home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > CAN'T STOP

CAN'T STOP

Share:
Author : Annis
Published : 12 Mar 2014, Updated : 10 Oct 2014
Cast : YONGHWA (CNBLUE) , JONGHYUN (CNBLUE) , MINHYUK (CNBLUE), JUNGSHIN (CNBLUE),SEOHYUN (SNSD)
Tags :
Status : Complete
0 Subscribes |20918 Views |2 Loves
CAN'T STOP
CHAPTER 1 : Chapter 1 - Can't Stop, Missing You

Can't Stop

 

 

Geoul cheorom maeil sarayo, naui haruneun geudaeui geoshijyo...

(I live as a mirror everyday, My day is yours...)

 

 

Rasanya baru kemarin aku memelukmu erat dalam dekapku, sambil memandang indahnya bintang yang bersinar dilangit. Tapi kau sudah meninggalkanku dengan berjuta kenangan indah yang tersisa. Aku tidak menyesal, hanya saja rasa itu masih belum bisa berhenti. Aku masih belum bisa melepaskan kepergianmu. Mungkin lebih tepatnya jika aku katakan belum siap. Saat semuanya harus berakhir, apa yang harus ku lakukan untuk mengakhiri sebuah akhir?

 

***

 

Ini tepatnya lima tahun lalu dipinggir jalan sepi tepat sesaat sebelum senja menjemput sang matahari untuk mengakhiri tugasnya hari ini. Aku melihat seorang wanita yang sedang melukis langit yang sore ini terlukis indah menyelimuti Bumi.

"Oppa, lihat... Indah sekali bukan langit sore ini?" Seohyun menunjukkan lukisannya sore ini.

"Ya... Indah sekali..." Sahutku sambil tersenyum dan menatap tajam diam-diam dalam senyumnya.

"Oppa... Nyanyikan lagu itu... Hmm... Love Light..." Pinta Seohyun.

"Aku tidak membawa gitar, Mianhae..." Sahutku sedikit menyesal karena tak membawa gitarku.

"Lakukan tanpa gitar, Oppa... Aku sangat ingin mendengarnya..." Pinta Seohyun penuh harap.

"Baiklah..." Aku menghela napas panjang sebelum bernyanyi.

"One... Two... Three..." Seohyun menatapku dengan bersemangat.

 

"Geudael bomyeon eolguri ppalgaejigo. Geudael bomyeon gaseumi dugeungeun. Aicheoreom sujupgiman hago. Geudael bomyeon gwaensiri useumi na babocheoreom jakkuman geurae. Ama naege sarangi on geonga bwa... Uh geudaeneun nae maeumsogui president nae gaseume byeorul sunochi. I'm genie for you girl nae sumeul meotge haji. Geudae ga wonhaneun geon da neoreul saranghanikka. Nae sarangui iyuneun neojanha you know. Geudaeneun darling, bamhaneul byeolbitboda areumdawoyo... Nae maeum sok gipeun goseseo banjjakgeorineun sarang bit. Geudaereul saranghaeyo darling eonjena nae gyeoteseo bicheul naejwoyo. Meil bam barabogo barabwado areumdawoyo geudaen naui sarang bit..." Aku selipkan senyum diakhir bait lagu yang ku nyanyikan.

 

"Wooo..." Seohyun gembira bertepuk tangan.

"Kau membuatku malu..." Ucapku sambil terus menatap wajah cantiknya.

"Oppa, besok kita bisa bertemu lagi bukan?" Terlukis sebuah kecemasan diwajah Seohyun.

"Tentu... Kenapa tidak?" Jawabku sambil membelai lembut puncak kepalanya.

"Entah kenapa, aku takut tidak bisa bertemu lagi dengan Oppa..." Lirih Seohyun.

"Apa kau akan pergi kesuatu tempat?" Aku pun mulai merasa gelisah.

"Aku tidak tau... Rasa takut itu tiba-tiba tersirat dalam hatiku... Rasanya sesak, Oppa... Aku merasa benar-benar takut dan sedih membayangkannya..." Lirih Seohyun.

"Aku tidak akan pergi kemanapun... Tenanghlah... Besok, lusa, minggu depan, bulan depan, tahun depan dan seterusnya kita akan terus bertemu." Aku mencengkram pundak Seohyun lembut.

"Ya... Mungkin aku hanya sedang sangat merindukanmu." Seohyun meremas jemariku yang masih mencengkram lembut bahunya.

"Mari aku antar pulang..." Ku ulurkan tanganku pada Seohyun.

Seohyun menyambut uluran tanganku dengan segaris senyum dibibirnya. Aku pun mengantar Seohyun pulang.

Itulah hari terakhir aku bertemu dengannya. Keesokan harinya, lusa, seminggu kemudian, sebulan kemudian, setahun kemudian bahkan lima tahun kemudian aku benar-benar tidak bertemu dengannya. Aku mencoba menghubunginya lewat telepon namun nomernya tidak aktif, saat datang ke rumahnya pun sudah tidak ada lagi yang tinggal di rumah itu. Aku tak tau lagi harus mencarinya dimana lagi. Aku benar-benar kehilangan Seohyun. Aku masih mendatangi rumah, dan taman yang sering kami kunjungi sejak lima tahun lalu hingga sekarang. Aku masih mencoba menghubungi nomernya sejak lima tahun hingga sekarang. Aku masih menyimpan lukisan wajah cantiknya dalam hatiku sejak lima tahun yang lalu hingga sekarang.

 

Babocheoreom ajik sarang hana bwa... Na geudaeboda...

I still love you like a fool... More than you...

 

Aku bukannya tidak berusaha untuk melupakan Seohyun, namun kehilangan Seohyun begitu mendadak membuatku menolak kenyataan bahwa Seohyun benar-benar hilang dalam hidupku. Semua karena terjadi begitu mendadak, hingga aku merasa ini bukan akhir dari kenyataan yang ahrus aku terima. Tak hanya saat angin malam berhembus dengan dinginnya, bahkan panasnya sinar matahari pun tak membiarkanku untuk tidak memikirkan semua hal tentangmu. Dimana Seohyun? Apakah sudah makan? Apakah harinya menyenangkan? Apakah Seohyun pernah memikirkanku walau sekali? Apakah dia merindukanku seperti aku merindukannya seperti orang gila yang kehilangan semua memori dalam pikirannya? Dan... Apakah Seohyun mempunyai perasaan yang sama dengan perasaanku?

Aku bahkan belum menyampaikan perasaanku selama ini. Selama satu tahun aku menyianyiakan waktu untuk mengungkapkan perasaanku, hingga hanya kehilangan yang aku terima dari buah perasaan ini. Aku bahkan masih ingat wajah ceria maupun sedihnya saat dia bersamaku. Masih terlukis dipikiranku garis wajah cantik yang terukir senyum manis itu. Masih terngiang ditelingaku suara merdu dan manjanya saat bersamaku. Semua masih seperti dulu bagiku, seperti lima tahun lalu. Entah kau meninggalkanku pergi kesuatu tempat, atau kesuatu dunia yang membuat kita tidak bisa bertemu lagi... "Seohyun, apakah kau masih hidup?" Teriakan hatiku terus bergemuruh dalam akal yang perlahan mulai hilang dari kesadaran akan kenyataan yang aku jalani sekarang.

***

 

"Hyung, ada paket untukmu... Apakah kau belanja online?" Namja dengan mata minimalis itu memberikanku sebuah kotak yang tidak jelas berasal darimana.

"Apakah ini dikirim lewat pos? Aku tak menemukan alamat pengirimnya..." Aku membolak-balik paket itu namun tak menemukan segaris tinta sedikitpun, kecuali sebuah kertas yang tertempel dalam kotak ini yang tertulis namaku.

"Aku tidak tau, saat aku ingin masuk kedalam rumah, aku menemukan ini didepan pintu... Karena tertulis nama Hyung dalam kertas itu, jadi aku berikan pada Hyung." Jelas Minhyuk, Namja bermata sipit itu.

"Hmm... Baiklah, terima kasih..." Aku pun membawa kotak itu masuk kedalam kamarku.

Aku membuka perlahan kotak misterius itu, aku menemukan sebuah surat dan beberapa lembar foto.

"Oppa... Apakah kau masih mengingatku? Jika kau lupa, kau bisa lihat foto-foto yang aku kirimkan padamu... Oppa... Bagaimana kabarmu? Apakah kau merindukanku?"

"Bodoh... Apakah ini lelucon? Siapa yang berani membuat lelucon seperti ini? Apakah ini benar-benar kau, Seohyun?" Mataku serasa perih. Aku terdiam menatap setiap lembar foto satu-persatu dengan perasaan yang tak bisa lagi diungkapkan.

"Hyung, apakah kau didalam?" Suara pintu terketuk diiringi suara lembut Jonghyun.

"Masuklah..." Jawabku sambil membereskan kotak serta isi kotak yang baru saja membuatku malu pada diri sendiri sebagai seorang pria yang rapuh.

"Hyung, aku menemukan ini dipinggir kebun halaman rumah kita saat menyiram tanaman. Apakah ini milikmu? Tertulis namamu disudut kotak kecil ini." Ungkap Jonghyun.

"Apa lagi ini? Pakah ini sebuah lelucon untukku?" Lirihku dengan suara tertahan. Aku tak dapat lagi membedakan mana kesedihan dan emosi yang tertekan ini.

"Apakah ada yang salah, Hyung? Apakah seseorang sedang menerormu?" Jonghyun menatapku dengan pandangan aneh bercampur cemas. Aku melihat alisnya terangkat.

"Tidak, lupakan saja. Taruh saja dimejaku kotak itu." Aku membelakangi Jonghyun dan mengambil gitarku.

"Hm... Baiklah..." Jonghyun meletakkan kotak kecil itu dimejaku, lalu beranjak keluar kamarku.

"Seohyun, apakah semua ini benar-benar pemberian darimu?" Aku terdiam sesaat lalu bergegas mengambil jaketku dan berlari menuju suatu tempat.

 

***

 

"Apakah seseorang sedang mengerjaiku?!" Aku berteriak tepat didepan rumah Seohyun yang masih terlihat sama seperti lima tahun yang lalu, kosong.

Aku juga sudah berusaha menghubungi nomernya, namun masih sama seperti lima tahun yang lalu, tidak mendapatkan informasi apapun karena nomer itu masih tidak bisa dihubungi. Lalu siapa yang melakukan semuanya? Apa arti semua yang terjadi saat ini?

Aku kembali pulang ke rumah kami dengan perasaan kesal bercampur dengan rasa penasaranku. Namun tanpa kuduga, aku menemukan sebuah kotak lagi yang tertulis namaku. Aku langsung membukanya dan menemukan selembar kertas.

 

Geudaeneun darling, bamhaneul byeolbitboda areumdawoyo... Nae maeum sok gipeun goseseo banjjakgeorineun sarang bit. Geudaereul saranghaeyo darling eonjena nae gyeoteseo bicheul naejwoyo. Meil bam barabogo barabwado areumdawoyo geudaen naui sarang bit...

 

"Ya! Apa yang sebenarnya terjadi?!" Aku bergegas masuk kerumah karena teringat oleh kotak kecil yang ditemukan Jonghyun yang belum sempat aku buka dan belum tau apa lagi yang ada didalam kotak kecil itu.

 

Apakah yang ada didalam kotak kecil yang ditemukan Jonghyun?

To be continue....

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK