home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > One Week For Forever Love

One Week For Forever Love

Share:
Author : RistianaRima
Published : 12 Apr 2014, Updated : 27 May 2014
Cast : Lee Hyukjae (Super Junior Eunhyuk), Kim Eunah (OC), Cho Kyuhyun (Super Junior)
Tags :
Status : Complete
0 Subscribes |18466 Views |5 Loves
One Week for Forever Love
CHAPTER 2 : The Coming Of Guardian Angel

“Noona, kau tidak perlu menginap disini untuk menjagaku. Tidak perlu khawatir, aku baik-baik saja. Lebih baik noona pulang dan beristirahat. Kau pasti sudah lelah menjagaku 2 hari kemarin. Jangan lupa dengan outlet yang harus kau urus.” Ucapku panjang lebar saat aku baru saja menginjakkan kaki di apartemenku dan membantu Sora noona meletakkan barang-barangku di dalam kamar.

“Kau yakin sudah baik-baik saja dan bisa menjaga dirimu sendiri? Biarpun sekarang kau terlihat sesehat apapun, kau itu baru saja mengalami kecelakaan Hyukie-ah. Kau pikir aku tega meninggalkanmu sendirian, huh?”

“Tidak noona. Aku yakin baik-baik saja! Kau tidak perlu khawatir. Lebih baik kau pulang dan beristiraha, okay?” Aku mendorong tubuhnya keluar kamarku menuju pintu apartemenku.

“YAK! Kau mengusirku hah?!” Noona menjitak kepalaku cukup keras dan membuatku meringis.

“Baiklah aku pulang! Kau pikir aku sudi untuk merawat adik kurang ajar sepertimu hah?!”

“Sampai jumpa noona!” Aku tertawa keras sambil mendorongnya keluar apartemenku sedangkan orang yang sedang aku usili mendelikkan matanya seram.

“YAK! Sialan kau Lee Hyukjae! Awas kau!” Sora noona berbalik dan melangkah dengan bibir mengerucut dan menghentak-hentakkan kakinya keras seperti anak kecil yang baru saja direbut bonekanya.

“Noona aku akan merindukanmu! Hahaha.” Aku menutup pintu apartemenku dan menuju dapur untuk mengecek persediaan susu stroberiku di lemari es. Tetapi sayangnya aku tidak mendapatkannya disana dan memutuskan untuk membelinya di supermarket yang berada tidak jauh dari apartemenku.

***

Angin dingin menyambutku saat aku keluar dari supermarket membawa dua kantong belanjaan besar di kedua tanganku. Aku membeli banyak susu stroberi dan berbagai macam makanan untuk persediaan. Dengan susah payah aku mencoba merapatkan jaketku agar merasa lebih hangat. Tapi aku menghentikan langkahku saat melihat seorang perempuan duduk di kursi pinggir jalan seberang supermarket. Dia mengenakan jaket merah panjang yang panjangnya hampir mencapai lutut. Rambutnya di ikat asal sehingga menyisakan beberapa helai rambut yang beterbangan di kanan kiri wajahnya.

“Sedang apa perempuan itu sendirian diluar malam-malam dingin begini?” Aku berniat melanjutkan langkahku, tapi ternyata kakiku berhenti dengan sendirinya dan mulai berjalan perlahan kearah perempuan itu. Entah kenapa aku merasa sepertinya aku akan berurusan dengan perempuan itu.

“Sepertinya aku pernah melihatnya.” Aku memicingkan mataku dan melangkah pelan kearahnya yang masih tidak menyadari bahwa aku berjalan kearahnya karena sedari tadi dia terus menunduk memandangi sepatunya. Tunggu! Itu... tidak mungkin dia kan?

***

Aku duduk di kursi pinggir jalan sambil mendengus kesal. Dieu Patron itu benar-benar!! Kalian bayangkan saja! Dia tega membuangku ke bumi pada malam hari begini! Sekarang ini sedang musim gugur dan harusnya dia tahu kalau disini sering sekali turun hujan pada malam hari. Tega sekali dia menelantarkan seorang perempuan di tengah jalan begini!

Tepat setelah aku berbicara dengan Hyejung tadi, Dieu Patron langsung memanggilku ke singgasananya. Tidak jauh berbeda dengan Hyejung, dia-pun memarahiku habis-habisan dan bahkan mengatakan bahwa aku adalah satu-satunya dari anak asuhannya yang bertindak melenceng, sangat melenceng bahkan. Dia memberiku kesempatan satu minggu untuk mengambil kembali sayapku yang kini sudah menyatu dengan jiwa Hyukjae. Kalau dalam waktu satu minggu aku belum bisa mengambil kembali sayapku, dia akan mencopot labelku sebagai malaikat pelindung. Bukan untuk dibuang ke bumi melainkan memindahkanku ke dunia malaikat kematian! Yang benar saja! Bahkan sampai sekarang, aku sangat tidak suka jika berdekatan dengan para malaikat kematian. Aura mereka benar-benar seram.

Dan tentu saja dia tahu tentang masalahku yang jatuh cinta kepada Redyarn-ku sendiri. Aku ingat sekali dengan kata-katanya yang dia ucapkan padaku saat aku menemuinya di singgasananya beberapa saat lalu.

“Kau bisa saja memutuskan untuk berhenti menjadi seorang malaikat dan hidup di bumi bersama para manusia, tetapi dengan beberapa syarat. Yang pertama, Kau akan kehilangan kekuatanmu seutuhnya. Yang kedua, kau hanya dibolehkan untuk berada dalam sebuah ikatan hubungan dengan seorang laki-laki seumur hidupmu. Jadi gunakanlah kesempatan itu sebaik-baiknya atau jika tidak, tubuhmu akan menjadi sangat lemah setiap harinya dan wajahmu akan terlihat jauh lebih tua dari umurmu yang sebenarnya. Dan yang ketiga, sekali kau berbuat kesalahan, reputasimu akan jelek untuk selamanya, maka berhati-hatilah. Dan tentu saja itu semua tidak akan berlaku jika kau belum melaksanakan tugasmu untuk mengambil kembali sayapmu.”

Aku menghentak-hentakkan kakiku gusar lalu melirik tas punggung berukuran cukup besar di sebelahku. Ya ampun~ bahkan Dieu Patron sudah menyiapkan segala perlengkapan yang dibutuhkan manusia pada umumnya untukku selama aku tinggal di bumi! Cih niat sekali dia mengusirku kesini!

Aku mengalihkan tatapanku kearah langit hitam di atas. Mendung. Sama sekali tak berbintang. Padahal aku dengar tadi siang dari dunia malaikat pengatur waktu katanya malam ini sudah saatnya bulan sabit indah untuk muncul, tapi sedikitpun aku tidak bisa melihatnya karena tertutup awan hitam. Aku menundukkan kepalaku menatap sepatu kets putihku.

“Aku harus segera mencari tempat tinggal sementara jika aku tidak ingin hujan mengguyurku dan membuat tasku beserta isinya basah. Apartemen milik hyukjae dekat dari sini, haruskah aku kesana?” Pikirku. Aku mengangkat kepalaku menatap jalanan di depanku dan mataku membulat seketika. Itu...bukankah itu Hyukjae? Dan salahkah aku jika aku berpikir bahwa sekarang dia sedang berjalan ke arahku? Aku menundukkan kepalaku dan memejamkan mataku erat-erat.

“Permisi, apakah anda tersesat? Apa bisa saya bantu?” Oh tidak, aku tidak salah. Aku sangat mengenali suara itu! Itu benar suaranya! Aku mengangkat wajahku dan mencoba menstabilkan detak jatungku saat dia sudah berdiri tepat di depanku. Di tempat yang tidak terlalu terang seperti ini, aku bahkan dapat melihat mata kecilnya yang membulat seketika.

“Kau... sepertinya aku pernah melihatmu” Aku menggeleng cepat menanggapi ucapannya.

“Oh ya, namaku Lee Hyukjae. Sepertinya kau sedang tersesat, mungkin aku bisa membantumu.” Aku bisa mendengar sedikit nada ragu dalam suaranya. Aku mengangguk pelan.

“Aku... aku tidak tahu harus pergi kemana.” Aku berdeham saat menyadari bahwa suara yang keluar dari kerongkonganku terdengar serak.

“Bagaimana jika malam ini kau menginap di apartemenku, mungkin besok pagi aku akan membantumu untuk mencarikan jalan pulang. Bagaimana?” Dia melanjutkan kata-katanya dengan cepat ketika menyadari bahwa mataku sedikit melebar.

“Kau tenang saja, aku bukan orang jahat yang suka membawa perempuan tidak dikenal pulang. Lagipula sepertinya sebentar lagi akan hujan dan aku tidak akan membiarkan seorang perempuan basah kuyup di pinggir jalan. Bagaimana?” Tentu saja aku percaya padamu, bodoh! Aku tahu bahwa kau bukan laki-laki bajingan yang suka bermain wanita. Aku mengangguk dan mulai menggendong tas ranselku dan mulai mengikuti langkah hyukjae di depanku.

***

Dia mempersilahkan aku untuk masuk terlebih dulu setelah dia memijit kode angka di pinggir pintu apartemennya. Aku mengedarkan pandanganku ke sekeliling ruangan. Aku baru kembali kesini lagi semenjak kecelakaan yang menimpa Hyukjae kemarin. Selama ini aku memang selalu tinggal berada di dekatnya. Semenjak dia baru saja dikeluarkan dari rahim ibunya sampai nyawanya hampir terenggut karena kecelakaan. Jadi jangan heran jika aku lebih mengenalnya dibanding ibunya sendiri.

Aku mengikutinya dan duduk di hadapannya di sofa ruang tamu apartemennya. Dia mengeluarkan 2 kotak susu stroberi dari plastik belanjaan yang sejak tadi dia bawa dan mendorong salah satunya ke arahku.

“Siapa namamu?” Aku mengalihkan tatapanku saat matanya menatapku intens. Dengan gugup aku mengambil susu stroberi yang dia berikan dan menggenggamnya erat berharap bisa meredakan detak jantungku.

“Eunah. Kim Eunah.” Ucapku lalu mengangkat wajahku menatap ke arahnya. Entah hanya perasaanku saja, tapi aku merasa kepala Hyukjae agak tersentak kebelakang saat aku menatap wajahnya tadi.

“Sepertinya aku pernah melihatmu.” Ujarnya dengan kening yang sedikit berkerut. Aku hanya terdiam sambil menghisap susu stroberiku dan tetap dengan detak jantung yang belum mereda menunggu kata-kata yang akan keluar dari mulutnya selanjutnya.

“Kau mirip sekali dengan bayangan perempuan yang ada di mobilku saat kecelakaan kemarin.” Dia mendekatkan wajahnya untuk melihat wajahku lebih jelas. Aku sangat bersyukur masih ada meja di tengah-tengah sofa tempat kami duduk sehingga dia tidak bisa melihat wajahku terlalu dekat.

“Aku boleh bertanya sesuatu?” Dia menegakkan badannya dan menyesap susu stroberi miliknya.

“Apa?” Kepalanya menggeleng-geleng cepat seakan-akan sedang membuang jauh-jauh pikirannya. Dia menghembuskan nafas panjang sebelum akhirnya mengangkat suaranya.

“Kenapa wajahmu bisa terlihat sangat tidak manusiawi? Kau membuatku curiga. Kau manusia kan?”

***

Aku mengantarnya ke kamar tamu dan menyuruhnya untuk cepat-cepat beristirahat agar bisa menyelamatkan dan tetap menjaga mataku tetap sehat. Wajahnya itu terlalu cantik untuk ukuran manusia biasa! Aku tidak percaya bahwa ada perempuan secantik itu di dunia. Terlihat sangat mahal dan berharga seperti boneka porselen yang mudah pecah kapan saja.

Aku melangkah masuk ke kamarku sendiri dan berbaring menatap langit-langit kamar. Tiba-tiba saja dadaku terasa bergemuruh saat membayangkan wajah polos dengan mata besarnya saat menatapku tadi. Aku memejamkan mataku berharap bisa meredakan detak jantungku yang semakin menjadi-jadi.

Aku terduduk di tempat tidurku dan mengacak-acak rambutku gusar. Bagaimana bisa dia mengacaukan pikiranku padahal aku baru saja bertemu dengannya tadi?! Oh Tuhan yang benar saja!

Aku melangkah menuju lemari dan menarik kaos yang berada di tumpukan paling atas dan mengganti celana jeans ku dengan celana tidur panjang. Aku mencoba memejamkan mataku dengan membekap wajahku dengan bantal tapi tiba-tiba bayangan wajahnya kembali muncul. Aku mematikan lampu kamarku dan menggantinya dengan lampu tidur di nakas kecil samping tempat tidurku lalu memejamkan mataku erat-erat. Namun ternyata sia-sia saja karena lagi-lagi bayangan wajahnya kembali membayangiku seperti hantu!

Akhirnya aku menyerah dan melangkahkan kakiku keluar kamar menuju kamar mandi untuk mencuci muka dan membasahi rambutku. Aku bertanya-tanya kenapa wajahku terlihat sangat kacau saat aku menatap pantulan wajahku di cermin di atas wastafel. Aku melangkah gontai berniat untuk kembali ke kamarku saat menyadari bahwa lampu kamar Eunah masih menyala. Aku mendekatinya dan mengetuk pintu nya perlahan. Diam-diam ada perasaan bahagia menelusup saat mendengar suaranya menjawab dari dalam.

“Masuk.” Aku melongokkan kepalaku dan mendapati dirinya sedang duduk di tepi tempat tidurnya sambil menatap langit hitam diluar. Jendela kamarnya terbuka dan membawa angin musim gugur masuk dan meniup rambutnya yang sudah digerai. Dia sudah mengganti pakaiannya dengan kaos longgar dan celana tidur pendek. Dan entah kenapa dengan melihatnya seperti itu, aku benar-benar yakin bahwa dirinya bukan manusia.

“Kau belum tidur?” Ucapku duduk di sebelahnya di tepi tempat tidur.

“Belum. Aku hanya sedang berpikir bagaimana caranya aku bisa kembali ke rumah.” Ucapnya tanpa melihat ke arahku. Tiba-tiba saja, entah kenapa, aku merasa sakit hati diacuhkan begitu.

“Apakah langit malah itu lebih menarik dibandingkan dengan wajahku sehingga kau tidak berniat mengalihkan tatapanmu sedetik saja untuk melihatku?” Aku dapat melihatnya tersenyum kecil dan dia berbalik menghadap ke arahku.

“Apa yang bisa aku lakukan tuan Lee?” Senyumnya mengembang dan tanpa sadar bibirku ikut tertarik dan membentuk sebuah senyuman.

“Bagaimana bisa perempuan cantik sepertimu duduk di pinggir jalan malam-malam begitu? Kau melarikan diri karena tidak setuju dengan perjodohan yang sudah di tentukan orang tuamu ya?” Seketika tawanya lepas. Mungkin telingaku yang sedikit bermasalah sehingga aku merasa seperti sedang mendengar suara nyanyian malaikat. Terdengar begitu lembut dan sejuk.

“Tidak. Tapi aku di usir.” Ucapnya terseyum masam.

“Bagaimana bisa?” Aku tidak menyadari bahwa nada suaraku meninggi.

“Aku telah menghilangkan barang milikku yang paling berharga, pemberian orang tuaku. Tanpanya, aku bukanlah aku yang sebenarnya. Itulah alasanku mengapa aku berada di tengah jalan malam-malam. Aku harus segera menemukannya. Waktuku hanya seminggu.” Dia menundukkan wajahnya yang berubah muram. Dan perasaan itu muncul, bahwa aku tidak suka melihatnya seperti itu.

“Aku bisa membantumu untuk menemukannya dalam waktu seminggu ini, tapi dengan satu syarat.” Dia mengangkat wajahnya dan aku bisa membaca matanya bahwa diam-diam dia memang sangat mengharapkanku untuk menolongnya.

“Jadilah malaikatku dan tetaplah berada di dekatku untuk seminggu kedepan dan aku akan berjanji bahwa aku akan melakukan apa saja untukmu, apapun itu.”

***

“Jadilah malaikatku dan tetaplah berada di dekatku untuk seminggu kedepan dan aku akan berjanji bahwa aku akan melakukan apa saja untukmu, apapun itu.”

Saat ini, detik ini juga aku mengakui bahwa aku sudah jatuh terlalu dalam kedalam pesonanya. Hanya wanita bodoh yang tidak bisa mengakui betapa berharganya laki-laki di depanku ini. Aku tidak peduli walaupun banyak orang-orang yang menganggap dia laki-laki playboy yang suka mempermainkan wanita, tapi aku tahu jelas siapa dia sebenarnya.

Aku tahu ini salah karena sampai kapan pun aku tidak bisa berharap dan tidak akan pernah bisa bersamanya. Tapi setidaknya aku mohon untuk seminggu ini saja, dewa mengijinkanku melakukan apa saja, sebagai manusia biasa. Bahkan untuk mencintainya sekalipun.

 

Mulai saat ini...katakanlah...

Bahwa hanya aku untuk selamanya..

Dan aku bersedia mati bersamamu...

***

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK