Dua hari setelah meninggalnya Kevin, dua hari setelah Kama sembuh dari luka tusuknya. Dia kembali kerumahnya bertemu dengan ibunya dan juga kamar dimana dia bertemu Changmin. Hari dimana Kevin meninggal, dia masih tetap menyimpan dan belum membaca surat itu. Dan inilah waktu yang tepat dimana Kevin sudah di kuburkan dan kondisi nya yang membaik. Melihat amplop yang Kevin kasih, dia menuliskan “untuk orang yang paling berharga di duniaku.” Tulisannya yang begitu indah membuat Kama tersenyum. “Dia begitu niat menuliskan ini untukku” ucapnya dalam hati. Inilah yang Kevin tulis untuk Kama.. :
Kama.. Aku tak berani untuk bertemu denganmu lagi. Jadi ku pikir lebih baik aku pergi menjauh. Aku akan menjelaskan semuanya. Selama ini, aku menutupi rahasia besar. Aku yang mencelakakan ayahmu. Aku tak tahu bahwa beliau adalah ayahmu. Aku hanya tahu aku akan membalaskan dendamku. Aku dendam pada ayahmu. Karena ayahmu membunuh ibuku ketika aku masih kecil. Aku mengingat wajah orang yang membunuh ibuku. Aku begitu buta, tak sadar bahwa orang itu adalah ayahmu. Kama, seandainya aku tahu beliau ayahmu. Aku tak akan membalas dendamku. Maafkan aku. Dan juga karena aku, abangmu meninggal. Aku membunuh abangmu karena aku di ancam wanita brengsek itu. Dia menanyakan kepadaku apa yang harus aku pilih, membunuh orang yang kamu sayang atau melihatmu dibunuh olehnya. Aku tak bisa memaafkan diriku sendiri jika melihatmu meninggal ditangannya. Aku mengorbankan abangmu, maafkan aku Kama. Aku tak bisa lagi menjagamu. Tak kan pernah bisa. Terserah padamu, kamu mau memaafkan aku atau tidak. Aku tak ingin melihat wanita yang ku cintai meninggal. Aku tulus dengan perasaanku. Aku mencintaimu, Kama. Dan maafkan aku.
Setelah membaca surat itu, Kama mengeluarkan banyak air mata. Memukul boneka nya dan berteriak “Aaaaaaaaaaaaaaaa.”. Kama tak menerima semua ini. Bagaimana mungkin orang yang dia percaya membunuh abangnya demi menyelamatkan nyawanya. Bagaimana mungkin orang yang dia anggap sahabat malah mencintainya. Bagaimana mungkin bisa ayahnya sejahat itu sampai membunuh ibu Kevin. Dia memukul dadanya dengan kencang. Lalu, tangan seakan-akan ada yang menahan. Memberi tanda ke dia bahwa dia tak perlu memukul dadanya. Saat menoleh kebelakang, dia melihat Changmin.
Kama : “Lo ? Kenapa datang lagi ?! Gue udah bahagia lo gak muncul lagi di hidup gue!!”
Changmin : “Dadamu tak bersalah. Jangan pukul dia. Itu sakit.”
Kama : “Lo yang buat semua ini terjadi! Jika lo gak ada di hidup gue, wanita sialan itu gak akan ngejar gue. Kalo bukan karena lo, semua ini gak akan terjadi!”
Changmin : “Aku sudah berusaha keras untuk menjauhkan mu darinya. Aku menolong Kevin ketika dia ingin dibunuh oleh Sinta lalu aku membunuh Sinta. Dan aku tak tahu jika Sinta menghasut Kevin sejauh ini. Tapi aku berjanji, aku akan menjadi pengganti abangmu.”
Kama : “Gue gak butuh lo! Mau lo udah bunuh wanita itu atau enggak, hidup gue akan tetap hancur karena lo.”
Tanpa kata, Changmin mendekati Kama. Memeluk Kama dengan erat. Lebih erat dan hangat dari siapapun. Dan Kama tak menolak pelukan itu. Kama benar-benar tak tahu harus seperti apa. Orang yang berjanji akan melindungi dia takkan pernah kembali. Kevin dan Haris meninggalkan dia. Jejoong ? Jejoong harus menjaga ibunya yang sakit-sakitan. Kama tak tahu lagi, siapa yang akan melindunginya selain Changmin. Berpikir panjang akhirnya Kama membalas pelukan Changmin. Kama menempelkan dirinya lebih dekat dipelukan Changmin.
Changmin : “Kevin meninggal dan abangmu meninggal ditangan Kevin itu sudah takdir Tuhan. Aku tak bisa banyak membantu dan ikut campur dalam takdir Tuhan. Maafkan aku yang tak bisa mencegah itu semua.”
Kama : “Sudah cukup, Changmin. Jangan membahas mereka. Hatiku semakin terluka. Ku mohon, jangan tinggalkan aku lagi. Tetaplah disisiku. Aku membutuhkan pelukan hangatmu untuk menenangkan hatiku.” (mengeratkan pelukan pada Changmin)
Changmin : “Aku tak pernah meninggalkan mu. Aku hanya menjauh dari mu. Aku tetap disini, aku hanya tidak menampakkan diriku padamu. Aku tahu, kamu merindukanku dan menyukaiku.”
Kama : “Apa ? Tidak. Aku tak menyukaimu. Kamu sudah ada sejak aku lahir, kamu pasti lebih tua dari aslinya wajahmu saat ini.”
Changmin : “Di duniaku, tak ada yang namanya tua atau muda. Aku tetap seperti ini saja. Tak bertambah tua. Aku tahu di pikiranmu pertama kali melihatku.”
Kama : “A... apa ? Aku tak memikirkan apapun saat bertemu denganmu.” (melepaskan pelukan dan memandang ke arah lain)
Changmin : “Kamu bilang kalau aku tampan. Waaah, tampan sekali cowok ini. Ayooo, ngaku. Haha.”
Wajah Kama berubah merah. Menutup wajahnya. Lalu, Changmin melepaskan tangan Kama dan memegang tangan itu. Changmin kembali memeluk Kama. Mengelus rambutnya dan mencium telinganya. Membisikkan sesuatu ditelinganya “Kama, aku mencintaimu. Aku sedang berusaha menjadi manusia. Tunggu aku. Karena aku ingin kamu hanya kamu.” dan Kama hanya tersenyum bahagia, mengeratkan pelukannya ke Changmin. Lalu, Kama melepaskan pelukannya. Dia memegang bibir Changmin. Dia mencoba mendekatkan wajahnya ke wajah Changmin. Changmin tahu apa yang ingin Kama lakukan. Changmin mendekati bibir Kama. Bersatulah bibir mereka. Berpindah ruang dengan kelembutan. Changmin mencium bibirnya dengan lembut. Kama menikmati apa yang Changmin berikan padanya. Beberapa menit ciuman itu berlangsung, Kama mengambil pisau yang sudah dia simpan dari tadi di bawah bantalnya. Changmin tak menyadari apa yang akan dilakukan Kama. Changmin tetap menciumnya dengan mata tertutup. Berharap bahwa usahanya selama ini tak sia-sia. Ini akhir dari kisah mereka, Kama menusukkan pisau ke arah perutnya. Dan meninggal di pelukan Changmin. “Maafkan aku, Changmin. Aku sangat bahagia hari ini. Pelukanmu lebih hangat dari siapapun. Ciuman pertama ini, begitu lembut dan menyenangkan. Aku tak bisa bertahan hidup, karena ada kamu atau tidak di kamar ini aku akan tetap membunuh diriku. Aku akan menyusul Haris. Aku tak ingin sedih lagi. Aku juga mencintaimu, Changmin” ucap Kama.
SELESAI