“Jadi......Saya mendengar dari Byun Baekhyun dari kelas 2-2 dan,”
“Keponakkan anda.”
“Ya itu benar. Tapi itu tidak sopan bukan kalau memotong ucapan seseorang yang lebih tua?” Chanyoung mengangguk acuh tak acuh.
“Baik saya lanjutkan. Jadi...Kudengar kalau kau itu ingin mengadu soal lukamu yang parah itu. Bisa menceritakan kejadiannya?”
“Aku hanya sedang pulang bersama teman-temanku setelah makan malam bersama di kedai pinggir jalan lalu dihadang oleh komplotan anak perempuan yang menggenggam botol soju dan-”
“APA?! Minum soju?! Siapapun komplotan itu, aku akan memarahinya!”
“Dan membawa senjata-”
“APA?! Senjata?! Anak perempuan macam apa mereka?!”
“Oh ayolah pak, minum soju dan bermain dengan senjata itu sudah bisa untuk umur kita yang ham-”
“Tapi kalian belum lulus sekolah nak.”kata Baekyon songsaengnim tegas.
“Oh baiklah. Tadi sampai mana? Oh ya, kita melawan mereka. Oke, mungkin karna digeng mereka lebih banyak pria yang lebih mabuk jadi kita kalah tapi beruntung hanya aku yang terluka. Alasan mereka melakukan ini sih katanya sikapku ini membuat yeochin mereka gelisah dan namchin mereka terasa seperti di rebut olehku.”Baekyon meletakkan pulpennya keras setelah mencatat pengakuan mereka.
“Harusnya bapak hanya menyuruh saya kesini. Hanya saya yang bersaksi disini sedangkan yang lain hanya diam.”komentar Chanyoung sambil membetulkan blazernya yang sedikit melorot.
“Sudah selesai bukan? Bisakah kita kembali?”tanya Sehun.
“Belum, ada satu pertanyaan lagi lalu kalian boleh keluar. Jadi, siapa komplotan yang menyerang kalian?”
“Mereka dari kelas-”
“Mereka kakak kelas. Selesai ye!! Ayo ke kelas!”
“Saya serius, Park Chanyoung.”desis Baekyon songsaengnim membuat dampak kepada Chanyoung yang kembali duduk manis dengan raut wajah ‘sialan.margaku.kim.tau.”.
“Saya juga serius, pak.”
“Lalu kenapa kamu mengadu kesini jika tidak mau memberitau orangnya seperti kejadian yang dulu saat pertengkaran satu pihak?”
“Agar ‘kejahatan’ di sekolah ini menghilang?”
“Selain itu karna Chanyong dulu-”
“Itu bukan alasannya, Kim Jongdae.”potong Chanyoung menatap tajam Chen dari sudut matanya.
“Jangan bilang alasan lamamu saat pertama kali masuk sini itu masih berlaku sampa sekarang?”Mereka –Luhan, Chen, dan Kyungsoo menggigit bibir bawah mereka, kembali membayangkan 2 tahun yang lalu dimana Chanyoung benar-benar rapuh dihadapan mereka untuk kedua kalinya.
Sehun sendiri yang hanya menunjukkan wajah datarnya bukan berarti dia tidak tau alasan yang disinggung kembali oleh Baekyon songsaengnim. Dia hanya sedang mengingat kejadian 1 tahun yang lalu seperti yang lain.
“Ya.”Luhan semakin menggigit keras bibirnya hingga rasa perih mulai terasa. Bahkan Luhan sedikit yakin kalau bibirnya itu mulai berdarah. Jawaban Chanyoung memang benar-benar singkat tapi cukup menusuk.
“Perlukah saya menelepon walimu?”
“Percuma, kalau bisa anda menghubungi kakak saya. Itu kalau dia peduli.”Chen menghentikan aktivitas bodohnya untuk melukai bibirnya, dia lebih memilih membungkam mulutnya rapat-rapat.
Kemana Chen yang biasa akan berkata ‘udaranya menjadi dingin ya. Apa karna suasananya?’ atau ‘udaranya panas ya’ seperti biasa untuk mencairkan sedikit suasana.
“Apa ada cara lain?”
“Ada, keluarkan saya dari sekolah ini. Saya permisi.”
“PARK CHANYEOL!”Chanyoung menoleh ke belakang saat mendengar suara Sehun memanggil nama yang dulu selalu menjadi 2 kata yang tabu untuk diucapkan saat ada Chanyoung maupun tidak ada.
Saking tabunya, Luhan membulatkan matanya dengan wajah shock, Chen semakin merapatkan bibirnya, dan Kyungsoo membuka mulutnya cukup lebar.
“Maaf, dia siapa ya? Namaku Kim Chanyoung bukan Park siapalah itu,” Sehun hanya menyeringai bukannya menunjukkan wajah khawatir atau bergerak mengejar Chanyoung yang sudah keluar dari ruang guru. Dia hanya memandang namja tinggi yang baru keluar dari tempat persembunyiaannya –dibalik pitu ruang administrasi saat Chanyoung pergi.
-TBC-