Bae Suzy POV
"Suzy~ah... jangan panggil aku sunbae lagi, ne!"
"Suzy~ah... aku tak akan pernah meninggalkanmu!"
"Yagsog!"
"Aku hanya mencintaimu, pabo!"
"Suzy~ah, mianhae..."
"Mianhae... Suzy~ah, aku mencintai Soo Jung~ah"
Mataku yang terpejam, kini sukses terbuka dengan lebar, bulir-bulir keringat keluar dari dahiku, deru nafasku yang bisa kupastikan seperti seseorang yang sedang berlari mengitari 10 lapangan olahraga!, "SREEEEK!", kubuka dengan paksa selimut yang menutupi tubuhku, kini aku terduduk sembari mengatur nafasku yang sedari tadi benar-benar tercekat, jantungku rasanya ingit melompat dari tubuhku ini.
"Mwoya ige", gumamku saat mengingat potongan-potongan kejadian yang kualami bersama nappeun namja itu, KIM MYUNGSOO! "aku mempimpikannya lagi. Eish... bahkan ciuman nappeun namja itu bersama Soo Jung~ah!", gumamku dengan tangan yang mengacak-acak rambutku frustasi.
"Suzy~ah, kau sudah bangun?", "Tok..tok..tok", segera kutolahkan kepalaku kearah pintu kamarku, eomma? Aku harus mendinginkan kepalaku! Akhirnya aku menarik nafasku secara dalam dan kuhembuskan perlahan.
"Ne... eomma"
"Iroeenaa, Suzy~ah. Hari ini kau kuliah kan", ucap eomma ku dari balik pintu.
Ahh... benar. Hari ini aku ada kuliah. Akupun menginjakkan kakiku keatas lantai yang dingin dan berjalan kearah pintu kamarku. "CKLEK...", kulihat eommaku sedang berdiri dan tersenyum padaku.
"Setelah mandi, kau sarapan dulu ne... Fei~ya yang akan mengantarmu sampai kampus", akupun menganggukan kepalaku dan eommapun berlalu dari hdapanku. Fei eonni adalah kakakku yang pertama, dia itu pemilik butik fashion terkenal di Gwangju ini.
***
"Yaa... Bae Suzy, kenapa mukamu ditekuk seperti itu, eoh?", tanya Min eonni yang baru saja duduk dikursi ruang makan.
Aku hanya menatap Min eonni datar sambil terus mengunyah roti selaiku. Aku ingin menjawab apa? Molaa...
"Suzy~ah... sikapmu setelah kembali dari Seoul sangat aneh", Fei Eonni pun ikut-ikutan angkat bicara.
"Heh... jangan bilang ada hubungannya dengan apa yang kau utarakan semalam"
"Uhuk..uhuk", kata-kata Min eonni benar-benar membuatku tersedak. Fei eonni yang duduk disampingku mengelus punggungku.
"Gwenchana?" Min eonni menyodorkan minuman padaku.
Aku menganggukan kepalaku. Untunglah eomma ada dibelakang dan appa sudah berangkat kerja. Jika dia mendengar ocehan kakakku dan kakak sepupuku ini... Ah.. MOLA! Sepertinya aku tak boleh lagi mengingat Kim Myungsoo! Jika aku masih terus mengingatnya terus, hatiku sakit dan tentu saja berdampak pada wajahku ini. Mereka semua bisa membacanya dari raut wajahku!!! ANDWE... Suzy pabo! Seharusnya semalam kau tak bertanya macam-macam pada Min eonni!
"Kaja... habiskan sarapan kalian berdua. Jika dalam waktu 5 menit kalian tak keluar. Aku pastikan kalian ke kampus dengan menaiki bus!", ucap Fei eonni yang kini berdiri dan berlalu, "Ah... eomma, aku berangkat neee", teriaknya lagi agar eomma yang berada dibelakang dengar.
Kini punggung Fei eonni sudah tak terlihat lagi. Aku condongkan badannku kearah Min eonni secara tiba-tiba, "Ya!", pekiknya, yang mungkin kaget dengan sikapku.
"Eonni... jebal, jangan kau bahas lagi pertanyaanku semalam ne...", dengan tampang aegyo ku yang sungguh tak pernah kulakukan! Aghh... ini demi dirimu sendiri Suzy! FIGHTING!
"Mwo"
"Eonni... eonni... eonni", pintaku lagi dengan kedua tangan yang memohon padanya.
"Ne... ne", ucapnya segera bangkit dari kursi, "Kau sudah besar... aku tak akan mencampuri urusanmu, ara", Min eonnipun memegang pergelangan tanganku dan menyeretku.
"Jeongmal?! Gomawo eonni!", pekikku.
"Kaja... kalau kau tak ingin naik bus!", iapun mengerlingkan sebelah matanya, "ahjuma... aku berangkat ne", kali ini Min eonni yang berteriak keras dengan terus menyeretku.
"Ahh... eommaaa.. bye", kini teriakanku tak kalah nyaringnya dengan mereka kan.
***
"Fei eonni, kapan Jia eonni kembali dari china? Kenapa kalian tak mengabariku sih", tanyaku didalam mobil. Jia Eonni adalah kakakku yang nomor 2.
"Heh... kau kan sudah bahagia tinggal di Seoul", jawab Fei eonni. Huh... itu karena ada Kim Myungsoo, tapi sekarang... aku tak akan pernah lagi ke Seoul!
"Eish... kenapa eonni bicara seperti itu? Ingin membuangku", ucapku lemas.
"Kau sendiri tak pernah pulang ke Gwangju kan. Hanya aku, eomma, appa, Min dan juga Jia yang selalu mengunjungi apartemenmu. Jadi kapan aku bilang akan membuangmu?", ucap Fei eonni terkekeh.
Akupun menghentakkan kakiku sebal, geunde... benar yang dikatakan eonniku ini, aku memang tak pernah pulang ke Gwangju karena aku tak mungkin meninggalkan Myungsoo sendirian, heh... appa dan eomma nya menitipkannya padaku. Keluargaku tak ada yang tau jika aku berpacaran dengan Myungsoo, kecuali Jia eonni karena dialah yang paling sering mengunjungiku di Seoul... aku ingin sekali mencurahkan isi hatiku pada Jia eonni! Bogoshipooo....
"Suzy~ah... mulailah buka lembaran yang baru", tepukkan tangan Min eonni menyadarkan aku dari lamunanku.
"E..eoh", aku hanya bisa mengangguk saat melihat senyum Min eonni. Buka lembaran baru? Yaa... itu benar.
Kamipun sampai di Universitas Gwangju. Aku dan Min eonni turun, sedangkan Fei eonni melajukan mobilnya kembali.
"Eonni... aku masih belum hapal denah kampus ini temani aku ne"
"Aras..."
"Bae Suzy", Suara seorang namja memanggil namaku sehingga membuat Min eonni tak menyelesaikan perkataannya. Ck... akupun menoleh keasal suara. Seorang namja tinggi dengan mata yang agak besar, heh... semalam Kai yang harus kuakui ketampanannya dan sekarang apakah aku harus mengakui ketampanan namja didepanku ini? Eish... namja ini memang sangat tampan.
"Neo... Bae Suzy?", ucapnya dengan tatapan datar, membuat lamunanku buyar.
aku menatap kearah Min eonni begitupula yang dilakukan Min eonni padaku, ia menganggukan kepalanya, mengisyaratkan agar aku menjawab pertanyaan namja ini, "Ne", aku menganggukkan kepalaku.
"Jeongmal?!", kali ini ia tersenyum lebar. Heh??? Ada apa dengan namja didepanku ini.
"Kau tak mengingatku???", kini tangannya menepuk-nepuk dadanya.
Aku hanya bisa mengerutkan kedua alisku, mencoba mengingat siapa namja yang ada dihadapanku ini. Kenapa semua pria itu cepat sekali berubah sih! Aku yakin namja dihadapanku ini adalah temanku. 1 detik, 2 detik, 10 detik... omo!!! Mataku kini membulat saat tersenyum lembut. Minho? Choi Minho? My first love?! Cinta pertamakuuuuu "Min... ho sun.. bae?", kenapa dia masih ada di Gwangju?!
"Kau mengingatku! Geureu, itu bagus! sudah hampir 9 tahun ne kita tak bertemu, kau tak berubah... pipimu masih chubby seperti saat SD dulu", kini dia mencubit pipiku. Hhh... mola, kelakuannya sama seperti Kai! Choi Minho adalah sunbae ku dan Kai saat kami masih dibangku SD, usia kami berbeda 2 tahun diatasku dan Kai.
"Ehem... kalian saling mengenal? Lebih baik aku pergi duluan ne Suzy~ah", ucap Min eonni yang sekarang sudah berlari menjauhiku dengan tangan melambai dan senyuman jahilnya, Aish... eonniiii!!!
"Dia?"
"Kakak sepupuku"
"Ara... kaja, kau bisa memberitahu aku denah kampus ini kan", ucap Minho sunbae dengan segera menggandeng lenganku.
"Mwo? Aku menunjukkan denah? Aku ini masih baru... anak pindahan", lirih batinku.
Kamipun sampai dipersimpangan, ternyata kampus ini luas sekali, "Nah... jika kita mengambil jalan kekiri, kita akan kemana?", kini matanya menatapku, yaa... aku tau, dia ingin mendengarkan jawabannya.
"Sunbae... sebenarnya, ehm... ini hari pertamaku pindah ke kampus ini. Jadi aku sama sekali tak hapal jalan dikampus ini", hening... tangannya masih menggenggam pergelangan tanganku, tapi kenapa ia tak menjawab sih. Eiish... kepalaku yang menunduk dengan sangat terpaksa kuangkat untuk menatapnya. Heh???
Choi Minho, namja ini malah tersenyum memandangku sekarang! "Kau bilang ini hari pertamamu?", tangannya kini melepas pergelangan tanganku dan beralih kedagunya seraya sedang berfikir? "Ini juga hari pertamaku masuk kampus ini", kini dia kembali tersenyum padaku.
"Ne... berarti kita sekarang tersesat", gumamku pelan. Ah... handphone? Aku akan menelpon Min eonni! Otakmu memang cerdas Bae Suzy. Akupun mengeluarkan handphoneku dari saku celanaku. "Srek..." dan aku mulai mencari nama Min eonni didalam kontak handphoneku. Ini dia...
"Suzy~ah...", ucap Minho sunbae, membuat jariku berhenti untuk menekan tombol panggil.
"Ne?"
"Apakah kau tak merasa? Ini seperti sebuah takdir?", ucapnya dengan tatapan yang sangat sangat sangat lembut.
"Mm..mwo.. takdir", gumamku agak sedikit kaget.
***
To be continue...................