home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > CAN READ YOU

CAN READ YOU

Share:
Author : munzioezy
Published : 02 Mar 2014, Updated : 23 Nov 2015
Cast : Lay EXO, Eunji A-Pink, Kris Exo, and other
Tags :
Status : Ongoing
6 Subscribes |177372 Views |14 Loves
CAN READ YOU
CHAPTER 29 : The Sun And A Little Note Book

Anyeong semuanya!!! maaf jarang uptude. sebagai gantinya aku uptude chapter ini lebih panjang. ^^ sekarang aku lagi sibuk-sibuknya ngurusin masuk kuliah. ya, aku mau kuliah lagi tahun ini. doain yah semoga lancar. aamiin ^^ 

selamat membaca

______moenzyoezy_____

 

Lay Pov-

Jadi ku paksakan saja, di hari Minggu ini, ku seret kaki-kakiku pergi ke bangunan bertingkat dua, bernama ‘Youth Life’ di tengah kota Gangnam. Sebuah tempat sakral untuk menyalurkan minatku. Ya, tempat untuk latihan dance Hip-Hopku.

Semenjak kecelakaan dua bulan lalu, aku jadi jarang masuk untuk latihan dance di sini. Melainkan lebih sering menghabiskan waktuku di rumah sakit, atau paling tidakbengong dan melamun di dalam kamar. Karena aku merasa nyawaku menyangsang dan tersesat di Rumah sakit, tepat berada di ruangan ICU no. 234, di mana perempuan itu masih terus terbaring koma.

Kalau saja bukan karena Lee Gi Nam yang menemukanku sedang melamun pasti aku tidak akan kesini.

Flashback-

“Lay, kulihat kau sekrang sering melamun terus. Ada apa?” Tanya Lee Gi Nam malam  itu saat menemukanku sedang duduk di atas genteng rumah. Entah kenapa sejak perasaanku merasa hampa dan sepi seperti ini, memandangi bintang malam terasa begitu menyenangkan.

Aku menoleh kearah kakaku yang sudah ikut-ikutan duduk di sampingku, “Anio, cuman---“

“Ye! Baiklah-baiklah aku mengerti!” Gi Nam mengangkat satu tangannya dan memotong pembicaraanku. Sejurus kemudian,  seperti biasa ia mulai bergaya bak seorang ayah yang sedang menasehati anak remajanya yang dilanda galaunya cinta.

Gi Nam memang sering menggantikan peran ayah di dalam keluarga, apalagi setelah ayah bercerai dengan ibu. Tapi, kalau untuk urusan  cinta seperti ini,  kurasa ia kurang pas untuk menasehatiku. Karena, isi nasehatnya pasti tentang masa lalunya ketika ia merasa dirinya begitu‘tampan’ sehingga bisa mendapatkan Lee Dea istri yang cantik juga seorang dokter. Huh, itu menjengkelkan kan?

“Kau tahu Lay....” Katanya memulai membuka pembicaraan. Aku hanya memutarkan kedua bola mataku saja sambil berusaha menutup kedua kupingku. “Jangan sampai aku dengar nasihat Hyung yang ngolor-ngidul tak jelas itu. Salah dengar yang ada malah semakin galau nantinya.” Pikirku jengkel dalam hati.

“Kau lihat bulan malam di langit itu. Kenapa dia bersinar?” Tanyanya menunjuk bulan yang bersinar diatas kepala kami.

“Aigo, Hyung, masa kau tidak tahu kenapa bulan bisa bersinar? Itu kan pelajaran IPA kelas 3 SD!” Sindirku. Nah kan benar, kalau begini jadinya lebih baik ku usir saja hyung ku ini dari pada menggangguku disini- desisku sebel.

Tapi sebelum aku berteriak mengusirnya, sebuah jitakan keras sudah mendarat diatas kepalaku. “Ya! Ya! Yang itu aku juga tahu! Kenapa bulan bisa bersinar!” Timpal Gi Nam, tanpa merasa berdosa sama sekalih karena jitakannya sukses membuatku kesakitan.

“Arrghh.... ne! Arraseo!” Sahutku terpaksa mengalah. Tidak jadi mengusirnya.

“Begini Lay maksudku, bulan itu bersinar karena adanya pantulan sinar dari meteor---“

“Bukan! Karena adanya pantulan cahaya dari matahari!” Potongku cepat untuk mengoreksi kesalahan Hyungku ini.

“Ya! Maksudku itu! Aku ingin bilang itu dari tadi!” Timpal Gi Nam Lagi. Aku di sampingnya hanya mengangkat bahuku malas. Tidak ingin berdebat lagi dengannya, aku duduk sambil bertopang dagu di sampingnya. Menolak mendengar ocehan selanjutnya lagi.

“Bulan bersinar karena adanya pantulan cahaya dari matahari. Dan apa yang terjadi jika dia tidak mendapatkan sinarnya, Lay?” Tanya Gi Nam menoleh kearahku.

Aku mendegus kesal mendengar pertanyaan anehnya, “Gelap. Tentu saja malam akan semakin gelap  karna bulan tidak bersinar lagi!” Jawabku dongkol. Kenapa sih hyung tanya pertanyaan begitu? Terus kenapa juga aku harus ngejawab pertanyaannya?!

“Nah, seperti itulah dirimu sekarang, Lay... ” Kata Gi Nam menambahkan.

Aku mengerutkan jidatku keheranan, “Mwo?  Maksudnya?”

“Maksudku kau sekarang tak ada bedanya dengan bulan tanpa sinar. Kau seperti mayat hidup sekarang. Melamun sepanjang hari. Kau seperti zombi. Bernapas. Tapi  tidak bernyawa. Itulah dirimu sekarang. Mati dan tidak bersinar. Wajahmu redup. Redup sekalih.” Jelas Lee Gi Nam menatap kearahku dengan kasihan. Perkataanya sukses membuat wajahku membeo melihatnya.

“Jinja? Seperti itukah diriku sekara—“

“Jangan banyak bicara, Lay! Sekarang Lebih baik kau cepat cari kegiatan lain. Aku tahu perempuan itu masih koma di rumah sakit. Tapi kalau kau terus-terusan seperti ini, dia juga pasti akan sedih nantinya. Hidupkan dirimu lagi, Lay. Seperti bulan yang bersinar di sana.” Lanjutnya sembari berdiri dan menyentuh bahuku dengan erat.

“Lay, aku tahu kau membenciku jika aku memberikan nasihat seperti ini. Tapi aku sebagai kakakmu lebih benci  lagi melihat adikku sendiri melamun tiap hari di atas genteng rumah! Mirip hantu penunggu genteng rumah! Dengar yak, bahkan tetangga kita mulai bergosip ria karena ngeliatmu di atas sini yang dikira hantu!” Omelnya.

Gi Nam lalu mulai menarik tubuhku agar bisa berdiri tegap di depannya. “Lay! Jangan habiskan masa remajamu untuk bergalau tentang cinta! Kau boleh jatuh cinta dengan siapa saja! Tapi masa depanmu kaulah yang tentukan dari sekarang! Ayo hidupkan dirimu!” Tambahnya menepuk-nepuk pundakku kuat-kuat.

Ku anggukan kepalaku pelan, “Ne, jika itu maumu...”

“Bagus! Semangatlah! Fighting!!” Teriak Gi Nam dan meninjukan kepalan tangannya ke bahuku. “Begitulah seharusnya laki-laki, Lay! Kau tidak boleh lemah!”

Di depan Gi Nam, aku berdiri dan menampilkan segaris senyuman di wajahku. Tapi di dalam hatiku aku berkata lain. “Hyung.... matahariku adalah Eunji. Aku tetap tidak akan bisa hidup dan bersinar kalau dia tidak bangun sampai sekarang juga...” Lirihku dalam hati dan menatap rembulan malam diatas sana, yang sinarnya samakin meredup dan gelap di mataku.

Flashback end-

 

Begitulah, semenjak kejadian di atas genteng rumah,sekarang aku sudah berdiri di depan gedung Youth Life untuk meneruskan kegiatan dance Hip-Hop yang dulu sempat tertunda. Dari pada di rumah terus-terusan lalu mendengar nasihat Lee Gi Nam tentang matahari dan bulan? Lama-lama kupingku bisa panas mendengar ocehannya itu.

“Lay?”

Kurasakan tepukan di bahu kiriku. Sambil menoleh kaget, ku temukan seorang bule berambut pirang dan tinggi  berdiri di depanku, “Aston?” Sapaku kearahnya. Dia teman satu kegiatan dance hip-hop disini. “Aku baru saja ingin masu—“

Belum selesai aku berbicara, tiba-tiba saja tubuhku sudah langsung ditarik olehnya dan di gendongnya. Mentang-mentang tubuhku yang kecil dan ringan baginya, Aston membopongku bagaikan menggendong anak monyet, lalu membawaku masuk kedalam gedung Youth Life. Tentu saja, tindakan gilanya ini sukses membuat kami jadi bahan tontonan banyak orang dari luar sampai dalam.

“Omooo!! Hey, coba lihat siapa yang datang?!” Teriak Aston norak yang berlarian masuk ke  studio dance sambil menggendongku. Membuat beberapa orang yang sibuk berlatih dance, serempak menoleh kearah pintu.

“Lay? Kau kah itu?!”

“Aigooo!!! Kemana saja si belut ini?!”

“Lay! Lay! Masih hidup?! Ku kira kau sudah mati!”

Mereka para anggota kegiatan ektrakulikuler dance hip-hopku, langsung mengerubungi aku yang sedang di gendong oleh Aston. Sebagian dari mereka langsung mengacak-acak rambutku dan bahkan ada yang meninju wajahku karena saking kangennya denganku.

Tak lama setelah itu, mereka langsung usil melakukan ritual ‘salam selamat datang kembali’ dengan  melemparkan tubuhku kedalam kolam renang, Ya, selain studio dance, di dalam gedung Youth Life juga ada kolam renang untuk kegiatan renang para remaja di Seoul.

Di dalam kolam renang, dengan tubuh yang sudah basah kuyup akuberteriak memprotes tindakan gila mereka, tapi  toh pada akhirnya kami tertawa-tawa terbahak-bahak juga secara bersama-sama.

Dari pikiran mereka yang kubaca, mereka semua begitu merindukanku karena sudah dua bulan lebih tidak masuk latihan. Tiba-tiba saja aku merasakan kehangatan kebersamaan yang kuperoleh dari mereka. Aku merasa hidup kembali.

                Setidaknya, untuk sementara waktu aku mendapatkan sedikit sinar disini dari kehangatan mereka. Namun hatiku tetap saja merindukan matahariku yang sesungguhnya disana; Jung Eunji.

                Lay Pov End-

*CanReadYou*

                Author Pov-

                Di Rumah Sakit.

                Sebuah buket mawar putih tergemgam erat di tangan Kris. Ia sedang berjalan mendekati pintu lift yang sebentar lagi akan terbuka, sambil menunggu Kris menoleh kearah atas pintu lift untuk melihat angka-angka yang menyala di sana.

                “Hem, baru di lantai 6 yah...” Katanya memperhatikan angka di atas pintu lift itu. Sampai seorang namja tinggi datang mendekatinya dan menepuk pundaknya. “Yah? Siapa?” Tanya Kris menengok ke samping.

                Namja tinggi berambut rainbow  disampingnya tidak menjawab. Ia melainkan menunjukan sebuah buku note kecil, dan menulis sesuatu di sana, ‘Kau sudah lupa siapa aku?’  Tulis nya menunjukan tulisannya.

                “Mwo?” Kris memperhatikan namja di depannya dgn seksama. Sedetik kemudian, di kepalanya muncul bayangan seorang namja difable (bisu) yang pernah di temuinya di rumah Eunji. “Oh! Kau adiknya si jelek itu?! Ah yah aku ingat, kita pernah bertemu sebelumnya kan rambut pelangi? ” Seru Kris kemudian.

                ‘Ne, ngomong2  aku juga punya nama yaitu Sehun bukan rambut pelangi!’  Tulis  namja berambut pelangi itu sambil menampilkan muka masamnya. Ia lalu menyadari buket bunga mawar putih di tangan Kris.  ‘Apa kau kesini lagi untuk memberikan kakakku bunga lagi?’Tanyanya.

                Kris menggarukan kepalanya yang tidak gatal, “Ne, sama seperti yang kau liat.” Jawabnya singkat.

Tidak seperti sebelumnya, Sehun tidak lagi menulis di buku note kecilnya untuk menanggapi perkataan Kris. Namja itu melainkan memincingkan matanya ke arah Kris dan berdiri mendekat sambil melipat kedua tanganya.

“Ya, kenapa kau melihatku seperti itu huh?” Tanya Kris bingung keSehun yangmelihat dirinyaseperti sedang mengintimidasinya. “Oh jadi sekarang kau sedang marah denganku?”Omel Kris membalas tatapan Sehun.

Sehun hanya menggeleng cepat, ia lalu mulai sibuk lagi menulis sesuatu di buku note nya. Di sampingnya Kris berdiri merenggut, menunggu apa yang akan di tulis Sehun nantinya. Sedangkan tanganya sudah ia kepalkan kuat-kuat jika saja si namja berambut pelangi ini, menulis sesuatu yang tidak-tidak untuknya.

                Ting! Tong!

                Pintu Lift akhirnya terbuka, terpaksa Kris harus masuk ke dalam sebelum lift akan terisi penuh dengan pasien rumah sakit yang berjalan di belakangnya.

                Di lihatnya Sehun masih tetap berdiri di luar dan belum selesai juga menulis di buku note kecilnya.

                “Ck! Sebenarnya apa yang di tulisnya sih? Apa segitu panjangnya?” Pikir Kris bertanya-tanya. “Hey! Rainbow Head! Kau tidak ikut masuk? Lihat liftnya sudah hampir penuh!” Sahutnya sembari sengaja bergeser sedikit supaya menyisahkan tempat untuk Sehun.

                Sehun hanya mengangguk mengerti. Ia bergegas cepat memasuki lift sebelum pintunya tertutup, sampai seorang pasien kakek-kakek tertatih-tatih  juga ikut jalan masuk.

                Merasa tidak enak, Sehun terpaksa mengurungkan niatnya untuk masuk lift, ia lalu menahan pintu lift yang hampir tertutup agar membuat pasien  kakek-kakek itu mudah masuk ke lift dan menempati  tempat yang tadi sudah di berikan Kris untuknya.

                “Ck, terserahlah...” Kata Kris mengangkat bahunya cuek saat Sehun tidak jadi ikut masuk ke lift.  Berarti percuma saja ia sudah menyisahkan tempat untuk Sehun tadi.

                Namja berambut pelangi itu, lalu menjulurkan tanganya dan melemparkan buku note kecilnya ke arah Kris ketika pintu lift sudah hampir tertutup.

                Sontak Kris reflek menangkap buku note yang melayang kearahnya, sebelum buku itu menghamtam kepala pasien di belakangnya. “Aiigoo!! Ya! Kenapa kau memberikan aku bukumu?!” Omel Kris dan hanya melihat wajah senyuman usil si namja Rainbow Head itu dari celah kecil pintulift ketika akan tertutup rapat.

                JREP!

*CanReadYou*

                Kedua kaki Kris melangkah keluar dari lift. Kini di tanganya, sudah ada buket mawar putih dan sebuah buku note kecil, yang barusan Sehun lempar kearahnya.

                “Kenapa coba si Rainbow Head itu melemparkan bukunya kearahku? Ck! Apa dia ingin mempermainkanku?” Pikir Kris dongkol. “Biar kubuang saja bukunya!” Lanjutnya tanpa berpikir panjang dan melempar buku itu kearah tong sampah di kejauhan.

                PLOP!

                Buku note kecil itu melambung kearah tong sampah besar, namun tidak seperti perkiraanya buku itu jatuh terpental ke lantai dengan keadaan terbuka dan memperlihatkan tulisan tangan di salah satu kertasnya.

                “Tu-tunggu dulu!” Kris berjalan mendekati buku note kecil dan mengambilnya kembali. “I..ini. Apa dia ingin mengatakan sesuatu denganku?” Pikir Kris memeriksa tulisan di buku itu.

 

                Kris sengaja duduk di bangku rumah sakit dulu sebelum datang ke ruang ICU untuk menjenguk Eunji. Ia menyempatkan waktunya sebentar, untuk membaca tulisan tangan Sehun di buku note kecilnya. Ia yakin, pasti rainbow head itu ingin menyampaikan sesuatu tentang Eunji kepada dirinya.

                Dengan perasaan dag-dig-dug, Kris mulai membuka lembaran pertama buku note kepunyaan Sehun, dan memang benar perkiraanya, Sehun menulis sesuatu di sana.

                ‘Hey, tonggos! Kenapa kau sering membawakan bunga mawar putih untuk kakakku huh?!’

                Tulisan Sehun besar-besar di kertas itu. Dengan perasaan jengkel dan penuh amarah, Kris langsung melempar buku note kecil itu ke lantai, bagaikan sedang melempar si Rainbow Head itu.

                “Sial. Sama seperti kakaknya! Kenapa si kakak beradik itu sering memanggilku tonggos?!” Ngedumel Kris dalam hati.

                Tapi karena masih penasaran Ia ternyata kembali mengambil buku itu dan masih terus membacanya. Sama seperti sebelumnya, ada kalimat selanjutnya yang ditulis Sehun untuknya;

                ‘Apa kau menyukai kakakku huh?!’

                Ps: Jika kau tidak menyukai kakakku silakan balikan halaman buku ini  ke sebelah kiri. Jika kau menyukainya balik ke sebelah kanan.

                “Tentu saja tidak!” Kata Kris kesal. “Apa yang ada di otak si Rainbow Head itu? Kenapa dia bisa mengira aku menyukai Eunji kakaknya yang jelek itu?” Pikir Kris sebel. Dan membalikan halaman ke sebelah kiri. Di situ ia menemukan tulisan yang lainnya. 

                ‘Kalau kau tidak menyukainya. Kenapa kau sering membawakan bunga mawar putih untuknya?’

                JLEB!

                Entah kenapa Kris bisa merasakan tulisan yang di buat Sehun di sana, terasa bagaikan sebuah pedang beracun dan menamcap ke dalam ulu hatinya. Membuat dirinya hanya bisa duduk diam membisu di bangku selama beberapa saat. Di kepalanya kini di penuhi pertanyaan dari Sehun. Apa aku menyukai Eunji? Pikir Kris bingung dengan dirinya sendiri.

                Ps: Jikau kau masih tidak menyukai kakakku silakan balikan halaman ke sebelah kiri. Dan jika Ya balik ke sebelah kanan.

                Kris menjadi bimbang. “Ti-ti-tidak. Aku tidak menyukainya...” Ucap Kris mengeleng pelan. Dan mulai membuka halaman ke sebelah kiri.

                ‘Kalau kau tidak benar-benar menyukai kakakku. Silakan kau pergi dari rumah sakit ini. Dan jangan pernah ketemu kakakku lagi. Kau kan tahu sendiri. Kakakku tidak menyukaimu. Aku tidak mau kau mempermainkannya setelah dia bangun dari komanya nanti...’

                “A-apa ini? Apa dia ingin mengusirku?! Dia pikir ini rumah sakit kepunyaan kakeknya?!” Pikir Kris kolot.

                Ps: jika kau berniat pergi dari rumah sakit sekarang juga dan berjanji tidak akan kembali menemui kakakku, silakan balikan halaman ke sebelah kiri. Kalau kau tetap ingin berada di rumah sakit balikan halaman ke sebelah kanan.

                Kris mengambil napas panjang dan mengeluarkannya lagi seperti sedang membuang kekesalannya lewat sana.Memijit-mijit keningnya dengan gusar karena memikirkan kedua pilihan berat itu. Ia merasa sudah dipermainkan oleh Sehun hanya dengan sebuah buku note kecil. Ia tahu Sehun sangat menyayangi kakaknya; Eunji. Tapi, kenapa Kris tidak boleh sesekalih saja menjenguk Eunji? Kenapa Sehun merasa keberatan dengannya?

                “Ok, baiklah!” Kata Kris. Tangannya mulai membalikan halaman ke sebelah kiri. Yang tentunya dia sudah menentukan pilihannya; ia akan pergi dari sini dan tidak akan pernah datang lagi menemui Eunji.

Tapi entah kenapa tanganya dari tadi tidak juga bergerak untuk membalikan halaman ke sebelah kiri. Apalagi ketika isi hati kecilnya menjerit dan berteriak dari dalam; Jangan, Kris! Kau tidak bisa meninggalkannya! Teriak hati kecil Kris yang mulai mengoyahkan pilihannya.

                “Argh! Terpaksa!” Akhirnya Kris membalikan halaman buku notenya ke sebelah kanan. Kedua bola matanya membesar membaca tulisan tangan dari Sehun di sana.

                ‘SUDAH KUDUGA, KAU MEMANG MENYUKAI KAKAKKU....’

To be continued

 

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK