home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > If IT Was True

If IT Was True

Share:
Author : beylicious7
Published : 05 Feb 2014, Updated : 23 Feb 2014
Cast : Kim Woo Bin, Fictional characters
Tags :
Status : Ongoing
1 Subscribes |1917 Views |2 Loves
If IT Was True
CHAPTER 1 : Love First Sight

Woobin baru saja pindah ke salah satu perumahan di Gangnam. Keluarganya memutuskan untuk membeli rumah yang lebih besar untuk ditinggali keluarga mereka. Kim Woo Bin adalah putra kedua dari keluarganya.

Perumahan ini bisa di bilang adalah perumahan baru. Beberapa rumah masih kosong. Cukup tenang bagi Woobin yang memang lebih senang menyendiri. Adalah beberapa blok di perumahan ini, dan satu blok hanya terdapat lima sampai enam rumah saja.

Pagi ini Woobin akan pergi kuliah seperti biasanya. Ia harus berjalan keluar komplek perumahan dan pergi ke halte bus terdekat. Mobilnya barusaja di jual karena ingin diganti dengan yang baru. Selagi menunggu mobilnya sampai di rumah dalam beberapa minggu, Woobin terpaksa harus naik bus untuk pergi ke kampus. Hal yang sangat ia sebalkan.

Woobin tak akan mau pergi ke kampus dengan mobil Ayahnya. Ia lebih memilih untuk pergi menaiki bus yang sempit daripada harus pergi bersama Ayahnya. Bukan karena ia membenci Ayahnya, ia hanya tak tak ingin teman-teman kampusnya melihatnya bersama Ayahnya. Ayah Woobin adalah seorang pejabat pemerintah. Entah kenapa dia tak terlalu menyukai pekerjaan Ayahnya itu.

Di blok rumah Woobin hanya ada tiga empat rumah yang telah di tinggali. Rumah Woobin sendiri berada di paling ujung di blok itu. Woobin berjalan melewati beberapa rumah, sebelum ia sampai di gerbang perumahan, ia berhenti di sebuah rumah minimalis khas eropa. Bukan karena ia tertarik dengan desain rumah itu, tapi karena ia melihat seorang gadis yang tengah berdiri di balkon lantai dua.

Gadis berambut panjang itu terlihat tengah bermain dengan bunga-bunga yang ia tanam di balkon rumahnya. Sekilas Woobin melihat senyum gadis yang mengenakan dress mini berwarna peach itu. Woobin terus memandang gadis itu hingga sang gadis pun merasa ada seseorang yang tengah memperhatikannya. Spontan gadis itu terkejut dan langsung berlari masuk ke dalam rumahnya.

Woobin hanya terkekeh melihat tingkah lucu gadis itu. Kemudian ia kembali melanjutkan perjalanannya menuju halte bus terdekat.

***

“Jangan lupa nanti mampir ke restoran Noona-mu untukmengambil paket makannan.”

Woobin tengah berada di perpustakaan bersama sahabatnya, Kwanghee. Ia membuka ponselnya yang baru saja berdering. Pesan dari Ibunya.

“Woobin-ah, bagaimana rumah barumu? Ku dengar kau baru pindah ke perumahan baru itu.” Seorang teman wanita Woobin yang barusaja tiba langsung duduk disamping Kwanghee dan bertanya.

“Ne, kalian mau mampir? Kebetulan nanti kami akan membagikan makanan untuk para tetangga.” Jawab Woobin.

“Ah jinjjayo? Apa Eomma-mu memasak banyak makanan hari ini?” Kwanghee menanggapi dengan antusias ketika ia mendengar Woobin menyebut tentang makanan.

“Anni.. Eomma tidak memasak, ia telah memesan paket makanan di restoran Noona-ku. Maka dari itu ak mengajak kalian karena aku tak membawa mobil hari ini, jadi aku mau menumpang mobil Kwanghee.”

“Mwoya..” Kwanghee terlihat terkejut sementara Woobin dan kawan wanitanya hanya terkekeh.

***

Woobin sampai di rumahnya dengan membawa box berisi makanan. Ia datang bersama Kwanghee dan Sangbum. Ayah dan Hyung Woobin sendiri belum pulang dari kantor mereka masing-masing.

Ibu Woobin menyuruh Woobin mengantar makanan itu ke tetangga disekitar rumah mereka. tapi Woobin menolaknya dan malah menyarankan Ibunya untuk menyuruh Kwanghee atau Sangbum yang mengantarnya.

“Aku hanya mau mengantar ke  rumah yang ada di Blok pertama saja.” Ujar Woobin.

“Kau ini manabisa menyuruh temanmu yang mengantar, mereka adalah tamu disini.”

“Eomma, mereka sendiri yang menawarkan untuk membantu kita disini. Kau harusnya menghargai tawaran itu.”

Woobin terkekeh melihat Kwanghee dan Sangbum mengomel karena mereka yang akhirnya benar-benar pergi mengantar makanan ke tetangga sekitar rumah Woobin.

“Aku berniat datang kemari untuk mendapat makanan gratis, tapi Woobin malah memperalat kita seperti ini.” Oceh Sangbum pada Kwanghee.

Woobin sendiri pergi membawa sekotak makanan ke rumah gadis yang ia jumpai pagi tadi. Woobin mengetuk pintu rumah berwarna abu-abu itu. Rumah itu terlihat sepi. Apa tak ada orang disini? Batin Woobin.

“Chogiyo..” Panggil Woobin lagi. Namun tak ada jawaban.

“Bukankah tadi pagi aku melihat gadis itu di rumah ini. Apa dia sedang pergi? Rumah ini sepertinya kosong.” Ujarnya lagi.

Setelah cukup lama menunggu akhirnya Woobin menyerah. Mungkin penghuni rumahnya sedang pergi. Ia berniat untuk kembali ke rumahnya. Namun ketika ia hendak berbalik, tia-tiba saja pintu rumah itu terbuka sendiri.

Woobin yang melihat itu menghentikan niatnya untuk kembali ke rumahnya. Ia kemudian masuk ke rumah itu. Tapi kosong. Lalu siapa yang membukakan pintunya barusan?

“Chogiyo..” Ujar Woobin sambil mengetuk pintu.

“Aku adalah tetangga baru kalian. Kami baru pindah minggu lalu. Aku membawa makanan ini sebagai salam.” Woobin terlihat bingung karena tak ada seorangpun dirumah itu yang menyautinya.

“Taruh saja di meja.” Tiba-tiba ada suara gadis yang berbicara. Woobin menengok sekeliling rumah, mencari darimana suara itu berasal.

“Omooo..”

Betapa terkejutnya Woobin ketika melihat seorang gadis yang tiba-tiba saja keluar dari sebuah ruangan. Gadis itu mengenakan kimono berwarna putih dengan rambut yang masih basah.

“Mianhaeyo, aku sedang mandi dan tak mendengar kau mengetuk pintu.” Gadis itu terlihat malu dan lebih memlilih untuk berdiri di ambang pintu kamar mandi.

“Ah ne. Harusnya aku yang minta maaf karena mengganggumu. Aku akan meletakkan makanannya di meja. Se-selamat menikmati.”

Woobin merasa canggung. Ia datang disaat yang kkurang tepat. Bagaimana bisa ia datang disaat sang gadis sedang mandi. Betapa memelukannya, batin Woobin.

***

“Ya! Kenapa kau lama sekali? Kami menunggumu.” Ujar Kwanghee ketika Woobin barusaja masuk ke ruang makan. Kwanghee dan Sangbum telah anteng duduk di meja makan. Sementara Ibu Woobin terlihat sedang menyiapkan makanan.

“Kau pasti bertemu dengan gadis cantik bukan?” Goda Sangbum.

“Gadis cantik yang misterius. Dia sedang mandi ketika aku sampai di rumahnya.” Jawab Woobin yang kemudian mengambil tempat duduk di meja makan dan bergabung bersama Sangbum dan Kwanghee.

“Mwoya, dia sedang mandi? Kau datang dan..”

“Aishh, bukan seperti itu pabo! Itu tak seperti yang kau pikirkan.”

“Sudah sudah.. Sekarang adalah waktunya makan. Biar saja Woobin bertemu dengan gadis itu. Semoga gadis itu bisa membuat Woobin betah tinggal di lingkungan ini. kajja makan.” Woobin tersenyum lebar mendenga apa yang dikatakan oleh Ibunya.

***

Woobin masih penasaran dengan gadis cantik yang ada di rumah itu. Ia kembali datang ke rumah sang gadis dengan membawa sebuah bunga yang masih lengkap dengan potnya.

“Chogiyo..” Woobin mengetuk pintu rumah itu. Tak berselang lama sang gadis pun membukakan pintunya.

“Oh, kau? Bukankah kau tetangga baru itu.” Ujar sang gadis.

“Eum, ne. Kau masih mengingatku ternyata.” Woobin terlihat sedikit canggung.

“Apa ada yang bisa aku bantu?” Tanya sang gadis.

“Tidak kah kau mempersilahkan aku masuk dulu? Kita bahkan belum berkenalan.” Sang gadis memang membukakan pintu untuk Woobin, tapi ia belum mempersilahkannya masuk. Mereka masih berdiri di depan pintu rumah sang gadis.

“Ah nde, aku lupa. Silahkan masuk. Kau bisa duduk dimanapun kau mau.”

Woobin memperhatikan gadis cantik itu. Gadis berkulit putih pucat itu memiliki senyum yang sangat manis, batinnya.

“Kim Woo Bin imnida, bangapseumnida.” Woobin memperkenalkan dirinya sebelum ia duduk di sofa ruang tamu sang gadis.

“Ahn Ji Seol imnida, bangapta.” Gadis bernama Jiseol itu membungkuk untuk memberi salam perkenalan.

“Aku hampir lupa, aku membawa ini untukmu.” Woobin memberikan bunga yang sedari tadi ia bawa kepada Jiseol.

“Ku lihat kau suka memelihara bunga di balkon rumahmu, jadi aku membawakanmu ini agar kau bisa merawatnya dan untuk menambah koleksimu.” Ujarnya lagi.

“Bagaimana kau bisa tahu kalau aku suka memelihara bunga?” Tanya Jiseol ketika ia menerima bunga dari Woobin.

“Aku melihatmu bermain dengan mereka beberapa hari yang lalu di balkon rumahmu, kau lupa?”

“Ka-kau melihatku? Bagaimana bisa?”

Semenjak hari itu Woobin semakin sering datang ke rumah Jiseol untuk membawakan pupuk atau hanya sekedar mengobrol dengan gadis itu. Woobin sering dibuat bingung dengan sikap gadis itu yang selalu menanyakan apakah dia terlihat aneh?

Jiseol memang terlihat sedikit aneh. Dia tak pernah keluar rumah walau hanya sekedar pergi ke halaman rumah. Jiseol hidup sendiri di rumah itu. Ia bilang Ibunya telah meninggal ketika ia masih duduk di sekolah menengah pertama, Ayahnya lebih sering berada di luar negeri untuk mengurusi bisnisnya. Sebenarnya Jiseol memiliki seorang kakak, namun karena sang kakak telah menikah kakaknya harus tinggal bersama suaminya.

“Bagaimana kau makan jika di kulkasmu bahkan kosong begini?” Woobin sedang kelaparan karena Ibunya sedang tak ada di rumah dan tak ada makanan, ia datang ke rumah Jiseol berharap menemukan makanan, namun nihil, isi kulkas Jiseol bahkan lebih parah dari yang ia miliki.

“Mwoya! Kau ini lancang sekali Kim Woo Bin!”

“Aku lapar Jiseol-ah, tak bisakah kau memasakanku makanan? Apa yang kau makan stiap hari jika di kulkasmu tak ada makanan sama sekali?”

“Aku tak pernah makan.” Jawab Jiseol santai.

“Jinjjayo?” Woobin terkejut dengan pernyataan Jiseol barusan, namun dengan cepat Jiseol menjelaskan maksud ucapannya barusan.

“A-anni, anni, maksudku, aku memang tak pernah memasak sendiri makananku. Aku adalah vegetarian, aku sedang dalam program diet, jadi aku memesan makanan dari restoran vegetarian langgananku.”

“Pantas saja kau terlihat begitu kurus begitu. Berhentilah diet, kau sudah terlalu kurus.”

“Ya, siapa kau menyuruhku untuk berhenti diet?!”

“Naega? Aku adalah calon kekasihku, jadi kau lebih baik untuk mendengarkan apa yang aku katakan.” Woobin menyunggingkan smirknya dengan menatap intens mata Jiseol. Jiseol yang tersipu langsung lari meninggalkan Woobin sendiri di dapur, sementara ia masuk kedalam kamarnya dengan pipi yang merah merona. Membuat Woobin semakin gemas melihatnya.

“Ya! Ahn Ji Seol, jangan lari! Kau belum menjawab pernyataanku barusan! Aku tahu kau juga menyukaiku!”

***

 

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK