Keesokan paginya, Hee Min yang saat itu tengah menjalankan rutinitas paginya menikmati semilir angin pagi di beranda rumahnya dengan secangkir teh hangat. Suasana yang tenang serta damai, mampu membuatnya terhanyut selama berjam- jam dengan suasana yang meneduhkan hati. Ia tutup matanya sambil menghirup dalam- dalam udara segar pagi.
“ Selamat Pagi Hee Min- ssi ..” sontak Hee Min terkejut mendengar teguran yang ternyata dari Sang Hyun. Tak sulit bagi Sang Hyun untuk memberi ucapan selamat pagi untuk Hee Min, mengingat beranda mereka berdua letaknya saling bersebelahan
“ Oh, Pagi ..” Hee Min menjawab dengan canggung. Ia mainkan jemarinya di gagang mug yang sekarang sedang ia pegang karena bingung
“ Apa kau hendak pergi ke suatu tempat hari ini ?” tanya Sang Hyun memecah suasana.
Hee Min mengangguk lalu menjawab, “ Em, aku akan pergi ke Klinik. Semenjak usia kandungan ku memasuki minggu ke 32. Aku harus mulai rajin ke klinik.”
“ Apa kau mau aku antar ?” Sang Hyun menawarkan diri. Lama Hee Min terdia tak menjawab. Sang Hyun melemparkan pandangan memohon yang akhirnya diiyakan Hee Min.
“ Aku akan keluar pukul 10 nanti, bisakah kau menjemputku saat itu ?” tanya Hee Min pelan, Sang Hyun mengangguk dengan mantap
******
“ Kau selalu menjemputku, mengantarkan aku kemanapun aku pergi. Apa kau tak punya pekerjaan ?” tanya Hee Min dimobil. Sang Hyun yang sedang menyetir tertawa geli sebentar lalu menjawab
“ Yah, bisa kau bilang aku ini adalah namja pengangguran. Tapi aku berbeda dengan namja pengangguran biasa. Meskipun aku tak memiliki pekerjaan, tapi aku tak pernah kekurangan uang.”
“ Apa jangan- jangan kau adalah pengedar narkoba ?” tanya Hee Min setengah bercanda. Sang Hyun diam tak menjawab, wajahnya begitu serius hingga Hee Min gelagapan “ waeyo ?”
“ Bagaimana kalau ternyata aku memang seorang pengedar narkoba ? apa yang akan kau lakukan ?” tanya Sang Hyun dengan serius nya
Hee Min shock mendengarnya, dengn suara bergetar ia bertanya “ Kau bercanda kan ?”
Sang Hyun menolehkan padangannya dan menatap lekat Hee Min, “ Tentu saja aku bercanda. Mana mungkin aku seorang pengedar narkoba. Pengedar sepertiku mungkin akan langsung tertangkap sebelum sempat bertransaksi.” Jawab Sang Hyun “ Wae ? Apa kau benar- benar percaya ?” menahan tawa
“ Tentu saja aku percaya. Nappeun namja !!” memukul bahu Sang Hyun cukup keras. Meledaklah tawa Sang Hyun. Ia tertawa cukup lama hingga mengeluarkan air mata.
******
“ Ahh ... Hee Min aggashie. Anda datang tepat pada waktunya.” Sapa salah seorang suster yang biasa berjaga “ Kali ini anda ditemani suami anda ?” tersenyum geli
Hee Min dan Sang Hyun saling berpandangan satu sama lain, lalu buru- buru menjawab
“ Dia bukan suamiku ..”
“ Aku suaminya ..”
Suster itu bingung dengan kedua jawaban berbeda dari mereka, lalu dengan cepat Sang Hyun menjawab “ Kami akan segera menikah 1 bulan lagi.”
“ Ahhh .. Chukkaeyo.” Ucap suster itu tulus “ silahkan duduk. Dokter yang biasanya menjaga anda sedang ada dinas ke luar kota, jadi hari ini anda akan diperiksa oleh dokter Yang. Apakah itu tidak masalah.” Hee Min mengangguk pelan. Ia lalu menatap Sang Hyun yang saat ini tengah duduk disebelahnya
“ Suami ? Menikah 1 bulan lagi ? Apa kau benar- benar bosan hidup ?”omel Hee Min
“ Eii .. Kau sebentar lagi menjadi Ibu. Kurangilah jiwa lelaki dari ragamu itu. Mana ada seorang ibu yang sangar seperti dirimu.” Sang Hyun bergidik ngeri
“ Park Sang Hyun- ssi ...”
“ Ara .. Ara .. Aku tak akan mengulanginya lagi. Apa kau puas ?” sambil mengangkat ke dua jarinya. Hee Min tertawa geli melihat tingkah Sang Hyun yang konyol “ Benar begitu ...”
“ Mwo ? Apanya yang benar begitu ?” Hee Min bingung
“ Kau harus selalu tersenyum seperti ini. Jangan sampai kau meneteskan air mata untuk orang yang bahkan tak peduli padamu.” Jawab Sang Hyun sambil mengibaskan poni yang menutupi sebagian wajah Hee Min.
“ Sampai kapan kau akan terus seperti ini ?” tanya Hee Min pelan karena merasa tak nyaman akan suasana ini
“ Apa kau benar- benar tak tahu ?”
“ Aku adalah seorang wanita murahan yang dalam kurun waktu 8 minggu akan memiliki seorang anak yang tak akan pernah tahu siapa ayahnya. Seorang wanita yang sampai sekarang masih menyimpan ketakutan mendalam akan takutnya disakiti untuk kedua kalinya oleh namja yang ia cintai.” Menghela nafas sejenak “ sampai kapan kau akan menyukaiku ?” ulang Hee Min lagi
“ Sampai kau mau membuka hatimu padaku ...”
“ Ahn Hee Min- ssi .. silahkan masuk.” Panggil suster saat giliran Hee Min tiba “ Anda juga diperbolehkan menemani kedalam.” Mengajak Sang Hyun
*****
“ Seungho- hyung !!” panggil Sang Hyun penuh kerinduan pada sosok yang sudah lama tak ia jumpa “ Bagaimana kabarmu ?”
“ Yaaaaa ... Kau benar- benar berbeda sekarang. Kemana namja yang liar dan selalu pergi ke klub. Sekarang kau bahkan memiliki seorang istri.” Menatap Hee Min “ Sekarang kau benar- benar terlihat seperti seorang pewar ...” mulut dokter Yang langsung dibungkam Sang Hyun
“ Pewarna ? Pewarna apa maksudmu ??” memainkan kedua matanya mengisyaratkan sesuatu. Dokter Yang cepat tanggap dengan kode yang diberikan Sang Hyun
“ Ahh ... Silahkan duduk.” Dokter Yang mempersilahkan mereka untuk duduk
“Keadaan bayinya normal saja. Tapi kesehatan mu sedikit memburuk. Kau harus menjaga asupan makan mu, agar bayi yang kau kandung dapat mendapat gizi yang cukup.”
“ Nde. Ah, Seonsangniem. Apa jenis kelamin kandungan ku ?” bertanya dengan ragu
“ Ahh, masalah itu.” Tersenyum lebar “ sepertinya laki- laki.” Senyum sumringah terlukis jelas dari wajah Hee Min.
“ apa kau menantikan anak laki- laki ?” tanya Sang Hyun yang ikut gembira. Dijawab dengan anggukan semangat dari Hee Min.
*****
Setelah selesai konsultasi, seperti biasa Hee Min hendak pergi menjemput Han Seok ditemani Sang Hyun. Saat keluar dari klinik, nampak beberapa orang Pria berbadan tegap dengan setelah hitam putih seperti bodyguard berdiri di depan. Hee Min berpandangan sejenak dengan Sang Hyun yang menunjukkan raut wajah cemas.
Mereka lalu membungkuk hormat sambl memanggil Sang Hyun dengan panggilan Sajangniem. Sontak saja Hee Min kaget. Ia lalu mengklarifikasikan apa yang baru saja ia dengar tadi pada Sang Hyun
“ Sajangniem ? Apa yang mereka panggil barusan itu kau ?” menatap wajah Sang Hyun yang memucat
“ Maafkan aku tapi tampaknya aku tak bisa mengantarmu hari ini. Lain kali aku akan mengantarmu.” Pamit dengan terburu- bur meninggalkan Hee Min yang tengah kebingungan. Di tengah kebingungannya, Hee Min dikagetkan dengan suara familiar
“ Apa kau butuh tumpangan ?” tawar Doo Joon yang sudah berdiri di sampingnya sambil tersenyum lebar
“ Mau apa kau kesini ?” tanya Hee Min penuh kebencian