home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Yeppeun Namja

Yeppeun Namja

Share:
Author : leeara1004
Published : 16 Mar 2014, Updated : 17 Mar 2014
Cast : Kim Heechul, Leeteuk (Park Jung Soo), Ayumi, Lee Donghae, Cho Kyuhyun, Kim Heejin, Aerin, Yesung
Tags :
Status : Complete
0 Subscribes |22069 Views |1 Loves
Yeppeun Namja
CHAPTER 2 : Yeppeun Namja Part 2

Yumi baru saja sampai di depan Kafenya Jung Soo. Ia diantar oleh Yesung dan Aerin setelah kejadian penyiraman oleh Geng Prince saat di kampus tadi.

“Terima kasih, Aerin. Terima kasih, Yesung oppa!” ucap Yumi seraya membungkukkan badannya 900. Begitulah cara yang dilakukan mereka, warga Korea ketika memberi salam atau berterima kasih pada seseorang. Yumi sudah mulai terbiasa pada budaya di negeri ginseng ini.

“Ah, tidak usah sungkan!” jawab Yesung seraya tersenyum lembut. Kemudian Yesung melajukan kembali mobilnya dengan membawa serta Aerin pergi meninggalkan Yumi.

Yumi masuk ke dalam kafe itu dan langsung menuju ruang ganti untuk berganti pakaian. Cuaca yang dingin akan membuat ia terkena flu kalau berlama-lama menggunakan pakaian yang basah.

Omo, waegeuraeyo? Kenapa bisa sampai basah begini? Siapa yang melakukan ini padamu, Yumi-ssi?” Jung Soo tiba-tiba datang menyambut Yumi dengan banyak pertanyaan. Ia melihat pakaian Yumi tergeletak dalam keadaan basah.

Na gwaenchanha. Ini hanya kecelakaan kecil. Seseorang tidak sengaja menyiramkan air padaku,” jelas Yumi seraya tersenyum. Ia tidak ingin Jung Soo yang baik hati itu terlalu mengkhawatirkan dirinya.

Kecelakaan kecil? Tidak sengaja? Apanya yang tidak sengaja? Orang sombong itu memang sengaja melakukan ini padaku! Jung Soo oppa tidak perlu tahu mengenai hal ini. Aku takut Jung Soo oppa ingin ikut turun tangan. Aku tidak mau oppa berurusan dengan Geng Prince itu. Aku tidak mau dibilang tukang ngadu. -Yumi-

“Ah, bodoh sekali orang itu!” Jung Soo menggeram kesal. Saking kesalnya ia terlihat bisa memakan siapa saja yang lewat di dekatnya.

“Kenapa oppa yang kesal? Aku saja tidak apa-apa,” Yumi terkekeh melihat tingkah kekasihnya itu. Yumi berpikir Jung Soo memang sosok pelindung yang baik bagi dirinya. Sejak yumi melepaskan kekasihnya yang dulu, saat ini hanya ada Jung Soo yang mengisi hati Yumi.

“Aku mengkhawatirkanmu. Kau itu sekarang sudah menjadi tanggung jawabku,” ujar Jung Soo. Jung Soo tidak hanya berperan sebagai kekasih, tapi juga seperti seorang ayah yang selalu ingin menjaga anaknya.

Gomawoyo, oppa...,” Yumi menghambur memeluk tubuh kekar Jung Soo. Ia merasa sangat terharu atas rasa peduli Jung Soo yang begitu besar kepadanya. Dengan memiliki Jung Soo, Yumi merasa hidupnya kini telah lengkap kembali.

Hatiku rasanya sangat nyaman setiap memeluk oppa seperti ini. Aku ingin selama mungkin memeluk oppa. Tidak ada satu pun yang bisa menggantikan tempat oppa di hatiku. Aku sangat beruntung bisa bertemu dengan namja sebaik dirimu. Aku sangat berharap bisa menjadi pengantinmu, oppa. -Yumi-

“Aku ingin memeluk oppa lebih lama lagi,” ucap Yumi lirih seraya menyandarkan wajahnya di dada Jung Soo. Tubuh Yumi terlihat mungil dalam rengkuhan tubuh kekar Jung Soo. “Jagiya, apa kau mau berjanji hanya mencintai oppa seorang?” pinta Jung Soo seraya mengusap-usap lembut punggung gadis yang dicintainya itu.

“Tentu saja. Hanya Jung Soo oppa yang ada di hatiku. Sampai kapanpun aku akan tetap mencintai oppa,” ucap Yumi berjanji. Jung Soo tersenyum bahagia hingga menunjukkan lesung pipinya yang semakin membuatnya terlihat tampan.

 

***

 

Di ruang tamu apartmen Aerin.

“Oppa, hari ini Yumi dibully oleh Geng Prince,” kata Aerin pada Yesung dengan nada datar. Sejak tadi ia merasa Yesung mengabaikan dirinya sehingga membuat Aerin terpaksa melampiaskan jenuhnya pada ponselnya.

Jeongmalyo? Apa yang dia lakukan sampai bisa dikerjai oleh mereka?” tanya Yesung antusias. Kali ini mata Yesung tidak lagi tertuju pada televisi di depannya. Pria tampan berkaca mata itu tertarik mendengar cerita Aerin soal Yumi, mantan kekasihnya.

Wae? Apa oppa masih peduli padanya?”  tanya Aerin curiga. Ia mendengus kesal. Setelah mendengar Aerin menyebut nama Ayumi rupanya Yesung baru bisa tertarik menoleh padanya. Ini membuat Aerin cemburu.

Mueosseulyo? Kau sendiri yang mulai membicarakan dia. Kenapa malah nyolot padaku?” timpal Yesung yang tidak terima disalahkan begitu. “Aku kira oppa tidak akan seantusias itu mendengar cerita tentang dia! Aku tahu, oppa masih mencintai dia, kan?” tuduh Aerin yang masih saja cemburu pada Yesung. Aerin sampai bangkit dari duduknya karena kesalnya ia pada Yesung.

“Bicara apa kau ini? Hubunganku dengannya sudah sangat lama berakhir. Dan sekarang kau yang menjadi pacarku. Mana mungkin aku masih memikirkan dia?!” Yesung membela diri. Ia balik ngotot dan ikut bangkit dari sofa yang sejak tadi didudukinya.

“Bagaimanapun juga kalian pernah tinggal bersama. Aku tidak percaya oppa semudah itu melupakan dia,” tuduh Aerin dengan nafas yang sedikit tersengal-sengal.

“Aku dan dia tinggal bersama karena dia tidak punya siapa-siapa disini. Saat itu hanya aku yang dia kenal. Kau sendiri juga tahu itu, kan? Sudahlah, aku tidak suka melihatmu yang selalu cemburu tanpa alasan. Yang sekarang ada di hatiku itu hanya kau, Aerin!” jelas Yesung mencoba meredam emosi Aerin.

Jinjja?” Aerin merasa sedikit ragu, tapi ia juga jadi merasa tidak enak pada namja chingu-nya itu. “Mianhae, oppa!” Aerin menghambur ke pelukan Yesung. Ia mencoba menetralkan perasaan cemburunya. Meskipun Yesung sekarang telah menjadi kekasihnya, tapi entah kenapa ia merasa Yesung masih mencintai Yumi meskipun pria itu selalu saja menutupinya.

“Dia itu sahabatmu. Tidak seharusnya kau mencemburui dia. Toh, aku  juga sudah menjadi milikmu sekarang,” ucap Yesung. Ia lantas menciumi pucuk kepala kekasihnya itu. Aerin mengangguk mengerti.

 

***

 

Yumi hari ini tidak kebagian tugas sampai jamnya kafe tutup, jadi ia bisa pulang lebih awal. Saat ini masih pukul sembilan malam. Yumi berjalan sampai ke halte. Siang tadi Jung Soo pergi ke luar kota untuk urusan pekerjaan, jadi ia tidak bisa mengantar Yumi pulang.

Saat di halte, Yumi bertemu dengan seorang ibu yang habis dijambret di halte itu. Kebetulan suasana di halte itu memang sedang sepi. Yumi ingin membantu ibu itu, tapi ibu itu terus saja menangis. Tiba-tiba sebuah mobil berhenti di depan halte itu. Si pengemudi membuka kaca jendela mobilnya.

“Museun iriya, Yumi-ssi?” tanya orang itu yang sangat tidak asing lagi wajahnya bagi Yumi. Rupanya orang itu juga mengenal Yumi, buktinya dia memanggil Ayumi dengan sebutan ‘Yumi’. “Lee Donghae? Oh, ini... ibu ini korban jambret. Aku ingin membantunya, tapi dia menangis terus,” jelas Yumi. Pria bertubuh kekar itu keluar dari mobilnya menghampiri Yumi dan ibu itu.

“Ini, pulanglah. Aku hanya punya segini. Semoga saja cukup untuk menggantikan uang Nyonya yang dijambret. Setidaknya Nyonya bisa pulang ke rumah dan kembali pada keluarga Nyonya,” kata Donghae seraya memberikan beberapa lembar uang yang jumlahnya tidak sedikit. Yumi sampai melongo melihatnya.

Tidak disangka, meskipun Donghae salah satu dari personil Geng Prince, tapi ia rupanya masih memiliki hati yang baik. Buktinya Donghae tidak segan-segan mengeluarkan uang sebanyak itu untuk membantu ibu itu. Ibu itu juga tampak gembira meskipun air mata masih menetes di pipinya. Ia mengucapkan terima kasih pada Yumi dan Donghae.

“Kenapa kau melihatku seperti itu?” tanya Donghae sedikit ketus yang terlihat dipaksakan. Ia agak kesal mendapati Yumi terus-menerus melihatnya dengan tatapan yang aneh. “Aku baru tahu kalau Geng Prince ada yang baik juga,” seru Yumi terkekeh.

“Kau..., jangan sampai Kyuhyun apalagi Heechul mendengarnya,” pinta Donghae seraya mendekatkan wajahnya ke sebelah kepala Yumi. “Wae? Kau takut pada Heechul?” tanya Yumi seolah menyelidik. Tiba-tiba ia tertarik pada alasan Donghae melarangnya berbicara pada Heechul ataupun Kyuhyun tentang kebaikan yang sudah dilakukan pria berbadan macho itu.

Dwaesseo, jangan banyak tanya. Kau malam-malam begini mau kemana?” tanya Donghae kemudian. Entah apakah ia hanya berbasa-basi atau memang benar ingin tahu. “Tentu saja mau pulang! Aku baru pulang bekerja,” jawab Yumi.

“Naiklah ke mobilku!” ajak Donghae yang langsung berjalan menuju ke mobilnya tanpa menunggu jawaban Yumi. Dia benar-benar dingin. “Eoh?” Yumi bingung apakah ajakan Donghae itu sungguhan atau hanya basa-basi saja, tapi kaki Yumi tetap berjalan ke arah mobil Donghae. Baru beberapa langkah Yumi menghentikan kakinya. Ia takut kalau sampai Donghae berpikir dirinya memanfaatkan situasi untuk menumpang padanya.

“Ayo, masuk!” seru Donghae lagi yang kali ini sudah berada di depan kemudi mobilnya. Yumi mengangguk ragu. Tapi ia akhirnya menyusul Donghae dan duduk di jok sebelah Donghae. Sepanjang perjalanan Yumi banyak bercerita tentang dirinya pada Donghae, tapi Donghae hanya merespon sesekali saja. Ini membuat Yumi sedikit segan pada pria itu.

“Hei, kita ini sekelas, tapi kenapa kau begitu canggung padaku seolah-olah tidak mengenalku? Aku heran kenapa kau mau bergabung dengan Heechul, padahal menurutku kau tidak cocok dengan orang itu,” tanya Yumi panjang lebar saking tidak habis pikirnya kenapa Donghae bisa berteman dekat dengan orang seperti Kim Heechul. Rupanya Yumi masih terkesan dengan kebaikan Donghae pada ibu di halte tadi.

“Aku ingin memperingatkanmu agar berhati-hati dengan Heechul. Dia masih belum puas mengerjaimu,” jelas Donghae memberitahu Yumi sedangkan pandangannya tetap tertuju ke depan melihat jalanan di depannya. “Huh? Kenapa bisa sampai ada orang seperti itu, sih di dunia ini?” gerutu Yumi. Mendadak ia kembali merasa kesal karena teringat ulah Heechul yang mengerjainya saat di kampus.

“Kau harus tahu, dia merasa harga dirinya telah kau injak-injak di depan umum, makanya dia berencana pindah kelas agar lebih mudah mengerjaimu,” terang Donghae lagi. Entah kenapa Donghae membongkar rencana sahabatnya itu pada Si Korban.

Mworago? Maksudmu dia akan pindah ke kelas kita?” sahut Yumi terkejut sampai matanya terbelalak. Yumi merasa nyawanya sedikit terancam sekarang. Rupanya Heechul belum selesai dengan dendamnya. Yumi harus bersiap-siap untuk menghadapi apapun yang akan dilakukan oleh pangeran kampus itu pada dirinya.

“Eoh! Kau harus berhati-hati,” lagi-lagi Donghae memperingatkan Yumi. “Jamkkanmanyo! Kenapa kau mengatakan semua ini padaku? Bukankah kau temannya Heechul?” selidik Yumi yang mulai curiga pada Donghae. Yumi curiga kalau-kalau Donghae hanya berpura-pura baik padanya saat ini.

Donghae mengerling malas. Setelah menumpang di mobilnya, yeoja itu sekarang malah mencurigainya. “Bukankah kau sendiri yang bilang kalau aku dan Heechul tidak cocok?” timpal Donghae seraya fokus menyetir.

Sesampainya di depan kontrakan Yumi. Bangunan itu terlihat kecil dan sederhana, tetapi halamannya cukup untuk bisa menjemur pakaian. Benar-benar kontrakan Yumi ini berada di daerah yang bisa dibilang sedikit sepi dari keramaian dan sangat tidak strategis.

“Rumahmu kecil sekali,” komentar Donghae yang matanya tertuju keluar sana, tepatnya sebuah bangunan kecil tempat Yumi tinggal. “Aku hanya mengontrak disini. Masih untung aku memiliki tempat tinggal. Biarpun menurutmu rumahku itu kecil, tapi buatku itu sudah cukup,” jawab Yumi yang seperti sedang merenungi sesuatu.

“Tapi aku ingat dulu pernah mendengar kalau kau tinggal di sebuah apartmen bersama pacarmu. Apa kalian sudah putus makanya sekarang kau tinggal di tempat seperti ini?” sambung Donghae.

Yumi terkejut, “Ah! Itu... saat itu aku tinggal dengan temanku. Itu sudah lama sekali. Aku tidak menyangka kau mengetahuinya,” Yumi merasa sedikit gugup dan malu. Ternyata cerita soal ia pernah tinggal bersama dengan Yesung telah diketahui orang lain, bahkan Lee Donghae juga mengetahuinya.

Donghae mngernyitkan dahinya seraya menoleh pada Yumi, “Yang benar saja? Bukankah dia itu pacarmu?” Donghae tampak tidak percaya. Yumi menjadi gugup sekaligus salah tingkah, “Tadinya iya, tapi sekarang sudah menjadi pacar temanku,” Yumi terkekeh.

Ekspresi wajah Donghae dengan cepat berubah setelah mendengar jawaban Yumi, “Wae?” tanya Donghae terlihat serius. “Eoh? Panjang ceritanya. Dulu hanya dia yang aku kenal. Tapi ternyata sahabatku juga menyukai pacarku itu. Jadi, aku akhirnya memilih memutuskan hubungan dengannya demi sahabatku itu. Tidak lama setelah itu aku mendapatkan pekerjaan sambilan, lalu aku putuskan untuk keluar dari apartmen itu,” terang Yumi. Terlihat kalau Yumi memaksakan untuk tersenyum.

Kali ini Donghae melipat kedua tangannya diatas kemudi dan tampak menarik nafas karena merasa tidak percaya pada apa yang baru saja didengarnya, “Wah, kau jahat sekali. Kau mengorbankan perasaan pria yang mencintaimu,” komentar Donghae. Donghae menyalahkan Yumi. Ya, siapapun pasti akan menyalahkan Yumi karena telah menyakiti hati Yesung dengan meninggalkan pria tampan berkaca mata itu.

Mueosseulyo? Hh, geurae. Aku memang jahat, tapi aku juga melakukannya terpaksa, semua ini demi kebahagiaan sahabatku,” Yumi tampak merenung sejenak. Yumi merasa bersalah pada Yesung, tapi ia juga merasa alasannya meninggalkan Yesung sudah tepat, yaitu Aerin. Yumi menyeka matanya yang hampir saja mengeluarkan air mata, “Hh, ini sudah hampir larut. Terima kasih sudah mengantarku!” Yumi bersiap keluar dari mobil Donghae.

 

***

 

Yumi baru saja akan masuk ke dalam kontrakan kecilnya, tapi tiba-tiba terdengar suara langkah seseorang di belakang. Jantung Yumi berdegup cepat takut kalau-kalau seorang penjahat akan mencelakai dirinya.

“Ay...,” panggil suara itu. Suara seorang pria yang sudah tidak asing lagi di telinga Yumi. Suara seseorang yang dulu sering menyapa Yumi dengan lembut.

Yumi langsung menoleh ke belakang untuk mengetahui siapa yang memanggilnya tadi. Alangkah terkejutnya ia karena ternyata pria yang tadi ia bicarakan dengan Donghae telah berada di hadapannya saat ini. Yumi mempersilahkan Yesung masuk.

Yesung memang masuk ke dalam, tapi ia terlihat tidak ingin duduk. “Maaf, malam-malam begini aku berkunjung ke rumahmu,” kata Yesung yang sikapnya terlihat sedikit dingin dibandingkan tadi siang saat ia mengantarkan Yumi ke kafe dengan Aerin, kekasih barunya.

“Ada apa, oppa?” tanya Yumi.

Bukannya menjawab, Yesung malah maju mendekati Yumi yang masih berdiri beberapa langkah di depannya. Ia lantas memeluk Yumi dengan tiba-tiba. Sikap Yesung yang tiba-tiba ini cukup mengejutkan Yumi. “Ay, kenapa kau lakukan ini padaku? Kenapa? Aku tidak bisa melupakanmu,” suara Yesung terdengar seperti orang menangis.

Yumi terdiam. Ia tidak tahu harus berbuat apa. Ia bisa merasakan kesedihan Yesung saat ini, “Oppa, lepaskan aku!” pinta Yumi. Ia tidak tega melihat Yesung bersedih karena dirinya.

“Tidak mau! Aku tidak mau melepaskanmu lagi! Apa kau tahu aku tidak pernah mencintai Aerin?!” sahut Yesung membuat hati Yumi sakit. Sorot mata Yesung yang biasanya tajam menjadi sayu hingga menyiratkan kekecewaannya.

Dalam dada Yumi seakan bergemuruh. Ia memang menyesal telah menyakiti lelaki bermata tajam itu, “Aku mohon jangan seperti ini. Aku tidak ingin melihat luka oppa karena aku tidak tahu harus melakukan apa untuk mengobati oppa,” ucap Yumi yang juga mulai menitikkan air mata.

“Lalu kenapa kau melukaiku? Kau meninggalkanku itu artinya kau melukaiku! Dengar, Ay! Sejak awal aku hanya mencintaimu,” ucap Yesung yang terlihat begitu pilu. Kali ini Yesung sudah melepas pelukannya hingga ia bisa leluasa menatap ke dalam mata Yumi.

Yumi balas menatap ke dalam mata Yesung, “Aku terpaksa melakukannya demi Aerin,” ucap Yumi terdengar ragu-ragu.

“Bukankah awalnya kita sudah cukup bahagia sebelum kau akhirnya memintaku untuk mencintai Aerin? Apa kau tahu bagaimana perasaanku saat itu? Apa kau pernah peduli pada perasaanku?” timpal Yesung terdengar begitu menyakitkan hati Yumi.

Ya, Tuhan. Apa yang telah aku perbuat padanya? Aku tidak pernah menyangka dia begitu sakit karena perbuatanku. Aku begitu egois tidak memikirkan perasaannya, aku hanya memikirkan hati Aerin seorang, sahabat baruku. Padahal Yesung oppa adalah satu-satunya orang yang selalu ada untukku saat aku pertama kali menginjakkan kakiku di negara ini. Betapa aku tidak tahu terima kasih dan malah membuat keadaan menjadi sulit seperti ini. Maafkan aku, oppa. Tolong, jangan menunjukkan kesedihan dan lukamu padaku karena aku akan semakin merasa bersalah. Aku takut ini akan melemahkanku lagi. -Yumi-

“Maafkan aku, oppa. Maaf..., maaf...,” hanya itu yang bisa terucap dari bibir Yumi.

Yesung menggeleng sedih. Bulir bening menetes dari pelupuk matanya membuat hati Yumi semakin tersayat melihatnya. Yesung tiba-tiba saja meraih wajah Yumi dan memagut bibir Yumi perlahan-lahan. Entah kenapa Yumi tidak bisa menolaknya saat Yesung melakukannya. Mengetahui air mata Yumi terus mengalir dengan derasnya, Yesung pun mengakhiri aktivitasnya itu. Ia mencoba mengusap air mata gadis itu, “Maafkan aku. Aku juga tahu kau terluka. Tapi aku masih tidak bisa menerima Aerin menggantikan tempatmu,” ucap Yesung lirih.

“Jung Soo oppa. Aku sudah memiliki dia. Biar kita ambil jalan kita masing-masing, dan aku juga tidak akan melupakan dirimu dan kenangan yang sudah kita lalui,” ucap Yumi mencoba membuat kesepakatan dengan Yesung.

Yesung rupanya menggelengkan kepala. Ia menolak, “Kalau aku tidak bisa bersamamu, begitu juga dengan Aerin. Aku tidak bisa terus berada di sisinya,” ucap Yesung yang lantas pergi meninggalkan Yumi dalam kegundahan.

Gadis itu kini hanya bisa menatap punggung si pria bermata tajam yang semakin menjauh dan menghilang bersama dengan mobil yang dikendarainya.

Yumi kali ini telah berada di pembaringannya. Hati Yumi terasa tak menentu. Berkali-kali ia menghela nafas. Ia melamun memikirkan Yesung dan Aerin. Karena perbuatannya, ia malah melukai dua orang sekaligus. Apa yang Yesung katakan tadi sudah jelas kalau ia akan meninggalkan Aerin, dan itu pasti akan melukai hati Aerin. Secara tidak langsung itu adalah karena ulah Yumi juga.

Terdengar suara lagu No Other milik Super Junior mengalun. Ternyata ponsel Yumi mendapat panggilan dari Park Jung Soo.

“Yeoboseyo!” sapa Jung Soo.

“Yeoboseyo, oppa...,” jawab Yumi.

Mendengar Yumi menghela nafas beberapa kali membuat Jung Soo khawatir pada gadis itu, “Apa yang terjadi? Kenapa kau menghela nafas terus seperti itu?” tanya Jung Soo khawatir. Namja (pria) yang satu ini memang sangat mempedulikan keadaan Yumi, tak heran Yumi bisa langsung membukakan hatinya yang hampa karena kehilangan Yesung saat itu.

“Tidak ada. Aku merindukan oppa. Kapan oppa kembali?” kelak Yumi. Ia tidak ingin Jung Soo mengetahui masalah yang sedang menimpa dirinya saat ini, terlebih lagi soal Yesung. Yumi tidak ingin Jung Soo salah paham.

“Besok. Nanti aku jemput ke kampusmu, yah!” kata Jung Soo.

“Ne. Oppa?”

“Hum?”

“I love you,” ucap Yumi.

“I love you too,” jawab Jung Soo lalu menutup teleponnya.

 

***

 

Hari ini Yumi ada jadwal kuliah pagi.

“Kalian masih ingat, kan tugas paper yang minggu lalu saya sampaikan? Nah, tugas itu akan saya jelaskan kembali cara pengerjaannya. Saya akan membagi kalian ke dalam kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari dua orang yang saya tentukan sendiri setiap anggota kelompoknya. Nah, kalau begitu saya akan bacakan sekarang daftar kelompoknya!” terang Dosen Shin.

Dosen Shin mulai membacakan satu per satu daftar kelompok untuk tugas paper yang berjangka waktu pengerjaan satu bulan. Setiap kelompok ditugaskan untuk melakukan observasi, sosialisasi dan wawancara ke beberapa tempat, misalnya seperti panti asuhan, panti jompo, dan lain-lain.

“Hei, kita sekelompok!” seru Yumi pada Donghae. Donghae sempat menoleh dan mengangguk kecil lantas kembali membuang pandangannya ke tempat lain. Gara-gara itu Yumi jadi mengerucutkan bibirnya karena merasa tidak dianggap oleh Donghae.

Saat jam kuliah berakhir. Kebetulan hari ini Yumi hanya ada satu mata kuliah.

Mwo? Kau satu kelompok dengan Donghae? Jinjji? Dia, kan personel Geng Prince! Apa kau tidak takut, huh?” seru Aerin tidak percaya, ditambah ekspresi Yumi menunjukkan kalau perasaannya biasa-biasa saja saat ini, tidak ada perasaan khawatir pada Donghae mengingat insiden beberapa waktu lalu.

“Eoh, aku sekelompok dengan Donghae. Molla, aku rasanya biasa saja. Maksudku menurutku Donghae itu berbeda dengan Heechul dan Kyuhyun. Aku yakin kalau Donghae itu lebih baik dari pada teman-temannya!” sahut Yumi.

“Hh, semoga saja perkataanmu itu benar. Eh, apa kau tahu dimana Yesung oppa? Apa dia menghubungimu?” tanya Aerin tiba-tiba saja menyerempet ke Yesung.

Molla. Bukankah kemarin kalian bertemu?” Yumi terlihat sedikit gugup. Yumi ingin menghindar dari perbincangan mengenai Yesung ini. Ia jadi merasa tidak enak kalau mengingat semalam Yesung baru saja menemuinya tanpa sepengatahuan Aerin, terlebih lagi pria itu datang untuk mengharapkan cinta lamanya lagi.

“Eoh. Tapi setelah pulang dari apartmenku dia seperti menghilang. Dia mematikan ponselnya. Aku takut. Kemarin kami sedikit bertengkar,” terang Aerin. Aerin juga berusaha menyembunyikan alasan pertengkarannya kemarin dengan Yesung adalah karena Yumi.

“Oh, begitu? Sayang sekali aku juga tidak tahu dimana dia. Aku sudah jarang sekali berkomunikasi dengan Yesung oppa. Bahkan baru kemarin itu aku bertemu lagi dengannya saat denganmu,” kilah Yumi menyembunyikan kenyataan bahwa semalam Yesung mendatanginya ke rumah kontrakannya.

Ne, arasseo...,” jawab Aerin seraya tertunduk lesu.

Bagaimana ini? Apa Yesung oppa tidak pulang setelah menemuiku semalam? Apa yang harus aku katakan pada Aerin? Ah, tidak! Kalau aku cerita pada Aerin nanti dia malah akan marah dan kecewa padaku. Hh, dimana Yesung oppa sekarang? Apa dia benar-benar akan meninggalkan Aerin? Oppa, jangan lakukan itu, aku mohon! -Yumi-

Yumi melihat Donghae dari kejauhan sedang berdiri bersandar di dinding koridor, ia asyik dengan earphone di telinganya seraya kepalanya bergoyang-goyang lembut menikmati irama musik yang langsung masuk ke telinganya.

“Eh, sepertinya itu Lee Donghae. Aku kesana dulu, ya!” seru Yumi pada Aerin. “Kau yakin mau kesana? Hh, ya sudah. Aku pulang duluan, ya! Aku ingin ke apartmen Yesung oppa,” kata Aerin yang sedang mencemaskan keadaan Yesung.

Ne!” sahut Yumi. Yumi lantas berlari kecil menuju Lee Donghae, “Ya! Jeogiyo!” sapa Yumi sok akrab di depan Donghae seraya tersenyum. Nafasnya masih sedikit ngos-ngosan karena habis berlari. Donghae sekilas melihat Yumi lalu menengok ke kanan dan ke kiri, ia lantas melepaskan earphone-nya, “Kau bicara padaku?” tanya Donghae.

“Tentu saja? Disini, kan hanya ada dirimu,” jawab Yumi. “Waeyo?” tanya Donghae kemudian. “Kapan kita akan mulai mendiskusikan paper kita?” tanya Yumi bersemangat sampai terbatuk-batuk akibat efek berlari juga.

Donghae sampai geleng-geleng kepala melihat kelakuan Yumi, “Kalau besok aku tidak bisa. Mungkin nanti sore aku bisa,” kata Donghae sedikit terkesan cuek. “Huh? Nanti sore? Aku... aku tidak bisa. Aku harus bekerja. Benar kau besok tidak bisa?” tanya Yumi setengah memaksa.

“Eoh. Aku harus ke Jepang untuk menemui ayahku,” jelas Donghae. Yumi terlihat berpikir. “Geurae. Aku usahakan untuk ijin bekerja. Lalu dimana kita bertemu?” Yumi akhirnya pasrah. “Di apartmenku saja. Nanti aku kirimkan alamatnya padamu,” kata Donghae. Akhirnya mereka sepakat untuk mendiskusikan paper itu di apartmen Lee Donghae.

Tanpa mereka sadari ada dua pasang kuping yang menguping pembicaraan mereka. Yumi pamit pergi meninggalkan Donghae. Dua orang yang sejak tadi mengamati Donghae dan Yumi akhirnya menunjukkan sosok mereka, “Donghae-ya! Apa yang kau bicarakan tadi dengan yeoja Indonesia itu? Apa kalian berkencan, huh?” selidik Kyuhyun berpura-pura curiga.

Huh? Eobseo!” jawab Donghae mencoba berkelit. Ia tidak ingin kedua sahabatnya itu membuat masalah lagi. “Jangan bohong! Aku sudah mendengarnya kalau kalian akan bekerja kelompok,” timpal Heechul, Si Pangeran cantik.

“Kalau sudah tahu kenapa masih bertanya padaku?” komentar Donghae kesal. “Haha! Kami hanya sedang mengujimu,” seru Kyuhyun seraya terkekeh. Kyuhyun mencoba menggoda Donghae dengan mengacak rambut Donghae

“Hei, serahkan gadis itu padaku!” ucap Heechul sengaja mendekatkan wajahnya pada Donghae. Ia mengeluarkan ekspresi wajah serius. Donghae hanya terdiam tanpa merespon sedikitpun, “Apa yang akan kau lakukan?” tanya Donghae pada akhirnya. Ia merasa khawatir pada apa yang akan dilakukan oleh sahabatnya itu.

“Lihat saja besok!” Heechul tersenyum menyeringai seraya menaikan satu alisnya seperti seorang tokoh antagonis.

_____

Seorang pria mengenakan topi dan jaket berwarna merah menunggu Yumi di seberang gerbang kampus, “Yumi-ssi!” seru Jung Soo saat melihat Yumi keluar dari gerbang kampusnya. Gadis itu menoleh ke arah namja itu lantas tersenyum. Tanpa menunggu lama ia berlari menghampiri kekasihnya itu, “Aku merindukan oppa!” seru Yumi setengah manja pada namja yang lebih tua tujuh tahun darinya itu.

Jung Soo tersenyum gemas melihat kekasihnya begitu manja padanya, “Baru ditinggal satu hari saja sudah seperti ini, apalagi kalau ditinggal bertahun-tahun,” kata Jung Soo seraya mencubit gemas pipi Yumi.

“Aw! Sakit, oppa!” seru Yumi seraya menepis lengan Jung Soo.

Dari kejauhan, Prince Gank ternyata mengamati Yumi dan Jung Soo.

“Siapa orang itu?” tanya Heechul. Heechul mengamati sepasang kekasih itu dengan tatapan yang seakan-akan menyelidik.

“Aku tidak tahu. Mungkin kau tahu?” kata Kyuhyun seraya menoleh pada Donghae.

“Aku? Hei, jangan mentang-mentang aku sekelas dengannya jadi aku harus tahu betul tentang yeoja itu, huh! Aku tidak tahu siapa namja yang bersamanya itu!” timpal Donghae yang merasa sedikit kesal karena selalu saja di sangkut pautkan dengan Yumi sejak Heechul mengetahui kalau mereka berdua satu kelas.

 

***

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK