendidik mereka dengan baik. Bahkan sangat baik. Aku telah salah menilainya. Benar... tidak semua orang miskin itu sangat buruk seperti apa yang aku fikirkan selama ini!'.
"Su... Suzy-ya. Bae Suzy" ucap Ny. Kim mencoba bangkit berdiri, namun Suzy sudah lebih dulu berhambur mendekati Ny. Kim. Myungsoo hanya bisa mengangakan mulutnya, ia benar-benar syok saat ini.
"Ne... Kim ahjuma" ucap Suzy membantu Ny. Kim berdiri.
"Panggil aku eommonim" ucap Ny. Kim tersenyum. Senyuman hangatnya, baru kali ini Suzy melihatnya, mengingatkannya pada mendiang ibunya.
"Eoh, eommonim" gumam Suzy.
"Suzy-ya, maafkan aku, tujuh tahun yang lalu, aku benar-benar... maafkan aku, aku orang yang sangat kejam" rancaunya membuat bulir-bulir air matanya jatuh menderas.
Suzy memeluk Ny. Kim erat, menepuk-nepuk punggungnya "gwenchana... aku tidak pernah marah padamu, eommonim. Kau bukan orang yang kejam. Kau tidak salah... karena waktu itu kau hanya ingin melakukan yang terbaik untuk Myungsoo. Bukankah kau ingin Myungsoo memiliki masa depan yang cerah... lihatlah, keinginanmu sudah tercapai" gumam Suzy tersenyum. Hyulee dan Hyunoo juga ikut memeluk neneknya. Begitu juga dengan Myungsoo, ia melangkahkan kakinya, ikut memeluk erat tubuh ibunya. Sudahlah... mereka sudah tidak peduli dengan tatapan orang yang memang sedang berlalu lalang disini.
"Eoh, Suzy-ya, gomawo! Eottokee... maafkan eomma, Myungsoo-ya. Eomma bahkan mulai mengacuhkanmu. Eomma... eomma..." rancaunya Ny. Kim tak sudah-sudah.
"Sudahlah, eomma... maafkan aku juga yang mungkin tidak pernah menyadari dirimu yang selalu menangis setiap malamnya. Bukan hanya So Eun noona yang kau tangisi, geunde bahkan kau menangisi appa yang sudah mengkhianatimu, bukan?" lirih Myungsoo membuat tangis Ny. Kim semakin pecah.
So Eun hanya diam, berdiri mematung melihat pemandangan didepannya "eottoke? Apakah ini semua kesalahanku? Bukankah karena appa dan juga eomma kandungku, mereka jadi seperti itu" gumam So Eun seraya berbisik dengan wajah yang pucat, ia benar-benar merasa bersalah.
"So Eun" seru Ny. Kim "kemarilah... peluk eomma, ne" ucap Ny. Kim yang kini sudah tak lagi dipeluk oleh Myungsoo, Suzy, Hyulee dan Hyunoo.
So Eun menelan salivanya berat 'eottoke? Ini semua salahku' So Eun memundurkan langkahnya saat Ny. Kim mulai melangkah mendekatinya "andwe" gumam So Eun.
Ny, Kim mengernyitkan dahinya, mendengar gumaman So Eun "So Eun-ya..." serunya lagi.
"Andwe... karena aku, eomma selalu hidup dalam penderitaan. Benarkah kau menangis setiap malamnya?" ucapnya sambil terus memundurkan langkahnya.
Ny. Kim menggelengkan kepalanya "aniyo... bukan karena kau. Mendekatlah, peluk eomma seperti dulu. Aku merindukanmu... aku menyesal telah menyerahkanmu pada eomma kandungmu. Peluk eomma, So Eun-ya" lirihnya, air matanya yang tadi sempat berhenti kini kembali turun.
So Eun tidak tahan melihat air mata Ny. Kim yang tertumpah, dengan cepat ia melangkahkan kakinya 'Grep' dipeluknya erat Ny. Kim "bogoshippooo, eomma. Bogosippo!" pekiknya menangis hebat. Pelukan hangat yang ia rindukan akhirnya bisa ia rasakan lagi.
Myungsoo melingkarkan tangannya pada pinggang Suzy, begitu juga dengan Suzy yang melingkarkan tangannya pada pinggang Myungsoo, tangan kirinya ia gunakan untuk mengusap puncak kepala Hyunoo "bukankah ini akhir yang bahagia?" ucap Myungsoo tersenyum pada Suzy sambil mengusap puncak kepala Hyulee. Suzy menganggukkan kepalanya mantap.
"Sepertinya kita sudah mendapatkan restu dari, eomma" ucap Myungsoo mengecup puncak kepala Suzy. Suzy kembali menganggukkan kepalanya.
***
"Jadi Ny. Lee dirawat dipusat rehabilitasi ini?" tanya Ny. Kim pada So Eun.
So Eun menganggukkan kepalanya pasti "ne, eomma... 3 tahun yang lalu, saat kita bertemu, entahlah, sikapnya jadi berubah, dia mulai baik padaku... uang yang eomma berikan, bahkan perhiasan yang eomma berikan padanya, ia simpan didalam kotak kecil dikamarnya. Ia mulai mencoba hidup seperti yang lainnya, menerima nasibnya, tidak ada judi dan alkohol lagi. Aku rasa karena ucapan eomma"
"Ucapanku? Benarkah? Aku kira ucapanku sangat menyakitkan... aku akan meminta maaf padanya. Geunde, sejak kapan ia berada disini?"
"2 tahun yang lalu".
Ny. Kim menganggukkan kepalanya mengerti.
"Jadi memang harus benar-benar dirahasiakan, ne noona?" tanya Myungsoo.
"Euhm... begitulah".
Langkah ketiganya terhenti saat seorang perawat menghentikan langkahnya "Ny. Lee... putri anda datang untuk menemui anda" ucapnya.
"Ne" terdengar jawaban dari ruangan yang tertutup "neo..." gumam Ny. Lee membulatkan matanya saat melihat Ny. Kim yang berada diseberang kaca besar, kemudian ia tersenyum tipis.
"Annyeonghaseyeo..." ucap Ny. Kim dan Myungsoo menundukkan kepala mereka.
"Eomma, mianhae... aku mengajak mereka kesini" ucap So Eun.
"Gwenchana" ucap Ny. Lee pada So Eun "annyeonghaseyeo" Ny. Lee membalas sapaan Ny. Kim "wah... kali ini kita benar-benar hanya bisa mengobrol diantara sekat kaca ini ya" sambungnya.
Ny. Kim tersenyum kecut "wajahmu pucat sekali. Oh, aku hanya ingin meminta maaf karena mungkin, kata-kataku sempat ada yang menyakiti hatimu".
"Pucat? Benarkah? Penderita HIV-AIDS sepertiku ini mungkin juga terlihat lebih kurus kan?" ucapnya sambil menghela nafasnya. Ny. Kim dan Myungsoo hanya tersenyum prihatin melihatnya.
"Eomma..." lenguh So Eun.
"Aah, ada satu rahasia yang ingin kuceritakan padamu, mengingat kesehatanku yang tidak memungkinkan ini, yang tidak akan memberikanku kehidupan yang panjang".
Ny. Kim mengernyitkan dahinya.
Flash Back -ON-
"Yaa... oppa, aku mencintaimu, aku mohon batalkanlah pernikahanmu dengan gadis itu" pinta seorang yeoja berambut panjang hitam.
"Aku hanya menganggapmu sebagai adik, tidak lebih. Dan aku tidak mungkin membatalkan pernikahanku dengannya, aku sangat mencintainya".
"Apa karena aku orang miskin? Dan juga yatim piatu? Kau tidak mau denganku?"
"Mengertilah. Bukan karena miskin ataupun kaya. Aku tidak pernah membeda-bedakan derajat seperti itu"
Yeoja berambut panjang hitam itu mengulas senyum diwajahnya "geureu... karena itulah aku mencintaimu, oppa".
namja yang disebutnya oppa tersebut tersenyum tulus, mengacak rambut yeoja berambut hitam "terimakasih, atas cintamu. Geunde... aku mencintai tunanganku. Aku akan terus menganggapmu sebagai adikku, tidak akan pernah lebih. Aku pergi, ne" namja itu berlalu meninggalkan yeoja tersebut.
"Hoh... kau harus bersama denganku, oppa" lirihnya tersenyum licik,
***
Namja tampan itu, seperti biasa... ia selalu membawakan amplop coklat kecil berisi uang untuk disumbangkan ke panti asuhan "terimakasi, Tn. Kim. Jarang-jarang ada pengusaha sukses yang mau turun tangan sendiri memberikan dana donasinya" ucap ketua Panti.
"Eoh, apa salahnya meluangkan waktu yang hanya beberapa menit ini. Toh... tidak merugikanku ini" ucap Tn. Kim muda.
"Anda tidak takut kehabisan uang, eoh. Setiap hari selalu datang kemari. Setiap bulan juga tidak masalah Tuan"
Tn. Kim muda terkekeh "aniyo... uang ku tidak akan habis jika untuk saling berbagi seperti ini. Aku yakin uang itu akan kembali lagi...".
Ketua panti menganggukkan kepalanya, membenarkan ucapan Tn. Kim muda.
"Baiklah, aku permisi dulu" ucap Tn. Kim muda.
"Ah, diluar hujan, tuan... berteduhlah dulu. Oh iya, bukankah anda akan menikah dalam minggu-minggu ini. Calon istri anda adalah orang yang beruntung" gumam ketua panti.
Tn. Kim muda menuruti permintaan ketua panti, ia berteduh menunggu hujan reda, sambil terus bercerita mengenai calon istrinya "bukan dia yang beruntung, tapi aku lah yang beruntung".
Dibalik kaca jendela, yeoja berambut panjang hitam itu mengepalkan tangannya. Hampir 30 menit Tn. Kim muda ada didalam dan akhirnya hujan berhenti. Dengan cepat yeoja itu berlari keluar halaman.
Tn. Kim muda mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang 'CKIIIIIIT' ia mengerem mendadak saat melihat yeoja berambut hitam panjang yang ia kenal tiba-tiba berlari ketengah jalan.
***
"Sudahlah... kau bisa mabuk" cegah Tn. Kim muda merebut gelas yang berisi wine dari tangan yeoja disampingnya.
"Waeyeo?! Kau mentraktirku kan? Minumlah... ayo, minum... dengan begitu kau boleh menikah dengan tunanganmu itu" dengan berat hati, akhirnya Tn. Kim menuruti permintaan yeoja berambut hitam panjang. Hmm... sudah berapa gelas wine? Oh... Tn. Kim muda mulai merasa pusing.
"Oh... aku lupa, jika kau tidak kuat minum, oppa" gumam yeoja tersebut, lagi-lagi ia mengulas senyuman licik diwajahnya "aku kan sudah bilang, kau harus bersama denganku, oppa".
***
Tn. Kim membuka matanya perlahan saat sinar matahari membuat matanya silau "eung..." erangnya, dalam hitungan detik ia membuka matanya sempurna, badannya kini terduduk tegak "solma" gumamnya saat melihat seorang yeoja yang pundaknya terlihat bebas, tak berbalut benang sehelaipun, tertidur disampingnya. Tn. Kim muda menundukkan wajahnya, membuka selimut yang menutupi tubuhnya "apa yang aku lakukan semalam?" gumamnya.
Tubuh yeoja itu menggeliat, ia membuka mmatanya perlahan, diliriknya namja tampan disebelahnya yang sedang terduduk tegap dengan wajah yang terlihat bingung "selamat pagi, oppa" gumamnya.
"Neo... apa, apa yang terjadi" ucap Tn. Kim muda.
Yeoja tersebut perlahan menegakkan tubuhnya "oppa, kau lupa? Kau benar-benar jahat, eoh" dumel yeoja berambut panjang hitam tersebut dan sedikit mengangkat tubuhnya yang masih berbalut selimut.
Tn. Kim muda mendelikkan matanya "darah..." gumamnya.
"Eoh... kau senang kan, jika laki-laki pertama yang tidur bersamaku adalah dirimu" ucap yeoja itu mendekatkan wajahnya pada wajah Tn. Kim muda.
"Maldo andwe..." gumamnya dengan segera menarik tubuhnya, ia segera turun dari ranjang dan dengan cepat mengenakan pakaiannya yang berserakan.
***
"Ini gila... jadi kau tetap menikahi tunanganmu itu!!!" yeoja itu mengepalkan tangannya kuat saat kedua mempelai yang berada diatas altar tengah berciuman.
Hari terus berlalu, Tn. Kim muda tidak pernah lagi menginjakkan kakinya ke panti asuhan yang selalu ia datangi setiap harinya, namun berbeda dengan hari ini... "bantu aku, aku tidak ingin membuat istriku menderita, jika ia tau kedua bayi kembar kami telah meninggal... bantu aku jeball".
Yeoja itu tersenyum sinis "jadi, selama hampir 9 bulan kau tidak mempedulikan aku dan sekarang kau menginginkan anak yang kukandung? Hanya untuk menggantikan anak kembarmu yang mati itu?"
Tn. Kim muda terduduk lemas diatas lantai. Yeoja itu mengepalkan tangannya kuat "apa kau begitu mencintainya oppa? Bahkan kau tidak pernah melirikku sedikitpun" tubuhnya merosot "aku tau... kau memang tidak pernah mengirimi dana untuk panti asuhan ini lagi. Geunde... jangan membodohiku, kau kan yang selalu mengirimiku uang dan susu padaku. Seharusnya, kau jangan peduli padaku... menyebalkan!"
"Mianhae... aku benar-benar tidak bisa mencintaimu" gumamnya.
"Mianhae?" yeoja itu terkekeh geli "mianhae? Oppa... jangan mengucapkan kata-kata maaf padaku seperti ini. Hatiku benar-benar sakit, eoh. Akulah yang seharusnya meminta maaf padamu" lirih yeoja tersebut "mianhae, oppa".
***
"Aku akan menyayangi So Eun, tenang saja... istriku bahkan sangat menyayanginya juga, lihatlah ini foto istriku dan So Eun"
Yeoja berambut panjang itu hanya tersenyum kecut diatas ranjang rumah sakit. Ranjang rumah sakit? Tentunya karena ia habis melakukan operasi SC untuk mengeluarkan bayinya lebih cepat, yang seharusnya tafsiran persalinannyya baru 2 minggu lagi.
"Mulai sekarang, hiduplah dengan baik, aku akan memberikan uang bulanan padamu, ne. Gomawo" gumam Tn. Kim muda tersenyum dan berlalu meninggalkan yeoja berambut panjang tersebut diatas ranjang rumah sakit.
Flash Back -OFF-
***
"Mianhae..." ujar Ny. Lee setelah selasai menceritakan rahasianya.
Tubuh Ny. Kim benar-benar gemetar setelah mendengarkan cerita tersebut, ia dengan cepat membekap mulutnya, lagi... air matanya memburu jatuh dari pelupuk matanya "yeobo..." lirihnya "mianhae... aku bahkan terus menghujatmu selama 15 tahun ini" lenguhnya. Ah... tidak bisa lagi, kenapa selalu merosot kebawah jika kakinya tak kuat menopang tubuhnya.
Namun Myungsoo dengan cepat menahan tubuh ibunya.
"Yeobo... kau pasti tidak pernah istirahat dengan tenang, eoh?" lirihnya lagi.
"Yeobo... eottokee, aku bahkan tidak mempercayaimu. Yeobo... aku bukan istri yang baik. Yeobo... aku bukan ibu yang baik. Eottokeeeee" rancaunya.
Myungsoo yang tidak tega dengan keadaan ibunya segera memapah ibunya menjauhi ruangan Ny. Lee.
So Eun diam mematung, air matanya sudah tidak bisa keluar lagi, tatapannya kosong.
"Pergilah..." gumam Ny. Lee "tidak usah mengurusiku lagi. Pergilah bersama wanita itu... dia wanita yang baik, tidak sepertiku" sambungnya memutar tubuhnya.
So Eun kini menatap Ny. Lee "eomma..." gumamnya.
"Jangan panggil aku eomma... yang pantas menjadi eommamu adalah dia, Ny. Kim"
"Eomma, maafkan aku, aku tidak pernah mengucapkan kata-kata ini padamu" So Eun melangkahkan kakinya, tangannya ia tempelkan pada kaca yang memang membatasi mereka sedaritadi "Eomma... terimakasih karena kau telah melahirkanku ke dunia ini. Bahkan saat pria yang kau cintai tidak mencintaimu dan tidak berada disampingmu. Eomma... aku percaya, didalam hatimu yang terdalam, kau juga menyayangiku bukan".
"Pergilah" ucap Ny. Lee tanpa berbalik.
So Eun bisa melihat jelas pundak Ny. Lee yang bergetar "Eomma... kau adalah eommaku, sampai kapanpun kau akan tetap menjadi eommaku. Maaf baru sekarang aku bisa mengucapkannya..."lirihnya "Eomma... saranghae!!!" ucap So Eun tertunduk, ia membalik tubuhnya dan berlalu perlahan meninggalkan Ny. Lee.
Jantung Ny. Lee seakan tersayat mendengar pernyataan So Eun "aku... aku juga mencintaimu. Mianhae" lirihnya, ia menangis dalam penyesalannya sendiri.
***
TO BE CONTINUE :D :D :D