Author POV
“Sayang, kita harus segera pindah.” Ujar Kyuhyun, Ha Rin bingung dengan arah pembicaraan laki-laki itu yang tiba-tiba.
“Pindah? Pindah apa maksudmu?”
“Emm, kita pindah ketempat yang lebih besar, sebelum anak-anak kita lahir.” Ucap Kyuhyun santai namun reaksi berbeda di tunjukkan Ha Rin.
“Mwo? Anak-anak? Kau pikir kita kita akan memiliki berapa anak?”
Merencanakan saja belum, sudah memikirkan anak.
“2 atau 5, mungkin cukup.” Ujar Kyuhyun.
Ha Rin shock mendengarnya dan tanpa aba-aba ia langsung menyerang Kyuhyun dengan membabi buta menggunakan bantal sofa, karena mereka saat ini memang tengah berada di ruang tamu.
“Ahhh, aduh sakit. Akhh hentikan. Appo.” Ringisan Kyuhyun keluar dengan sempurna namun sepertinya Ha Rin tak mengindahkannya.
“Bicaramu gamblang sekali? Kau pikir melahirkan mudah? Memang perutku dapat memproduksi bayi yang siap hantar hah. Dengan mudahnya bisa mengeluarkan beberapa bayi. Kenapa tidak sekalian 11 orang anak, kita bisa memiliki kesebelasan.” Sembur Ha Rin penuh emosi setelah berhenti menyerang Kyuhyun.
“Emm, ide yang bagus. Untuk itu kita harus segera menyusun rencana.”
Pletakkk
“Yaaa, appo. Kenapa kau rajin sekali memukul kepalaku?”
“Agar otakmu tidak terkontaminasi virus cikungunya(?).” dan serangan itu kembali terjadi. Hingga terdengar suara.
“Yaaaa, berhenti.” Teriak seseorang. Keduanya pun menoleh
“Ahra.” “Eonni.” Batin mereka menyeru bersama
“Aish kepalaku bisa pecah jika begini. Jangan seperti anak kecil.” Keluh Ahra.
“Siapa yang kau sebut anak kecil? Kami sudah dewasa, bahkan kami sudah melewati malam pertama.”
Plakkkkk.
Ha Rin yang geram mendengar celotehan suaminya pun menghadiahi satu pukulan kecil dikepala sang suami. Kyuhyun meringis.
“Aku tidak butuh jawaban mu bodoh.” Timpal Ahra
“Sebenarnya aku ingin makan bersama kalian, namun nafsu makanku hilang seketika melihat kelakuan kalian.”
“Ck! Mencari gratisan.” Cicit Kyuhyun yang mendapat tatapan garang dari Ha Rin.
“Kalian tahu, aku lebih senang melihat kalian masih berpacaran sewaktu dulu dari pada saat menikah seperti ini.” Ucap Ahra yang mendapat tatapan heran dari keduanya.
“Lebih baik kalian tidak menikah jika ujung-ujungnya kalian selalu bertengkar. Keadaan kalian dulu dan sekarang sangat berbeda. Bahkan saat kalian menjalin kasih malah terlihat seperti sudah menikah. Mengapa saat (benar2) menikah, kalian seperti macan?” ratap Ahra
“Jaga ucapanmu, kau ingin melihat pernikahanku hancur?” sentak Kyuhyun.
“Lalu aku harus bagaimana, jika Appa tahu. Hancurlah kau Cho Kyuhyun. Dan dalam hitungan detik kabar pernikahanmu akan tersiar di seluruh korea.” Ahra sebenarnya hanya bercanda dengan perkataannya, mana ada kakak yang ingin melihat kebahagiaan adiknya hancur, bahkan Kyuhyun meraih ini dengan susah payah.
“Yaa, jangan menjelek-jelekkan pernikahanku. Kau lihat sendiri pernikahanmu. Tidak jauh berbeda dari ku. Bahkan pernikahanku lebih baik.” Jawab Kyuhyun tak terima.
“Sopanlah sedikit dengan Eonni. Dia Noonamu.” Ingat Ha Rin
“Percuma kau berbicara seperti itu kepadanya Rin’ah. Telinganya tebal kotoran.” Sindir Ahra
Saat Kyuhyun hendak mengeluarkan suara, Ahra sudah memotongnya. “Jangan berbicara. Masuk kekamarmu, aku ingin berbicara dengan istrimu.” Perintah Ahra pada Kyuhyun.
“Shiro, kalau ingin berbiacara, biacara saja.” Tolak Kyuhyun.
“Jangan membantah Kyu, kau ingin sesuatu yang buruk terjadi dengan kemeja kesayanganmu?” ancam Ahra.
“Kemejaku aman, dia…” ucapan Kyuhyun terpotong saat ingat akan sesuatu, matanya pun membulat seketika. Kemeja yang di maksud adalah kemeja pemberian dari mendiang sang nenek, yang dulu juga sempat membuat Ha Rin dan dirinya bersitegang.
“Jangan berani menyentuhnya, atau nyawamu akan hilang.” Ancam Kyuhyun balik. Ahra pun mengangguk, dan mempersilahkan Kyuhyun masuk kedalam kamarnya dengan instruksi tangannya. Kyuhyun menatap Ha Rin sejenak dan dibalas anggukan Ha Rin.
“Jangan berani menguping. Atau kuculik istrimu.” Teriak Ahra, masih dengan jelas terdengar oleh Kyuhyun yang saat ini memang tengah bersiap ingin menguping pembicaraan dua wanita itu.
“Arraseo. Jangan berani menyentuh istriku Cho Ahra.” Teriak Kyu menanggapi.
“Aku Noona mu bodoh.” Ha Rin hanya menggeleng-geleng kecil melihat perdebatan kedua kakak beradik itu.
**
“Ri’ah, kau tahu bukan bagaimna sifat Kyuhyun?”
“Ne.” timpal Ha Rin
“Jadi kumohon kau lebih membimbingnya. Walaupun umurmu lebih muda darinya tapi aku yakin kau pasti bisa. Omma juga pernah membicarakan masalah seperti ini bukan?”
“Ne Eonni. Mian, tadi aku sedikit lepas kontrol. Dulu aku juga sudah beberapa kali memintanya untuk sedikit demi sedikit menghilangkan sifak kekanakannya, tapi yahhhh … tak ada perubahan. Cho Kyuhyun akan berubah jika dia berada di kantor, menjadi seorang atasan bagi karyawan.”
“Tapi …”
“Jika berada dirumah bersama orang terkasihnya ia akan berubah layaknya anak kecil. Itu yang ingin kau katakana?” putus Ahra yang mengerti akan pikiran Ha Rin.
“Majja..” seru Ha Rin
“Jika kau sudah tahu seperti itu maka bimbinglah dia menjadi pria yang dewasa dan bijaksana. Kau pernah mendengar Di Balik kesuksesan pria, dibelakangnya terdapat wanita yang hebat., bukan? Dan aku berdo’a kalian termasuk di dalamnya.” Terang Ahra dengan sunggingan senyumnya, Ha Rin membalas senyum yang tak kalah manis.
“Kau tahu menjadi seorang istri itu tidak mudah. Dulu, awal aku menikah dengan Sangchul Oppa aku sedikit bingung harus bagaimana, dia tak kalah kekanakannya dengan Kyuhyun, atau mungkin bisa di bilang lebih parah. Tapi aku berpikir lagi, jika aku tetap mempertahankan sifatku yang seperti ini, akan di bawa kemana bahtera ini. Dan kumohon kau yang lebih ‘sehat’ dari anak bodoh itu, bisa mengerti yang apa aku ucapkan. Dan maaf atas ucapanku tadi, aku tak bermaksud berkata yang tak baik untuk keluarga kalian. ” Sambung Ahra
Ha Rin masih berpikir. Senyum pun terkembang dari bibirnya ia pun menatap Ahra.
“Gomawo Eonni. Ne kau tidak usah sungkan, aku tahu kau hanya ingin menggretak Kyuhyun bukan? Ada manfaatnya juga memilki kakak ipar sepertimu.” Ucap Ha Rin polos.
“Mwo? Apa yang kau maksud dengan kata ‘sepertimu’?” sengit Ahra.
“Hahaha, anni Eonni. Just kidding.”
“Kemarilah.” Ha Rin mengernyit heran
“Ya, kau tidak akan mati dalam pelukanku.” Sembur Ahra
“Arra, kenapa hari ini kau sensitive sekali?” tanya Ha Rin dengan kekehan
“Hah, sudah lama aku tak memeluk adik iparku.” Ucap Ahra yang saat ini tengah memeluk Ha Rin
Beberapa menit mereka berpelukan, menyalurkan kasih sayang satu sama lain sebagai kakak dan adik. “Eonni, kau masih betah memelukku? Atau tertidur?” tanya Ha Rin.
Takkkk ..
“Yaaa, appo.” Pekik Ha Rin, setelah ia merusak suasana manis kakak dan adik itu ia mendapat sebuah jitakan Ahra yang lumayan keras.
“Noona, apa yang kau lakukan kepada istriku?” teriak Kyuhyun dari arah kamar
“Diam kau Cho Kyuhyun atau istrimu akan semakin tersakiti.” Balas arah juga berteriak, Ha Rin masih betah mengusap kepalanya.
“Mian, aku hanya bercanda.” Sesal Ahra
“Anni-ya Eonni, gwenchanna. Kalau seperti ini aku baru percaya jika kau kakak iparku.” Ucap Ha Rin sambil terkekeh.
“Ck! Kau benar-benar.” Decak Ahra
“Ah ia, tadi aku sempat berkunjung ke pantimu, sepertinya mereka baru pulang dari suatu tempat.” Ujar Ahra, tadi memang ia berniat mengunjungi panti itu untuk memberi buah-buahan kepada anak-anak panti.
“Memang mereka pergi kemana? Kenapa tidak memberi tahuku terlebih dahulu?” tanya Ha Rin penasaran.
“Nan molla, kau kira kau penjaga panti. Tapi saat aku tadi bertanya kepada Ahjumma, ia bilang ia baru pulang dari pemakaman.” Ingat Ahra.
“Pemakaman? Memang siapa yang meninggal?” gumaman terus keluar dari mulut Ha Rin
“Yaa, Ha Rin bodoh.” Teriak Ha Rin, ia mengumpati dirinya sendiri
Apa dia gila? Batin Ahra melihat tingkah adik iparnya itu.
“Kau kenapa?” tanya Ahra
“Astaga Eonni aku lupa, aku harus segera pergi.” Tanpa menjawab pertanyaan yang diberikan kakaknya ia langsung menyela.
“Baiklah, aku juga ingin pulang. Pakai mantelmu, cuaca diluar benar-benar dingin.” Ucap Ahra sambil beranjak dari sofa
“Dan jangan lupa apa yang aku katakana padamu. Arraseo?” ingat Ahra
“Arra-yo.” Jawab Ha Rin
“Nae khalke..” pamit Ahra kepada Ha Rin
“Kyu aku pulang.” Teriaknya yang ingin memberitahukan kepulangannya kepada adiknya. Ha Rin mengantarkan kakak iparnya menuju pintu apartemen.
Setelah Ahra benar-benar pergi ia langsung melesat menuju kamarnya.
**
“Ahh kenapa mereka lama sekali, aku bosan.” Keluh Kyuhyun, ia mencoba mendekati pintu, dia penasaran. Sebenarnya apa yang sedang mereka bicarakan?
“Apa Noona sedang menasihati Ha Rin? Mungkin juga, bukankah akhir-akhir ini sifatanya berubah drastis. Ah Majja, pasti benar dugaan ku. Setelah ini Ha Rin akan masuk kamar mengeluarkan Aegyo miliknya, dan membujukku untuk memaafkannya lalu dia akan memberiku ciuman. Cha kau pandai sekali Cho Kyuhyun.” Kyuhyun memang tengah membayangkan apa yang baru saja ia katakana, kekehan kecil pun keluar selama ia membayangkan.
Hingga tiba-tiba ….
“Cho Kyuhyun buka pintunya, kenapa kau kunci hah? Aku tidak bisa masuk.” Teriak Ha Rin dari luar.
Kyuhyun menatapa garang pintu, ‘orang itu mengapa gemar sekali menghancurkan khayalan ku?’ batin Kyuhyun bermonolog, lalu seulas senyum pun keluar, ia membayangkan apa yang sebentar lagi terjadi.
“Ne tunggu sebentar.” Jawab Kyuhyun
Cklekk …
Tampaklah wajah Ha Rin. Ha Rin hanya menatap Kyuhyun sekilas lalu segera berjalan menuju lemari pakaian mereka.
“Kau tidak ngin memberiku sesuatu?” tanya Kyuhyun akhirnya
“Sesuatu apa?” tanya balik Ha Rin
“Itu… emm… aish.” Ucap Kyuhyun frustasi semabri mengacak rambut.
‘kenapa orang itu?’ heran Ha Rin sambil menggeleng. Ha Rin pun masuk kedalam almari pakaian mereka. (bayangin almari pakaiannya SJ waktu di acara SJ Dorm)
**
10 minute’s
“Kau ingin kemana?” tanya Kyuhyun heran. Bagaimana tidak Ha Rin keluar dari dalam alamari sudah mengenakan pakaian serba hitam. Jean’s hitam ketat, baju berbahan denim lalu dilapisi dengan baju lengan panjang hitam yang memiliki gambar di tengahnya. Bukankah jika berada dirumah tidak perlu menggunkan baju berlapi-lapis seperti itu? Di apartemen mereka pun juga ada pemanas ruangan, mengingat bulan ini sudah memasuki musim dingin.
“Aku ingin pergi kesuatu tempat.” Ujar Ha Rin yang tengah memberi krim di wajahnya agar udara di luar yang dingin tidak merusak wajahnya. Ia pun juga tak lupa menggunakan kacamata.
Sejak ia bekerja di perusahaan milik suaminya, ia berubah menjadi orang yang fashionable, padahal dulu Ha Rin sangat tidak peduli dengan penampilan. Namun situasi sekarang sudah berubah, ia menjabat sebagai sekretaris pribadi Lee Donghae kepala Divisi 1 di Cho Coorporation. Itu membuatnya harus tampil lebih ‘wah’ dan sekarang pun public Korea juga tahu bahwa Shin Ha Rin adalah istri sah Cho Kyuhyun.
“Kemana? Kenapa tidak bilang? Apa harus sekarang? Cuaca di luar sangat dingin.” Runtutan pertanyaan di keluarkan Kyuhyun.
Ha Rin berbalik dan mendelik garang kearah Kyuhyun. “Aku memakai mantel Kyu. Dan jangan bertanya lagi.” Ucap Ha Rin dengan sabar.
Saat ia ingin menjawab Ha Rin, ada pesan singkat dari sang kakak menyapa terlebih dahulu.
“Kyu antarkan Ha Rin, cuaca di luar dingin. Aku hampir lupa, bukankah hari ini adalah hari peringatan kematian Dongho. Temani dia.” Isi pesan Ahra
Kyuhyun pun langsung tersadar, tanpa banyak biacara ia pun juga bergegas mengganti bajunya, ia menggunakan jeans hitam dan mantel hitam, sedikit meniru gaya berpakaian Ha Rin.
“Kajja.” Ucap Kyuhyun saat melihat Ha Rin selesai memoleskan krim kewajah putihnya.
Ha Rin mengernyit. “Kau mengajakku? Aku pergi sendri, tidak perlu mengantarku.” Ucap Ha Rin menolak ajakan Kyuhyun.
“Menolak? Kau ingin pergi ke tempat anak itu sendiri, jangan harap. Kau istriku. Dan jangan menolak.”
Tahu dari mana? Batin Ha Rin
“Dari Ahra Noona. Dia mengrimiku pesan.” Jawab Kyuhyun seakan dapat membaca pikiran istrinya. Kyuhyun mendekati Ha Rin seraya menggenggam tangan Ha Rin lembut.
“Aku suamimu, apa gunanya jika memiliki suami tapi tidak di manfaatkan.” Ujar Kyuhyun, membuat Ha Rin tertawa pelan, ia pun menatap Kyuhyun dengan tatapan –gomawo-. Kyuhyun membalasnya dengan anggukan.
“Kalau begitu kita harus membeli bunga dulu.” Kata Ha Rin semangat. Mereka berdua tersenyum.
**
Pemakaman
Shin Ha Rin POV
“Annyeong Ho-ya.” Sapaku, pada gundukan tanah yang bertuliskan Kim Dongho. Aku duduk di samping makamnya. Bocah ini mungkin sudah berumur 13 tahun, dan sudah masuk jenjang SMP. Salah satu anak panti yang sangat dekat denganku, sangat manja, suka berteriak, ceria, dapat merusak dan mengembalikan moodku seketika, pintar, dan memiliki senyum yang sangat manis sekali.
Tes …
Tak terasa satu tetes air mataku jatuh. Hah. Mengingatnya membuat hatiku bergemuruh. Ada rasa sakit, rindu dan marah. Mengingat cara meninggal anak ini tidak wajar, dan bisa dikatakan semua ini adalah salahku. Salahku tak menjaganya dengan baik.
Tes .. Tes. Air mataku semakin lama semakin deras.
“Hiks … hiks. Ho-ya mhian .. hae .. kau baik-baik saja .. bu.kan? nho..na sssa..ngat hiks, menrindh..ukkh…ann … hhmuuh. Hiksss.” Ucapku tersengal, miris rasanya. Dadaku sesak sekali. Aku tak dapat menahan air mataku untuk tidak keluar. Biar Kyuhyun mengatakanku cengeng, aku sudah tak peduli.
Greb …
Sedikit terkejut, tiba-tiba saja Kyuhyun sudah memelukku. Bahkan tadi aku tak melihatnya. Sekarang dia sudah berjongkok dihadapanku dan memelukku erat. Hangat dan nyaman, aku pun menangis lebih keras dalam pelukannya.
“Dia pasti baik-baik saja Rin’ah. Bukankah kau bilang anak ini adalah anak yang kuat dan ceria. Apakah kau tidak berpikir jika kau menangis seperti ini, kau bisa menghambat perjalannya menuju surga? Kau juga pernah berkata kau akan melupakan peristiwa 3 tahun yang lalu, kau sudah berjanji padaku. Kau ingin menginkarinya.”
Ujar Kyuhyun, tangisku semakin pecah mengingat peristiwa itu. Aku memang berjanji akan melupakan semuanya, aku berjanji akan hidup lebih baik, menghapus semua kenangan buruk dan menulis kenangan baru yang lebih indah.
Tapi aku manusia biasa, aku bukan batman yang memiliki hati sedingin baja, sekuat apapun aku berusaha, peristiwa itu dengan sendirinya menyeruak kedalam otakku. Selama ini aku berusaha, berpikir positif, memang sedikit – demi sedikit peristiwa itu hilang dengan sendirinya, namun jika aku kembali menemui Dongho, tiba-tiba peristiwa itu berputar dengan sendirinya, seperti roll film.
Kucengkram lengan Kyuhyun kuat, menyalurkan rasa sakitku.
“Aku tahu, pasti tidak mdah melupakan itu. Berat mungkin, tapi satu yang kuminta, jangan membebani dirimu dengan kejadian itu, hidup kita hanya sekali. Tidak mungkin jika setiap tahun kita pergi ke makam bocah ini kau selalu memikirkan kejadian itu. Kau yang akan tersakiti, bukan kau saja yang merasa sakit. Aku .. Aku juga merasakan, apa kau tidak pernah berpikir mengenai perasaanku, aku juga sakit melihatmu selalu menangis, aku tidak suka air matamu, aku tidak suka wajahmu yang memerah akibat tangisan, aku tidak suka melihat matamu memerah, aku tidak suka melihat hatimu sesak. Kumohon lupakan semuanya, demi aku dan keluarga besar kita yang memikirkan kondisimu.” Ucap Kyuhyun lirih.
Deg
Tangisku semakin lama semakin memelan. Kurasakan pelukan Kyuhyun semakin erat. Dia menelusupkan kepalanya kedalam lekukan leherku.
Benar, kenapa aku masih mengingatnya. Bahkan tak ada keuntungan apapun yang kudapat. Hidup hanya sekali, kenapa aku harus merasa terbebanu dengan peristiwa itu. Bahkan ini sudah 3 tahun terlewat. Sulit mungkin, tapi jika aku tidak mencoba bagaimana bisa aku tahu hasilnya. Saat ini hidupku hanya milik Tuhan, Keluarga dan tentunya suamiku –Cho Kyuhyun-
Kupalingkan wajahku kesamping, tiba-tiba kulihat Dongho kecil di sana sedang melambai dan tersenyum ceria kepadu. Aku hanya memperhatikan gerakan tangannya yang sedang memberiku isyarat. Dongho dan aku memiliki cara berbicara sendiri dulu, saat kami tengah berbicara sesuatu yang rahasia, kita akan menggunakan bahasa isyarat.
“Noona, jangan menangis. Aku bahagia, sekarang aku bisa pergi untuk menemui Tuhan. Sudah lama aku menunggu ini. Apakah Noona mengijinkanku?”
Itulah kata isyarat yang dapat kubaca. Aku menangguk mantap dan tersenyum lembut.
“Benarkah? Tapi, Noona harus berjanji, tak ada air mata lagi. Jangan menangisiku, jika kau seperti ini terus, kapan aku akan bertemu Tuhan. Kau menyusahkanku Noona.”
Sekarang dia sudah berbicara kepadaku, suaranya tak berbeda. Aku tersenyum kembali mendengar ucapannya.
“Baiklah, ah ya, jangan lupa berikan salamku untuk Princess, bibi panti, dan teman-temanku, katakan aku mencintai mereka semua. Dan satu lagi, suruh laki-laki yang sedang memelukku itu, untuk berhenti memanggilku dengan sebutan bocah atau anak itu. Aku memiliki nama Noona.”
Aku sedikit terkekeh. Dia masih Dongho-ku.
“Kalau begitu aku pergi dulu Noona. Aku Mencintaimu.”
Tiba-tiba sosok Dongho hilang, diikuti sinar putih yang lembut dan sedikit menyilaukan mata.
Tes ..
Air mataku turun lagi, bukan air mata kesedihan. Tapi air mata bahagia. Apakah, selama ini dibalik keceriaanku aku masih menyimpan amarah itu. Hingga menyulitkan Dongho pergi dengan tenang. Kueeratkan pelukanku pada Kyuhyun.
Sudah jelas semuanya. Dan yang lebih jelas lagi aku akan melupakan semuanya, kejadian itu. Walaupun sedikit sulit, bukankah aku memiliki orang-orang yang menyayangiku. Gomawo Kyu, kau sudah bersusah payah menyemangatiku, dan hasilnya pun tidak mengecewakan. Tersenyum, satu kata yang kuingat dari ucapan Omma, mungkin dampaknya tidak terlalu besar untuk orang lain, tapi untuk diriku sendiri sangat amat besar.
Aku akan belajar ….
Kenapa rasanya pundakku basah, kudongakkan kepalaku ketas, untuk melihat langit, tidak hujan. Apakah ..?
“Kyu, kau kenapa?” tanyaku sedikit khwatir.
“Kau masih bertanya kenapa?” ucapnya, suaranya sedikit teredam akibat dia masih betah berada di lekukan leherku.
“Oh ayolah, aku benar-benar tidak tahu.” Aku pun mencoba menarik wajahnya, tapi tak berhasil.
Kucoba lagi. “Sayang, ayolah.” Dalam keadaan seperti ini, kata-kat itu bisanya mujarab. Dan lihat. Saat aku mengangkat kepalanya, dengan mudah ia langsung menerimanya.
“Apa yang kau katakana tadi?” Omo, kenapa matanya memerah. Dia menangis? Gila .. Dia menjadi cengeng sekali.
“Kau menangis Kyu?” tanyaku yang tak mengindahkan pertanyaannya.
Dia menatapku sedikit sebal. “Aku bertanya apa yang kau katakana tadi?” tanyanya lagi.
“Aku bertanya apakah kau menangis?”
“Bukan itu, sebelumnya.” Ck! Dia ini suka sekali mengungkit-ungkit perkataan.
“Tak ada.” Ucapku santai, dan kulihat dia ingin menyusrukkan (?) kepalanya lagi dalam leherku. Tapi, kutahan.
“Apa?” tanyanya sedikit ketus
“Ck! Kenapa kau yang sensitive sekali. Seharusnya aku. Dan kenapa kau menangis. Kau membasahi bajuku.”
“Kau tida suka?” tanyanya lagi dan sekarang melepaskan rankulan tangannya pada pinggangku.
“Jangan memulai Kyu. Aku bertanya baik-baik. Sekarang kau jawab atau aku tidak akan bertanya apapun lagi padamu. Selamanya.” Ancamku, matanyapun langsung melebar.
“Ini semua salahmu.” Ucapnya akhirnya
“Aku? Memang aku melakukan apa padamu. Bukankan kau sendiri yang menyuruhku untuk tidak menangis, kenapa ganti kau?”
“Karena kau menangis. Bukankah tadi aku sudah mengatakan jika kau menangis hatiku sakit. Apa kurang jelas aku mengakatakannya tadi?”
Apa? Astaga manis sekali orang ini. Akupun tersenyum, kutangkup wajahnya dan kudekatkan kewajahku. Dia sedikit bingung, namun kebingungan itu langsung sirna dengan senyum cerahnya. Kuelus pipinya yang dingin, mengingat sekarang tengah musim dingin dan kami berada di ruangan terbuka dalam keadaan berjongkok di tanah.
“Gomawo. Kau tahu, ternyata Dongho sangat senang dan sedikit marah marah padaku, karena aku dia telat menemui Tuhan. Ah ya .. Dia juga berpesan, kau tidak boleh lagi menyebutnya dengan kata ‘bocah atau anak itu’, dia memiliki nama.” Kulihat dia sedikit mengernyitkan alisnya, mungkin dia berpikir aku sedikit gila.
“Kau sehat?” tanyanya
“Sangat sehat. Sudahlah lupakan perkataanku. Kyu buatlah aku selalu tersenyum.” Ucapku dan kuakhiri dengan mengecup pipinya.
Aku segera berdiri.”Kita harus segera pulang, cuaca semakin dingin. Aku akan membuatkan sup udang. Kajja kita pulang.” Ucapku dengan ceria, dan segera kulangkahkan kakiku meninggalkannya, yang masih setia berjongkok. Apakah kakinya tidak merasa sakit, kami berjongkok juga sedikit lama.
**
Cho Kyuhyun POV
Apakah Ha Rin sakit? Kenapa dia berbicara aneh? Aku sedikit mengingat perkataanya. Apa bocah itu tadi muncul. Ah mengingatnya membuatku semakin takut. Astaga aku masih berada di samping makam anak ini.
‘Dongho, Ahjussi, kau gemar sekali memanggilku dengan kata bocah dan anak ini’
Ada suara? Kutengok kepalaku kesamping, tak ada siapa-siapa. Lalu itu siapa?
“Yaa Ha Rin’ah tunggu aku.” Aku lari terbirit mengejarnya.
**
Author POV
“Kenapa kau lama sekali?” tanya Ha Rin yang merasakan Kyuhyun sudah berjalan di sampingnya dengan napas tersengal.
“Hahh, apakah anak itu belum pergi. Dia menakutiku.” Ucap Kyuhyun pelan, namun masih terdengar oleh Ha Rin
“Hahaha, kau takut? Aku sudah mengataknnya tadi. Tak perlu kau fikirkan lagi, dia sudah tenang disana.” Ucap Ha Rin memberi ketenangan kepada suaminya.
“Anni, aku tidak takut.” Ucap Kyuhyun.
“Jelas-jelas kau tadi berkata takut.”
“Tidak.” Bantah Kyuhyun
Lalu semuanya terdiam, pemandangan di daerah pemakaman dapat mengalihkan perhatian Ha Rin. Pepohonan yang rindang dan cuaca yang sedikit mendung dan angin dingin dingin yang berhembus berkali-kali, seulas senyum terukir dibibir cherry milik Ha Rin. Kyuhyun yang melihatnya, ikut tersenyum, lebih baik melihatnya tersenyum dari pada menangis mengingat kejadian itu.
Kyuhyun mengenggam tangan Ha Rin lembut. Ha Rin menolehkan wajahnya kesamping guna melihat wajah Kyuhyun.
“Gomawo, kau bersedia bahagia di sisiku. Kau masih ingat janjiku bukan? Aku akan membuatmu selalu tersenyum dan selalu jatuh cinta padaku. Kau camkan itu Nona Shin.” Ucap Kyuhyun.
Ha Rin tertawa mendengarnya.
“Baiklah, kita lihat pembuktian janjimu Cho Sanjangnim.” Jawab Ha Rin
Tiba-tiba, butiran dingin berwarna putih langsung turun membasahi kedua insan yang tengah melempar senyum itu terhenti dan mendongakkan kepala mereka untuk melihat apa yang terjadi.
Salju. Yap salju tengah turun.
“Woah, First Snow.” Ucap Ha Rin girang
CHUP
Satu kecupa mendarat tepat dibibir Ha Rin.
“Apa yang kau lakuakn?” tanya Ha Rin heran
“Apa kau tidak pernah mendengar jika saat salju pertama turun, dan kita tengah mencium orang yang dicintai, kita akan menjadi takdir yang kekal dan abadi.”
Ha Rin sedikit heran. Dan senyumpun terukir diwajahnya, tepatnya senyum mengejek.
“Kekanakan. Kau dengar Kyu, di dunia ini tidak ada yang kekal, tidak manusia, umur, bahkan cinta. Semua itu Tuhan sudah mengatur. Jika kau masih mempercayai mitos itu, kurasa itu akan membuang-buang waktu. Dapat disimpulkan bahwa kau masih tidak yakin bahwa aku ini sebagai takdirmu?” tanya Ha Rin, Kyuhyun shock mendengarnya
“M.mmwo? kapan aku mengatakannya?” sanggah Kyuhyun
“Tak perlu dikatakam, itu semua sudah tersirat dari perkataanmu Sanjangnim.” Uacap Ha Rin ketus dan segera melepas genggaman tangan mereka dan pergi terlebih dahulu.
“Yaa, kenapa jadi seperti ini? Aish ..” Kyuhyun merasa bersalah, ia pun mengejar Ha Rin dan segera memeluk tubuh mungil itu dari belakang.
“Mian, aku tidak bermaksud seperti itu. Kau takdirku sayang, jangan pernah berkata seperti itu. Mianhae, aku salah, aku tidak akan berkata seperti itu.” Ucap Kyuhyun yang semakin mengeratkkan pelukannya.
“Kkkkkkk~” kekehan malah keluar dari bibir Ha Rin
Kyuhyun yang bingung langsung memiringka dan memajukan kepalanya guna melihat wajah Ha Rin.
“Kau tertawa?” tanyanya.
“Kau bodoh Kyu. Aku tahu kau melakukan itu bukan karena percaya dengan kata-kata itu.” Ucap Ha Rin seraya menolehkan kepalanya agar wajah mereka saling berhadapan, Kyuhyun sedikit bingung dengan ucapan istrinya.
“Kau melakukan itu karena kau sangat terobsesi dengan bibirku ini bukan? Kau sangat sering mengecupnya.” Sambung Ha Rin dengan wajah menggoda. Kyuhyun pun tertawa mendengarnya.
“Hahahaha, ne kau benar, tapi kata ‘mengecup’mu salah, yang benar seperti ini …”
Tanpa aba-aba Kyuhyun langsung membungkam bibir Ha Rin lembut, menelusuri setip incinya tanpa celah, seakan semua itu miliknya, tak pernah bosan Kyuhyun melakukannya, dan dengan lihai ia memainkan lidahnya pada bibir mungil Ha Rin.
Kyuhyun membalikkan tubuh Ha Rin perlahan, tak ingin melepaskan pagutan mesra mereka. Mengecupi bibir Ha Rin dengan lembut, sesekali Ha Rin membalas. Melumatnya perlahan dan penuh cinta. Tangan Kyuhyun sekarang bertengger penuh pada pinggang Ha Rin, merapatkan tubuh mereka, mencari kehangatan di musim dingin, dan tangan satunya lagi ia gunakan untuk memegang tengkuk Ha Rin agar pagutan mereka semakin dalam. Mereka bahkan tak ingat jika mereka sedang berada di makam. Kyuhyun masih setia melumati bibir Ha Rin, atas bawah bergantian.
“Lepaskhan…” ucap Ha Rin seraya menjauhkan kepala mereka. Kyuhyun sedikit kesal, ia ingin mendekatkan kepala mereka lagi. Tapi di cegah oleh Ha Rin. Bukankah sudah terbukti ucapan Ha Rin, Kyuhyun memang terobsesi dengan bibir wanita ini.
“Ck! Kau benar-benar tidak tahu malu. Kita masih berada di makam Kyu.”
“Memang kenapa? Disini tidak ada orang. Aku hanya membenarkan kata-katmu tadi, tak ada istilah mengecup dalam kamusku.” Jelas Kyuhyun
“Ne..ne aku tahu. Apapun yang terjadi, orang yang bernama Cho Kyuhyun itu memang mesum, bahkan tak melihat tempat untuk melakukan hal-hal seperti tadi. Bagaimana kau bisa hidup seperti ini?” tanya Ha Rin heran.
“Aku berlaku mesum juga terhadapmu saja sayang.” Jelas Kyuhyun dengan senyum lebarnya.
Ha Rin melepas rengkuhan Kyuhyun dan berjalan menjauh terlebih dahulu.
“Apa kau tidak malu? Bagaimana jika Dongho melihat.” Teriak Ha Rin
Kyuhyun langsung membulatkan matanya, ia pun dengan enggan menolehkan kepalanya, tapi yang di cari ternyata tidak ada.
‘ahjussi kau mesum’
Betapa terkejutnya Kyuhyun mendengar itu.
“Rrrin’ah ttunngguu AKU ..” teriak Kyuhyun di akhir katanya dan segera mengejar Ha Rin.
END
Huwaaaa, apa ini? Kenapa seperti ini. Maafkan saya beb.
Salahkan otak saya yang membuat alur cerita seperti ini.
Saya datang lagi dengan virus [Hai-Kyu] itu nama couple castku, bukan KyuRin ya. Menurutku udah banyak yang pakek tu nama, jadi saya bikin beda. Ha Rin – Kyuhyun --- Hai-Kyu. Semoga couple ini bisa masuk daftar couple kalian ya …. Yang mau tahu dimana saya menumpahkan otak saya selain harus mengirim ff di SJFF kalian bisa visit blogku.
Comment jusseyo ?