home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Love At The Night Christmas

Love At The Night Christmas

Share:
Author : fasyaicha
Published : 14 Mar 2014, Updated : 14 Mar 2014
Cast : B.A.P Daehyun & f(x) Luna
Tags :
Status : Ongoing
0 Subscribes |1062 Views |1 Loves
Love at the Night Christmas
CHAPTER 1 : The Story Of Love At The Night Christmas (1)

AUTHOR POV

Desember, bulan yang selalu ditunggu-tunggu oleh banyak orang. Bulan yang penuh dengan berkah. Penuh dengan cinta dan penuh kehangatan. Desember, musim salju telah tiba. Walau dingin menerjang, tapi dengan kekuatan cinta, rasa dingin itu akan hancur digantikan oleh kehangatan cinta.

Terlihat seorang perempuan dengan jaket tebalnya yang duduk disebuah kedai kopi menikmati secangkir kopi hangat. Ia menyantap kopi tersebut dan terbesit sebuah senyuman, merekah di bibir mungilnya. Terlihat dalam tatapannya, ada arti didalam matanya bahwa ia menunggu kehadiran seseorang. Memang, ia menunggu kehadiran seseorang yang selama ini sangat ia ingin temui.

Ponselnya yang berada di meja tersebut berbunyi dan tertera nama seorang laki-laki dilayar ponselnya. Kembali ia menyunggingkan senyuman manisnya dibibirnya. Ia segera mengangkat telpon itu dan berbincang dengan seseorang. Senyuman yang sedari tadi ia lontarkan hilang begitu saja setelah ia mendapatkan telpon tersebut. Ia hanya mengangguk-angguk kecil dan berkata “aku mengerti” setiap kali dalam perbincangan itu. Ia menutup telponnya dan berdiam.

***

Luna melempar ponselnya ke tempat tidurnya dan berteriak histeris. Ia menangis. Meja riasnya yang rapih oleh alat make up nya ia kacaukan sehingga kamarnya kini tidak seperti kamar anak perempuan sewajarnya.

Tok tok tok!

Suara gaduh dari dalam kamar Luna membuat Ibunya khawatir apa yang terjadi dengan putrinya.

“Luna, ada apa?” Ibunya terus bertanya dan mengetuk pintu kamarnya. Luna tak menanggapinya dan tetap histeris mengacaukan isi kamarnya.

“Pembohong!” Luna berteriak dan memecahkan figura-figura dikamarnya. Ibunya semakin khawatir dan berusaha membuka pintu kamarnya. Dibelakang sang ibu, seorang laki-laki yang dikatakan berusia 10 tahun lebih dari Luna menghampiri ibunya.

“ada apa?” tanyanya dengan tenang. Ibu hanya menunjuk pintu kamar Luna meminta agar putranya ini untuk membujuk adiknya. Leeteuk, mengangguk dan mengetuk pintu kamar Luna.

“Luna. Ini oppa. Kamu kenapa? Tolong buka pintunya.” Hening dan tak ada jawaban. Leeteuk mencoba memanggilnya kembali namun masih tidak ada jawaban. Ia terpaksa mendobrak pintu kamarnya dan melihat bahwa Luna sudah tergeletak lemah dikamarnya.

“Luna!!!!” Ibunya berteriak histeris melihat busa yang keluar dari mulut putrinya ini. Leeteuk segera membopong Luna dan masuk ke dalam mobilnya. Mereka membawa Luna ke rumah sakit.

***

“Untung anda membawanya kesini dengan cepat. Kalau tidak mungkin nyawanya tidak akan terselamatkan.” Dokter mengatakan hal tersebut kepada Leeteuk. Ia melihat kondisi adiknya dengan prihatin. Semenjak ayahnya meninggal dua tahun lalu, ia memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga ibu dan adiknya. Ia sangat tahu bahwa adiknya ini pasti memiliki sebuah masalah yang ia tidak tahu sampai akhirnya ia seperti ini.

Leeteuk berjalan menemui ibunya yang berada di ruang inap bersama Luna dan menanyakan apa yang terjadi dengannya.

“Ibu rasa, Luna bertengkar dengan kekasihnya.” Ucap ibunya.

“siapa kekasihnya?” tanya Leeteuk. Bahkan ia sendiri tidak tahu bahwa adiknya ini sudah memiliki kekasih.

“Daehyun.” Leeteuk segera mengambil ponsel Luna dan mencari kontak bernama Daehyun. Dapat! Ia menekan tombol call dan menghubungi Daehyun.

“Hallo.” Leeteuk berbincang cukup lama di telpon dan mengakhiri telpon tersebut. Leeteuk memperhatikan wajah adiknya dan merasa menyesal karna lalai dalam menjaga adiknya.

“Daeh..Daeh..” Luna mengigau dalam tidurnya. Ia terus memanggil nama Daehyun dan berbicara tidak jelas.

“Daeh, aku harus apa. Daeh, Luna mohon jangan.” Ibunya mengelus pipinya lembut dan Luna terbangun. Ia melihat kesekeliling dan hanya ada pemandangan Ibu dan Oppanya.

“Luna dimana?” tanyanya dengan suara pelan.

“di kamar baru sayang. Luna harus dirawat dulu disini. Kalau udah pulih, baru boleh pulang.” Jelas Ibunya. Luna menoleh ke Oppanya dan melihat senyuman dibibir oppanya.

***

LUNA POV

Aku, di rumah sakit? kenapa aku bisa berada disini? Aku ingat kalau aku masih berada didalam kamarku. Agrh, di kamar. Kenapa aku merasa sakit.

“tadi Luna hampir mati karna meminum racun.” Ah itu. Kenapa aku tetap hidup. Padahal aku sudah meminumnya hampir satu botol penuh. Mungkin Oppa yang membawaku kesini. Harusnya aku tidak mereka tolong. Biar si pembohong itu senang karna aku sudah mati dengan keadaan aku mencintainya. Haha miris kamu Luna.

***

Ini sudah hari ketiga aku berada di rumah sakit dan aku akan segera pulang mengingat kondisiku sudah cukup baik. Benar dugaanku kalau si pembohong itu memang tidak memperdulikanku dan ingin aku mati. Buktinya, saat aku dirawat seperti ini ia tidak datang untuk menjengukku. Setidaknya, menelponku saja tidak. Oppa bilang Daehyun sudah tahu aku dirawat. Tunggu? Jadi Oppaku tahu bahwa aku sudah memiliki kekasih? Pasti Eomma yang memberitahunya.

Kondisiku sudah sangat baik dan aku sudah mulai menjalankan aktivitasku kembali. ah, aku Park Luna. Aku seorang pelatih vocal di kampusku. Aku sudah lulus dan aku mendapatkan beasiswa kuliah di luar untuk jurusan yang sama. Setelah aku kembali dari sekolahku di luar sana, aku diminta untuk menjadi pelatih vocal di kampusku.

“Selamat pagi, Luna ssaem.” Sapa seorang muridku. Aku membalas sapaannya dan tersenyum. Mereka semua mengaku bahwa mereka senang dilatih olehku. Aku ikut senang kalau memang mereka senang.

“Pagi miss.Park. kudengar kamu kemarin masuk rumah sakit? ada apa sih?” tanya Jiyeon, sahabatku.

“hanya lelah. Sekarang udah baik-baik aja kok.” Jawabku seadanya. Jiyeon tidak bertanya-tanya lagi. Aku tidak mungkin memberitahu bahwa aku masuk rumah sakit karna meminum sebotol racun. Dan alasanku meminum itu hanya karna hal bodoh yang pernah kualami.

***

Kelas vocal hari ini cukup berlangsung baik. Semakin hari murid-muridku menunjukkan adanya peningkatan dalam kualitas vocal mereka. Aku senang melihat mereka tersenyum dan tertawa bersama. Mengingat dulu aku pernah berada diposisinya. Berlatih bersama. Bernyanyi dan mendapatkan hukuman dari Songsaenim bersama. Hal itu sangat terekam dipikiranku. Mengingat kejadian beberapa tahun lalu dengan si pembohong itu membuatku merindukan saat-saat awal pertemuan dan kedekatan dengannya.

-flashback-

“do re mi fa sol la si do~ do~ si la sol fa mi re do” kami melakukan pemanasan untuk latihan vocal saat itu. Hari ini aku berlatih vocal di tahun ketiga perkuliahaanku. Aku sangat suka menyanyi dan akan menjadi seorang penyanyi kelak suatu hari nanti.

“permisi aku telat datang.” Ucap seorang laki-laki dengan penuh keringat ditubuhnya dan nafas yang mengebu-ngebu.

“Jung Daehyun. Ini sudah tahun ketiga kuliahmu dan kamu masih telat untuk masuk kelas ini.” omel Lee Ssaem pada anak itu. Ah, Jung Daehyun. Ia sekelas denganku tapi aku jarang melihatnya berada dikelas. Ia memang selalu telat untuk kelas ini.

“Maaf Ssaem. Aku ada urusan, tadi –terkekeh-“ Lee Ssaem memberikannya hukuman dengan berlari 10 keliling halaman kampus tanpa mengenakan alas kaki dan melakukan pemanasan dasar untuk vocal. Kami memulai berlatih masing-masing dengan perasaan yang cukup takut melihat teman kami mendapat hukuman dari Lee Ssaem.

Daehyun, anak itu sudah menjalankan hukumannya dan mulai bergabung dengan kami. Aku yang tak tega memberikan sebotol minuman yang kubawa dari kantin kepadanya.

“sok baik. Nggak usah, nggak butuh.” Ucapnya cuek. Aku masih menyodorkan minum kepadanya.

“Cuma mau berbagi, masa dibilang sok baik.” Ucapku ketus. Ia memandangku sinis dan mengambil minuman dari tanganku.

“makasih.” Ucapnya dan segera meminumnya hingga habis. Ini kedua kalinya aku melihat teman vocalku mendapat hukuman dari Lee Ssaem dan sangat ganas ketika meminum air karna haus.

“lain kali jangan telat makanya.” Ucapku dan meninggalkannya. Aku menghampiri Jiyeon yang sedang berbincang seru dengan Jieun. Kami berlatih hingga pukul tujuh malam dan segera pulang ke asrama masing-masing.

***

“Woy!” teriak seseorang dan itu mengarah kepada kami bertiga, aku, Jiyeon dan Jieun.

“Kamu, yang ditengah yang tadi ngasih minum. Bentar deh ada perlu.” Aku meminta Jiyeon dan Jieun untuk pulang ke asrama lebih dulu. Aku menghampiri Daehyun yang memanggilku.

“ada perlu apa?” tanyaku cepat.

“namamu siapa?” jadi hanya bertanya nama?

“Luna, Park Luna. Kenapa?”

“ah, nggak. Hanya ingin tahu namamu aja. Terima kasih ya untuk minumnya. Sorry, tadi bilang sok baik. Sudah ya, bye!” Daehyun pergi dan melambaikan tangannya padaku. Aku bingung dibuatnya, jadi ada perlunya itu hanya ingin mengetahui namaku.

***

“Daehyun dan Luna terpilih menjadi pemeran utama dalam musical kita natal nanti.” Ucap Lee Ssaem. Ah sekedar memberi tahu saja bahwa di kelas vocalku ini setiap enam bulan sekali akan menunjukkan pertunjukkan drama musical. Dan kali ini aku terpilih menjadi pemeran utama. Sungguh aku tidak percaya ini. setiap hari aku membayangkan akan menjadi pemeran utama dalam drama musical di kampusku.

“Ssaem! Kenapa harus aku?” Daehyun tidak menyetujui bahwa ia yang terpilih menjadi pemeran utama bersamaku.

“untuk kali ini, agar kamu bisa lebih disiplin dengan waktu, maka saya menunjukmu sebagai pemeran utama.” Tegas Lee Ssaem.

“tapi Ssaem” Daehyun mencoba memprotes kembali namun Lee Ssaem mengabaikannya. Semua sudah kebagian perannya masing-masing. Dalam drama musical ini, aku berperan sebagai Gabriella. Mungkin sebagain dari kalian sudah mengetahui siapa Gabriella. Ia adalah tokoh wanita dalam film High School Musical. Gabirella ini memiliki kekasih, yaitu Troy. Dan Daehyun akan memerankan Troy. Aku melihatnya dan ia merasa sangat kesal mendapat peran itu. Aku bisa melihat teman-teman lain sangat menginginkan peran itu, namun hanya Daehyun yang tidak menerimanya.

Aku terus berlatih vocalku dan aktingku untuk musical ini. ini kesempatanku untuk menunjukkan keahlianku dalam acting.

“hmm, yang dapet pemeran utama nggak aneh dari kemarin latihan terus.” Celetuk Jiyeon yang baru keluar dari kamar mandi.

“ini kan kesempatan besar, Jiyeon. Nggak akan aku sia-siakan gitu aja.”

“tapi si Troy itu, Daehyun, dia tuh apa sih jalan pikirannya. Masa dikasih kepercayaan memerankan tokoh utama tapi ia malah mau mengundurkan diri dari kelas ini.” kali ini aku cukup shock mendengar Daehyun akan mengundurkan diri dari musical tersebut. Ya, yang kutahu dari teman-teman lain bahwa Daehyun mengikuti kelas vocal ini karna ia tidak sengaja ditemukan oleh Lee Ssaem di taman belakang kampus yang sedang bernyanyi asal menyanyikan lagu Man Women – Park Sunjoo dan Kim Bumsoo. Yang kulihat ia juga tidak benar-benar mengikuti kelas ini dengan perasaan ikhlas. Seperti ada paksaan yang mengharuskan ia mengikuti kelas ini.

Aku menghampiri asrama laki-laki. Cukup nekat memang, tapi aku harus bertemu dengan Daehyun untuk membicarakan ini.

“Loh? Luna, ada apa?”

“ada perlu, ikut aku sebentar.”

“kenapa mau mengundurkan diri hanya karna kamu berkesempatan mendapat peran utama dalam musical?” ucapku tegas. Ia hanya cengengesan dan menjawabnya dengan santai.

“males ah. Kalau harus latihan kan nggak bisa dateng telat. Harus tepat waktu. Trus belum lagi kalau nanti aku jadi famous dikampus lantaran mahasiswi-mahasiswi disini terpesona melihat ketampananku dalam berakting, bisa capek aku menghadapi fansku tiap waktu haha.” Ia sangat meremehkan ini dan terus bercanda. Aku menampar pipinya lancang.

“Hey! Kenapa menampar pipiku? Memangnya kamu siapa berani menamparku, hah?” marahnya. Aku yang seharusnya marah. Ia dengan mudah mendapatkan peran utama karna Lee Ssaem peduli dengannya, sedangkan aku harus berusaha mati-matian berlatih tiap hari demi mendapatkan peran penting dalam musical. Tak terasa air mataku menetes dan aku segera menghapusnya.

“Jung Daehyun! Kamu itu sangat beruntung karna Lee Ssaem memberikan peran penting dalam musikalnya kepadamu dengan mudah. Karna ia tahu kemampuanmu sudah sangat bagus dibanding teman-teman lain. Tapi kamu meremehkan dan tidak menginginkannya hanya karna rasa sombong dan malasmu itu. Kalau aku berada diposisimu, aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan itu, sayangnya aku tidak akan bisa berada diposisimu, karna aku memiliki cukup persaingan ketat dengan yang lainnya.” Aku pergi meninggalkannya dan membalikkan badanku.

“dan satu lagi, aku sangat senang mendapatkan peran penting ini. permisi.” Pamitku padanya dan pergi menjauh.

-flashback end-

Dasar pembohong bodoh. Mengingat kejadian itu membuatku ingin menginjak-ijak wajah bodohmu itu. Kenapa ada orang sepertimu yang tidak mensyukuri apa yang sudah didapat. Ya, sama dengan saat ini, menyia-nyiakanku karna perempuan lain yang lebih cantik denganku. Dasar Jung Daehyun pembohong! Bodoh aish.

LUNA POV END

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK