Sheet 8: Call me ‘oppa’!
“Aku menyadari bahwa jauh di dalam hatiku, aku ingin memonopoli Yoonmi.”---Oh Sehun
“Entah karena kulit tengkuk dan leherku akhir-akhir ini terlalu sensitif atau bagaimana, aku merasakan bahwa tonjolan otot yang berada di lengannya tersebut terasa sangat menggelitik.” Park Yoonmi
Yoonmi’s POV
Scene 2 baru saja akan dimulai. Sehun,Gikwang,Dojoon dan Junhyung sunbae sudah berada di tempatnya masing-masing. Aku kemudian menyangga daguku dan segera memusatkan perhatianku kepada mereka, terutama untuk melihat bagaimana kemampuan Sehun dalam berakting. Dia selalu mengaku bahwa musik adalah satu-satunya minatnya dan mengatakan bahwa ia tidak bisa apa-apa jika disuruh untuk berperan dalam sebuah sandiwara. Sekarang, aku ingin membuktikan apakah perkataannya benar atau salah.
“Dimana ada kebahagiaan, di situlah ada kesedihan dan keputusasaan. Selaintercipta keluarga Little Red yang penuh kebahagiaan, tercipta juga keluarga Kang yang menyembunyikan diri mereka karena mereka terlahir sebagai makhluk berbeda. Mereka masih manusia, tetapi..Psst! Mereka adalah manusia spesial. Dimana mereka akan berubah menjadi serigala dalam keadaan tertentu. Konon, orang menyebutnya dengan werewolf.” Song Jieun melakukan tugasnya dengan luar biasa. Yeoja bersuara emas itu, dia terkenal dengan kepiawaiannya dalam membaca narasi,berita dan apapun itu termasuk MC. Dia juga salah satu DJ radio favorit sekolah kami.
Aku pun kembali fokus ke arah Sehun, dimana ia sedang meringkuk dan menenggelamkan kepalanya dalam-dalam di antara kedua lututnya hingga aku tidak dapat melihat wajahnya. Sedetik kemudian, ia lalu mengangkat wajahnya dan memasang wajah keputus-asaan.
“Hyung, apa kita akan terus seperti ini?” ujarnya dengan suara selemah mungkin tetapi masih bisa terdengar.
Deg!
Baru satu kalimat saja, aku sudah bisa merasakan kepedihan yang dirasakan oleh Kang Hyun Joon. Kepedihan menjadi manusia serigala yang diasingkan dan selalu dibenci manusia,menjadi makhluk yang tidak diterima di masyarakat. Aku bisa merasakan semuanya hanya dengan satu kalimat yang ia katakan dan ekspresi wajah yang ia tunjukkan. Sungguh ajaib! Aku tidak pernah menyangka Sehun akan bisa sepandai ini dalam membawakan karakter Kang Hyun Joon. Aktingnya membuatku tidak sadar untuk membuka mulutku lebar-lebar dan mataku entah, seperti enggan untuk berkedip. Di sinilah keajaiban suatu pentas drama, drama yang bagus dan pemeran yang bagus akan bisa membuat audiens diam seribu bahasa dan memperhatikan setiap gerak serta ucapan sang pemain drama.
Dan tak lama, adegan pun ditutup oleh dialog yang diucapkan oleh Kris,sebagai ayah dari Kang Hyun Joon.
“Sudahlah anakku, daripada kamu menghabiskan waktumu untuk meratapi nasib, bagaimana kalau kita sekarang mencari makanan di hutan saja?”
Setelah itu, Doojoon,Gikwang dan Kris sunbae pun membawa Sehun bangun dan membopoh Sehun yang tampak lemah lesu.
Luar biasa. Hanya satu frasa itu yang bisa aku ucapkan setelah melihat penampilan Sehun. Baru pertama kali ini aku melihatnya berakting dan itu jauh dari perkiraanku. Dia seperti sudah terlatih selama bertahun-tahun.
“CUT! BRAVO!!” saat aku menengok ke arah Lee Seonsangnim, aku dapat melihat senyum anehnya yang menandakan bahwa dia merasa sangat puas dengan hasil penampilan Sehun dkk, dimana dalam scene ini yang berperan paling banyak adalah Sehun.
Aku pun langsung menengok ke arah Sehun yang kini sudah di sampingku. Wajahnya bagaimanapun juga kembali menjadi Sehun yang biasanya.Dia seperti mempunyai banyak sisi. Dia seperti mempunyai tombol tertentu di dalam dirinya dan berubah menjadi orang lain. Hari ini, aku merasa bahwa aku telah melihat sisi lain dari Sehun. Sisi lain dari dirinya yang membuat dadaku membuncah bangga menjadi sahabatnya.
Aku kemudian memberinya dua acungan jempol dan sebuah senyum.
_________________
Sehun’s POV
Apakah aku bermain sangat buruk tadi? Karena saat aku selesai bermain peran, keheningan mengisi udara. Semuanya tampak diam saja dan tak bergeming. Aku yang bingung pun akhirnya hanya bisa berdiri kaku. Tapi hal menjadi di luar dugaan ketika Lee Seonsangnim memukul lipatan kertas scriptnya ke whiteboard lalu berteriak
“CUT! BRAVO!!” dan semuanya pun bertepuk tangan.
Apakah aku baru saja berhasil memerankannya dengan baik? Benarkah?
Yang jelas, aku menjadi sangat yakin bahwa aku telah berhasil memerankan peranku dengan baik ketika Yoonmi berdiri untuk bertepuk tangan lalu dia memberiku dua acungan jempol sambil tersenyum. Itu, adalah apresiasi luar biasa yang belum pernah kuimpikan sebelumnya.
Apakah aku sebaik itu hingga Yoonmi memberiku that addictive smile serta dua acungan jempol membuat laju darahku meningkat. Well, namja mana yang tidak akan seperti itu jika diberi senyuman maut oleh Yoonmi?
“Baiklah. Saya akan mereview penampilan kalian.” Ujar Lee Seonsangnim yang kemudian duduk di kursinya.
“Hei, apakah itu tadi benar-benar kau?” bisik Yoonmi tepat ke telingaku. Saat itu juga aku merasakan nafas hangatnya yang membuat bulu kudukku berdiri sempurna.
Aku mencoba untuk terlihat santai lalu memprotes pertanyaannya “Ya! Kamu melecehkan sekali Park Yoonmi!”
Dia lalu tertawa kecil “Bukan itu maksudku, aku hanya penasaran saja mengapa penampilanmu bisa begitu sempurna. Apa kamu diam-diam mengikuti kursus drama?”
“Tidak, tapi kurasa ini semua karena aku sering melihat rekaman dramamu,Yoonmi-ah~” itulah yang ingin aku katakan tetapi hanya terhambat hingga ke tenggorokan saja karena diriku yang pengecut.
Aku yakin Yoonmi belum siap menerima fakta bahwa aku,sahabat dekatnya sendiri, menyukainya. Itulah yang membuat aku belum bisa mengungkapkan semua isi hatiku kepadanya. Dan juga, aku percaya ia masih mencintai seseorang di luar sana..yang nyata-nyata, orang itu sama sekali tidak memperdulikan Yoonmi hingga detik ini.
“Bisa apa sih aku jika diriku memang terlalu berbakat seperti ini? Aah aku menjadi merasa tidak enak.” Ujarku sambil melipat kedua tanganku ke belakang.
Saat itu juga, aku melihat wajah Yoonmi berubah menjadi datar dan aku berani bersumpah, setelah ini dia menjadi Yoonmi yang biasanya.
“Tch. Arogan sekali, Oh Sehun. Teruslah berbangga dengan kearogananmu itu.” Dia lalu menghadap ke depan dan memperhatikan review panjang Lee Seonsangnim yang sangat membosankan.
Pfft...Park Yoonmi..Kapankah kamu mengerti bahwa aku sungguh-sungguh mencintaimu?
“Perhatian! Karena setelah ini saya ada rapat penting dengan para guru, latihan drama ditunda menjadi nanti malam. Kalian harus sampai sini pukul 19.00 malam, arrasseo?” Lee Seonsangnim akhirnya mengakhiri ‘ceramah’nya dan kami pun bersiap-siap untuk pergi dari aula. Saat Lee Seonsangnim menginstruksikan untuk bubar, aku pun bangun dari dudukku dan hendak pergi meninggalkan aula ketika ekor mataku menangkap Yoonmi yang masih duduk sambil melihat ke arah smart phonenya.
Seketika itu juga aku mengingat suatu hal yang lantas membuatku tertawa terpingkal-pingkal. Yoonmi kemudian melihat ke arahku dengan wajah penuh tanya.
“Waeyo?” tanyanya. Aku kemudian menutup mulutku untuk menghentikan tawa.
“Apakah..kamu mendapat sms balasan dari Chanyeol kemarin malam atau mungkin tadi pagi?” tanyaku, berusaha menahan diri untuk tertawa membayangkan wajah cemburu Chanyeol.
Tepat setelah aku bertanya seperti itu kepadanya, ia meluncurkan death glare khasnya sambil menunjukkan wajah seram lalu sedetik kemudian dia menghembuskan nafas. Ia kemudian berdirin dan membersihkan roknya.
“Huft.Bersyukurlah, kali ini aku memaafkanmu karena penampilanmu dan partisipasimu dalam drama ini, oppa.”
Hey, kalian dengar itu? Dia mengucapkan kata oppa lagi? Tepat setelah dia mengatakan kata bagian oppa, dia segera menutup mulutnya sambil menunjukkanekspresi yang sangat cute. Saat itulah aku menyadari bahwa memiliki foto seseorang yang sangat kau kasihi itu penting karena, ada beberapa ekspresi yang jarang ia perlihatkan yang ingin sekali aku abadikan. Aku lalu terkekeh kecil sambil menundukkan wajahku malu.
“Hei Yoonmi-ah...Bisakah kamu terus memanggilku oppa?” kataku masih menunduk. “Karena, bagaimanapun juga aku seorang oppa bagimu, bukan?”
End of Sehun’s POV
_______
Yoonmi’s POV
Oh Tuhan..Aku tidak sengaja mengatakannya lagi. Sehun pasti akan tersenyum kegirangan karena dari dulu, dia selalu ingin dipanggil oppa olehku. Mungkin karena ia adalah anak tunggal yang tidak memiliki saudara dan sangat mendambakan kehadiran seorang dongsaeng perempuan. Kalian masih ingat bukan bahwa kata ‘oppa’ bagiku terdengar seperti panggilan seseorang fangirl ke idolanya dan panggilan manja seorang yeoja ke seseorang yang sangat ia dambakan. Aku tidak menyukai itu. Tapi bagaimana pun juga Sehun benar. Dia lebih tua dariku dan aku sudah menganggapnya sebagai kakak laki-lakiku sendiri. Aku mungkin harus agak santai dan menghormati namja yang bagaimanapun juga adalah sunbaenimku ini.
“Baiklah, Sehun oppa. Tapi berjanjilah untuk jangan pernah membajak handphoneku lagi.” ucapku dan aku pun berlalu untuk keluar dari aula.
Tapi,saat aku berjalan, aku melihat bahwa Sehun masih berdiri di belakangku.
“Ya, Sehun-oppa! Kamu akan selamanya berdiri di sana.”
Dia akhirnya mendongak dan memberiku senyum yang susah diartikan. Dan aku segera menyadari bahwa kalimatku akan membuatku menyesal karena setelah itu, Sehun merangkulku menggunakan tangan kirinya.
“Yak lepaskan!” aku berontak. Entah karena kulit tengkuk dan leherku akhir-akhir ini terlalu sensitif atau bagaimana, aku merasakan bahwa tonjolan otot yang berada di lengannya tersebut terasa sangat menggelitik.
Dia kemudian tersenyum polos “Tidak akan, adik manisku” sambil menepuk kepalaku pelan.
Adik? Manis? Adik manis?
Awalnya aku kira aku mengatakannya,kata adik, hanya dalam hati tapi ternyata aku mengatakannya keras-keras.
“Yeah tentu saja. Kamu baru saja memanggilku oppa!”
Sudah kuduga bukan? Dia itu terobsesi untuk memiliki seorang dongsaeng.
Aku pun hanya bisa tertawa sambil menutup pelan mulutku “Baiklah” jawabku
Apakah dia sebahagia itu aku menjadi dongsaengnya?
“Makan siang di ‘Paradise’?” tawarnya kemudian setelah menepuk kepalaku pelan untuk yang kedua kalinya.
“Oppa, sepertinya kamu lupa agenda dietmu, eoh? Kita baru saja makan dua jam yang lalu.” Jawabku ringan.
“Lagipula, aku ada janji untuk mengerjakan proposal festival band untuk dilaporkan besok.” Lanjutku dan raut wajahnya kemudian berubah.
“Bersama bocah bernama Chanyeol itu?” wajahnya tampak sangat serius saat ia menanyakannya.
Aku mengangguk.
“Ya! Hati-hati dengannya, Yoonmi-a. Meskipun dia berwajah polos, dia mungkin saja berpikiran macam-macam denganmu.”
Aku lalu memandangnya dengan wajah datarku “Oppa, kamu sudah mengatakan kalimat itu berkali-kali kepadaku. Geumanhae, eoh?”
Sehun, dia selalu menjelek-jelekkan Chanyeol di depanku hingga aku cukup bosan mendengarnya.
Aku lalu melepaskan lengannya dari bahuku dan kebetulan kami sudah sampai di depan ruang osis jadi aku segera masuk ke dalam sana dan meninggalkan Sehun sendiri yang sedang berdiri kaku.
“Oppa, jangan terlalu khawatirkan dongsaengmu,eoh? Aku, bisa menjaga diriku sendiri.”
End of Yoonmi’s POV
Sehun’s POV
Baru saja aku berpikir bahwa menjadi oppa bagi Yoonmi adalah sesuatu hal yang cukup karena aku bisa selalu berada di sampingnya. Tapi, kemudian...
“Oppa, kamu sudah mengatakan kalimat itu berkali-kali kepadaku. Geumanhae, eoh?” dia lalu melepaskan lenganku dari bahunya.
“Dan... jangan terlalu khawatirkan dongsaengmu,eoh? Aku, bisa menjaga diriku sendiri.” Kalimat itu, tak ayal hanya bisa membuatku membatu di tempat.
Tidak,aku salah.
Aku salah bahwa menjadi oppa baginya adalah sesuatu yang cukup.
Aku menyadari bahwa jauh di dalam hatiku, aku ingin memonopoli Yoonmi. Aku ingin mengatur Yoonmi. Aku ingin hanya akulah namja yang boleh dekat dengan Yoonmi. Dan aku ingin apapun yang Yoonmi lakukan harus berdasarkan ijinku terlebih dahulu. Aku benar-benar ingin memiliki Yoonmi..Seutuhnya.
Aku telah menyadari keinginanku yang sebenarnya.
Aku ingin memonopoli dirinya.
Aku ingin memilikinya.
Setelah melihat sosoknya menghilang, memasuki ruang osis, aku pun tak bisa apa-apa. Karena, Yoonmi memang benar. Dia berhak melakukan apa yang dia mau. Aku bukan siapa-siapanya. Aku tidak bisa mengaturnya.
Aku pun akhirnya menuju ke parkiran mobil dan memutuskan untuk pulang. Saat aku mulai mengendarai mobilku, mulai aku rasakan kehampaan mobil ini tanpa kehadiran Yoonmi meskipun aku telah menyalakan musik yang keras.
Musik tidak selamanya menyembuhkan, ketika kita berada di posisi kita benar-benar menginginkan seseorang tetapi kita tidak kuasa...
Setelah beberapa jam perjalanan, aku pun terhenti di depan sebuah lapangan yang penuh dengan berbagai wahana dan stand yang saat ini sedang tak terpakai. Tempat ini memang sepi saat siang hari, tetapi akan menjadi sangat ramai saat malam hari. Ya, pasar malam. Aku memiliki terlalu banyak kenangan di sana. Kenangan dengan Yoonmi, tentu saja. tetapi, aku menyadari bahwa kenangan yang kumiliki di sana tidak hanya kenangan yang indah saja. melainkan juga kenangan yang buruk. Mungkin kenangan yang terburuk yang pernah ada dan mungkin kenangan buruk itu akan aku hapus begitu saja jika otak kita adalah sebuah komputer yang memiliki tombol ‘delete’. Tapi sayangnya tidak, otak kita terlalu canggih dari sebuah komputer.
Lebih canggih karena, otak kita bisa memutarnya kapan saja tanpa tombol ‘open’ atau double click. Meskipun di saat kita tidak ingin kenangan itu terputar kembali.. Meskipun di saat kita tidak ingin mengingatnya kembali...
Hei,all! Makasih udah baca sampe sini :’’’
Pfft Author sepertinya kurang ahli dalam membuat script drama - -“
Dan, apakah kalian penasaran sama apa kenangan buruk Sehun itu?
Kkk biasanya aku ngasih [FLASHBACK] di akhir chapter tapi kali ini biar readers penasaran dan kasih respon banyak, aku taruh di chapter selanjutnya :P
Dont be siders,please. Ngetik komen tidak sesulit ngetik ff kok..
1 menit untuk kelanjutan ff! Hehe atau mungkin nggak sampe 1 menit u.u
natadecocoo
No copy paste and repost,please. Appreciate author :)