Namaku Ayumi. Teman-temanku biasa memanggilku Ay atau Yumi. Aku salah satu mahasiswi beruntung dari Indonesia yang berkuliah di Korea Selatan. Meskipun aku orang Indonesia, tapi aku memiliki wajah oriental dan berkulit putih. Itu sebabnya kadang tidak ada yang menyangka kalau aku berasal dari Indonesia. Sejak keluargaku di Indonesia meninggal, aku sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi. Maka dari itu aku memutuskan untuk menetap dan bekerja di Korea Selatan setelah aku lulus sekolah. Hari-hariku aku isi dengan kegiatan kuliah dan bekerja sambilan.
Beruntung aku di Korea Selatan ini memiliki kekasih yang baik hati. Kami tidak sengaja bertemu di tempatku bekerja sambilan. Ya, sebenarnya pacarku itu adalah pemilik kafe tempatku bekerja. Selama satu tahun lebih berpacaran dengannya, dia orang yang sangat pengertian. Dia bahkan selalu ada di sisiku saat aku bersedih karena kehilangan kedua orang tuaku dalam sebuah kecelakaan. Pokoknya aku sangat mencintainya, begitupun ia padaku. -Yumi-
“Yumi, apa kau melamun? Kau tidak lihat kalau di depanmu ada pelanggan?” kata Jung Soo membuyarkan lamunan Yumi. Park Jung Soo, pria berusia dua puluh tujuh tahun yang membuka usaha kafe keluarganya. Pria yang penuh pengertian dan sangat ramah tetapi juga tegas pada saatnya. Ia memiliki wajah yang tampan ditambah dengan lesung pipi yang dalam di sebelah pipi kirinya. Setiap pria tampan yang satu ini tersenyum bisa langsung memabukkan para gadis yang melihatnya. Hanya dengan melihatnya sekilas saja orang bisa tahu kalau Park Jung Soo adalah pria berhati malaikat dan penuh cinta.
“Eh, iya. Maaf, bos!” Yumi membungkuk meminta maaf pada bosnya dan kepada pelanggan yang sejak tadi berdiri di hadapannya. Pelanggan itu terlihat tidak sabaran, memang sudah beberapa menit dia berdiri disana menonton Yumi yang tidak kunjung melayani pesanannya.
Park Jung Soo memang adalah pacarku, tapi saat berada di kafe dia adalah atasanku. Dia selalu bersikap tegas pada semua bawahannya. Aku sama sekali tidak keberatan dengan sikapnya yang begitu. Aku memang sengaja memintanya agar tidak membeda-bedakan aku dengan pekerja yang lainnya. Aku tidak ingin orang-orang menganggapnya pilih kasih mentang-mentang aku adalah pacarnya. -Yumi-
Jam kerja sudah berakhir. Sekarang sudah pukul 12 malam. Yumi membenahi barang-barangnya untuk bergegas pulang ke kontrakannya. Suasana di kafe sudah semakin sepi. Pekerja yang lainnya sudah lebih dulu pulang dan sekarang tinggal Yumi saja bersama dengan Sang Pemilik Kafe, Park Jung Soo.
“Maafkan aku, ya!” tiba-tiba saja sepasang lengan melingkari pinggang kecil Yumi. Yeoja itu menoleh ke belakang mencari si pemilik sepasang lengan itu. Dilihatnya pria berwajah tampan itu tengah tersenyum memamerkan lesung pipinya yang membuatnya semakin terlihat manis. Ketika Jung Soo tersenyum tampak sepasang matanya seperti ikut tersenyum. Ia benar-benar tampan. “Gwaenchanha, oppa. Arasseo. Seharusnya aku yang minta maaf. Tadi aku tidak bisa konsentrasi,” kata Yumi.
“Huh? Waeyo? Memangnya kau memikirkan apa?” Jung Soo memutar posisi Yumi hingga menghadap dirinya. Kali ini ia benar-benar bisa dengan jelas melihat wajah gadisnya itu. Dipandanginya wajah itu lekat-lekat dengan perasaan khawatir.
“Aku merindukan orang tuaku,” ucap Yumi sendu. Matanya terlihat sedikit sayu dan berkaca-kaca. Gadis ini benar-benar merindukan orang tuanya. Ia hanya tinggal seorang diri terlebih di negara yang asing baginya ini, tidak ada satupun kerabat yang dikenalnya.
“Jagiya, aku mengerti kesedihanmu itu. Tapi kau masih memiliki aku. Biarkan kedua orang tuamu tenang disana, ya?” ujar Jung Soo mencoba menghibur hati Yumi yang sedang galau. Ia tidak ingin gadis mungilnya itu bersedih lagi. Jung Soo adalah tipe orang yang akan melakukan apapun untuk menyenangkan hati orang yang disayanginya, sama seperti yang dilakukan oleh Yumi dulu pada sahabatnya, Aerin.
Yumi mengangguk lemah. Ia melanjutkan lagi aktivitasnya yang sempat tertunda, membereskan isi tasnya. “Mau sampai kapan kau tinggal di kontrakan kecil itu?” tanya Jung Soo kemudian. Ia menghampiri gadis itu seraya melihatnya merapikan barang bawaannya. Sesekali Jung Soo ikut membantunya memasukan benada-benda kecil ke dalam tas gadis itu.
“Dwaesseo, jangan mulai lagi untuk memaksaku tinggal bersama oppa. Aku tidak mau orang-orang mempergunjingkan kita tinggal satu atap. Kita, kan belum menikah,” timpal Yumi. Ia sudah hampir selesai dengan tasnya.
“Kalau begitu kita menikah saja!” sambung Jung Soo. Yumi mendadak terdiam. Menikah dengan Jung Soo memang adalah harapan Yumi selama ini, tapi ia merasa usianya masih terlalu muda untuk menikah, apalagi ia sekarang masih kuliah. “Oppa, aku belum siap. Usiaku baru dua puluh tahun dan aku ingin menyelesaikan kuliahku dulu,” ujar Yumi seraya membelai lembut pipi Jung Soo dengan kedua tangannya. Gadis itu mencoba memberikan pengertian pada kekasihnya.
Jung Soo langsung menangkap tangan halus Yumi, “Baiklah. Kau harus berjanji padaku, setelah kau lulus nanti kita akan menikah!” tantang Jung Soo bersemangat. Ia tersenyum menunggu jawaban Yumi. “Iya, aku janji!” jawab Yumi lantang.
***
Di kampus.
“Berani-beraninya kau menabrakku, huh! Kau mau cari mati?!” bentak seorang pria berwajah cantik. Seketika itu juga insiden kecil itu membuat riuh suasana di kampus itu. Seorang mahasiswa kelas bawah tidak sengaja menyenggol lengan pria cantik bernama Kim Heechul. Keluarga Kim Heechul adalah penyandang dana terbesar di kampus ini, tidak heran kalau sikapnya sampai begitu angkuh. Masalah kecil saja sampai ia besar-besarkan.
Di sisi lain, Kim Heechul adalah anak pengusaha brand fashion ternama di Korea Selatan bahkan ketenarannya sampai ke Inggris, tetapi brand mereka sekarang lebih berpusat di Inggris. Kedua orang tua Heechul dan juga kakaknya tinggal di London, Inggris untuk mengurusi perusahaan mereka. Heechul memiliki seorang kakak perempuan bernama Kim Heejin.
“Hei, bukankah dia sudah meminta maaf padamu?” Yumi tiba-tiba saja maju mencoba menjadi pahlawan dadakan. Semua mata menjadi tertuju padanya. Aerin, sahabat Yumi mencoba menahan Yumi dengan menarik lengan Yumi, tapi memang dasar gadis itu saja yang keras kepala. Ia tetap maju untuk menolong pria tertindas yang bahkan tidak dikenalnya itu.
“Hei, siapa kau berani bicara seperti itu pada Heechul kami?” timpal salah seorang sahabat Heechul, Cho Kyuhyun. Cho Kyuhyun adalah pria berkulit putih dan juga tampan, merupakan salah satu dari tiga keluarga terpandang yang sangat berperan sebagai penyumbang dana di kampusnya. Kyuhyun sangat ingin menjadi seorang penyanyi terkenal dan ia juga memang memiliki suara yang indah. Kyuhyun memiliki adik perempuan yang kuliah Jurusan Fashion di Paris. Orang tua Kyuhyun juga tinggal di Paris.
“Sikkeureo!” bentak Heechul. Heechul memiliki sifat mudah marah dan mudah tersinggung terlebih lagi dengan sindrom pangeran yang dimilikinya. Ia selalu merasa dirinya sempurna dan tidak memiliki cela.
“Hei, kenapa kau malah memarahi Kyuhyun? Dia, kan membelamu!” sahut Lee Donghae yang merupakan salah satu sahabat Heechul juga. Keluarga Lee Donghae juga termasuk penyandang dana terbesar di kampus ini. Lee Donghae adalah putra tunggal dari pemilik hotel ternama di Jepang. Karena ayahnya yang sakit-sakitan mengharuskan Donghae bulak-balik Korea - Jepang untuk menemani sang ayah berobat. Wajahnya yang tampan dan tubuh yang kekar membuat dirinya tampak sempurna di mata para gadis. Tapi sosok Lee Donghae sedikit lebih dingin dari pada kedua sahabatnya, Heechul dan Kyuhyun.
Lagi-lagi Heechul memberi kode pada Donghae dan Kyuhyun agar mereka diam, “Siapa, kau? Pendatang? Apa kau tidak tahu siapa aku?” kata Heechul kepada Yumi. Heechul berjalan mendekati gadis itu dengan gaya pangerannya dan diikuti oleh Kyuhyun dan Donghae di belakangnya.
Yumi tampak tak bergeming, “Apa peduliku? Bagiku kau tidak lebih dari seorang anak orang kaya yang sombong dan angkuh,” timpal Yumi. Ia berusaha menunjukkan kekuatannya pada bocah-bocah pengidap sindrom pangeran itu.
Mendengar kata-kata Yumi yang sangat berani itu membuat semua orang bergidik ngeri terlebih lagi Heechul menghela nafas panjang, itu artinya ia sangat marah pada gadis itu. “Apa kau haus?” tanya Heechul tiba-tiba pada Yumi yang malah membuat semua orang terbengong-bengong mendengarnya.
“Huh?” respon Yumi yang juga terperangah mendengar ucapan Heechul.
“Sejak tadi kau bicara terus, pasti sekarang kau haus,” Heechul mengambil sebotol air dari tangan Kyuhyun, membuka tutupnya dan menyodorkannya pada Yumi. Yumi meskipun tidak mengerti tapi ia akhirnya menggerakan tangannya untuk menerima botol itu. Naas, Heechul langsung mengangkat botol berisi air itu dan menumpahkannya tepat di atas kepala gadis Indonesia itu. Saat itu juga trio Prince itu tertawa terbahak-bahak menertawakan penderitaan Yumi yang sudah sangat malu diperlakukan semena-mena oleh Heechul di depan orang banyak dan ia juga hampir menangis.
“Itu akibatnya kalau berani melawan Prince Heechul,” sahut Heechul. Ia lantas meninggalkan Yumi disusul oleh dua sahabatnya itu, Kyuhyun dan Donghae. Heechul diam-diam mengumpat Yumi sebelum ia benar-benar pergi dari lokasi itu.
Satu per satu orang-orang yang berkerumun juga meninggalkan tempat kejadian itu, termasuk orang yang tadi dibela oleh Yumi, dia pergi tanpa mengucapkan terima kasih atau apapun pada gadis itu.
“Orang itu! HhhrrgghH!!!” Yumi dibuat murka oleh Prince Gank itu. Ia mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat. Rahang gadis itu bergetar menahan emosi yang membuncah.
“Kau tidak apa-apa? Bajumu basah,” kata Aerin yang notabene adalah sahabat Yumi. Aerin menyentuh pakaian Yumi yang benar-benar telah basah sehabis disiram air oleh pria yang mengaku pangeran tadi.
“Kau lihat, kan bagaimana menyebalkannya mereka tadi?” sahut Yumi yang benar-benar emosi. “Salahmu sendiri kenapa ikut campur urusan orang lain? Lihat! Orang yang kau bela itu bahkan pergi begitu saja,” timpal Aerin yang malah memojokkan Yumi.
“Aish! Benar-benar tidak tahu terima kasih! Aku sudah sampai seperti ini, dia malah pergi begitu saja!” gerutu Yumi semakin bertambah kesal. Di pikiran Yumi, ternyata disini cukup sulit untuk menemukan teman yang tahu caranya berterima kasih.
“Geumanhae, jibe kaja! Yesung menjemputku hari ini, kau bisa menumpang sampai ke kafe, dari pada harus naik bis!” kata Aerin seraya menarik lengan Yumi untuk pergi.
***
Di lain tempat. Di sebuah tempat yang penuh dengan ilalang, terparkir tiga buah mobil mewah berwarna gelap. Beberapa pria dengan setelan mahal berkumpul di dekat mobil mewah itu. Mereka adalah Heechul, Donghae dan Kyuhyun. Tiga pria itu kemana-mana mereka selalu bersama. Mereka dijuluki Pangeran Kampus. Mereka sendiri menamakan diri mereka dengan Prince Gank.
“Apa yang kau lakukan tadi pada gadis itu menurutku sedikit keterlaluan,” komentar Donghae yang sejak tadi ditahannya. Meskipun terlihat dingin, tapi Donghae memiliki hati yang sedikit lebih lembut dibandingkan dengan kedua sahabatnya itu.
“Cih! Siapapun yang berani bermain-main dengan Kim Heechul pasti akan mendapatkan balasan yang setimpal,” timpal Heechul. Entah apa yang membuat pria ini sampai bisa memiliki sifat seburuk itu. Tapi kali ini ia merasa harga dirinya sedikit tercoreng oleh perlawanan gadis imigran itu.
“Ya, kau seperti tidak mengenal Heenim kita saja, Donghae!” timpal Kyuhyun seraya mengeluarkan seringaian antagonisnya. Heenim adalah sapaan akrab mereka pada Heechul.
“Kalian tahu siapa perempuan itu?” tanya Heechul tiba-tiba. Rupanya pangeran sombong ini memiliki sedikit ketertarikan untuk mengetahui pribadi korban bully-annya hari ini. “Kenapa kau ingin tahu tentang dia?” tanya Donghae heran. “Kau pikir kenapa? Seorang Heechul tidak akan melepaskan mangsanya begitu saja!” seru Heechul.
“Dari yang aku tahu... dia WNA dari Indonesia. Dia bisa kuliah di kampus kita karena mendapatkan bea siswa. Setahuku dia memang sangat pandai di kelasnya. Iya, kan Donghae?” kata Kyuhyun menjelaskan.
“Iya. IPK-nya selalu cumlaude,” tambah Donghae. “Jinjja? Dari mana kau tahu?” tanya Heechul heran. Kali ini ia menoleh pada dua sahabatnya itu. Heechul penasaran dari mana sahabat-sahabatnya itu bisa mengetahui riwayat gadis itu.
“Tentu saja dia tahu! Mereka, kan satu kelas,” timpal Kyuhyun menjawab rasa penasaran Kim Heechul. “Jadi begitu?” Heechul menyeringai licik.
***