home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Teardrops In The Snow

Teardrops In The Snow

Share:
Author : Monie47
Published : 29 Jan 2014, Updated : 26 Feb 2015
Cast : Lee Jonghyun CNBLUE, Yuki Yamamoto (OC)
Tags :
Status : Ongoing
2 Subscribes |5015 Views |2 Loves
Teardrops In The Snow
CHAPTER 4 : Part 4

 

Tokyo, Winter 2009.
 
Aku, Yamamoto Yukiko.
 
Ini adalah waktu yang paling lama aku berada disini. Seharusnya aku datang kesini hanya disaat musim dingin saja. Tapi gara-gara kejadian itu aku sudah masuk sejak musim panas. Terpaksa aku harus menunggu musim panas tahun depan untuk kembali kerumah.
 
Ruangan hangat yang dipenuhi kaca ini seperti rumah kedua bagiku. Aku mencoba merasa seperti itu, tapi yang sebenarnya aku merasa seperti kelinci percobaan para dokter-dokter diluar sana. Karena penyakitku sangat langka, hanya 50 orang yang mengidap ini di penjuru dunia.
 
Ya, pilihanku hanya 2. Aku tetap berada disini atau aku bisa bermain salju diluar tapi tak lama kemudian aku akan mati.
 
Sejak dulu aku selalu merasa kesepian jika sudah berada disini. Tapi kali ini tidak.
 
Aku mengalihkan pandanganku dari tv saat mendengar bel dari luar berbunyi. Aku menoleh dan langsung tersenyum melihat siapa yang datang.
 
Pria berkulit putih dan berbadan kurus dengan rambut berantakannya yang dia ikat asal melambai-lambaikan tangannya ke arahku. Kedua tangannya mengangkat memperlihatkan apa yang dia bawa. Sebuah gitar dan beberapa lembaran kertas.
 
Lee Jonghyun selalu menepati janjinya. Setiap kali ia menyelesaikan lagu baru, pasti ia akan datang ke sini. Agar aku menjadi orang pertama yang mendengar lagu barunya.
 
Aku segera turun dari tempat tidur dan menekan tombol agar pintu keruanganku bisa terbuka. Setelah menunggu dia mensterilkan tubuhnya di luar akhirnya aku bisa melihat wajahnya. Aku langsung memeluknya erat saat ia masuk kedalam. Hanya ini yang bisa membuatku bahagia.
 
"Bagaimana keadaan mu hari ini?" Aku merasakan Jonghyun mengecup kepalaku. Membuat hatiku merasa lebih hangat.
 
"Semakin sehat jika kau setiap hari mencium kepalaku ini!" Aku memperlihatkan cengiran lebarku. Dan semakin lebar melihat Jonghyun tertawa.
"Ayo! aku mau dengar lagu seperti apa yang kau ciptakan lagi?" Kutarik tangan Jonghyun ke arah sofa di dekat tempat tidurku. Aku duduk dan menyuruhnya duduk disampingku seperti yang biasa kami lakukan.
 
Berada didekatnya seperti ini membuatku nyaman. Memang tidak setiap saat dia berada disini. Hanya saat ia memamerkan lagu barunya saja aku mengizinkan dia masuk kedalam.
 
Sauna. Itu yang selalu Jonghyun katakan setiap dia berada disini. Berpura-pura kuat terhadap hawa panas didalam agar aku bisa berada disampingnya.
 
Tanganku terjulur kedahi nya. Sapu tangan sudah kusiapkan untuk mengeringkan keringatnya yang sudah mulai bercucuran. Kulihat dia tidak terganggu tanganku berada didahinya seperti ini. Jonghyun tersenyum sambil terus bermain gitar dan menyanyikan lagu barunya.
 
"I imagine you smiling and watching me
Imagine you hold my hand you Oh oh
Magic to be my love
Imagine you fall asleep in my arms
Imagine you kiss me oh Oh Board
Sweet imagined"
 
Aku tidak merasa asing dengan lagunya. Sepertinya aku tahu lirik ini..
 
"You first saw the moment of a dream, I think
Angel as pretty as because of your smile
That you are my love, I would like to
Just imagine a happy girl"
 
Benar, itu puisiku!
 
"Lee Jonghyun! Kau mencuri puisi-puisi ku!!?" Tanganku yang sedang ada didahinya langsung menepuk kepalanya dengan keras. Liriknya adalah puisi ku yang sedang kucari waktu itu karena hilang. 
 
"Ya! Ittai!" Jonghyun meringis kesakitan mengusap-usap kepalanya.
 
"Itu puisi ku kan!? Kenapa lirikmu bisa sama persis dengan puisiku?? Dari mana kau mendapatkannya!?" Aku tidak perduli jitakan ku tadi membuatnya kesakitan. Aku merasa dia telah berbohong padaku waktu itu.
 
Merasa bersalah, Jonghyun terkekeh pelan sambil menggigit bibir bawahnya menatap mataku. "Maaf aku yang mengambil ini waktu itu" Dia mengeluarkan beberapa kertas yang terlipat dari saku celananya.
 
Itu dia. Itu kumpulan puisi-puisiku yang ku kira hilang. Ternyata Jonghyun yang mengambil. Kucoba merebut kertas-kertas itu dari tangan Jonghyun tapi reaksinya jauh lebih cepat dari gerakan tanganku. Tangannya sudah menjulur ke atas agar aku tidak dapat menjangkau nya.
 
"Puisi-puisimu semua sudah kubuat menjadi lirik untuk laguku!" Ia tertawa melihat tanganku yang sedang mencoba meraih kertas-kertas itu dari tangannya.
 
"Lee Jonghyun! Cepat kembalikan padaku!" Aku mencoba terus mengambil dari tangannya tapi mengapa sulit sekali sih?
 
Rasanya menyebalkan sekali dia. Lidahnya sedikit menjulur keluar meledekku yang sejak tadi belum berhasil juga mengambil kertas-kertas puisiku.
 
Aku menyerah. Aku tidak sanggup lagi. Aku menatap matanya tajam dan menjulurkan tanganku didepan wajahnya. "Bayar royaltiku" Pintaku.
 
"Mworago!?"
 
Aku tidak mengerti apa yang dia katakan.
 
"Mana bayaran royaltiku karena kau sudah memakai puisi-puisiku untuk lagumu?" Pintaku lagi masih tetap menjulurkan tanganku meminta bayaran.
 
Ia tertawa geli karena baru mengerti apa maksud perkataanku tadi. "Kau mau bayaran?" Kekehnya.
 
Aku mengangguk.
 
Wajah Jonghyun tiba-tiba mendekat dan dengan cepat ia mencium kedua pipiku.
 
"Apa ini?" Tanyaku masih terkejut karena tiba-tiba Jonghyun mencium pipiku.
 
"Bayaran pertama mu" Jawabnya sambil tersenyum tanpa rasa bersalah.
 
Kunaikkan sebelah alisku. "Bayaranku? Murah sekali aku dibayar hanya dengan ciuman pipi?" Kataku bergurau kemudian aku tidak bisa menahan senyumku lagi melihat wajahnya.
 
"Kau mau kubayar lebih?" Godanya dan wajahnya mulai mendekatiku lagi.
 
"Tidak tidaaakk" Aku menahan wajahnya dengan telapak tanganku menghentikan aksi Jonghyun yang mulai mau menciumku lagi. Apa dia tidak ingat kalau diruangan ini aku dipantau oleh beberapa dokter? Bodoh sekali dia.
 
Jonghyun mendenguskan tawanya melihat reaksiku seperti ini. Ia mengambil tanganku yang ada diwajahnya dan menarikku agar dudukku lebih dekat dengannya.
 
Aku bisa merasakan wangi tubuh Jonghyun saat tangannya merangkulku. Kuhenyakkan kepalaku dilengannya. Rasanya aku ingin menghentikan waktu jika sudah bersama dengannya seperti ini. Jonghyun sangat berarti untukku. Dia bukan pria asing yang berasal dari Korea lagi bagiku. Jonghyun adalah penjagaku. Ia malaikat pelindungku. Aku bisa merasakan cintanya yang besar kepadaku saat musim panas lalu. Aku tidak mengira dia bisa jatuh cinta pada wanita yang penyakitan seperti diriku.
 
Pada awal aku tahu Jonghyun sudah mengetahui tentang kondisiku ini, aku mencoba mengusir dia agar tidak mendekatiku lagi. Tapi usahaku sia-sia. Selama musim gugur Jonghyun datang kesini setiap hari. Meyakinkanku terus ia ingin selalu menjagaku, dan ingin selalu aku berada didekatnya. Dan aku juga tidak bisa membohongi diriku sendiri, aku sangat mencintai Jonghyun. Aku membutuhkannya. Tapi disatu sisi aku sadar, mencintaiku tidak akan membuat Jonghyun bahagia. Karena suatu saat dalam waktu dekat aku akan meninggalkannya. Meninggalkan dunia ini.
 
Jonghyun marah saat aku mengucapkan perasaan itu padanya. Saat itu dia terus memelukku erat. Karena yang membuatnya bahagia adalah melihat aku terus berada disisinya. Dan dia bilang aku boleh menjadi egois karenanya.
 
Aku mencintai pria baik ini. Aku sangat mencintai Lee Jonghyun. 
 
"Maaf aku mengambil puisi-puisimu untuk laguku.." Tangan Jonghyun yang sedang merangkulku memainkan rambut didekat telinga kiriku dengan jari-jarinya. "Kau menjatuhkannya di sofa apartemenku waktu itu.."
 
Aku hanya mendengarkan dan membetulkan posisi dudukku. Jari-jari Jonghyun dirambutku membuatku nyaman sekali. Aku tidak marah lagi soal Jonghyun ternyata yang mengambil puisi-puisiku.
 
"Saat aku baca semua puisimu diotakku langsung terbentuk melodi-melodi yang ingin aku buat"
 
"Termasuk puisi yang ada dibuku harian mu..."
 
Aku mendongak dan menatap tajam wajah Jonghyun. Buku harianku? Jadi Jonghyun juga membaca buku harianku juga!? Membaca semua perasaanku tentang dia yang kutulis disana??
 
Tangan Jonghyun menjatuhkan kepalaku kembali dibahunya. Aku coba menolak pelukannya tapi tangannya begitu kuat menekan kepalaku disana dan pipinya menempel diatas kepalaku seolah dia ingin mengunciku diantara bahu dan kepalanya.
 
Dia mengecup kepalaku sebelum dia melanjutkan bicaranya lagi. "Dengan begitu aku tahu kau sangat mencintaiku.. Dan aku ingin minta izin dari mu. Memakai 1 puisi mu untuk aku bawakan di kompetisi musik hari lusa nanti"
 
Aku tidak bisa berbuat apa-apa. Aku tidak bisa marah kepadanya. Sejak aku bertemu dengan Jonghyun, aku sangat suka mendengar Jonghyun bernyanyi. Sebetulnya aku sangat bahagia mendengar puisi-puisiku dinyanyikan oleh suara merdunya. "Bayar royaltiku.." Ucapku singkat.
 
Mendengar itu Jonghyun tertawa lagi dan mulai mencium puncak kepalaku terus menerus tanpa henti. Bayaranku.
 
**
 
"Jonghyun.."
 
Aku memanggil Jonghyun yang sudah bersiap akan pulang. 
 
"Ya?"
 
Segera aku mengambil kamera pocketku yang ada diatas meja. 
 
"Duduklah.. Berikan aku senyum terbaikmu"
 
"Kau mau mengambil fotoku?"
 
"Cepatlaahh, jika kau menang nanti kau akan menjadi terkenal. Aku bisa sulit mendapatkan foto dan tandatanganmu"
 
Jonghyun langsung terbahak mendengar ucapanku ini. "Kau pikir semudah itu aku bisa langsung terkenal!? Dan kalau pun aku sudah terkenal nanti aku pasti akan selalu memberikan apapun untuk fans ku yang pertama ini! Kalau tidak dia akan menuntut bayaran royaltinya!"
 
Aku menepis tangannya yang sedang mencubit kedua pipiku dengan gemas. "Kau jangan mengoceh saja! Cepat duduk!" Aku mendorong tubuh Jonghyun agar segera duduk. Setelah ia menuruti perintahku, aku bersiap dengan kameraku. Menunggu Jonghyun sebentar yang sedang merapikan rambutnya dan... Klik!
 
Aku tersenyum puas melihat hasil jepretanku dilayar kamera. Foto Jonghyun yang sedang memeluk gitar, membentuk V sign dijarinya, ia tersenyum ke arahku.
 
Aku melangkahkan kakiku kedekat calender bergambar gedung rumah sakit ini yang menggantung didinding. Kuberi silang angka 20 dibagian bulan Desember. Tinggal tersisa 1 tanggal lagi menuju tanggal yang sudah kutandai dengan bentuk hati merah muda. Tanggal 22 Desember. Hari kompetesi musik yang diikuti Jonghyun.
 
"Besok jangan lupa kau ajak Yonghwa oppa, Minhyuk dan Jungshin kesini! Aku sudah kangen dengan mereka. Kalian boleh latihan disini sebelum hari kompetisi kalian, aku akan minta izin ke para dokter"
 
Jonghyun tersenyum mendengar teriakkanku dan melambaikan tangannya sebelum ia menutu pintu.
 
***
 
Hari yang kubulatkan dengan hati merah muda telah tiba. Kulirik jam dinding yang tak jauh dari pandanganku menonton tv. Pukul 5 sore. 2 jam lagi kompetisi Jonghyun dan yang lainnya akan segera dimulai.
 
Tapi disini lah aku berada. Terisolasi di ruangan panas ini. Aku tidak bisa berada disana untuk memberikan semangat kepada mereka. 
 
Mataku terus memandang telepon yang masih diam bisu. Berharap ada deringan telepon untukku. Ini masih 2 jam lagi sebelum dimulai. Dan aku sudah ingin mendengar kabar tentang mereka.
 
Tapi sekarang mataku jatuh kepada suatu benda disamping meja telepon. Benda penting yang seharusnya bersama Jonghyun saat ini. Pasti kemarin setelah latihan disini pria itu lupa membawa gitar yang sudah ia persiapkan sangat lama untuk kompetisi sekarang. 
 
Aku menatap telepon lagi. Kenapa tidak ada dering telepon yang menanyakan gitar ini? Apa Jonghyun belum sadar gitarnya masih disini?
 
Bagaimana ini? Apakah Jonghyun bisa memainkan gitar selain gitar ini? Aku menatap cemas gitar berwarna merah kesayangan Jonghyun. Hari ini adalah hari yang menentukan untuk hidup mereka. Aku tidak mau mereka gagal hanya karena gitar Jonghyun tertinggal.
 
2 jam lagi mereka akan tampil. Sepertinya itu cukup perjalanan aku kesana.
 
Ya, aku memang gila. Ide gilaku tidak perduli kepada salju yang masih turun diluar sana. Segera aku turun dari tempat tidur dan membawa gitar itu keluar dari ruangan...
 
To be continue.
POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK