[Luhan's Story] The Story of EXO
Title:
Angel
Author:
Monie Akakuro
Rating:
PG - 13
Genre:
Sad, Romance
Length:
One Shot
Main Cast:
- Luhan EXO
- Lee Haru (OC)
Disclaimer:
As always ide ngambil dari lagu nya. Cuman agak bingung ini nyelipin power nya Luhan yang bisa ngendaliin pikiran / telekinesis. Yah jadilah seperti ini kkkk
****
Suasana di Incheon Airport seperti biasa selalu ramai walaupun ini sudah hampir tengah malam. Luhan melangkahkan kakinya keluar dari pintu 'Arrival' setelah ia mengambil koper dan mengurus paspornya.
Akhirnya ia kembali lagi ke Seoul setelah 6 bulan berada di Beijing. Kota yang selalu ia rindukan. Karena ia meninggalkan setengah hatinya disini.
Lee Haru, wanita yang sudah 5 tahun menjadi kekasihnya. Ia mengenal Haru semenjak di bangku SMA. Ketika ia menjadi salah satu peserta pertukaran pelajar dari China untuk Korea Selatan. Luhan mendapat sekolah international dimana Haru yang keturunan Jepang - Korea juga sekolah disini. Dan mereka berdua juga masuk ke universitas yang sama. Seoul Art University. Tapi sekarang Luhan meneruskan kuliahnya kembali ke China.
Biasanya Luhan selalu melihat wajah Haru sedang menunggu dirinya didepan pintu arrival setiap ia kembali ke Korea tapi sekarang tidak ada yang menyambutnya. Luhan memang sengaja datang hari ini tanpa memberi tahu Haru. Karena ia tidak mau mengganggu wanita itu latihan Biola. Besok malam dia akan melakukan pertunjukan pertamanya. Maka itulah alasan kenapa Luhan datang kembali ke Korea.
Luhan menatap dengan bingung saat jalan sepanjang pintu arrival. Sudah penuh sekali dengan orang-orang. Ada beberapa dari mereka membawa kamera dan juga banner.
EXO I LOVE U! Wu Yifan Wo Ai Ni!
Luhan membaca beberapa tulisan yang dipegang oleh anak-anak perempuan sambil berteriak seperti yang tertulis di banner nya. EXO? Wu Yifan? Siapa mereka? Mungkin mereka artis yang baru saja datang kesini.
Buk!
Ada seseorang yang menabrak dirinya sehingga pegangan kopernya terlepas dari tangan Luhan.
"Ah mian! Aku tidak sengaja!" Seorang pria yang menabrak Luhan tadi memungut kopernya dan langsung memberikan kepadanya. Ia membungkuk lagi meminta maaf karena sudah bersalah menabrak Luhan. Sebetulnya bukan salah pria itu juga. Dirinya juga jalan tanpa melihat kedepan, malah asyik membaca banner-banner disampingnya.
"Baekhyun-a!! Cepatlah! Nanti aku tidak bisa melihat Wu Yifan!!"
Seorang wanita dibelakang Luhan berteriak ke arah pria ini. Pria yang bernama Baekhyun sedang sibuk membetulkan koper Luhan yang jatuh.
"Sebentar! Kau tidak lihat tadi aku jatuh!?" Balas pria ini kepada teman wanitanya.
"Sudah tidak apa-apa..." Ujar Luhan mengambil koper nya lagi.
"Sekali lagi maafkan aku!" Pria itu membungkuk meminta maaf dan bergegas pergi menyusul teman wanita nya tadi yang sudah menghilang entah kemana.
Luhan menyunggingkan senyumnya memperhatikan pria tadi yang sudah berlari menjauh darinya. Pria itu seperti orang-orang yang berkumpul disini? Karena dia memakai baju yang sama dengan mereka. Sudah tengah malam tapi masih saja semangat ke airport hanya untuk bertemu dengan artis idola.
**
Di depan airport Luhan duduk diatas kopernya sambil termangu. Ia sedang memikirkan harus kemana dia selanjutnya. Apakah dia menemui Haru di apartemen atau dia ke hotel yang sudah dia pesan?
Tapi saat ini ia sudah sangat merindukan Haru. Hati nya seperti menjawab pertanyaan di otaknya. Ia akan langsung menemui wanita itu. Ia mengeluarkan ponselnya dan mengetik pesan untuk Haru.
Luhan berdiri dan meregangkan tubuhnya. Sekarang yang ia butuhkan adalah taxi. Namun sejak tadi ia tidak melihat satupun taxi yang lewat dijalan ini. Biasanya selalu banyak taxi kosong yang terparkir disini.
Suara berisik keluar dari pintu airport. Sepertinya artis yang sudah ditunggu orang-orang didalam tadi sudah keluar. Banyak orang bergerombol mengerubungi beberapa pria yang sedang jalan menuju mobil yang sudah terparkir didepan.
Luhan melihat ada seorang gadis kecil ikut-ikutan mengerubungi artis itu. Gadis kecil itu memegang baju gadis yang lebih tua didepannya agar ia tidak terlepas. Apakah itu kakaknya?
Ketakutan gadis kecil itu sama dengan yang Luhan takutkan. Benar saja tangan gadis kecil itu terlepas dari pegangan kakaknya. Tubuh kecilnya terdorong-dorong dengan orang-orang dijalanan ingin melihat artis yang datang tadi.
Gadis kecil itu semakin terdorong ke jalanan. Tak ada yang memperhatikan dibelakang mobil artis yang terparkir itu ada sebuah mobil yang melaju cukup kencang. Dengan cepat Luhan berlari meninggalkan kopernya menuju gadis kecil yang terdorong tadi, kalau tidak gadis kecil itu akan tertabrak mobil yang melaju ke arahnya.
Luhan's Story: Angel
Mata Luhan terus memperhatikan wajah Haru yang sedang tertidur disampingnya. Wajah yang sudah ia rindukan selama 6 bulan ini sekarang sudah ada dihadapannya. Ia langsung memeluk tubuh Haru dengan sayang kedalam dekapannya.
"Kau belum tidur?" Tanya Luhan saat merasakan Haru mengeratkan pelukannya.
Kepala Haru menggeleng didada Luhan. "Aku belum bisa tidur. Jantungku terus berdebar mengingat pertunjukanku akan diadakan besok malam."
Luhan mengecup kepala Haru untuk mengurangi rasa kekhawatirannya. "Tidurlah.. Kau butuh istirahat"
Merasakan kecupan Luhan dikepalanya membuat ada rasa nyaman di hati Haru. Untung saja ada Luhan disini bersamanya agar dia bisa tenang sebelum pertunjukan. Dia kaget sekali tadi di depan pintu apartemennya Luhan sudah datang dari China. Ia pikir baru besok Luhan akan datang. "Luhan, terima kasih kau sudah datang malam ini. Ada kau disini membuatku sedikit menjadi lebih tenang.." Haru membenamkan wajahnya ke dada Luhan.
"Jadi sekarang kau harus tidur. Aku sudah ada disini menemanimu.." Luhan berkata pelan masih terus memeluk Haru. Suara pelan Luhan yang hampir berbisik dan tepukan pelan tangan Luhan di punggung Haru menyuruhnya tidur membuat Haru langsung diselimuti rasa kantuk. Dengan sekejap Haru pun tertidur pulas didalam pelukan Luhan.
***
Lebih baik aku memakai baju warna apa ya? Luhan suka tidak kalau aku memakai baju warna putih ini?
"Baju yang warna putih itu bagus, aku suka"
Kepala Haru langsung menoleh ke arah Luhan yang sedang duduk diatas tempat tidurnya sambil menunjuk ke arah baju putih yang sedang Haru pegang didalam lemari pakaian. Dia tahu saja aku sedang bingung memilih, batin Haru.
"Jadi yang ini lebih bagus?" Haru mengambil baju putih yang digantung dari dalam lemari. Ia memperlihatkan baju itu didepan dadanya ke arah Luhan agar ia bisa menilai. Luhan menjawab dengan anggukannya sambil tersenyum.
"Ok, ini yang akan kupakai" Haru membawa baju itu ke kamar mandi untuk berganti pakaian.
**
"Bagaimana kuliah mu disana?" Haru mematikan kompornya setelah air dipanci sudah mendidih.
"Kuliah ku...." Mata Luhan melihat panci air panas yang sedang dipegang Haru tergelincir dari jemarinya. Panci itu terjatuh dengan gerakan yang sangat lambat sehingga dengan cepat Luhan bisa langsung menangkapnya dengan mudah.
".... Sedikit lagi sudah masuk ujian" Lanjut Luhan menyelesaikan perkataannya. Ia meletakkan panci berisi air panas itu ke meja.
Haru kaget saat panci tadi terlepas dari pegangannya. Dan ia sedikit bingung kenapa Luhan bisa cepat sekali berada disampingnya dan bisa mengambil panci itu.
"Kau harus lebih berhati-hati, bagaimana kalau air panas tadi terkena tanganmu? Tanganmu itu sangat berharga sekali" Luhan menjitak pelan kepala Haru.
Lidah Haru sedikit menjulur keluar mendengar Luhan menasihati dia karena kecerobohannya. Untung saja tadi Luhan cepat menolongnya, kalau tidak, ia tidak bisa membayangkan bagaimana pertunjukan dia nanti jika tangannya terkena air panas.
"Gomawo~ ayo kita makan diluar saja, aku juga ingin jalan-jalan denganmu!" Haru memeluk Luhan karena ia merasa bersalah gara-gara kecerobohannya.
"Kaja!" Seru Luhan menggandeng pinggang Haru setelah mencium pipi wanita itu.
***
"Sudah berapa kali ku bilang kau harus hati-hati??" Luhan menarik tangan Haru saat kakinya hampir masuk kedalam lubang di jalan.
Kalau Luhan tidak menarik tangannya mungkin Haru tidak tahu didepannya ada lubang. Sedikit lagi pasti ia akan jatuh tersungkur dijalanan. Betapa memalukannya itu dan pasti akan sangat sakit sekali.
"Lagi-lagi kau menolongku. Kenapa aku hari ini sangat ceroboh sekali sih?" Haru menjitak kepalanya sendri sebelum Luhan yang melakukan. Mungkin dia masih belum bisa menghilangkan rasa gugupnya untuk nanti malam. Makanya pikiran dia tidak terfokus dengan benar.
Haru melingkarkan lengannya di lengan Luhan agar dia bisa berjalan dengan baik sekarang. Luhan akan menjaga dirinya supaya dia terhindar dari lubang lagi.
"Kau mau pesan apa?" Tanya Haru sambil membolak-balikan lembaran menu di tangannya.
"Ne?" Jawab pelayan yang berdiri disamping Haru. Tangan nya sudah siap mencatat apa yang akan dipesan.
"Oh belum.." Haru menggelengkan kepalanya ke pelayan itu yang mengira tadi ia bertanya kepadanya.
"Kau mau makan apa?" Tanya Haru lagi ke arah Luhan yang duduk didepannya.
"Aku sama denganmu saja" Jawab Luhan sambil tersenyum menatap Haru.
Kalau jawabannya begini Haru semakin bingung ia harus memilih yang mana. Dia pikir akan makan seperti yang Luhan pilih, tapi Luhan malah tergantung padanya.
"Baiklah aku pesan 2 Bulgogi" Kata Haru akhirnya dia memilih makanan yang akan dipesan.
Dengan cepat pelayan itu mencatat pesanan Haru. "Bulgogi.... 2?" Ulang pelayan sekali lagi dengan agak sedikit bingung.
"Iya 2..."
"Bilang aku tidak mau pedas.." Luhan mencondongkan tubuhnya memberitahu Haru.
"Pedas atau tidak?" Tanya pelayan itu lagi.
"Tidak" Jawab Haru menggeleng. Baru berapa detik Luhan bilang ia tidak mau pedas, pelayan itu sudah langsung bertanya.
"Baik, kidari juseyo" Kata si pelayan setelah mencatat pesanan Haru. Dan ia kembali lagi ke belakang.
Haru menghelakan nafasnya panjang. Sambil menyapu pandangannya didalam restoran ini. Hanya beberapa pelanggan saja yang sedang makan disini termasuk dirinya dan Luhan. Sudah lama ia tidak makan disini semenjak Luhan melanjutkan kuliahnya di China. Dulu setiap pulang sekolah hampir setiap hari ia makan kesini. Karena mereka berdua tinggal sendirian di Korea tanpa orang tua jadi mereka tidak tahu harus makan dengan apa. Dan Luhan mengajaknya ke restoran ini. Dia bilang makanan disini enak seperti makanan rumah dan harganya pun terjangkau untuk kantong anak sekolah.
"Ada apa?" Tanya Haru saat melihat Luhan terus menatapnya semenjak tadi.
Luhan menggeleng tanpa menghilangkan senyuman di wajahnya. "Tidak... Aku hanya senang melihat wajahmu lagi"
Kata-kata Luhan terdengar gombal sekali. Haru mendenguskan tawanya. "Kau rindu sekali denganku ya? Kalau begitu kau tidak boleh kembali lagi ke China, tetaplah kau bersama denganku disini.."
Luhan tertawa pelan mendengar ucapan Haru. Ia memang ingin sekali tinggal bersama Haru. Tapi ia tidak bisa. "Aku akan selalu denganmu.." Jawab Luhan.
Senyuman Luhan ke arahnya membuat hati Haru benar-benar merasa nyaman melihatnya. Ini yang dia butuhkan sekarang. Bersama Luhan yang selalu menenangkan hati dan juga pikirannya.
"Bagaimana kalau abis ini kita ke Lotte World!?" Cetus Haru bersemangat. Ia ingin sekali kesana bersama Luhan.
"Lotte World? Haru, kau bukan anak kecil lagi.. Lagipula tinggal beberapa jam lagi pertunjukan mu akan dimulai" Jawab Luhan mengingatkan Haru.
Seperti biasa perkataan Luhan selalu seperti orang tua di telinga Haru. Dan seperti biasa juga Haru bersikap seperti anak kecil ke Luhan. "Ya? Ke Lotte World? Kita sudah lama tidak kesana kan? Aku ingin bermain-main sebentar denganmu. Bebaskan aku dari rasa gugup ini untuk pertunjukan nanti.."
"Baiklah.." Luhan mengangguk menyetujui permintaan Haru. Mau bagaimana lagi, jika Haru sudah merengek seperti ini dia tidak akan berhenti sampai ia mengangguk setuju.
***
"Mana lama sekali bus nya" Haru mencondongkan badannya lagi melihat dari kejauhan belum nampak juga bus yang akan membawa mereka ke Lotte World.
"Bersabarlah.." Ujar Luhan menyenderkan punggungnya di bangku halte. Hanya dia berdua yang menunggu bus disini.
Cuaca begitu cerah dan matahari bersinar sangat terik pagi ini walaupun sekarang sudah musim dingin. Waktu yang sangat pas sekali ia menghabiskan waktunya bersama Luhan.
"Kau ingat tidak sehabis pulang sekolah kita juga duduk disini menunggu bus mau bermain kesana juga? Aku rindu sekali saat-saat seperti itu" Haru menoleh memandang Luhan yang duduk disampingnya.
Senyuman Luhan masih terus menghiasi wajahnya setiap menatap Haru. "Tentu saja, seperti sekarang ini kau memaksaku bermain disana.."
"Jadi selama ini kau tidak suka?" Gumam Haru sedih mendengar dia sepertinya selalu memaksa Luhan.
"Tidak... Tapi aku akan menjadi sangat bahagia jika sudah disana melihat mu tertawa bahagia"
Tangan Haru merangkul ke leher Luhan mendengar pria itu berkata gombal lagi kepadanya. Ia menidurkan kepalanya di bahu Luhan sambil tertawa pelan. Walaupun terdengar gombal tapi Haru tetap suka.
Nyaman sekali memeluk Luhan seperti ini. Haru memejamkan matanya sebentar menikmati perasaannya seperti dulu yang ia lalui bersama Luhan di halte ini.
"Ayo bus nya sudah datang" Luhan menepuk pelan pipi Haru agar ia terbangun.
Keduanya berdiri bersiap saat bus itu datang.
"Tolong tunggu sebentar!!"
Haru mendengar suara teriakan seseorang saat menginjakan kakinya di tangga bus. Ia melihat 2 orang pelajar yang masih memakai seragam sekolah berlari kencang menuju ke arah bus.
"Ajussi tolong tunggu sebentar.." Pinta Haru kepada supir bus agar dia tidak menjalankan bus nya sampai kedua pelajar itu naik.
Haru melangkahkan kakinya lagi naik kedalam bus ketika kedua pelajar itu sudah ada dibelakangnya. Luhan sudah berada didalam saat Haru menempelkan kartu transportnya didekat duduk supir. Ia segera menghampiri Luhan dan berdiri disampingnya karena tempat duduk sudah penuh semua.
Kedua pelajar itu juga berjalan mendekati arah Haru berdiri. Sambil terengah pelajar perempuan itu menjitak kepala teman laki-laki nya sambil mengomel. Haru langsung menahan tawa melihat kedua pelajar itu.
"Kau disebelah sini.." Luhan menarik tangan Haru menukar posisinya berdiri tidak disamping pelajar anak laki-laki itu lagi.
Secara tiba-tiba bus mengerem mendadak berhenti karena lampu merah. Dengan cepat badan Haru sudah ditangkap ke pelukan Luhan agar ia tidak terjatuh.
"Pabo!! Baekhyun kenapa kau bodoh sekali! Sudah kubilangkan kau jangan beli minum, jadi tumpah begini kan??!"
Haru melihat pelajar wanita itu melayangkan jitakan bertubi-tubi ke pelajar laki-laki yang ia panggil Baekhyun tadi. Minuman yang dipegang anak laki-laki itu tumpah berantakan didekat kaki Luhan. Hampir saja ia yang menjadi korban, kalau saja Luhan tidak bertukar posisi dengannya mungkin baju putihnya sudah merah terkena noda minuman itu.
"Tadi aku haus sekali!" Balas pelajar laki-laki itu tak kalah berteriak ke temannya.
"Mianhe ajumma" Anak laki-laki itu meminta maaf ke wanita tua yang duduk didepannya.
"Mianhe noona, untung kau berdiri jauh kalau tidak baju putihmu pasti kotor" Ucap anak itu meminta maaf ke Haru. Tanpa memperdulikan Luhan yang tepat berada di depannya. Byun Baekhyun. Haru melihat lencana namanya tersemat di seragam sekolahnya. Dia terus membungkuk meminta maaf ke Haru. Dan lagi-lagi dia dimarahi oleh temannya yang sedang mengeluarkan beberapa tissue membersihkan cairan yang bertebaran dilantai bus.
****
"Aku mau naik itu! Itu! Dan itu!!" Teriak Haru menarik tangan Luhan ketika mereka sudah masuk kedalam Lotte World. Wajah Haru sangat sumringah sekali sudah berada disini.
Dengan pasrah Luhan mengikuti kemana Haru membawa dia menaiki semua wahana yang diinginkannya.
Betapa bahagianya Haru sekarang. Kini perasaan nervous nya hilang seketika. Pikiran dan hatinya sudah refresh kembali setelah ia bermain dengan Luhan. Ia sudah sangat siap untuk pertunjukan nanti malam.
"Haru..."
Haru menolehkan pandangannya dari pemandangan kota Seoul yang ia lihat dari ketinggian didalam wahana kincir angin ke arah Luhan yang duduk didepannya. Baru kali ini sebetulnya dia mau naik kincir angin. Haru tahu Luhan sangat takut ketinggian. Tapi dia mau saja diajak naik olehnya. Mungkin sekarang phobia tinggi Luhan sudah berkurang.
"Ne?" Haru pindah duduknya kesamping Luhan. Kepalanya ia letakkan lagi dibahu pria itu dan memeluk lengannya. Rasa kenyamanan kembali menyelimuti Haru lagi.
"Bagaimana perasaan mu? Sudah tidak gugup lagi?" Jemari Luhan mengusap pelan kepala Haru yang ada dibahunya.
Kepala Haru menggeleng. "Tidak. Sekarang aku sangat bahagia sekali. Seharian ini kau sudah menemaniku. Jadi aku sudah lebih siap untuk pertunjukan nanti malam."
Haru bisa mendengar Luhan menghelakan nafasnya. Sepertinya Luhan jadi merasa tenang dirinya sudah siap untuk pertunjukan nanti malam.
"Haru.." Panggil Luhan lagi dengan pelan.
"Hm?" Jawab Haru memejamkan matanya. Ia lihat posisi mereka sekarang masih berada diatas. Jadi ia bisa tiduran dibahu Luhan sampai turun nanti.
"Setelah pertunjukan ini apa rencanamu selanjutnya?"
"Rencanaku? Mmhh... Jika pertunjukan ini sukses, aku bisa mendapatkan beasiswa ke Juilliard. Itu impianku."
"Apakah kau bahagia dengan impianmu nanti?"
"Tentu saja, menjadi pemain biola yang terbaik adalah impianku.."
"Jadi kalau kau masuk kesana aku tidak usah berkunjung ke Korea lagi? Aku langsung menemui mu di New York.."
"Aku akan selalu menunggumu dimanapun aku berada"
"Kalau kau? Rencanamu apa?"
"Aku? Rencanaku hanya satu. Selalu membuatmu tersenyum bahagia.."
Tangan Haru langsung memeluk pinggang Luhan dengan erat. Ia terkekeh pelan. Pria ini sekarang benar-benar jago sekali bergombal. Haru semakin mencintai pria ini. Ia tidak mau berpisah dengan Luhan. Haru sangat menyayanginya.
***
"Aku mengantarmu sampai sini. Kau harus memberikan penampilanmu yang terbaik nanti.." Ucap Luhan ketika mereka sampai didepan gedung concert hall tempat pertunjukan permainan biola Haru nanti malam.
Haru menghentikan kakinya menaiki undakan tangga dan berbalik ke arah Luhan. Rasanya ia tidak ingin menaiki undakan tangga keatas lagi. Ia ingin disini. Bersama Luhan. Ia belum mau berpisah dengannya.
Kenapa perasaannya menjadi seperti ini? Masih belum rela Luhan meninggalkan dirinya disini. Padahal nanti setelah pertunjukan pun dia bisa kembali bersama Luhan lagi.
"Baiklah. Aku mau persiapan dulu didalam. Awas kau tidak boleh telat melihat penampilan ku!" Ujar Haru akhirnya.
Luhan hanya mengangguk dan tersenyum menatap Haru. Dengan perlahan Luhan menarik tangannya yang sejak tadi digandeng Haru.
Dengan berat hati Haru melepaskan tangan Luhan dari genggamannya. Tangannya masih terjulur walaupun Luhan sudah melangkah mundur akan beranjak pergi.
"Masuklah. Berikan yang terbaik untukku.." Ujar Luhan pelan menyuruh Haru yang belum beranjak dari tempatnya.
Haru menarik nafasnya kemudian ia berjalan mendekati Luhan dan langsung memeluknya erat. "Hari ini terima kasih.. Pertunjukan ini kupersembahkan untukmu" Ucap Haru semakin mengeratkan pelukannya tanpa ingin melepaskan dirinya dari tubuh Luhan yang selalu merasakan kenyamanan didalam dekapannya.
***
Suara tepuk tangan langsung terdengar saat Haru keluar dari tirai dibelakang panggung. Ia menenteng biolanya dan berjalan dengan sedikit gugup ke tengah panggung. Lampu sorot secara otomatis mengarah kepadanya. Dari ratusan penonton yang hadir akhirnya Haru bisa menemukan orang yang ingin sekali ia lihat. Luhan duduk ditempat yang sudah khusus Haru siapkan untuknya. Ia masih memakai sweater biru yang dia pakai sejak tadi. Senyuman Luhan disana membuat hati Haru semakin siap.
Tak ada lagi suara tepuk tangan penonton. Sunyi. Hanya suara alunan merdu dari biola yang Haru mainkan. Semua orang fokus pada permainan Haru yang sangat memukau.
Ini adalah penampilan Haru yang paling sempurna. Hadirnya Luhan disini membuatnya begitu percaya diri. Tidak ada lagi rasa gugup dan ketegangan dihatinya.
Luhan, terima kasih. Kau adalah malaikat kekuatanku.
Haru membungkukan badannya ketika ia selesai menampilkan pertunjukkannya. Ia masih bisa melihat Luhan tersenyum lebar menatap dirinya disana.
***
"Haru!!! Chukkae!!! Pertunjukan mu tadi sangat sempurna!!" Park seonsaengnim langsung memeluk Haru begitu ia masuk kebelakang panggung. Disana guru dan teman-temannya sudah menunggu dan memberinya selamat. Dengan ini sepertinya jalur Haru untuk mendapatkan beasiswa ke Juilliard akan terbuka lebar.
"Haru selamat! Kau tadi sungguh luar biasa sekali". Sekyung teman Haru semenjak sekolah datang memeluknya memberi selamat. Ia melihat Sekyung datang dengan 2 orang pria yang tidak pernah ia lihat sebelumnya. Siapa mereka?
"Sekyung terima kasih.." Jawab Haru setelah Sekyung melepaskan pelukannya.
Kini ia bisa melihat wajah Sekyung dengan jelas. Mata dia kenapa sembab sekali? Memangnya tadi penampilan dia sangat luar biasa sampai-sampai Sekyung menangis seperti itu? Haru heran sekali.
"Haru.." Ucap Sekyung dengan suara tertahan. Ia menarik nafasnya sebelum ia memberitahu suatu hal kepadanya.
Haru menatap Sekyung dengan bingung. Ada apa? Kenapa Sekyung sepertinya sedih sekali menatap dirinya.
"Haru..." Sekyung memeluk Haru lagi. Ia bisa mendengar Sekyung menangis di bahunya.
"Sekyung ada apa?" Tanya Haru heran.
"Haru kumohon kau jangan kaget mendengar ini.." Sekyung mulai terisak.
"Mendengar apa?" Haru semakin tidak mengerti.
Pelukan Sekyung semakin erat ditubuh Haru. "Haru... Luhan meninggal dunia. Kemarin malam Luhan mengalami kecelakaan. Ia tertabrak mobil di depan Incheon Airport"
Jantung Haru terasa hilang dari dadanya mendengar ucapan Sekyung. Seketika ia tidak bisa merasakan lagi detakan jantungnya.
"Tidak mungkin... Kau jangan bercanda." Haru menggelengkan kepalanya dengan tatapan kosong. "Luhan tidak mungkin meninggal... Sejak tadi ia ada disini... Aku seharian bersamanya.. Tidak mungkin... Tidak mungkin Luhan meninggal..."
"Haru!" Pekik Sekyung memeluk tubuh Haru yang mematung didepannya dengan tatapan kosong.
Tak ada airmata di wajah Haru. Ia tidak bisa merasakan apa-apa. Tiba-tiba ia menjadi mati rasa. Ia tidak percaya Luhan mengalami kecelakaan. Tidak mungkin. Luhan selalu bersama dirinya.
"Haru maafkan aku baru memberi tahumu.. Sejak pagi aku tidak bisa menemukanmu. Kau sudah tidak ada diapartemen saat tadi aku datang kesana"
Haru menggelengkan kepalanya lagi. "Luhan tidak mungkin meninggal! Dia ada disana! Dia duduk disana melihat aku bermain biola!"
"Haru!!" Sekyung mengejar Haru yang tiba-tiba berlari ke arah panggung.
Luhan ada disana. Luhan duduk disana sambil tersenyum memberiku semangat.
"Haru! Maafkan aku memberitahu mu sekarang" Sekyung menahan Haru untuk berlari ke tengah panggung dengan memeluknya.
"Itu! Luhan duduk di.." Seruan Haru terhenti saat matanya tidak melihat lagi Luhan yang duduk disana. Luhan tidak ada. Hanya 1 bangku kosong diantara penonton yang lain.
"Tidak mungkin... Bagaimana bisa??" Haru tidak ingin airmata nya keluar. Ia masih belum percaya.
"Haru kau harus menerima ini.. Luhan tidak ada. Dia sudah meninggal..." Sekyung terus memeluk Haru dengan erat sambil terus terisak. Ia sudah membawa Haru kembali ke belakang panggung.
"Maaf Haru-ssi.. Aku dari kepolisian. Ini... Ponsel milik korban." Haru menerima ponsel yang diberikan oleh salah satu pria yang tadi datang bersama Sekyung. Ia mengenal ponsel ini. Ini milik Luhan.
"Ponsel itu ditemukan tidak jauh dari lokasi kecelakaan. Sepertinya korban melempar ponselnya sesaat sebelum ia berlari ingin menyelamatkan gadis kecil. Tapi justru tubuh korban yang tertabrak setelah ia mendorongnya."
"Dan didalam ponsel itu ada sebuah pesan yang terakhir yang ia kirim. Jadi kami bisa melacak rekan korban yang ada di Korea untuk diberitahu. Yaitu kau, Haru-ssi"
Dengan cepat ia membuka ponsel milik Luhan. Dan ia juga baru ingat semenjak Luhan datang ia tidak pernah mengecek ponselnya lagi. Ia membuka pesan terakhir Luhan yang dikirimkan untuknya.
To: My Lovely Haru
From: Luhan
Aku sangat merindukanmu.
Aku akan menemuimu sekarang.
Sent. Yesterday. 02.17
Tubuh Haru merosot jatuh terduduk kelantai. Tiba-tiba tubuhnya menjadi lemas membaca waktu yang tertera di pesan itu. Karena setelah waktu pesan itu terkirim, Haru yakin itu saat Luhan datang ke apartemennya. Berarti saat mobil menabrak tubuh Luhan.
"Tidak!!! Tidak mungkin!!!" Haru mengerang kencang sambil menggelengkan kepalanya kuat tidak mau mempercayai ini.
Sekyung langsung memeluk erat tubuh Haru lagi yang sudah menangis. Ia juga terisak kencang. Semenjak sekolah Sekyung sudah berteman dengan Haru dan Luhan. Mendengar berita ini sudah membuatnya terpukul, bagaimana dengan perasaan Haru yang sudah menjalin hubungan dengan Luhan selama 5 tahun.
"Luhan tidak mungkin meninggal... Sejak semalam Luhan bersamaku... Tadi pagi aku sarapan dengannya.. Aku juga pergi naik kincir angin bersama Luhan... Dia juga menolongku... Tanganku tidak terkena air panas.. Aku juga tidak jatuh ke lubang.. Luhan menyelematkanku... Dia terus membuatku merasa tenang untuk pertunjukan ini... Dia duduk disana tersenyum menatapku.. Luhan masih hidup.."
Sekyung memeluk kepala Haru. Mencoba menghentikan Haru berbicara cepat seperti itu sambil menatap kosong kearahnya. Ia masih terus menangis melihat sahabatnya mengalami shock yang sangat berat seperti ini. Sekyung mencoba mempercayai setiap perkataan Haru. Mungkin yang bersama Haru sejak kemarin adalah arwah Luhan yang menemani Haru. Terus memberikan Haru semangat untuk pertunjukan biolanya yang seharusnya Luhan hadiri.
Sekyung menahan isakannya membersihkan air mata yang terus mengalir di wajah Haru. Dan terus memeluknya mendengar Haru mengucapkan perkataan yang selalu diulang olehnya.
"Luhan masih hidup.. Luhan tidak mungkin meninggal.. Aku memeluk Luhan..."
Tamat.
gimana ceritanya? butuh komennya ya buat nulis next story nya :D