-- Mampukah aku melupakanmu?
Kutahan nafasku sejenak. Perasaan sesak itu menyerbu dadaku kembali. Nafasku menjadi tidak keruan, sesuatu di dalam rongga dadaku terasa sakit dan perasaan sakit itu semakin lama semakin membuncah. Apakah seberharga itu dia bagi Yoonmi? --Oh Sehun
Yoonmi berusaha mencari sebuah bangku karena ia merasakan tubuhnya yang mulai melemah. Tak lama, ditemukannya sebuah bangku dengan kapasitas sekitar 6 orang dan ia pun pergi ke arah bangku tersebut berada, sebelum smart phone nya bergetar menghentikan langkahnya.
“Yoboseyo?” jawab Yoonmi lemah,mengangkat panggilan tersebut tanpa sedikitpun melirik ke arah siapa yang meneleponnya tersebut.
Saat Yoonmi menekan pelan tombol hijau, terdengarlah suara terengah-engah di seberang sana. “Yoonmi-ah? Eodiga?”
Mendengar nafasnya yang pendek dan suara pintu mobil tertutup, Yoonmi sudah bisa membayangkan wajah Sehun yang sedang kebingungan mencari dirinya. Ia pun langsung menutup panggilan tersebut.
Beep!
Yoonmi tahu hal ini terdengar kasar, tapi ia memang sedang butuh waktu untuk sendiri. Dengan pemikiran itulah, ia memutuskan untuk memutus panggilan sambil menatap kosong layar smartphonenya yang menunjukkan “Oh Sehun. Panggilan Diakhiri.”
Yeoja dengan nama lahir Park Yoonmi itu akhirnya duduk sendiri di sebuah bangku yang disediakan di daerah sekitar pertokoan. Betapa pedih kenangan yang baru saja berputar di kepalanya. Namja yang telah menjadi bagian dari hidupnya, melukai hatinya begitu saja. Awalnya Yoonmi bingung. Kepergian Myungsoo benar-benar terjadi tanpa sebuah penjelasan, seperti dibawa angin pergi begitu saja. Itu yang membuat Yoonmi masih penasaran dengan keberadaan Myungsoo dulu dan tak heran ia sering melongok bahkan mengetuk pintu rumah Myungsoo yang dulu, berharap bahwa Myungsoo akan keluar dan membukakan pintu untuknya. Tapi kenyataan sungguh pahit, jauh di luar harapan, Myungsoo tak juga muncul di depan Yoonmi. Tak hanya itu, ia bahkan melukai dan meremukkan harapan Yoonmi dengan berpura-pura tidak mengenalnya dan sama sekali tidak menghubunginya untuk sekedar menanyakan kabar.
Mengingat itu semua, air bening yang sudah ia usahakan untuk tetap berada di kantungnya tumpah ruah menjadi sebuah tangisan diam. Hanya sesak nafas dan isakan yang dapat terdengar, tapi itu cukup untuk menggambarkan betapa rapuhnya yeoja itu sekarang. Merasakan tangis diamnya perlahan berubah menjadi tangisan yang lebih keras, Yoonmi menutup wajahnya untuk menahan tangis yang lebih keras untuk meledak.
“Ya! Ullijima.. Kamu terlihat sangat jelek ketika menangis.” Suara lantang yet so gentle itu menghentikan tangis Yoonmi sejenak, kemudian tangisnya kembali meledak, malah menjadi lebih keras.
“YA! Aku bahkan menutup wajahku saat menangis, bagaimana kamu bisa melihat wajahku, pabo ya?!!” Teriak Yoonmi masih menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
“Kajja. Kita akan pulang.” Sehun menarik pergelangan tangan kanan Yoonmi,berusaha membawanya ke dalam mobil audi merahnya namun Yoonmi tak sedikitpun bergerak. Ia masih tetap memaku dirinya sendiri di atas bangku.
Sehun lalu membalikkan badan dan melepaskan genggaman tangannya ke pergelangan yeoja keras kepala tersebut.
Hening. Ditatapnya lama wajah menunduk Yoonmi yang berusaha menghindari tatapan matanya. Ia tahu, semua yeoja pasti akan malu jika ia dilihat dalam keadaan seperti ini. setelah hembusan nafas yang cukup panjang, Sehun kembali mendekati Yoonmi, kemudian ia berjongkok untuk menyejajarkan wajahnya dengan wajah milik Yoonmi. Lalu,ia menyibakan rambut Yoonmi ke belakang.
“Yoonmi-ah...” panggil Sehun lembut, berusaha mendapatkan perhatian Yoonmi yang berhasil nihil karena Yoonmi tetap menghindari tatapan matanya.
“Park Yoonmi... Sudah berapa kali aku menyuruhmu untuk melupakannya?” ucap Sehun lembut.
“Apa kamu rela menghabiskan waktumu hanya untuk memikirkan dia yang sama sekali tidak memikirkanmu?” Yoonmi masih enggan melihat Sehun membuat Sehun memegang kedua belah pipinya dan memaksa Yoonmi agar melihat ke wajahnya. Sementara Yoonmi sendiri sedang berusaha menahan tangis yang mungkin akan kembali pecah.
“Yoonmi-ah, kumohon, jangan buat masa lalu merusak masa depanmu. Kamu adalah gadis hebat, aku tahu kamu akan segera mengerti bahwa dia hanya lah masa lalu.” Mata Yoonmi yang berkaca-kaca karena air mata yang masih tersisa di matanya pun akhirnya menatap lurus ke arah wajah Sehun. Tangisnya tiba-tiba tertunda untuk pecah dan dia merasakan sebuah pukulan hebat tepat di dadanya. Pukulan karena baru saja ia mendengarkan sebuah kalimat yang tidak ia harapkan datang dari mulut sahabatnya tersebut.
“Ingat kalimat yang pernah kamu katakan padaku, ‘Past is a History and Present is a Gift.History exist to makes us wiser, not to ruin our future’?” Seusai Sehun mengatakannya, ia menyimpulkan sebuah senyum tipis.
Yoonmi menunduk lagi, tapi cukup jelas bagi Sehun bahwa Yoonmi mengutas sebuah senyum yang baginya sangat misterius. Dan saat Yoonmi mendongak, Sehun melihat senyum itu kembali dan ia menyadari bahwa itu bukan senyum misterius, tetapi sebuah senyum yang indah.senyum yang manis. Senyum yang Sehun ingin lihat setiap hari.
Dan dengan kata “Ayo kita pulang!” serta tepukan lembut ke kepala Yoonmi, Sehun akhirnya berhasil meyakinkan Yoonmi untuk memasuki mobilnya. Terbukti dengan berjalannya Yoonmi ke dalam mobil Sehun setelah Sehun menekan tombol di remotenya—membuat pintu mobilnya dalam keadaan tidak terkunci.
Sehun yang memastikan Yoonmi sudah berada di jok di samping kirinya pun akhirnya berarah ke pintu sebelah kanan,membuka pintu dan duduk di jok kemudinya.
Perjalanan pulang terasa sangat lama. Biasanya mereka bertengkar, dengan topik pertengkaran yang tidak pernah ada habisnya. Namun sekarang, keheningan mengisi suasana di dalam mobil. Tak sedikitpun suara kecuali suara radio lokal yang memutarkan mereka sebuah lagu.
Close your eyes and I’ll kiss you, tomorrow I’ll miss you. Remember I’ll always be true~~
Sehun yang mendengarkan lagu tersebut langsung memperbesar volumenya, mengetahui gadis di sampingnya adalah penggemar berat dari lagu dan pelantun lagu tersebut.
“All my loving... Itu lagu pertama kita.” Kata Yoonmi tiba-tiba, masih menunduk. Sehun hanya meresponnya dengan sebuah ‘eh’ ringan pertanda setuju.
“Kalian tampil sangat hebat saat itu” tambah Yoonmi dengan nada lemah. Sehun lalu memperlambat laju mobilnya dan memandang Yoonmi sekilas. Didapatinya wajah Yoonmi yang sedang tersenyum dengan senyuman yang susah diartikan. Senyum manis yang dipaksakan. Senyum manis yang menyimpan beribu perih.
“Yoonmi-ah..Kamu juga tampil sangat hebat dengan keyboardmu saat itu. Tanpa permainan keyboardmu, petikan bas dan gitar kita tidak akan bermakna.” Puji Sehun kepada Yoonmi yang kembali menunduk. “Yeah, kita sangat hebat saat itu.” Tambah Sehun lagi.
Keheningan datang lagi. Yoonmi masih larut dalam dunianya sendiri. Sedangkan Sehun, ia sudah tidak berani lagi melihat wajah rapuh milik yeoja kesayangannya tersebut.
“Masa lalu kita sangat hebat.” Ucap Yoonmi tiba-tiba.
Sehun lalu memandang Yoonmi lama karena kebetulan saat itu mereka terhenti lampu merah.
“Tapi, masa depan kita akan lebih hebat lagi.” Sehun menambahkan sambil menunjukkan senyumnya yang di mata para yeoja adalah sebuah danau di tengah padang pasir.
Yoonmi akhirnya mendongak dan sesuatu di dalam dirinya membenarkan pernyataan Sehun tersebut.
________
Yoonmi’s POV
“Tapi, masa depan kita akan lebih hebat lagi.” ujar Sehun sambil tersenyum ke arahku. Aku pun kemudian menatap ke arahnya, tetapi lampu hijau membuat Sehun harus kembali mengemudikan mobilnya sehingga aku tidak bisa melihat ekspresi wajah Sehun saat ini. Yang kulihat hanyalah sisi kiri dari wajahnya.
Aku melongo dan terdiam. Not even a single word can escape from my mouth..Aku sangat tercengang. Apakah ini Sehun yang kukenal?
Tapi, yah, aku tercengang karena sebagian dari diriku membenarkan pernyataannya dan berharap bahwa pernyataannya akan menajdi sebuah kenyataan. Maksudku, aku juga harus bisa lebih hebat dari solois—you know who,lah..--- yang telah melukai hatiku tersebut,bukan?...dalam konferensi pers terbarunya,ketika ditanyai dengan agendanya minggu depan, Kim Myungsoo atau yang sering kita sebut dengan nama panggungnya yaitu L.Kim...
Di saat sebuah nama—yaitu L.Kim tertangkap oleh telinganya, tangan Sehun dengan gesit menuju ke tombol power sentuh untuk mematikan radionya tersebut tetapi tanganku menghentikannya. Ia memandang ke arahku dengan tanda tanya besar di wajahnya.
“Gwaenchana Sehun-ah..” ujarku pelan sambil tersenyum. seakan mengerti, ia pun menurunkan tangannya dan kembali fokus melihat ke depan.
Aku pun kembali mendengarkan berita tersebut dengan seksama. Tetapi sesungguhnya aku bingung,sangat bingung. Mengapa aku begitu ingin tahu dengan perkembangan tentang dirinya padahal baru saja aku memutuskan untuk membencinya?
... mengungkapkan bahwa ia berencana untuk menghadiri sebuah Festival Budaya di SMA Woollim. Ia mengungkapkan bahwa ia ingin bertemu dengan beberapa temannya dulu waktu ia duduk di SMP Woollim karena ia merindukan mereka. Dan ia juga mengungkapkan bahwa ia tidak akan mengisi acara tersebut karena tujuannya datang ke sana adalah hanya untuk...
Suara dari radio terputus. Ketika aku menyadarinya, ternyata Sehun sudah mematikan radio yang menjadi aksesoris dari mobil audi merahnya tersebut.
“Maaf,Yoonmi-ah. Tapi ini..mobilku.” ujarnya tanpa sedikitpun menunjukkan ekspresi karena ia terlalu fokus pada pemandangan di depannya.
Aku hanya mengangguk pelan dan mengucapkan kata maaf.
“Aku yang seharusnya minta maaf...Aku, terlampau egois.” Ucapku lirih sambil tertawa kecut. Sehun hanya diam dan meningkatkan laju mobilnya. Setelah itu, tidak ada sedikitpun percakapan yang kami lakukan,karena aku yang tetidur.
End of Yoonmi’s POV
Sehun’s POV
Apakah aku terlihat sangat emosional? Apkah aku tampak seperti yeoja yang sedang dalam masa PMSnya? Oh..Kalian harus tahu betapa aku membenci namja itu, bahkan ketika namanya disebut. Jadi, spontan saja aku mematikan radio yang memberitakan dirinya. Awalnya aku membiarkannya karena Yoonmi yang melarangku untuk mematikannya tapi...apakah dia tidak memikirkan perasaanku juga? Apakah ia tidak mengerti betapa aku menahan emosiku ketika kudengar namanya?
Apalagi ketika mengetahui bahwa namja tsb akan berkunjung ke SMA Woollim. Terdengar sangat pengecut,tapi...aku sangat tidak menyukai ide tsb. Karena, well, aku takut dia akan menyakiti Yoonmi lagi jika dia menampakkan diri.
“Yoonmi-ah..Maaf jika tadi aku terlalu kasar tetapi apakah kamu benar-benar tidak bisa melupakannya?” tanyaku dengan pertanyaan super konyolku yang dijawab oleh sebuah keheningan. Aku lalu melepaskan perhatianku dari pemandangan mobil-mobil yang ada di depan sejenak dan melihat ke arah Yoonmi yang ternyata sudah tertidur lelap.
Tak lama, kami pun sampai di pelataran rumah Yoonmi. Kulihat ke arahnya dan ternyata ia belum juga bangun. Biasanya jika ia belum terbangun seperti ini, aku akan membangunkannya dengan berbagai macam cara yang baginya sangat menjengkelkan, tapi untuk kasus sekarang, aku tidak setega itu untuk membangunkannya karena, dia tidak dalam keadaan terbaiknya.
Kubopong Yoonmi bridal style yang kemudian disambut oleh sepasang pembantu setia keluarga Park.
“Apakah nyonya muda baik-baik saja?” tanya Mrs.Kang dengan wajah cemas.
“Gwaenchana. Hanya sedikit demam.” Jawabku sambil tersenyum “Kalau saya boleh tahu, dimana letak kamar Yoonmi?” lanjutku, memberi Mrs. Kang sebuah pertanyaan.
Sepasang suami istri tsb lalu menggiringku ke kamar Yoonmi yang dominan dengan warna biru laut. Aku menjatuhkannya pelan ke bed ukuran queen-sizenya lalu memberikan instruksi kepada Mrs. dan Mr. Kang. Setelah mengerti dengan apa yang aku instruksikan, mereka kemudian keluar dari kamar untuk mengambil air minum,obat,handuk dan juga air hangat. Mereka sudah lama mengenalku sebagai teman dekat Yoonmi sehingga mereka patuh dengan setiap kata yang aku ucapkan. Bagi mereka, aku sudah seperti oppa Yoonmi sendiri.
Ping!
Sebuah pesan masuk ke smart phone yang ada di dalam tas Yoonmi. Aku tahu ini agak melanggar privasi tapi...rasa penasaranku jauh lebih tinggi daripada ketakutanku untuk melanggar privasi. Kkk
Kurogoh dan kuambil smartphone tsb lalu, aku ada dalam sebuah masalah karena aku tidak bisa membuka layarnya yang terkunci. Sebuah pola? Oh Tuhan, aku sangat benci dengan layar yang dikunci oleh pola atau psswd atau semacamnya. Karena hal tsb, aku harus menghafalkan banyak pola dari smartphone milik temanku. Untuk kasus smart phone milik Yoonmi, aku belum pernah mengetahuinya karena dia tidak pernah mengijinkanku untuk mengetahuinya.
Kucoba semua pola, mulai dari yang rumit hingga yang sangat rumit. Aku bahkan harus menunggu beberapa menit untuk mencobanya lagi.
Kuacak-acak rambutku saking frustasinya. Bekerja menggunakan akal,Oh Sehun. Bukan otot..batinku dalam hati. Tapi, tetap saja. Jika nanti aku bisa membeli perusahaan smart phone merk ini, aku benar-benar akan menghapus fitur kunci layar. *Yaah aku berani mengatakannya karena ini adalah hil yang mustahal,bukan?kkk
Aku berpikir keras...
Hingga akhirnya, nama L.Kim datang begitu saja di kepalaku. Berulang kali aku menolak untuk mencobanya karena aku takut jika Yoonmi benar-benar memasang pola tsb tetapi, lagi-lagi, keingintahuanku sangat besar dan tanpa sadar aku menuliskan pola huruf ‘L’ dan kunci terbuka.
Kutahan nafasku sejenak. Perasaan sesak itu menyerbu dadaku kembali. Nafasku menjadi tidak keruan, sesuatu di dalam rongga dadaku terasa sakit dan perasaan sakit itu semakin lama semakin membuncah. Apakah seberharga itu dia bagi Yoonmi?
Tak ingin berlama-lama berkutat dengan kecemburuanku, aku segera membuka pesan yang masuk.
Dari : Park Chanyeol
Yoonmi-ah, apakah malam ini kita jadi mengerjakan proposal mengenai festival band?
Aku tertawa kecil lalu membalas pesan tsb.
___________
Kuturuni tangga menuju ke ruang tengah keluarga Park yang sangat besar dan setibanya aku di ruang tengah tsb, kulihat bayangan Park hyomin, unnie dari Yoonmi.
Aku menundukkan kepalaku “Annyeonghaseyo,Hyomin noona.”
“Oo Sehun-ah~ Kamu bertambah besar saja.” ucapnya sambil menyilangkan kedua tangannya.
“Ah, noona bisa saja.” jawabku sambil menggosok leherku yang sebenarnya tidak gatal sama sekali.
Kami lalu tertawa kecil dan Hyomin noona bertanya “Ada perlu apa Sehun-ah? Apakah Yoonmi jatuh sakit lagi?”
Aku mengangguk pelan.
____________
Di sebuah Apartemen Mewah di daerah Gangnam
Seorang lelaki berusia 35 tahun menutup koran dengan kasar dan melemparannya ke arah adiknya yang sedang duduk di sofa sambil mendengarkan musik dari earpiecenya. Adiknya lalu membuka koran tsb dan menanyakan apa maksud dari perbuatan kakaknya tsb.
“Ada apa Hyung?” tanya namja berusia 18 tahun tsb.
“Setelah skandal dengan Kim Doyeon, sekarang kamu ingin membuat skandal lain?” namja bernama Kim Jaejoong yang menjadi hyung sekaligus manajer pribadi adiknya tersebut lalu berdiri dan menyilangkan kedua tangannya.
Myungsoo lalu melihat sebuah judul berita di sebuah koran yang dilempar oleh hyungnya “Seorang Penyanyi Solo L.Kim Sedang Berusaha Bertemu dengan Cinta Pertamanya di SMA Woollim?” dan membaca isinya yang tak lain adalah hasil interviewnya mengenai kunjungannya ke festival budaya seminggu lagi.
“Bukankah itu strategi yang bagus untuk menyambut comeback nanti,Hyung?” jawab Myungsoo ringan sambil memasukkan photato chips ke dalam mulutnya.
“Strategi yang bagus? Dua skandal dalam satu bulan? Oh kumohon Kim Myungsoo.” Jaejoong yang kesal kini memijat keningnya.
Myungsoo hanya diam sambil mengunyah potato chipsnya. Tapi, suara erangan marah Hyungnya itu cukup mengganggunya sehingga ia menguatarakn sebuah alasan.
“Hyung..Kamu tahu sendiri kan,aku masih mencintainya.” Ujar Myungsoo pada akhirnya.
“Kim Myungsoo, aku tahu itu. Tapi kamu juga harus tahu bahwa wanita itu berbanding terbalik dengan karirmu. Kamu harus bisa memilih, karir atau..yeoja?”
Myungsoo menutup rapat mulutnya, tak bisa menjawab pertanyaan dari hyungnya tsb. Ia hanya bisa mendesah dan melempar tubuhnya ke atas bed empuknya yang tak lama membawanya pergi ke alam mimpi.
____________
In their dream
Di sebuah taman, anak-anak kecil sedang bermain petak umpet. Semuanya sudah tertangkap, kecuali seorang yeoja.
“Hey, dimana Park Yoonmi bersembunyi? Aku belum juga menemukannya.” Ujar seorang bocah.
“Entahlah, aku juga tidak melihatnya dari tadi.” Ujar bocah lainnya.
“Apakah dia sudah pulang ke rumah?” bocah lain pun ikut nimbrung
“Mungkin.”
“Ah sudahlah, nanti dia juga keluar sendiri.Aku mau pulang, ini sudah larut.”
“Iya, pulang saja yuk!”
Dan mereka pun bubar,tanpa sedikitpun rasa ingin mencari Yoonmi. Tapi, di antara sekian anak kecil tsb, hanya Myungsoo lah yang merasa bahwa Yoonmi masih bersembunyi.
“Hei, tunggu dulu. Kita harus mencari Yoonmi. Bagaimana kalau dia benar-benar hilang?” Myungsoo memasang wajah paniknya.
Tetapi tak satupun yang menghiraukan ucapan Myungsoo dan semuanya berjalan keluar dari taman.
“Aish jinjjha! Teman macam apa sih mereka?!” Myungsoo yang kesal, menghentakkan kakinya lalu berusaha mencari Yoonmi di berbagai sudut taman. Di balik pohon, di balik bangku,di balik perosotan hingga akhirnya ia melihat sebuah tong sampah berukuran jumbo yang nagkring di pojok taman.
Myungsoo lalu mendekat ke arah tong sampah tsb dan membuka penutupnya.
Ia melihat Yoonmi yang meringkuk di dalamnya berbaur dengan berbagai macam sampah.
“Yoonmi-ah..” panggilnya lirih. Yoonmi kemudian mendongak pelan.
“Myungsoo-ya..” Yoonmi mengelap air matanya.
“Ayo kita pulang.” Myungsoo menawarkan tangannya kepada Yoonmi.
Yoonmi mengangguk tapi kemudian ia menangis lagi “Tapi..aku tidak bisa keluar..”
Myungsoo dalam hati membenarkan ucapan Yoonmi karena jarak tong sampah itu cukup tinggi.
“Aku akan mengeluarkanmu.” Tegas Myungsoo kepada Yoonmi.
Ia pun menjatuhkan tong sampah tsb dengan pelan. “Ayo, Yoonmi-ah. Merangkaklah keluar.” Myungsoo memberi instruksi dan Yoonmi kemudian melakukannya.
Di saat Yoonmi akhirnya keluar dari tong sampah tsb, ia langsung memeluk Myungsoo yang sedang menawarkan tangannya kepada Yoonmi.
Myungsoo yang kaget dengan apa yang dilakukan oleh Yoonmi secara tiba-tiba pun hanya bisa membatu di tempat.
“Myungsoo ya! Gomawo! Gomawo telah menemukanku! Aku pikir aku akan mati di dalam sini tanpa ada yang menemukanku.” Ucap Yoonmi kecil sambil menangis
“Tak ada yang peduli denganku, Myungsoo-ya, hanya kamu teman yang kumiliki.” Lanjut Yoonmi kecil masih terisak.
Yoonmi akhirnya melepaskan pelukannya ke Myungsoo.
“Bagaimana kamu bisa tahu aku bersembunyi di dalam sini?”
Yoonmi kemudian melihat senyum nakal Myungsoo.
“Yoonmi-ah..Aku sudah terlalu hafal dengan dirimu.”
Yoonmi kemudian memberinya tatapan penuh tanya. “Maksudmu?”
“Aku tahu, kamu perfeksionis dan benci kekalahan.” Jawab Myungsoo sambil memandang ke arah Yoonmi “Kamu rela melakukan apa saja untuk menang, termasuk masuk ke dalam tong sampah.”
Yoonmi tahu ini berlebihan, tetapi mulai saat itu, ia memandang Myungsoo lebih dari sekedar teman. ia seperti memandang Myungsoo seorang pangeran berkuda putih seperti Ben dalam kisah Barbie yang selalu ia lihat di hari Minggu pagi.
“Myungsoo-ya..Berjanjilah sesuatu kepadaku!” Yoonmi berhenti melangkah dan memegang kedua bahu Myungsoo.
“Hm?” adalah jawaban dari Myungsoo karena ia sedang terlalu terpesona dengan semburat cahaya senja yang terpantul di sepasang matanya.
“Berjanjilah untuk selalu menemukanku!”Yoonmi menawarinya kelingking jarinya.
Myungsoo tertawa kecil dan ia lalu memberi Yoonmi jari kelingkingnya.
“Baiklah, janji!”
____________
Woohoo!!!
Aku benar-benar lupa bagaimana cara menulis ff, setelah masa-masa kuliah yang seperti romusha (maklum mahasiswi baru jadi masih kaget :P)
Tapi, aku merasa berdosa jika tidak segera mengupdatenya jadi maafkan author jika alurnya trllu cepat dan banyak berbagai hal yg absurd
Karena ada yg request dibikin agak angst, jadi chapter ini memang aku bikin agak angst (wlpun mungkin angstnya gatot wkwk)
Mungkin untuk chapter selanjutnya aku akan fokus ke dramanya Yoonmi
Btw, drama “Little Red Riding Hood” itu juga aku bikin ff tapi English ver dan masih uncompleted
Wkwk
Hobi buruk: Making many stories and left it abandoned :P :D