DAEHYUN POV
“Daehyun, mau sampai kapan?” Eunji selalu bertanya itu kepadaku.
“sampai ia benar-benar benci denganku, bisa kan?” aku meyakinkan Eunji agar bisa melakukan itu dengan baik.
“kalau ia nggak berhasil membencimu, kamu mau apa?”
“waktunya nggak lama kok. Tenang aja, pasti akan berhasil.”
Oppanya menghubungiku saat itu. Aku tidak habis pikir ia melakukan hal bodoh seperti itu. Meminum racun? Ia bodoh atau apa. Ia sendiri tidak bisa mensyukuri apa yang telah tuhan kasih. Tuhan masih memberikannya umur panjang dan kesehatan terhadap dirinya. Tapi apa yang ia lakukan? Hanya kubohongi seperti itu saja meminum racun. Payah.
“Daehyun, waktunya tidur.” Pinta tante-tante itu. Setiap waktu aku diminta istirahat. Aku seperti ini juga istirahat. Nanti juga akan istirahat. Selalu istirahat sampai kapanpun aku akan istirahat. Ngomong-ngomong, bagaimana kabarnya ya. Sudah lama aku tidak mendengar suara bawelnya. Apa keputusanku ini akan sangat baik bagi diriku dan dirinya? Aku tidak yakin tapi aku harus meyakinkan itu.
***
Aku terbangun dari tidurku dan melihat pemandangan sosok Eunji dihadapanku. Ya, dialah yang saat ini yang terus menemaniku. Jung Eunji, teman kecil di kampung halamanku. Ia datang jauh-jauh ke Seoul karna ingin bertemu dengan ibuku.
“Daehyun, eomma bilang 15 menit lagi makan ya.” Eunji menyampaikan pesan dari eommaku. Aku hanya mengangguk namun sesungguhnya aku tidak lapar. Bayangkan saja setiap hari hanya memakan makanan yang membosankan.
“Eunji, bisa tolong ambilkan ponselku? Aku ada perlu.”
Eunji memberikan ponselku. Aku mengetik sebuah pesan dan menekan tombol send. Aku menaruh ponselku disamping bantalku.
“Daehyun, kalau emang nggak yakin, nggak usah dilanjutkan. Aku nggak apa-apa kok.” Lagi-lagi membahas itu.
“udahlah, nggak apa-apa kok.”
“tapi nanti kekasihmu..”
“itu kan urusanku. Lagian waktunya nggak lama kok.”
Sebuah balasan pesan kuterima. Tak sadar senyumku tersungging begitu membaca pesan itu.
-flashback-
“dan satu lagi, aku sangat senang mendapatkan peran penting ini. permisi.” Ucapan itu terus terngiang dipikiranku sehingga aku membatalkan permintaan untuk keluar dari musical tersebut. Lagi-lagi, perempuan itu membuat hatiku terenyah.
Sejak ia memberikanku minum saat itu, aku tertarik dengannya. Sehingga saat itu aku berbohong padanya dan teman-temannya dengan mengatakan aku ada perlu dengannya. Keperluanku saat itu hanya ingin mengetahui namanya. Luna. Park Luna, dia yang membuatku gila saat ini. setelah mendengar aku harus berpasangan dalam drama musical, aku gugup dan tentu saja malas. Namun, dengan perkataannya tadi membuatku sadar, bahwa aku tidak boleh menyia-nyiakan apa yang sudah menjadi kesempatanku. Kesempatan tidak datang dua kali.
Aku mulai rajin datang untuk berlatih. Cukup membuat teman-teman yang lain terkejut karena ternyata aku membatalkan keinginanku untuk keluar.
“Wah Daehyun tetep ikut toh!” celetuk Taemin. Aku hanya cengengesan dan melihat kearah Luna yang terkaget-kaget melihat kehadiranku.
“nggak usah kaget, aku tetep ikut musical ini.” kulihat senyuman manis terukir jelas dibibirnya. Dan tepat berada dihadapanku sekarang. deg! Aku cukup gugup melihat senyumannya. Kami mulai berlatih bersama hingga pada pertunjukkan tiba.
***
Pertunjukan musical berjalan dengan sempurna. Tidak sia-sia usahaku dengan teman-teman lainnya selama ini. ternyata, keputusanku untuk terus mengikuti kelas dan musical ini membuatku mendapatkan suatu hubungan kekeluargaan dalam suatu kelas. Untuk kelas-kelas lain, kami hanya akan berhubungan jika pada urusan tertentu, tapi disini, rasa kekeluargaan itu terus ada sampai kapanpun.
“Kita berhasil!” teriak Luna dengan bouquet ditangannya. Ia mendapatkan perhatian besar dari mahasiswa di kampus ini. selain memiliki wajah yang manis, ia juga memiliki suara yang merdu. Tak heran banyak laki-laki dikampus ini mulai menjadi fans dadakannya. Aku hanya tersenyum melihat tingkahnya yang seperti anak kecil saat merayakan keberhasilan musical ini bersama teman dekatnya.
“Liatin siapa sih Daehyun.” Taemin sukses mengagetkanku.
“liatin Jiyeon nih, kenapa?” ledekku. Taemin memukul dadaku dengan tampang sinisnya. Aku hanya terbahak melihat tampang sahabat baruku ini.
“macam-macam dengan Jiyeon, kutunggu di ring tinju.” Ancamnya. Kami hanya tertawa.
***
Aku semakin rajin untuk kelas vocal ini. semakin rajin, aku akan terus bersamanya.
“sekarang nggak pernah di hukum Lee Ssaem lagi ya.” Celetuk suara ini. Luna. Aku menggeser posisi dudukku dan mempersilahkannya duduk disampingku.
“kan udah rajin sekarang.” ucapku.
“bagus dong jadi aku nggak perlu kasih minum gratisan ke kamu lagi –terkekeh-“ karena kelas sudah selesai, aku berniat untuk mengajaknya makan bersama.
“ada waktu nggak?” tanyaku.
“nggak, kenapa?”
“makan yuk.” Ajakku to the point dan berjalan meninggalkan kelas. Kulihat kebelakang Luna masih duduk terdiam.
“ayolah, itung-itung rayain keberhasilanku karna udah menjadi mahasiswa rajin di kelas vocal yang udah nggak pernah di hukum lagi nih.” Luna terkekeh mendengar ucapanku dan menghampiriku.
Semenjak kedekatanku dengannya waktu itu, membuatku dengannya selalu melakukan perjalanan rutin seminggu sekali pergi bersama ke tempat yang indah.
24 Desember, malam Natal yang kulewati kali ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Malam Natal kali ini aku menikmatinya bersamanya, Luna. Kami pergi ke Namsan Tower untuk merayakan malam Natal bersama. Tidak ramai pada umumnya karna aku pergi terlalu cepat untuk merayakan malam Natal.
“Daeh, bawa gembok sama kuncinya kan?” aku membuka tas kecil yang kubawa dan mengeluarkan dua buah gembok berwarna pink. Gembok ini Luna lah yang memilih.
“aigoo, cantik kan gemboknya. Nanti tulis disini keinginan kita masing-masing di malam Natal ini ya, seperti hadiah yang pingin banget Daehyun dapatkan.”
Kami menikmati makan malam yang terbilang sangat cepat ini. sudah tidak aneh saat bersama kami selalu membicarakan seputar kuliah dan kedepannya bagaimana.
“rencana Daehyun setelah lulus bulan depan nanti apa?” tanyanya dengan mulut yang masih penuh dengan makanan.
“makan dulu yang bener baru nanya.” Ucapku sambil mengelap bibirnya dengan tissue yang blepotan saus.
“aku mau married muda.” Luna tersedak begitu mendengarnya dan tertawa. Kenapa tertawa, memang ada yang lucu.
“mau jadi ayah muda?” aku mengangguk.
“aku sih mau jadi ibu muda, tapi nggak sekarang.”
“kenapa? Sekarang aja kali.”
“aku mau kuliah diluar negeri, Daeh. Jadi nanti aja nikah mudanya kalau udah pulang dari luar negeri.” Jadi ucapannya serius untuk kuliah di luar negeri.
Setelah makan malam, Luna dengan terburu-buru mengajakku untuk memasang gembok di Namsan Tower. Sebelum Luna menuliskan impian-impiannya, aku menanyakan sesuatu hal padanya.
“Lun, kalau arti cinta buat kamu itu apa?” Luna terdiam mendengar pertanyaanku. Cukup lama ia terdiam dan akhirnya membuka suaranya.
“cinta ya? Cinta itu kayak aku ke music. Menjadi satu karna ada rasa nyaman dan suka satu sama lain. Aku suka music, dan nyaman untuk menjalani rutinitas yang selalu berhubungan dengan music. Begitu juga dengan music yang senang karna aku menyukai dan merasa nyaman dengannya. Kenapa?”
“berarti kalau aku bilang kalau cinta itu kayak aku ke kamu, bisa dong Lun?”
“em maksudnya Daeh?”
“cinta menurutku kayak aku ke kamu. Aku nyaman kalau ada kamu disisiku. Aku suka sama kamu secara keseluruhan. Dengan kebersamaanku sama kamu selama ini, membuatku sangat merasa nyaman dan semakin suka sama kamu.”
“jadi maksudnya Daeh? Luna nggak ngerti deh.”
“aku cinta kamu Lun, jadi pacarku yah.”
-flashback end-
DAEHYUN POV END
LUNA POV
‘apa kabar? Tanggal 24 kita rayakan bersama ya.’
Air mataku turun begitu spontan. Kenapa sih selalu meneteskan air mata melihat pesan darinya. Ia sudah berbohong padaku, tapi kenapa kamu masih menangisinya Luna.
“buat apa merayakan bersama? Toh ia udah dijodohkan oleh eommanya kan.” Dumelku. Balas nggak balas nggak. Tanganku gatal ingin membalas pesannya, tapi hatiku kesal. Kalau ternyata tanggal 24 besok merayakan terakhir kalinya karna salam perpisahan dengannya, aku nggak bisa menutupi perasaan sakit dan kesalku.
Aku mengetik cepat membalas pesannya.
‘jam lima, seperti biasa ya.’
Oke kali ini aku nggak mengerti kenapa aku membalas ini. mungkin ini saatnya untuk perpisahan Lun.
***
Kalau memang ini hari perpisahanku dengannya, aku akan memberikan hadiah natal untuk terakhir kalinya. Sebelum aku melihatnya dengan perempuan lain, hiks. Aku memilih sebuah syal berwarna crem. Ini sangat cocok untuknya, apalagi di musim dingin seperti ini. aku tahu Daehyun tidak pernah mengenakan syal dengan berbagai alasan, tapi kali ini aku harus memberikan sebuah syal untuknya.
Tanggal 24 sudah mendekat. Apa aku siap? Mengingat ucapannya di telfon saat itu.
-flashback-
‘Daeh, Luna udah tunggu di café daritadi.’
‘aku akan bertunangan bulan depan.’
‘eh?’
‘jangan hubungi aku lagi ya. Nanti eomma marah karna aku masih berhubungan sama kamu. Calon tunanganku udah tinggal bersamaku. Kita sedang merencanakan pertunangan bulan depan.’
‘Daeh…’
‘udah ya Lun, bye.’
-flashback end-
Hiks. Kenapa harus bohong padaku seperti itu. Ia bilang akan menikahiku kalau aku sudah pulang dari Prancis. Tapi pada kenyataannya, ia malah akan bertunangan dengan perempuan lain.
-flashback-
“jaga diri baik-baik ya Lun.” Ucap Daehyun padaku. Aku akan berangkat ke Prancis untuk beasiswa kuliahku. Aku juga akan berkeliling Eropa untuk menyanyi seriosa. Itu adalah impian terbesarku, menjadi seorang penyanyi. Aku akan sangat senang kalau Daehyun juga ikut bersamaku, namun ia memilih untuk menetap di Korea.
“jangan centil sama perempuan-perempuan lain ya.” Nasehatku. Ia hanya tertawa dan mengusap kepalaku pelan.
“ngerti ngerti. Udah, sebentar lagi pesawatnya berangkat.” Aku memeluknya perlahan. Aku akan sangat rindu padanya. Satu tahun tidak akan bertemu, cukup berat. Namun Daehyun meyakinkanku agar aku tidak khawatir padanya.
“Lun.” Panggilnya kembali sebelum aku berangkat.
“iya?”
“begitu pulang dari Prancis, aku akan menikahimu.” Ucapnya sambil tersenyum. Aku mendekatinya dan memeluknya erat. Aku akan sangat berusaha keras agar aku bisa mendapatkan hasil yang sangat baik disana. Aku juga akan sangat senang kalau Daehyun akan menikahkanku.
“janji?” ucapku. Ia mengikat janjinya padaku dengan jari kelingkingnya.
“J-A-N-J-I.” aku tersenyum dan pergi meninggalkannya. Aku akan cepat pulang dan tidak menunggumu lama.
-flashback end-
LUNA POV END
AUTHOR POV
Luna terburu-buru dan masuk ke sebuah restoran di Namsan Tower. Tempat ini menjadi saksi dimana detik-detik hubungan mereka terjalin. Ia mencari sosok Daehyun dan mendapatkannya sedang duduk di tempat yang sama. Luna merasa gugup untuk bertemu dengannya saat ini. ia tahu ini pertemuan terakhirnya dengan status ‘pacaran’nya. Ia mungkin akan mendengar penjelasan tentang perjodohannya. Luna belum siap mendengarnya, namun ia harus menerima itu semua.
“annyeong.” Daehyun menyapanya dan memintanya duduk.
“udah menunggu lama?” tanya Luna hati-hati. Daehyun menggeleng. Luna mengambil buku menu untuk memesan makan.
“udah dipesenin kok. Kayak biasa.” Luna hanya mengangguk.
Keheningan dan kecanggungkan terjadi. Luna sedari tadi hanya menatap kebawah sementara Daehyun melihat kesekeliling.
“Daeh, soal pertunangan itu, benar?” tanya Luna memberanikan diri. Daehyun hanya terdiam tak menjawab. Luna sudah tahu apa jawabannya.
“aku sakit Lun.” Ucap Daehyun tiba-tiba. Luna menatapnya penuh tanya. Sakit apa yang dimaksud.
“aku nggak bisa ketemu kamu waktu itu karena harus mendapatkan perawatan intensif. Waktu itu juga, teman lamaku sedang datang menjenguk. Jadi dengan polos aku membohongimu kalau aku akan bertunangan dengannya. Aku melakukan itu supaya kamu nggak mengetahui kondisiku saat itu. Maaf.” Ucapannya membuat Luna terdiam lama. Memikirkan bagaimana bisa Daehyun yang sehat dapat sakit sampai-sampai ia harus dirawat intensif. Luna hanya diam setelah mendengar pernyataan Daehyun.
Mereka menyelesaikan makan malam mereka dalam diam dan berjalan menuju tempat dimana pernyataan cinta dari Daehyun terucap empat tahun lalu. Luna mencari-cari gembok yang mereka letakan empat tahun lalu. Daehyun khawatir Luna akan membuka gembok itu karna Luna memang menyimpannya.
“mau diapakan? Jangan dibuka!” tegas Daehyun.
“nggak kok, Cuma mau lihat aja. Ternyata masih tersimpan ditempat yang sama tanpa ada perubahan dari tahun ke tahun.” Ucap Luna. Mereka masih dalam diam. Luna masih shock mengetahui Daehyun sakit. sudah pasti Daehyun mengidap penyakit parah sehingga ia membohonginya waktu itu.
Luna mengeluarkan hadiah natal untuk Daehyun. Daehyun menerima dan membuka bingkisan tersebut.
“syal?” tanyanya dengan bingung. Luna memakaikan syal tersebut ke leher Daehyun. Dengan begitu Daehyun cukup hangat dimalam yang dingin ini.
“Daehyun nggak pernah pakai syal, jadi kado ini harus benar-benar dipakai ya.” Luna tersenyum mengucapkan itu. Namun air matanya mengalir dengan cepat. Daehyun segera menghapus air matanya dengan jarinya. Ia sudah tahu akan seperti ini kejadiannya. Luna tak bisa menahan tangisnya dan terisak. Daehyun segera memeluknya.
Lama mereka dengan posisi seperti itu, salju di malam natal pun turun menemani sisa-sisa waktu kebersamaan mereka. Luna sudah membaik keadaan perasaannya. Ia tak bisa menahan tangisnya, mendengar kekasihnya sakit sudah cukup membuatnya sakit. ia masih tak terima dengan kenyataan ini. pantas ia merasa Daehyun terlihat pucat. Ia takut dengan kondisi kesehatan Daehyun.
“Daeh.”
“Happy Anniversary Lun.” Ucap Daehyun dengan senyum terbaiknya. Luna hanya tersenyum dan menahan tangisnya kembali. ia merasa hari jadi mereka kali ini tidak sebahagia tahun-tahun sebelumnya. Luna merasa sangat takut, takut akan kehilangan Daehyun selama-lamanya.
“Daeh, kamu sakit Luna yang takut.” Kini tangisnya kembali pecah. Daehyun tersenyum tegar dan memeluknya kembali. Daehyun menenangkan dirinya.
“Maaf, aku bohong Lun.”
Luna menatapnya penuh tanya.
“Aku nggak sakit –terkekeh-“ Senyum jahil Daehyun keluar dan makin membuat Luna tak mengerti maksudnya.
“coba liat kebelakangmu” Luna masih dengan penuh tanya menuruti perkataan Daehyun. Ia melihat teman-teman semasa kuliahnya berdiri membawa sebuah papan tulisan berkilau bertuliskan.
“Would you marry me, Luna-ssi?” ucap Daehyun berlutut dan mengeluarkan sebuah kotak kecil berisi cincin. Luna shock melihat semua ini. Daehyun sakit namun ia mengatakan ia bohong. Ia tidak sakit. ia melihat teman-temannya membawa papan bertuliskan yang Daehyun barusan katakan. Daehyun melamarnya.
“Daeh!” ucapnya sedikit kesal tak mengerti apa maksudnya.
“Ini semua aku lakukan untuk membuat kejutan seperti ini. Luna-ssi, maukah kamu menikah denganku?” sekali lagi Daehyun mengucapkan kalimat tersebut. Dengan senyum merekah dibibir Luna, ia mengangguk mantap.
“iya, mau.” Ucapnya tersenyum haru dan memeluk Daehyun. Teman-temannya, Jiyeon, Jieun, Taemin, Kibum bersorak gembira dan memberikan selamat kepada mereka.
“gomawo” ucap Luna pada Daehyun. Daehyun kembali memeluknya. Malam natal terakhir berstatus pacaran, namun akan berlanjut malam natal yang berstatus suami istri.
END