***
“Oppa,bisakah kau datang ke apartemenku malam ini? Tinggalah disini beberapa hari. Aku merindukanmu.”
“Ne, aku ke sana sekarng juga In Hae-ah.”
“Gomawo, oppa.” Jawabku sesaat sebelum menutup telepon.
Tak berapa lama bel apartemenku berbunyi. Ternyata itu Yonghwa oppa. Dia bilang dia sudah dalam perjalanan menuju tempatku tadi. Baru saja aku membuka pintu, oppa-ku itu sudah memelukku.
“Syukurlah kau baik-baik saja. Aku sangat mengkhawatirkanmu.”
Aku melepaskan pelukannya dengan lembut lalu memintanya menunggu di ruang televisi, sementara aku mengambil sesuatu di kamarku. Ada yang ingin ku tunjukkan padanya.
“Ini foto kami sebelum debut. Kenapa kau menunjukkannya kepadaku?” tanyanya saat aku memberikannya selembar foto. Aku duduk tepat disebelahnya. Menggandeng tangannya dan menyenderkan kepalaku di bahunya.
“Ne, itu foto yang aku ambil setelah kamu mengenalkan aku pada Jonghyun oppa untuk pertama kalinya. Kau tahu, sejak saat itu aku menyimpan perasaanku untuknya.”
Oppa-ku tak menjawab. Dia terdiam sangat lama. Membuatku semakin penasaran dengan reaksinya atas pernyataanku barusan.
“In Hae-ah, kau tahu..Kehidupan kami sebagai musisi, seringkali membuat kami takut. Tidak semua yang orang-orang normal lakukan, kami bisa lakukan juga. Termasuk memiliki seseorang yang kalian sebut pacar.”
“Hanya satu alasan aku melarangmu menyukai mereka, itu karena aku takut In Hae-ah. Tidak semua orang bisa menerima hubungan kalian nantinya jika itu terjadi. Aku tidak mau kau terluka.” Lanjutnya lagi. Ku tegakkan kepalaku lalu ku tatap matanya. Baru kali ini aku melihatnya tampak sesedih ini dan itu semua karenaku.
“Gomawo oppa. Maaf karena aku selalu mementingkan perasaanku sendiri. Tapi, kau tidak perlu takut aku terluka oppa. Bukankah aku punya 4 malaikat yang akan selalu menjaga dan melindungiku?”
“Ah ya..kau benar..Bagaimana aku bisa lupa itu? Hahaha..”
“Baiklah, aku tidak akan melarangmu lagi In Hae-ah. Tapi, berjanjilah satu hal padaku.”
“Apa itu oppa?”
“Kau harus bisa menaklukan dia. Mau ditaruh dimana muka oppamu ini kalau kau di tolak olehnya.” Jawab oppaku tegas.
“Aishh, jinjja. Kau ini masih saja menyebalkan.”
Aku memukul lengannya sekuat tenagaku. Namun dia malah tertawa dan menatapku dengan tatapannya yang menyebalkan itu.
***