Yumi dan Heechul saat ini sedang dalam perjalanan menuju kediaman Kim, istananya Heechul. Seorang supir yang mengendarai mobil Heechul, sedangkan Heechul bersama dengan Yumi duduk di jok kedua. Yumi meraih ponselnya untuk menghubungi Jung Soo.
“Apa yang kau lakukan?” tanya Heechul yang melihat Yumi mengeluarkan ponsel dari saku celananya. “Bukan urusanmu!” jawab Yumi ketus.
“Oppa! Maaf, hari ini bolehkah aku ijin tidak masuk kerja? Aku hari ini harus mengerjakan paperku lagi. Maaf, aku mendadak mengabari oppa,” kata Yumi pada Jung Soo di telepon. “Sebenarnya aku ingin mengatakan pada oppa kalau aku sedang diculik oleh monster dalam wujud pangeran ini!” batin Yumi kesal.
“Oh, begitu. Ya, sudah. Aku mengerti. Aku akan menjemputmu nanti. Tempatnya masih yang waktu itu, kan?” tanya Jung Soo.
“Apa? Jemput? Tidak usah. Tempatnya bukan yang kemarin saat oppa mengantarkanku. Oppa, nanti saja aku jelaskan pada oppa, ya! Pulang nanti aku ke tempat oppa. Tapi, apa oppa sudah baikan?” kata Yumi panjang lebar.
“Aku sudah merasa lebih baik, itu berkat dirimu. Ya, sudah kalau begitu. Sampai bertemu nanti,” kata Jung Soo.
Yumi pun menutup teleponnya.
“Cih, manis sekali! Dia itu bosmu atau pacarmu memangnya?” ledek Heechul yang sejak tadi menguping pembicaraan mereka. “Sebenarnya kau mau membawaku kemana?” tanya Yumi ketus. “Tentu saja mengerjakan paper kita! Kau pikir untuk apa aku mengajakmu ke rumahku?” jawab Heechul sedikit sinis.
“Jinjja? Mudah-mudahan kau tidak macam-macam padaku. Ingat, ya! Mengerjakan paper. Hanya itu!” ancam Yumi yang tidak digubris oleh leader Prince itu. Sepanjang jalan Heechul terus memainkan gadgetnya sambil mendengarkan musik, sedangkan Yumi merengut kesal karena diculik oleh Heechul dari Donghae.
Akhirnya mereka sampai di kediaman Kim Heechul. Yumi sempat terperangah saat mereka memasuki halaman depan rumah Kim Heechul yang sangat besar itu terlebih lagi saat menginjakkan kaki ke dalamnya, barang-barang mewah terpampang indah di rumah Heechul.
Menyadari Yumi yang terpana pada keindahan rumahnya, Heechul tersenyum sinis, “Dasar kampungan,” ledek Heechul. Yumi langsung salah tingkah karena ia menyadari ia memang terlihat norak saat ini. Yumi langsung duduk di sofa ruang tamu tanpa dipersilahkan oleh Heechul. Pelayan langsung datang menyuguhkan minuman untuk Yumi sedangkan Heechul menghilang entah kemana.
Heechul tiba-tiba muncul dan ia sudah berganti pakaian. Namja itu terlihat sangat tampan dan berkelas. Ia membawa notebook dilengan kanannya. Ia lantas duduk di sofanya dengan nyaman dan meletakkan notebook itu diatas meja. Beberapa saat ia memperhatikan Yumi lekat-lekat dengan tatapan yang sulit diartikan, “Ayo kerjakan!” sahut namja keji itu.
“Mwo?” Yumi terkejut. “Tunggu apalagi? Ayo, kerjakan papernya!” perintah Heechul lagi. Rupanya ia membawa Yumi ke istananya ini bukan untuk bekerja sama mengerjakan tugas kelompok mereka, melainkan untuk mempekerjakan Yumi seorang diri. Dengan sangat emosi Yumi terpaksa mengambil notebook Heechul untuk menuruti permintaan Heechul seraya ia mendengus kesal.
Hampir satu jam terlewati, Yumi sibuk berkutat dengan tugas paper yang notabene tugas kelompoknya dengan Kim Heechul, tapi sang pangeran malah sibuk mengurusi gadgetnya.
“Hei, kenapa kau tidak membantuku? Kenapa hanya aku yang mengerjakan papernya?” protes Yumi seraya berdiri menyerahkan notebook itu pada Heechul. Tatapan mata Yumi seakan hendak memakan Heechul saat ini juga.
Heechul balik melotot dan terlihat kesal. Ia kembali menyodorkan notebook-nya itu pada Yumi. “Bukankah aku tadi menyuruhmu mengerjakannya?” kata pria cantik namun egois itu. Heechul mendengus kesal.
“Bagaimana bisa kau menyuruhku mengerjakannya sendiri? Ini, kan tugas kelompok kita, bukan hanya tugasku!” timpal Yumi menyatakan rasa keberatannya. ”Aku tidak peduli. Apa hakmu memerintahku?” sahut Heechul dengan santainya. Lagi-lagi ia kembali fokus memainkan gadgetnya.
“Lalu kau pikir kau bisa memerintahku semaumu?” timpal Yumi kesal. “Tentu saja! Aku ini Kim Heechul,” ucapnya bangga. Yumi mulai melotot marah. “Kau! Aku muak!” Yumi meraih tasnya hendak meninggalkan rumah Heechul. Ia sudah tidak bisa mentoleransi lagi sikap menyebalkan Kim Heechul. Andaikan ada benda tajam di dekatnya, rasanya ingin ia melemparkannya pada pria sombong itu.
“Hei, mau kemana kau, perempuan bodoh!” seru Heechul memanggil Yumi yang terus saja berjalan tanpa mempedulikan dirinya. “Berhenti! Aku bilang berhenti! Berani melangkah satu langkah lagi, akan aku buat kau menyesal!” seru Heechul penuh emosi. Tapi Yumi masih tidak bergeming hingga akhirnya ia benar-benar pergi meninggalkan rumah itu.
_____
Seperti janjinya pada Park Jung Soo, Yumi mampir ke rumah namja tampan berlesung pipi itu. Disana ia banyak berkeluh kesah. Ia menceritakan soal Lee Donghae dan Kim Heechul. Yumi memutuskan untuk bercerita pada Jung Soo karena ia benar-benar emosi saat ini.
“Jagiya! Kau tenangkan dulu dirimu,” kata Jung Soo seraya menyodorkan secangkir teh hangat pada Yumi. “Oppa, aku sangat ingin menghajar namja bodoh itu! Mentang-mentang dia orang kaya dia jadi selalu semena-mena pada orang lain,” keluh Yumi.
“Eoh, ara. Mendengar ceritamu itu aku tahu, pasti dia anak keluarga Kim yang terkenal itu. Kekayaan keluarganya memang sudah tidak diragukan lagi. Jadi, pantas saja kalau anaknya sampai sesombong itu. Tapi, aku ingatkan padamu. Jangan terlalu membenci seseorang karena bisa jadi suatu saat akan berbalik menjadi cinta. Kalau sudah begitu, kan aku juga yang repot!” kata Jung Soo yang diakhiri dengan gurauan. Tapi gurauannya itu malah menambah rasa kesal Yumi.
“Itu tidak akan pernah terjadi! Mana mungkin pria setampan dan sebaik oppa digantikan oleh namja bodoh seperti Kim Heechul?!” timpal Yumi yang malah membuat Jung Soo terkekeh. “Bagaimana kalau aku pergi?” tanya Jung Soo tiba-tiba. Yumi terkejut. “Oppa mau pergi kemana lagi? Kenapa oppa tidak pernah mengajakku? Kali ini oppa harus mengajakku!” timpal Yumi.
Jung Soo menggeleng-gelengkan kepala karena yeoja dihadapannya ini terus saja nyerocos. “Aku tidak mungkin mengajakmu ke tempat wajib militer, kan?” kata Jung Soo. “Mwo? Wajib militer? Oppa mau wajib militer?” Yumi terperangah. Nafasnya mendadak tidak beraturan lagi mendengar Jung Soo mengucapkan itu.
“Itu baru rencana. Aku, kan sudah berumur 27 tahun dan belum melaksanakan kewajibanku sebagai warga negara Korea. Kalau aku ingin menikah denganmu, kan aku harus wajib militer dulu. Jadi, apa kau mau menungguku sampai aku selesai wajib militer nanti?” terang Jung Soo seraya meminta kepastian.
“Oppa, jangan tinggalkan aku...,” mata Yumi terlihat berkaca-kaca. Hanya sebuah pembicaraan biasa tapi sukses membuat Yumi menangis tidak tenang karena takut ditinggal oleh sang kekasih.
“Jagiya, uljima!” Jung Soo menghampiri Yumi dan memeluk gadis itu untuk menenangkan hatinya. Jung Soo sama sekali tidak menyangka kalau respon Yumi akan seperti ini. Ia menangis sampai sesengukan. “Sayang, aku tidak akan kemana-mana. Sekarang jangan menangis lagi, ya!” ucap Jung Soo menghibur Yumi.
Tapi Yumi tahu betul kalau cepat atau lambat Jung Soo memang harus segera menjalani wajib militer, “Sejak kapan oppa jadi pembohong? Aku tahu cepat atau lambat oppa akan pergi,” timpal Yumi disela tangisnya. “Jagiya, kalaupun aku pergi itu juga demi kita. Demi bisa menikahimu nantinya,” ucap Jung Soo memberikan pengertian pada Yumi.
“Tapi aku tidak sanggup tanpa oppa. Hanya oppa yang aku miliki,” Yumi semakin memeluk Jung Soo dengan sangat erat. “Jagiya...,” ucap Jung Soo. “Oppa, aku ingin bersama dengan oppa terus. Aku tidak ingin berada jauh dari oppa! Oppa juga tahu, kan bagaimana rindunya aku pada oppa setiap oppa pergi keluar kota meskipun hanya untuk satu hari, apalagi kalau oppa pergi untuk wajib militer,” ujar Yumi.
“Arayo, aku sangat mengerti bagaimana perasaanmu. Aku juga merasakannya. Tapi Yumi, kau belum jawab apa kau mau menunggu oppa sampai oppa kembali?” tanya Jung Soo lagi. Yumi menggeleng dan menutup kedua telinganya.
“Jagiya, ayolah!” seru Jung Soo seraya memaksa Yumi melepaskan tangannya dari kedua telinganya. Yumi memandangi wajah Jung Soo yang penuh harap menunggu jawabannya. “Tanpa oppa pinta aku pasti akan menunggu oppa! Aku sangat mencintai oppa,” sahut Yumi. Jung Soo merasa lega setelah mendengarnya. “Mianhae, jagiya...,” ucapnya lirih hampir terdengar seperti bisikan kecil.
Mianhae, jagiya. Aku harus meninggalkanmu sementara. Tapi aku janji akan segera kembali. Aku melakukannya untuk kita agar kita bisa segera menikah nantinya. Aku sangat menyesal harus mengatakannya padamu, padahal aku sudah berjanji akan menjagamu selepas kepergian kedua orang tuamu. Aku janji akan segera kembali padamu. Dalam hatiku akan tetap tersimpan cinta untukmu, Yumi-ssi. -Jung Soo-
Jung Soo kembali memeluk tubuh ringkih Yumi. Kali ini gadis itu sudah lebih tenang dalam pelukan tubuh kekar Park Jung Soo. “Aku akan merindukan wangi tubuh oppa, tawa aneh oppa, perhatian oppa...,” ucap Yumi.
Jung Soo mengangkat dagu Yumi perlahan. Ia mendaratkan bibir tipisnya di atas bibir Yumi lantas memagutnya dengan lembut dan penuh kasih sayang. Lengan Yumi bergerak merangsek meremas lembut rambut Jung Soo sebaliknya Jung Soo menekan tengkuk Yumi agar ciumannya itu semakin dalam.
***
Yumi terbangun dari tidurnya seiring dengan masuknya cahaya mentari pagi melalui celah-celah jendela kamar. Yumi terbangun dan mendapati dirinya berada di kamar Jung Soo. Ia melihat ke sekeliling kamar, tidak ada Jung Soo disana. Yumi segera bangkit dari tempat tidur. Betapa leganya ia saat menemukan Jung Soo yang masih terbaring tidur di atas sofa di ruang tamu. Yumi pikir Jung Soo pergi entah kemana. Dia masih sangat takut ditinggal pergi oleh Jung Soo karena pembicaraan mereka semalam.
“Apa oppa baik-baik saja tidur di sofa seperti ini?” gumam Yumi sembari memandangi Jung Soo yang masih pulas. Yumi melangkahkan kakinya ke dapur untuk membuatkan sarapan. Ia membuatkan nasi goreng kimchi untuk Sang Angel Without Wings itu.
Jung Soo terbangun dan mendapati Yumi sudah tidak ada disana. Ia menemukan secarik kertas bertuliskan pesan dari Yumi. Jung Soo tersenyum membaca pesan itu. Dalam hatinya sangat berharap bisa segera mempersunting yeoja Indonesia itu.
_____
Di kampus. Aerin berjalan gontai dengan rasa sakit yang merajam hatinya karena dicampakan oleh Yesung. Yumi di belakang memanggil-manggil nama Aerin tapi Aerin yang sebenarnya mendengar malah pura-pura tidak mendengarnya, “Hei, kau tidak mendengar aku memanggilmu dari tadi?” sahut Yumi menepuk punggung Aerin.
Aerin terlihat tidak bergeming. “Aerin, ada apa? Kemarin aku tidak melihatmu di kampus. Kau tidak kuliah, ya? Memangnya kemarin kau kemana? Bagaimana Yesung oppa, kau sudah menemukannya?” Yumi meluncurkan banyak pertanyaan pada sahabatnya yang cantik itu.
Mendengar nama Yesung disebut-sebut membuat Aerin kembali emosi. Aerin mendorong tubuh Yumi dengan kasarnya sampai Yumi hampir saja terjatuh kalau saja Donghae tidak menopang tubuh Yumi dari belakang. Para Prince ternyata sejak tadi berdiri disana menonton kejadian itu.
“Apa yang kau lakukan?” protes Donghae pada Aerin, tapi Aerin tidak menjawab dan pergi begitu saja. Yumi juga tidak mengerti kenapa Aerin tiba-tiba jadi seperti itu. “Kau tidak apa-apa?” tanya Donghae pada Yumi dengan wajah cemas.
“Aku tidak apa-apa. Terima kasih sudah menolongku,” jawab Yumi. “Ah, itu hanya kebetulan saja aku lewat,” sambung Donghae. Yumi tersenyum pada Donghae tapi senyumnya itu mendadak lenyap saat ia bertemu pandang dengan sosok Heechul. Suasananya mendadak berubah setelah kedatangan Kim Heechul. Yumi masih sangat kesal dan enggan bertemu dengan leader prince itu. Yumi lantas pamit pada Donghae untuk masuk ke kelas lebih dulu.
Sepulang kuliah. Yumi sengaja menunggu Aerin selesai dengan mata kuliahnya hari ini. Ia penasaran ingin menanyakan pada Aerin tentang perubahan sikapnya hari ini pada dirinya. “Aerin!” panggil Yumi saat melihat Aerin keluar dari kelasnya. Aerin terlihat malas-malasan saat melihat Yumi yang memanggil dirinya. Ia tidak ingin melihat Yumi di hadapannya lagi. Ia masih sangat marah pada Yumi soal Yesung.
“Aerin, ada apa sebenarnya?” tanya Yumi dengan hati-hati. “Apa maksudmu dengan ada apa? Bukankah kau sudah tahu semuanya?” Aerin melenggang pergi begitu saja. Yumi langsung berjalan cepat untuk menyejajarkan langkahnya dengan Aerin. Yumi benar-benar ingin tahu kenapa Aerin jadi seperti ini.
“Kenapa kau mengikutiku terus, sih? Apa kau tidak tahu kalau aku muak padamu?!” Aerin mengamuk brutal dan lagi-lagi ia mendorong Yumi hingga terjatuh ke lantai. Gadis itu mendengus kesal. Tapi saat melihat Yumi terduduk di lantai dengan luka di telapak tangannya, ia bisa sedikit merasa puas, bahkan kalau bisa ia mungkin akan melakukan hal yang lebih dari sekedar mendorong Yumi seperti tadi.
Yumi jatuh tepat di depan kaki seseorang. Yumi mendongakkan wajahnya untuk melihat si pemilik kaki itu yang ternyata adalah Kim Heechul, orang yang sedang dihindarinya. “Hei, apa yang kau lakukan pada yeoja-ku, huh?” bentak Heechul pada Aerin.
“Apa? Yeoja-ku? Maksudnya aku?” Yumi gelagapan. Ia jadi emosi dan ingin meralat kata-kata Kim Heechul barusan, tapi rupanya ia tidak mendapat kesempatan karena sekarang Leader Prince itu sedang adu mulut dengan Aerin.
Kyuhyun yang hampir kemana-mana selalu bersama Heechul menghampiri Yumi dan membantunya untuk bangkit. Kyuhyun membawa Yumi ke suatu tempat. “Tunggu! Kenapa kita kesini?” tanya Yumi. Kyuhyun rupanya membawa gadis itu ke mobil Heechul, mobil yang kemarin Yumi kendarai bersama dengan Leader Prince itu.
“Heenim memintamu untuk menunggu di mobilnya,” jelas Kyuhyun. “Apa maksudmu? Kenapa aku harus menunggu orang itu? Kau tidak lihat kalau aku tadi sedang bicara dengan temanku, huh? Kenapa malah membawaku kemari?” protes Yumi.
“Apa kau buta? Yeoja itu bukan lagi temanmu. Buktinya hari ini dia sudah dua kali mencelakaimu,” timpal Kyuhyun. “Aku yakin dia tidak bermaksud begitu. Pasti dia salah paham tentang sesuatu,” kilah Yumi.
Beberapa saat kemudian, Heechul menghampiri Kyuhyun dan Yumi yang tengah beradu argumen. “Mulai sekarang kau harus berhati-hati pada yeoja itu. Dia ternyata lebih mengerikan dari yang kukira,” kata Heechul.
Tak disangka Yumi yang sejak tadi menahan kesalnya pada Heechul langsung mendaratkan tinjunya tepat diperut Heechul hingga namja itu berteriak kesakitan.
“Hei, apa yang kau lakukan, bodoh?!” protes Kyuhyun yang tidak tega melihat kawannya dipukul oleh seorang perempuan seperti Yumi. “Hei, bodoh! Kenapa kau memukulku?!” bentak Heechul seraya memegangi perutnya yang sakit itu.
“Itu karena kau mengatakan kata-kata menjijikan pada Aerin! Apa-apaan itu? Yeoja-ku? Cih!” gerutu Yumi. Heechul berusaha berdiri tegak dan menahan sakitnya, “Apa? Hanya karena itu?” Heechul seolah tidak percaya. Ia langsung mendorong paksa Yumi agar masuk ke mobilnya. Setelah Yumi dan Heechul berada di dalamnya, mobil itu langsung melaju entah kemana meninggalkan Kyuhyun.
“Kim Heechul bodoh!” Yumi memukuli lengan Heechul berkali-kali tapi akhirnya lengannya berhasil ditahan oleh Heechul. “Bisa tidak kau diam, huh?” bentak Heechul membuat Yumi bergidik ngeri. Kali ini Yumi menyerah saat melihat mata Heechul yang benar-benar seperti orang yang akan menelannya hidup-hidup.
“Sebenarnya kau mau membawaku kemana lagi?!” bentak Yumi. Ia tidak terima selalu diperlakukan seperti ini oleh Heechul. Namja itu selalu bertindak semaunya. Yumi seolah-olah menjadi boneka mainan baru bagi Heechul. “Kita akan ke panti asuhan St. Angela. Jangan bertanya untuk apa kita kesana!” kata Heechul yang akhirnya menjawab pertanyaan Yumi. Gadis itupun langsung terdiam.
Heechul dan Yumi tiba di panti asuhan St. Angela. Beberapa pria berjas hitam dengan kaca mata hitam menyambut mereka di depan gerbang panti asuhan itu. “Kenapa di panti asuhan saja bisa ada orang-orang seperti ini?” gumam Yumi melihat dibalik jendela mobil. “Mereka orang-orangku,” Heechul menjawab pertanyaan dibenak Yumi.
Ternyata hari ini Heechul mengajak aku pergi ke panti asuhan untuk melakukan observasi dan wawancara demi tugas paper Tuan Shin. Kim Heechul ternyata seorang yang sulit ditebak. Aku sebelumnya berpikir kalau Heechul bukan orang yang bertanggung jawab pada tugasnya sendiri. Tapi dia hari ini membuktikan kalau pemikiranku tentangnya itu salah. Meskipun dia orang yang sangat menyebalkan tetapi hari ini dia sudah membantuku meskipun dengan cara yang menyebalkan. Aku lihat Heechul rupanya mudah dekat dengan anak-anak di panti ini. Tidak kusangka hari ini aku bisa melihat sisi lain dari seorang Kim Heechul. -Yumi-
“Aku pikir kau tidak suka anak-anak,” Yumi menghampiri Heechul yang tengah menggendong seorang gadis kecil. Yumi tanpa sadar tersenyum melihat moment yang belum pernah dilihatnya itu. Entah kenapa kali ini Yumi merasa Heechul benar-benar keren.
Heechul tampak lebih manusiawi saat ini. Ia memberikan permen lolipop pada anak itu dari saku celananya. Ia menurunkan anak itu dari gendongannya. Heechul membungkukkan badannya menyejajarkan dengan anak itu.
“Ini, berikan pada teman-temanmu, ya!” Heechul tersenyum seraya mengeluarkan beberapa permen lolipop dan memberikannya pada anak itu. Anak itu mengangguk mengerti lalu berlari pada teman-temannya. Heechul tersenyum lembut melihat anak itu tampak ceria.
“Apa katamu tadi?” tanya Heechul yang sekarang telah duduk di sebelah Yumi. “Aku tadi bilang... aku pikir kau tidak menyukai anak-anak,” kata Yumi mengulang kalimatnya. “Kenapa kau berpikir seperti itu? Mereka itu sama denganku,” ujar Heechul. “Huh? Sama denganmu? Apanya yang sama? Kau seorang pangeran, anak orang kaya, sedangkan mereka yatim piatu,” ujar Yumi yang tidak bisa mengerti maksud Heechul.
“Kau tidak akan mengerti. Nasibku dengan mereka tidak jauh berbeda, yang berbeda adalah mereka memiliki segalanya yang aku tidak punya,” terang Heechul seakan sedang berpuisi. “Aku masih belum mengerti. Bukankah kau justru memiliki segalanya?” timpal Yumi.
“Cih, bodoh! Bagaimana bisa perempuan bodoh sepertimu mendapatkan beasiswa prestasi dari kampusku?” cibir Heechul. “Hei! Kau itu yang bicaranya tidak jelas, tahu!” umpat Yumi kesal. “Aku bicara dari tadi kau selalu saja bilang tidak mengerti! Kau benar-benar membuatku kesal!” omel Heechul.
“Baiklah, aku mengaku salah. Sebenarnya apa yang sedang kau coba katakan padaku?” Yumi mencoba untuk menjadi pendengar yang baik.
“Aku ingin semua orang tidak memandang takut padaku. Aku ingin semua orang tahu bahwa harta ataupun uang bukanlah kebahagiaan yang kekal di dunia ini. Mereka tidak selalu memberikan kebahagiaan. Ada hal lain yang lebih penting dari pada harta dan uang. Segalanya memang memerlukan uang, tetapi uang juga bukanlah segalanya,” ujar Heechul seperti sedang berceramah. Matanya terlihat sendu. Usai mengucapkan kata-kata itu ia tertunduk seperti memikirkan sesuatu, seperti mendapat beban yang menumpuk di atas kepalanya.
“Wah, dari mana kau dapatkan kata-kata seperti itu? Kau tidak sedang mencoba membuatku terkesan, kan?” ledek Yumi. Sebetulnya ia memang telah terkesan setelah mendengar cerita Heechul tadi, tapi ia tidak ingin namja itu menyadarinya.
Tiba-tiba saja Heechul menangkap tangan Yumi dan menatap dalam-dalam ke mata Yumi. Ini membuat Yumi gugup dan menelan ludah. Ia sangat terkejut dengan apa yang Heechul lakukan saat ini.
“Yumi-ssi, neo...,” ucap Heechul. Yumi wanti-wanti, sebenarnya apa yang akan dikatakan Heechul? Ia takut kalau Heechul ternyata benar-benar menginginkan dirinya menjadi yeojanya seperti yang ia katakan pada Aerin saat di kampus.
“Kau.. bodoh! Kau ini benar-benar banyak bicara dan tidak tahu situasi, ya!” omel Heechul seraya menjitak kepala Yumi. Rupanya itu yang ingin ia lakukan, memukul kepala Yumi sampai gadis itu kesakitan. Yumi yang kesakitan mengumpat Heechul seraya mengusap-usap kepalanya yang sakit karena jitakan namja super tega itu.
“Ayo, kita pulang!” ajak Heechul seraya menarik lengan Yumi hingga gadis itu bangkit dari posisi duduknya. “Eh, aku tidak akan pulang bersamamu!” Heechul langsung menghentikan langkahnya mendengar ucapan gadis itu.
“Apa maksudmu? Ayo, kita pulang!” ajak Heechul lagi. Sebuah mobil Audi berwarna putih berhenti tepat di depan gerbang panti asuhan. “Aku sudah dijemput oleh pacarku,” kata Yumi pada Heechul.
Heechul langsung terdiam seraya memandangi wajah Yumi, ia lantas melepaskan lengan Yumi. Yumi balik memandangi Heechul sejenak. Tatapan mata Heechul pada Yumi saat ini sulit diartikan. “Sampai bertemu besok,” ucap Yumi pada Heechul. Kali ini Yumi lebih melunak setelah ia melihat sosok lain dari seorang Kim Heechul.
Terdengar suara Jung Soo memanggil nama Yumi. Yumi langsung berlari pada Jung Soo dan meninggalkan Heechul yang masih mematung di tempat itu.
“Bukankah itu Kim Heechul?” tanya Jung Soo yang rupanya mengenali Heechul. “Iya. Dari mana oppa tahu?” jawab Yumi. “Aku pernah melihat wajahnya di televisi. Jadi kali ini dia menculik kekasihku lagi?” Jung Soo mencoba menggoda Yumi.
Yumi mengangguk dan menceritakan semua yang terjadi padanya hari ini. “Jadi..., sekarang apa yang akan kita lakukan? Kau, kan hari ini tidak bekerja. Apa ada tempat yang ingin kau datangi?” kata Jung Soo seraya tersenyum pada Yumi.
“Kemana saja, asalkan dengan oppa. Aku ingin menghabiskan waktuku dengan oppa,” ucap Yumi seraya bersandar manja pada Jung Soo. Yumi dan Jung Soo sengaja menghabiskan waktu bersama. Mereka ingin memanfaatkan waktu untuk berdua sebelum Jung Soo benar-benar pergi wajib militer.
Jung Soo membawa Yumi ke Chuncheon, Gangwon-do. Tepatnya ke Nami Island, tempat yang pernah dipakai syuting drama Winter Sonata. Banyak orang menganggap Nami Island sebagai tempat yang romantis. Jung Soo dan Yumi menyewa satu sepeda untuk berjalan-jalan mengelilingi Nami Island. Mereka menikmati saat-saat romantis mereka.
Jung Soo dan Yumi bersenda gurau di bawah sebuah pohon besar. Yumi mengalungkan kedua lengannya ke leher namja romantis itu. Senyuman Yumi tidak pernah pudar begitupun dengan Jung Soo. Mereka saling menyilangkan wajah mereka dan berciuman. Jung Soo selalu bisa memperlakukan Yumi dengan lembut. Pantas saja Yumi sangat merasa nyaman setiap berada di sisi Jung Soo.
***