Dal rae membawakan hot chocolate untuk Hee Min yang saat itu tengah meringkuk kedinginan di dalam selimut tebal cokelat miliknya. Ia tatap iba sahabatnya, sambil berpikir kenapa hal sesial ini bisa menimpa sahabatnya.
“ Jja, minumlah selagi hangat.” Sodor Dal Rae
“ Gomawo ..” sambut Hee Min
Hee Min POV
“ Jja, minumlah selagi hangat.” Sodor Dal Rae
“ Gomawo ..” sambutku. kutiup Pelan hot chocolate yang Dal Rae berikan, lalu meminumnya meski hanya seteguk. Sakit Hati yang kurasakan saat ini membuat makanan yang masuk kedalam mulutku serasa hambar.
“ Jadi, setelah tahu kalau kau mengandung ia mengusirmu begitu saja ?! Michien saram.” Ucap Dal Rae geram
“ Geumanhe ..” pintaku “ Doo Joon oppa , memang sepertinya sedang ada banyak masalah, dan aku menambah masalahnya menjadi semakin berat. Memang aku memberitahunya di saat yang tak tepat.” bela ku
“ Setelah kau diusirnya tanpa sepeser uang pun, dan dibuang bersama BAYI yang bahkan tak ia akui, kau masih membela nya ? Apa yang kau pikirkan ?!” omel Dal Rae tak tahan melihatku masih saja membelanya.
Ia ada benarnya juga. Kenapa aku masih membelanya disaat ia mengusirku, dan tak mengakui bayi yang kukandung, apa aku sudah gila ? orang sepertinya harus kubenci sampai mati kan ? Tapi ..
“ Tidurlah disini dulu, kita bicarakan lagi besok arraseo ?”
“ oh, gomawo Dal Rae- ah ..” ucap ku tulus. Seperti biasa, ia hanya mengibas- ngibaskan tangannya di hadapan ku sebagai jawaban.
Saat Dal Rae sudah masuk kekamar, kuambil ponsel ku dan kucoba untuk menghubungi Doo Joon oppa. Oppa, kumohon jawab lah ?
Hee Min POV end
Drrrt .. Drrrtt .. Drrtt ..
Doo Joon menatap sekilas ponsel nya yang sedang bergetar, ia nampak terkejut saat tau kalau penelponnya dari Hee Min. Ia memasukkan ponselnya ke kantung dan tak digubrisnya sedikit pun
“ Jadi, kau memutuskan untuk kembali ke rumah.” Tanya ayah Doo Joon dengan senyum penuh kemenangan. Selepas mencampakkan Hee Min dengan kasar, Doo Joon ternyata memilih untuk kembali kerumah nya.
“Nde, aku memutuskan untuk kembali kerumah.” Jawab Doo Joon hampa. Meskipun sekarang ia sedang berdiri dihadapan sang ayah, namun tatapan matanya menatap ke arah lain.
“ bagaimana dengan Yeoja itu ? Apa yang kau perbuat padanya ?” selidik ayah Doo Joon. Doo Joon sempat terdiam karena Takut. Ia takut hendak mengatakan yang sebenarnya, mengingat hal buruk yang mungkin akan dilakukan sang ayah untuk menghilangkan darah daging nya yang saat ini tengan dikandung Hee Min.
“ Doo Joon ! Mallhae ..” desak ayah Doo Joon dengan nada meninggi.
Doo Joon menatap sayu ayah nya dengan senyum terpaksa “ apa maksud abeoji ? Yeoja yang mana ? aku tak ingat apapun ?” setelah mendengar jawaban Doo Joon, senyum merekah diwajah ayah Doo Joon.
“ Charraseoyo. Kalau terus seperti ini, kau tak akan aku coret jadi pewaris tunggalku. Kau tahu aku melakukan ini karen aku menyayangi mu kan ?” Doo Joon mengangguk pelan sebagai jawab nya.
*****
“ nde, sajangniem. Saya tidak enak badan hari ini. Jadi saya ingin minta cuti untuk hari ini saja. Nde, khamsahamnida sajangniem ..”
“ siapa yang kau telpon ? apa manajer cafe ?” tanya Dal Rae yang baru saja bangun, ia heran melihat Hee Min berpakaian sangat rapi. Memakai kemeja ciffon biru, dipadu dengan shortpants berwarna hitam dengan rambut digerai sebahu.
“ Oh, ada yang ingin aku kerjakan hari ini.” Jawab Hee Min
“ apa yang akan kau lakukan ?” selidik Dal Rae
“ tenang saja, aku tidak akan melakukan hal yang bukan- bukan.” Bujuk Hee Min “ aku pergi dulu ..” pamit Hee Min
“ Oh, sebaiknya kau berhati- hati !!” Dal Rae mengingatkan
*****
Hee Min mengedarkan pandanganya ke sekeliling gedung yang besar nan tinggi menjulang ke puncaknya. Dengan reklame besar berwarna merah dan biru bertuliskan “TN CORP”.
Hari itu, Hee Min membulatkan tekadnya untuk menemui Doo Joon dengan cara datang ke tempat kerja nya. Hee Min tahu betul resiko akan diusir, tapi ia tetap ingin mencoba nya. Memantapkan hati, Hee Min berjalan memasuki kantor nan megah itu.
“ Chogi .. apakah Doo Joon sajangniem ada di sini ?” tanya Hee Min pada resepsionist
“ apa anda sudah membuat janji aggashie ?” tanya resepsionist itu sedikit curiga melihat kedatangan seorang Yeoja asing yang tiba- tiba meminta bertemu dengan petinggi di perusahaan ini.
Dengan senyum menenangkan Hee Min berkata “ katakan saja padanya, kalau Ahn Hee Min ingin bertemu dengannya. Bisa ?”
Di ruang sekretaris, Hyuk Jae menerima pemberitahuan kalau ada yang ingin bertemu dengan Doo Joon.
“ Mwo ? Hee Min kau bilang ?” Hyuk Jae terkejut
“ nde, dia bilang katakan saja Hee Min ingin menemuinya. Maka sajangniem akan menemuinya. Apa yang harus saya lakukan, haruskah saya mengatakan kalau sajangniem tidak ada ditempat ?”
“ sekarang ia ada dimana ?” tanya Hyuk Jae
“ ia sekarang sedang duduk di ruang tunggu tamu.” Jawab resepsionist itu
“ tunggulah sebentar, nanti aku akan menghubungi mu lagi.” Pinta Hyuk Jae. Hyuk Jae lalu bergegas menuju ruang kerja Doo Joon dengan pikiran berkecamuk.
‘knock ... knock ..’
“ masuklah ..” jawab Doo Joon
Doo Joon saat itu tengah berkutat dengan beribu- ribu kertas yang berserakan dimejanya, dasi dilehernya sudah terlepas, lengan bajunya sudah tergulung sampai siku, ditambah dengan secangkir coffee yang ada disebelahnya. Itu menunjukkan kalau ia sekarang benar- benar sedang serius.
“ Sajangniem ..” panggil Hyuk Jae. Yang dipanggil tak juga menyahut “ sajangniem ..” panggil Hyuk Jae lagi
“ mwo ?” Doo Joo akhirnya menyahut dan mengangkat wajah nya dari tumpukan kertas dihadapannya
“ ada yang mencari dan ingin bertemu dengan anda.” Lapor Hyuk Jae
“ siapa ? Apa ia sudah membuat janji ?” selidik Doo Joon
“ dia, Ahn Hee Min aggashie.” Doo Joon terkejut “ dia sekarang sedang menunggu anda sajangniem, apa yang harus saya lakukan ?”
*****
Hee Min menunggu dengan gelisah kemunculan Doo Joon yang juga tak kunjung datang. Berkali- kali ia lirik jam tangan cokelat yang melingkar manis ditangan kanan nya, sudah 3 jam ia menunggu Doo Joon. Dan tak ada tanda- tanda batang hidungnya sekalipun.
Disaat keputuasaan Hee Min semakin menjadi, Hee Min melihat sebuah titik terang dimana ia melihat namja berjas hitam dengan kemeja biru tanpa dasi dengan kancing atas dibiarkan terbuka, disertai dengan rambut nya yang sedikit berantakan namun tetap enak dipandang, Doo Joon.
“ Oppa ...” lirih Hee Min
“ Ttarawa ..” ucap Doo Joon dingin tanpa menyapa atau pun menatap Hee Min