Hujan dengan derasnya turun sore itu, dengan hawa dingin yang menusuk tulang bawaan musim gugur yang mulai datang perlahan. Han Ji Ae berjalan dengan sempoyongan, kepalanya terasa berat dan pandangannya kabur, teringat akan kejadian beberapa jam yang lalu ditambah lagi pernyataan sehun beberapa menit yang lalu membuat perasaanya campur aduk dan hanya bisa mengeluarkan air mata.
-Han Ji Ae POV-
flashback
“kau.. kau yang membuatku seperti ini.. kau yang membuatku menangis.. aku menyukaimu!! tapi aku harus merelakanmu bersama orang lain, apa itu tidak menyakitiku? sungguh aku benar benar tidak bisa melepaskanmu. tapi aku hanya akan menyakiti orang orang disekitarku. apa kau puas? sekarang tinggalkan aku" aku melepaskan pelukan sehun dan berjalan menjauhinya. "apa maksudmu Ji Ae? Han Ji Ae? jawab aku" sehun berteriak tapi tidak ku gubris, air mata keluar dengan deras dipipiku. Aku harap sehun tidak mengikutiku. Aku benar benar ingin sendiri sekarang.
Mianhae Luhan Oppa, aku menyukai Oh Sehun, dan aku baru menyadarinya saat aku melihat kau mengatakannya pada Oh Sehun, benar benar menyakitkan. Maafkan aku ingin memiliki hal yang tidak sepantasnya aku miliki, hal yang akan menyakiti semua orang jika aku mengikutinya. Tapi bisakah aku merasakan hal itu beberapa saat? Hanya beberapa waktu sebelum aku kembali ke tempatku, merasakan mencintai seseorang yang aku sayangi? Bisakah?
aku benar benar lemah sekarang, lelah. Saat air hujan mulai mengguyur deras, menambah beban dikepalaku dan membuat tubuhku semakin sakit dan menggigil, saat berbelok ke arah jalan menuju rumahku, mataku semakin kabur. Sangat terasa hidungku mengeluarkan sesuatu, sesuatu yang mengalir, darah? Ku seka hidungku dengan jemari tangan kanan ku, dan ternyata benar. Cairan yang mengalir itu darah. Seketika aku panik dan berlari dengan pandangan yang semakin kabur dan kepala yang semakin berat, lama kelamaan pandangan ku hitam dan ingin berteriak. Akhirnya aku tidak dapat melakukan apa-apa. Kesadaranku hilang. Apakah ini akhirku,Tuhan?
-flashback end-
*******
Suara dorongan kereta memecah kesunyian lorong rumah sakit malam itu, seorang gadis tergeletak diatas tempat tidur yang tengah digerek menuju ICU. Tampak wajah panik orang-orang disekitar gadis itu, dengan wajah pucat gadis itupun masuk ke ruang ICU. Dengan diiringi oleh tangisan kecil dari wanita separuh baya yang ternyata adalah eommanya gadis itu, Han Ji Ae.
Sehun datang dengan pakaian sekolah yang basah kuyup karena hujan yang mengguyur tidak kunjung berhenti, dengan nekat sehun berlari menembus hujan saat mendengar kabar kalau Ji Ae sedang berada di rumah sakit.
“eommonim.. Ji Ae eotte?” suara sehun terdengar putus putus karena habis berlari dengan jarak yang cukup jauh menuju kerumah sakit.
“molla sehunna.. dokter belum keluar.. eomma belum tahu bagaimana keadaan Ji Ae..” dengan sedikit terisak eomma menjawab pertanyaan sehun.
“arraseo eommonim, Ji Ae akan baik baik saja.. percayalah..”sehun berusaha menenangkan eomma Ji Ae yang tampak gemetaran.
“sehunna.. bisakah kau menunggu Ji Ae disini sebentar? Appa ingin membawa eomma makan sebentar, dia tidak makan sedari tadi.. dan kami akan mengambil beberapa pakaian Ji Ae, hanya beberapa menit, arra? Kabari jika dokternya mengatakan sesuatu..” Ji Ae appa angkat bicara
“ne, kau bisa mengandalkan ku..” sehun tersenyum tipis, tampak dipaksakan.
“kami percaya padamu” Ji Ae appa menepuk pelan pundak sehun, dan membawa Ji Ae eomma keluar dan dalam beberapa menit, mereka berdua menghilang dari balik pintu.
Sehun langsung mendudukkan dirinya di samping ruang ICU mengadahkan kepalanya ke atas, sambil memikirkan keadaan Han Ji Ae. ‘Apa yang harus aku lakukan sekarang? Apakah ini akhir dari segalanya? Aku bahkan belum sempat membahagiakan Ji Ae, memberikan apa yang telah dia bagi kepadaku, kehangatan. Bahkan aku belum mengatakan kalau aku juga menyukainya.’ Berbagai macam fikiran berkecambuk difikirannya, perasaan yang campur aduk antara khawatir, cemas, sedih danbingung. Sehun galau dengan perasaan dan fikirannya.
Setelah kira kira satu setengah jam menunggu, eomma dan appa Ji Ae juga Min Hee dan Luhan telah sampai didepan ruang ICU dan Dokter keluar dengan wajah yang begitu datar, dengan tubuh yang bergetar appa dan eomma Ji Ae menuju ruang dokter tersebut. Setelah beberapa menit kedua orang tua Ji Ae keluar dengan wajah pucat, dengan air mata yang sudah tidak dapat ditahan lagi. Ji Ae eomma menangis sejadi jadinya, membuat Min Hee segera berlari dan menyambut Ji Ae eomma sebelum jatuh terduduk dilantai. Sedangkan Ji Ae appa hanya bisa menahan air matanya berusaha setegar mungkin melepas anak perempuan satu satunya. Hanya keheningan dan suara tangisan yang mengiringi malam itu..
“Han Ji Ae sudah tidak ada harapan lagi, jika ia bisa bangun dalam beberapa hari lagi. Mungkin itu adalah suatu keajaiban. Pembuluh kepalanya pecah, kanker yang bersarang dikepalanya sudah berkembang begitu besar dan menekan saraf-saraf yang ada dikepalanya, meskipun ia bisa bertahan lama. Itu hanya akan menyakiti dirinya sendiri, kami sudah berjuang semaksimal mungkin. Kita hanya bisa berdoa dan merelakannya Tuan Oh, saya harap anda bisa mengerti dengan keadaan ini, saya tahu ini akan berat. Tapi percayalah, hidup akan terus berjalan..” kemudian dokter tersenyum lemas melihat punggung tuan Oh dan istrinya yang keluar dari pintu.
*******
Seorang gadis tertidur diatas tempat tidurnya pagi itu, tampak wajah damai menghiasi raut wajahnya. Walaupun selang, jarum dan berbagai macam alat rumah sakit tertancap ditubuhnya tidak membuat raut wajah bak malaikat itu menghilang. Tak ada raut wajah kesakitan pada gadis itu, ia hanya tampak seperti putri tidur, ya menikmati mimpi panjangnya.
Sudah tiga semenjak Ji Ae masuk ke rumah sakit dan tidak ada tanda bahwa ia akan bangun. Seperti biasa, setiap pagi sehun datang meletakkan bunga disamping Ji Ae, Tulip. Kesukaannya.
“sehunna.. kau datang lagi pagi ini?” suara Ji Ae eomma dari belakang sehun sedikit mengagetkannya.
“ah ne, eommonim..” sehun berbalik badan dan memberi hormat “aku rasa dia akan membaik, lihat saja tidurnya sudah seperti biasanya.. yeoppo” sehun berbisik dan tersenyum tipis.
sedangkan Ji Ae eomma hanya tersenyum hambar “aku harap begitu..”
“aku akan berangkat sekarang eomonim..”
“apa kau sudah sarapan sehunna? Maaf aku jadi tidak bisa membuatkanmu sarapan..” tanya Ji Ae eomma
“gwencana eommonim, tadi ibuku pulang dan dia sempat membuatkanku sarapan.. dia juga menitipkan salam kepadamu dan Ji Ae..” balas sehun “aku pamit eommonim..”
“ne.. hati hati dijalan sehunna” Ji Ae eomma berbalik dan mengambil handuk basah, meneruskan pekerjaannya membersihkan tangan Ji Ae.
********
Malam ini tidak seperti biasanya entah mengapa semua orang berkumpul dirumah sakit, Ji Ae eomma dan appanya, Min Hee, Luhan dan Sehun juga berada disana. Dan sekarang sudah satu minggu semenjak Ji Ae tidak membuka matanya lagi, belum.
Hanya ada Ji Ae dan Sehun yang berada dikamar itu. Hening. Hanya ada suara dari mesin mesin yang menancap ditubuh Ji Ae. “Ji Ae-ya.. irona andwe? Aku ingin mengatakan sesuatu padamu.. sekali saja.. tidak bisakah kau menatap wajahku?” mata sehun mulai terasa panas, sekarang tangannya mulai menggenggam tangan Ji Ae. Tangan yang selalu menuntunnya dan memberikan kehangatan disetiap sentuhannya. Sekarang sehun sadar, ia tidak pernah membalas kehangatan itu dan sekarang ia sudah terlambat, tidak akan ada kesempatan lagi untuk membalas kehangatan itu.
“Ji Ae-ya.. aku membutuhkanmu.. bukan kah kau sudah berjanji tidak akan meninggalkanku sendiri? Bagaimana aku bisa berjalan tanpa ada kau disampingku? Siapa yang akan menggenggam tanganku saat aku sedang marah?” sekarang suara sehun terdengar parau air mata bergulir disamping pipinya, membahasahi wajahnya yang seputih kapas. “Ji Ae-ya. Tidak bisakah kau mendengarkanku? Aku.. aku mencintaimu.. sungguh..” air mata sehun jatuh ke tangan Ji Ae. Membuat pergerakan kecil disana, jemarinya mulai bergerak. Membuat Sehun terkejut, benar benar terkejut. Segera setelah itu semua orang masuk dan tim medis pun datang. Memeriksa keadaan Han Ji Ae, kemudian Ji Ae perlahan mulai membuka kedua matanya. Ingin mengatakan sesuatu “panggilkan luhan oppa dan sehun.. aku ingin mengatakan sesuatu..” Suara Ji Ae terdengar parau dan terbata bata ditelina perawat yang berada disamping Ji Ae.
“Ji Ae-ssi ingin berbicara dengan Luhan dan Sehun” ujar suster tersebut “lebih baik kita meninggalkan mereka” tawar dokter itu lagi “kita akan berjaga diluar jika ada apa apa” tambah dokternya.
Sesaat setelah semua orang meninggalkan ruang tersebut kecuali Sehun dan Luhan, mata Ji Ae terlihat sayu. Dan beberapa saat mereka bertiga hanya terdiam, sekali lagi hanya terdengar suara mesin yang menempel di tubuh Ji Ae. Tidak tahan dengan suasana canggung ini luhan mulai angkat bicara “apakah ini menyakitkan Ji Ae-ya?” ujar luhan lembut menatap Ji Ae “gwencana oppa” Ji Ae tampak memaksakan senyum dibibirnya dansuaranya masih terdengar serak. Saat menoleh ke arah sehun, tampak ia sedang menunduk menatap tangan Ji Ae. Menahan tangisnya agar tidak membuat Ji Ae semakin sedih.
“ulljima sehunna.. bagaimana jika aku tidak ada nantinya, apa kau akan seperti ini terus hm?” Ji Ae tersenyum dengan wajah lesunya. Sehun hanya diam tak membalas Ji Ae. “aku tidak mau ada yang bersedih melihat keadaanku yang seperti ini.. aku tidak apa-apa.. jadi kalian tidak perlu mengkhawatirkanku..aku baik bak saja” Ji Ae tertawa lemah.
melihat keadaan yang seperti dibuatbuat ini membuat luhan muak.
“Ji Ae-ya.. jika kau ingin menangis, menangis lah.. jangan paksakan dirimu untuk berpura pura tegar, tidak sadarkah kau matamu memantulkan ribuan kesedihan.. aku menyadarinya Ji Ae.. aku tahu kau rapuh.. tolong jangan berpura pura tegar didepanku, jangan kau bebani dirimu sendiri.. aku selalu memperhatikan mu.. aku menyukaimu..” suara Luhan agak meninggi sekarang, membuat sehun mengangkat kepalanya dan menatap tajam ke arah luhan. Sedangkan Ji Ae terpaku melihat genggaman luhan ditangannya. “apa yang oppa katakan?” Ji Ae tidak melepas pandangannya, tetap menatap genggaman luhan “bukankah waktu itu oppa bilang kalau..” “ya benar, aku menyukai sehun..” kata kata Ji Ae langsung diputuskan oleh pernyataan luhan. “tapi apa kau tahu? Perlahan sejak mulai masuk kekehidupan sehun, aku mulai menyadari satu hal, yang aku sukai bukanlah sehun tetapi orang dibalik senyuman sehun. Dan itu kau Han Ji Ae. Maafkan aku mengatakan hal ini disaat yang tidak tepat.. tapi aku benar benar menyayangi mu Han Ji Ae. Aku lelah untuk berpura-pura.. maafkan aku” sekarang luhan menunduk dan matanya tampak mulai berkaca-kaca.
“aku lega..” ucap Ji Ae “aku memiliki banyak orang orang yang menyayangiku..” Ji Ae tersenyum manis “tapi maafkan aku oppa, aku.. menyukai orang lain..” sekarang Ji Ae menatap wajah Luhan.
“aku mencintaimu Han Ji Ae” tiba tiba sehun memotong ucapan Ji Ae, spontan Ji Ae langsung menoleh pelan ke arah Sehun “ne..? apa aku salah tidak salah mendengar?” Ji Ae mengerutkan dahinya “tidak! Aku.. aku benar-benar mencintaimu Han Ji Ae.. apa kau tahu keinginan terbesarku? Membahagiakan seorang Han Ji Ae” sekarang sehun menatap lembut ke arah Han Ji Ae, tangannya digenggam hangat. “maafkan aku tidak bisa membahagiakanmu.. maafkan aku yang selalu menyulitkanmu.. maafkan aku yang selalu meminta kekuatanmu untuk selalu menopangku.. Mianhae Han Ji Ae” sekarang air mata tidak bisa lagi dibendung oleh Sehun, turun setetes demi setetes. Melihat orang yang ia sayangi begitu lemah dan tidak berdaya dalam genggamanya.
“gwencanayo sehunna.. aku senang mendengar hal itu langsung dari mulutmu tapi maafkan aku tidak bisa membahagiakanmu untuk selanjutnya..” Ji Ae menghapus air mata sehun dan tersenyum kecut “ tapi aku akan selalu berada disampingmu.. disamping kalian semua.. ingat saja aku dalam setiap langkahmu, maka aku akan disana. Tepat disampingmu..” ujar Ji Ae lembut.
“jinjja? Kau tidak akan kemana mana?” ujar sehun tersenyum disela tangisannya “ne..” balas Ji Ae
“yagso?” timpal Luhan “ne oppa.. jaga sehun untukku” kemudian Ji Ae tersenyum lemah sambil menggenggam tangan mereka berdua. “sepertinya aku mulai lelah, bisakah aku tidur sebentar?” mata Ji Ae yang sayu mulai tertutup dan tampak bulir bening jatuh diujung matanya. Sehun dan Luhan tau ini saatnya Ji Ae untuk pergi. Dengan berbarengan sehun dan luhan mendekati telinga Ji Ae dan berbisik.
“saranghaeyo Han Ji Ae-ssi”
“nado sarang..hae..yo..” suara Ji Ae melemah dan genggaman Ji Ae merenggang. Mesin mesin di sekeliling tubuh Ji Ae mulai mengeluarkan peringatan dan lampu medis memerah. Tim medis segera masuk dan mengelilingi tubuh Ji Ae, sekarang Luhan dan Sehun hanya bisa menatap tubuh Ji Ae dari jauh layar diamping tubuh Ji Ae memperlihatkan garis lurus berwarna merah. Mereka ditarik keluar dari ruangan itu hingga akhirnya tangisan pun pecah.Han Ji Ae telah pergi.