CHAPTER 1 : Our Past Love
5 tahun yang lalu
Angin yang berhembus menghangatkan tubuh Minho saat dia sedang berdiri menatap lautan, gelombang laut yang lembut berkilauan di bawah sinar matahari sore. Dia ada disana, menunggu cinta pertamanya. Bagi orang lain, dia hanya seorang gadis biasa yang tidak menarik. Tapi bagi Minho, dia adalah he's only girl. Dan namanya adalah Choi Jinri.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
6 bulan sebelumnya
Berjalan menyusuri koridor, dengan tangan yang terletak didalam saku jas abu-abu panjang yang dikenakannya diatas seragam kemeja putihnya yang ketat, celana cokelat panjang dan sepatu hitam. Mendengar semua orang berteriak, itu hanya seperti dengungan nyamuk kecil di telinganya dan dia benar-benar tidak peduli akan peringatan yang diberikan untuknya, "Lain kali aku melihatmu dalam perkelahian lagi. Aku tidak akan diam."
Sedangkan di koridor lainnya, Minho melihat seorang gadis dengan seragam biru pendek, blus putih kaku, pita biru di leher, rok pendek berwarna cokelat dan sepasang sepatu hitam yang berpita, juga rambut panjang pirang yang di ikat tinggi seperti kuda. Bagi orang lain, dia terlihat seperti gadis yang normal. Tapi bagi Minho, dia cantik. Matahari mengelilinginya dalam cahaya malaikat dan tangannya yang halus memegang sebuah buku tebal. Mereka hanya berjarak beberapa meter, hanya beberapa langkah dan Minho akan berjalan melewati Sulli, kemudian memberikan 'killer smile' nya, dan mengatakan sepatah kata untuk membuatnya pingsan.
Tapi ini tiba-tiba terjadi, Minho akhirnya mengikuti Sulli ke lokernya, dan wajahnya menabrak pintu loker.
"Oh! Mianhe!" Sulli bingung melihatnya dengan benjolan merah di kepalanya.
"Lihat benjolan ini dan ini benar-benar sakit loh!" Minho mengaung kesakitan.
Membanting pintu loker, Sulli meletakkan tangannya di bahu Minho dan berkata "Sebenarnya itu bukan benjolan yang besar, itu hanya seukuran jempolku dan berhentilah bertingkah seperti bayi kecil!"
Minho terkejut, gadis itu tampak seperti gadis yang pemalu, tapi dia baru saja berteriak padanya. Tetapi dengan tenang Minho menyembunyikan rasa kagetnya, bersandar ke loker dan mengatakan "Sebenarnya aku tidak bertingkah seperti bayi! Dan apakah kau tau siapa aku?"
"Kau adalah Choi Minho! Lucifer di sekolah ini, satu-satunya yang suka memukuli siapa saja yang melewatimu dan dekat-dekat denganmu." kata Sulli.
"Well.. Aku tau siapa kamu!" Jawab Minho.
"Benarkah?"
"Umm, kau ini semacam.."
"Namaku adalah Choi Jinri, dan aku tidak suka laki-laki seperti kamu!" katanya sambil mengeluarkan donat dari tasnya dan memasukkannya kedalam mulutnya yang kecil.
Minho dengan sengaja mendekati wajahnya dan membuatnya kaget. "Hey!" teriak Sulli, "Jangan lakukan itu!".
"Kenapa? Wajahmu memerah seperti tomat,"
"Tidak!" teriak Sulli.
"Hey, apa kau ingin nomor telefonku?" tanya Minho.
"Apa? Tidak!" jawab Sulli.
"Mungkin ini bisa mengubah pikiranmu," kata Minho pada Sulli. Sebelum bersandar kepadanya, jarak mereka sangat dekat. "Bagaimana sekarang?" tanya Minho.
"Baiklah," kata Sulli sambil menuliskan nomor telefonnya. Lalu memberikan kertasnya pada Minho.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Minho's POV
Aku ingat hari itu, aku tidak percaya ini sudah enam bulan sejak peristiwa itu terjadi. Now we are in love, aku akan memberikan tanda disini, di tempat dimana aku membawa Jinri pada kencan pertama kami. Tebing itu menggambarkan semua keindahan kota dimana kami tinggal, di genggamanku ada sebuket mawar merah kesukaan Jinri.
Dari kejauhan, aku bisa melihat Jinri berjalan menaiki tangga diseberang jalan dengan gaun simple nya dan sepasang sepatu berwarna pink. "Jinri-ya!" teriakku padanya. Dia menatap ke atas dan melihat ke arahku, tersenyum indah padaku dan hatiku bergetar saat melihatnya.
Dari kejauhan aku bisa mendengar suara mobil, itu pasti masih jauh. Kemudian Jinri berbalik dan mulai berjalan sebelum mobil itu datang. Ketika aku melihat ferari merah, dengan laju yang cepat tetapi masih tampak jauh, tapi itu semakin cepat dan Jinri tampaknya tidak menyadari itu datang. Aku melihat mobil itu datang semakin cepat dan semakin dekat sampai aku tidak tahan dan berteriak "Jinri-ya! Cepat berlari! Sebuah mobil datang!" Dia berbalik dan melihat ampu mobil itu dan membuatnya silau, kemudian dia tertabrak dan terbang di udara kemudian mendarat di suatu tempat di tepi tebing.
Aku berlari menuruni tangga, aku melihat mobil itu meninggalkan dia di sana tergeletak tergantung di pagar, darah perlahan-lahan mengalir dari kepalanya, "Tolong aku.." jeritnya. Aku mengulurkan tanganku dan Jinri mencoba untuk meraihnya, tapi tangannya tergelincir dan dia tidak bisa menggapai tanganku. Kemudian pagar itu menekuk dan menyebabkan Jinri menjerit. Jinri melihat ke arah bawah, "Jinri kau tetap tenang. Aku akan menyelamatkanmu entah bagaimanapun caranya!" teriakku kepadanya. Tapi dia mengatakan "Minho oppa, tidak ada gunanya. Lihatlah, pagar ini menghalangi kita dan aku pasti akan jatuh. Tetapi jika aku jatuh, aku ingin kau tahu kalau aku selalu ..." Aku tidak bisa mendengar akhir dari kata yang Jinri ucapkan, lalu dia terjatuh. Dia berteriak dan tenggelam di lautan. Air mata terus mengalir di pipiku, "ANDWE... JINRI-YAAAAA..."