home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Teardrops In The Snow

Teardrops In The Snow

Share:
Author : Monie47
Published : 29 Jan 2014, Updated : 26 Feb 2015
Cast : Lee Jonghyun CNBLUE, Yuki Yamamoto (OC)
Tags :
Status : Ongoing
2 Subscribes |5000 Views |2 Loves
Teardrops In The Snow
CHAPTER 3 : Part 3
Part 3 Teardrops In The Snow.
 
Tokyo, Summer 2009.
 
Aku, Lee Jonghyun.
 
Zzznnnnggg.
 
Bunyi vacuum cleaner memenuhi ruangan. Kudorong terus gagang vacuum cleaner ke sudut-sudut ruangan. Keseluruh karpet yang menutupi lantai kamar ini. Karpet berwarna pink nya terasa sangat lembut di telapak kaki telanjangku. Dan hangat. Aku harus membersihkan dengan sangat bersih, jangan sampai ada satu pun debu yang masih menempel.
 
Tangan kiriku meraih remote yang ada di atas meja. Tidak ada AC di kamar ini, melainkan pemanas ruangan. Kunaikkan suhunya 2 derajat. Mungkin bagi orang lain akan menganggapku gila melihatku menyalakan pemanas pada saat musim panas. Tapi bagi Obasan dan aku -sekarang- ini adalah hal biasa yang harus dilakukan. Kuletakkan kembali remote diatas meja setelah tubuhku sudah terasa semakin hangat.
 
Kulanjutkan lagi menyedot semua debu di kamar ini. Di tempat tidur, sofa, meja dan di atas lemari. Semua tidak boleh terlewatkan olehku untuk di bersihkan. Karena ini sudah menjadi tugasku sejak musim dingin tahun lalu.
 
Kakiku menginjak sesuatu dan kulihat buku yang tadi kubaca belum aku kembalikan ke tempatnya semula.
Kupungut buku itu dari bawah. Covernya yang berwarna pink lembut membuat bibirku tersenyum hangat melihatnya. Ciri khas pemiliknya. Pemilik buku harian ini.
 
Kubersihkan cover nya dengan telapak tanganku. Mungkin saja ada debu yang menempel lagi. Kusapukan jari-jariku membersihkan tiap-tiap halamannya. Dan telunjuk jariku menyapu dengan lembut pada halaman yang terdapat tulisan 'Lee Jonghyun' diatasnya. Itu namaku. Ada namaku tertulis dibawah puisi yang dibuat oleh pemilik buku harian ini. Tanpa melihatnya lagi aku sudah hafal puisi yang tertulis disana. 
 
kimi tono omoide ga boku wo setsunaku suruyo itsumo
(The memory of you makes my heart ache, as always)
mabayui kioku wa sugisatte
(The dazzling memory is gone)
sabishiku meiro ni boku wa hitori
(I’m desolately alone in a maze)
donnani hanaretemo itsudemo aishiteru
(No matter how far apart we are, I always love you)
 
 
Puisi yang sudah kuhafal di luar kepalaku. Selalu kubaca sejak aku menemukan buku ini musim dingin tahun lalu. Sejak aku tahu pemilik buku harian ini ternyata menyembunyikan perasaannya kepada seorang pria Korea bernama Lee Jonghyun. Pria yang baru saja dia kenal. Pria yang tidak sengaja bertemu dengannya karena kecelakaan kecil. Pria yang selalu membantu di toko ibunya. Pria yang selalu membuatnya merasa tenang dan nyaman saat memainkan gitar untuknya. Dan pria itu adalah aku.
 
Entah kenapa hatiku terasa lega setelah selesai membaca itu semua. Jadi selama ini aku tidak bertepuk 
sebelah tangan sebenarnya. Tapi aku sekarang tidak bisa bertemu dengannya. Walaupun aku sangat ingin.
 
Kusimpan buku harian itu diantara buku-buku didalam lemari kaca. Kulanjutkan lagi menggerakkan gagang vacuum cleaner ke dalam kolong tempat tidur. Membersihkan semua yang ada disana.
 
Kucoba singkirkan pandangan ku pada benda yang ada didalam sana. Berpura-pura seperti tidak ada benda itu didalam. Sehati-hati mungkin gagang vacuum cleanerku tidak menyedot benda itu.
 
Ketika karpet disekitar benda itu sudah bersih, aku menjulurkan tanganku meraihnya. Kubersihkan agar tidak berdebu di telapak tanganku, sebuah bungkusan plastik suntikan yang belum terpakai.
 
Hati ku terasa nyeri saat membersihkannya. Tahan emosimu Jonghyun, peringatku kepada diri sendiri.
 
Ku kembalikan lagi bungkusan suntikan itu ke tempat semula. Tempatnya ada disana, aku hanya membersihkan saja. Sepertinya benda itu sedang disembunyikan oleh pemilik kamar ini.
 
"Jonghyuuuunn! Makan siang sudah siap! Cepatlah kau turun!" Suara Obasan sudah memanggilku dari bawah. Segera ku bereskan vacuum cleaner ke tempatnya walaupun tugasku masih belum selesai. Aku menoleh ke arah gitar putih yang kusimpan diatas sofa. Gitar putih yang selalu kumainkan jika pekerjaan bersih-bersih di kamar ini sudah selesai. Tapi aku harus segera turun kalau tidak Obasan akan kecewa dia sudah memasak makanan untukku.
 
 
Menu makan siang kali ini masih sama seperti biasanya. Teriyaki. Kami berdua hanya ingin makan menu ini saja. Walaupun rasa teriyaki yang dibuat oleh Obasan berbeda dengan rasa pertama kali yang aku coba. Itu sangat enak sekali.
 
Kumasukkan banyak teriyaki ke dalam mangkokku. Obasan memang sudah khusus membuatkannya untukku. Semakin lama giziku semakin membaik. Sekarang aku tidak kelaparan lagi. Inilah bayaranku bekerja disini. Obasan memang orang yang baik. Dia juga mengirimkan makanan nya untuk teman-temanku di apartemen. Karena terkadang mereka juga ikut membantu bekerja disini jika kami berdua sudah kewalahan.
 
"Jonghyun..."
 
Aku mendelik dari dalam mangkok yang ada di mulutku ke arah Obasan saat aku mendengar ia memanggilku. "Iya?"
 
"Besok ia akan datang. Kuharap kau ingat dengan janjimu ya?" Pinta Obasan. Matanya menatap mataku dengan sangat memohon. 
 
Kugenggam tangan Obasan yang ada di didepanku. Tangannya mengingatkanku pada Eomma. Sedikit keriput dan hangat. "Aku selalu ingat itu..." Kataku meyakinkan dia sekali lagi.
"Ayo kita makan.." Ajakku tersenyum ke arahnya. Karena Obasan belum menyentuh sama sekali makanannya.
 
Aku tahu bagaimana perasaan Obasan saat ini. Wajah sedihnya sudah disembunyikan olehnya sejak aku berjanji padanya musim dingin tahun lalu. Hanya kepada pria asing sepertiku dia bisa meminta bantuan. Pria asing yang sudah dianggap seperti anaknya sendiri.
 
***
Mataku terpejam mendengarkan ketukan nada yang dibuat oleh Yonghwa hyung di depanku. Tangannya mengetuk-ngetuk meja sambil bersiul membuat ritme yang ada didalam otaknya.
"Bagaimana?" Tanya Yonghwa hyung meminta pendapatku.
 
Aku membuka mata dan sedikit menelengkan kepalaku ke samping. Menimbang-nimbang pendapat yang ada dipikiranku. "Bagus juga.. Hanya tinggal tambahkan tempo yang agak sedikit lambat" saranku menilai ritme yang diciptakan oleh Yonghwa hyung tadi. "Berarti jadi seperti ini..." Aku menarik selembar kertas partitur yang berantakan di atas meja dan menuliskan beberapa not balok diatas nya. Langsung kutulis agar tidak lupa apa yang dibuat Yonghwa hyung tadi. Ritme nya sangat cocok dengan bayangan tema lirik yang akan kubuat nanti.
 
"Kalau begitu jadi seperti ini?" Yonghwa hyung mencoba lagi ketukan dan bersiulnya. Melanjutkan membuat ritme sesuai saranku tadi.
Aku memejamkan mata ku lagi mendengarkan Yonghwa hyung. Ternyata sesuai dengan apa yang aku inginkan. Yonghwa hyung memang berbakat sekali dalam menciptakan lagu.
 
Sruuuuppp.
 
Suara jelek apa itu? konsentrasiku langsung buyar oleh suara jelek itu. Siulan Yonghwa hyung jadi terganggu oleh suara asing yang berasal dari arah kiriku. Arah dimana tadi aku melihat Jungshin duduk.
 
"Yaaa! Jungshin-ah! Bisakah kau tidak berisik sebentar???" Omelku tanpa membuka mata. Telingaku masih mendengarkan siulan Yonghwa hyung yang masih saja terus berlanjut seperti dia tidak ada masalah dengan gangguan yang di buat Jungshin.
 
"Kau tidak bekerja hyung??" 
 
Kerja? Aku membuka mataku dan menoleh ke arah suara Jungshin. Mie yang penuh menggantung dimulutnya dengan cepat masuk kesedot kedalam mulutnya. Suara jelek pengganggu tadi terdengar lagi. "Kau tidak bekerja?" Ulangnya sambil mengunyah dengan muka tanpa dosa menatapku.
 
Aku langsung melihat arlojiku. Sudah pukul 7 pagi. Sudah saatnya aku harus membantu Obasan di mini market. Gawat, aku benar-benar lupa.
 
"Sudahlah kau pergi sana, bagian ini biar aku yang melanjutkan" Yonghwa hyung melemparkan handuk yang ada disampingnya menyuruhku segera mandi.
 
"Gomawo hyung!" Aku langsung melesat masuk ke dalam kamar mandi. Meninggalkan kerjaanku yang sejak semalam kubuat bersama Yonghwa hyung. Begadang untuk 1 buah lagu yang akan kami ikut sertakan untuk lomba musim dingin nanti.
 
 
Matahari bersinar terik pagi ini. Terdengar bunyi serangga musim panas dari balik pepohonan taman yang kulewati. Kulangkahkan kakiku cepat-cepat agar segera sampai ke mini market. Jangan sampai Obasan yang mengangkat kardus-kardus dari mobil box pagi ini. Kemarin saja dia sudah mengeluh kalau pinggangnya seperti mau patah ketika kami berdua membersihkan gudang.
 
Kulihat dari arah belokkan gang ke arah mini market mobil box pengantar barang sudah datang. Kakiku langsung berlari menuju kesana. Aku akan mengambil alih pekerjaanku dari Obasan.
 
Aku memelankan langkahku dan mengernyitkan kening saat sudah dekat. Tidak ada Obasan disana, melainkan supir mobil box itu yang sedang mengangkat kardus-kardusnya.
 
"Ojisan (*paman) tolong kardus yang itu disimpan disebelah sana saja.."
 
Suara itu. Suara yang sudah sangat ingin kudengar. Dia sudah datang. Baru mendengar suaranya jantungku sudah berdetak dengan kencang.
 
Aku melongok diantara kardus mencari dimana sumber suara itu.
Itu dia, seorang wanita berdiri didepan pintu mini market memakai sweater pink sedang memberi perintah ke supir mobil box ini.
 
Aku berjalan pelan tanpa mengeluarkan suara. Mengendap-ngendap diantara tumpukan kardus diluar ke arah belakang wanita itu.
Semakin cepat kulangkahkan kakiku masih berhati-hati jangan sampai mengeluarkan suara. Saat sudah dekat kujulurkan kedua tanganku menutup kedua mata wanita itu dari belakang.
 
"Yuki-chan ohayou!!!" Teriakku mengucapkan selamat pagi. Sontak wanita itu kaget mendengar suaraku berteriak dibelakangnya.
 
Lengannya menyikut perutku, sakit sekali. Dan membebaskan kepalanya dari kedua tanganku. "Lee Jonghyun! Kenapa kau telat!"
 
Mata hitam itu menatap tajam ke arahku. Mata itu sudah ada di hadapanku lagi sejak musim gugur tahun lalu.
 
Aku nyengir lebar ke arahnya. Nyengir karena aku bersalah datang terlambat dan karena aku melihat seorang Yuki-chan ada di depanku lagi.
"Ohisashiburi~ (*sudah lama tak jumpa)" kataku balas menatap matanya. Melihat wajahnya lagi membuat ku terlega. Wajahnya sekarang tidak sepucat seperti waktu pertama kali aku bertemu dengannya.
 
"Ohisashiburi!" jawab Yuki-chan yang akhirnya tersenyum juga melihat cengiran lebarku. Ada semburat rona merah muda di pipinya saat ia merapikan poni nya yang acak-acakan karena ulah tanganku tadi.
 
Tanganku tertarik ikut merapikan poni nya juga. Kuabaikan matanya yang melebar karena terkejut melihat tindakanku ini. Aku harus menahan perasaanku.
 
Aku harus menahan untuk tidak memeluknya.
 
"Bagaimana liburan mu di Osaka?" Ujarku memulai pertanyaan skenario yang telah dibuat oleh Obasan untukku.
 
"Eoh?" 
 
Tanganku menggantung di udara saat kepala Yuki-chan mundur 2 langkah dari ku. Kutarik tanganku dan kumasukkan ke saku celana melihat dan menunggu Yuki-chan yang sedang bingung dengan pertanyaanku.
 
"Menyenangkan.. Sangat menyenangkan disana!" Jawab Yuki-chan akhirnya sambil tersenyum ke arahku. Tersenyum memastikan padaku bahwa ia memang sangat senang berada disana.
 
Hatiku terasa nyeri lagi melihat senyuman yang kau paksakan itu. Maafkan aku Yuki-chan... kau harus berbohong karena pertanyaanku ini.
 
"Lee Jonghyun.. Kau terlihat berbeda?" Kata Yuki-chan tiba-tiba mengalihkan pembicaraan. "Wuaahh kau terlihat lebih gemuk sekarang! Lihat otot lenganmu.." Mulut Yuki-chan sedikit menganga mengagumi perkembangan tubuhku yang belum ia lihat beberapa bulan ini. Tangannya meninju pelan lenganku yang memang sudah sedikit berotot karena setiap hari aku harus mengangkat barang-barang berat.
 
Kubiarkan saja Yuki-chan mengitari tubuhku sambil terus berdecak kagum melihat perbedaan aku yang dulu dan sekarang.
 
"Kau makan banyak?" Kepala Yuki-chan menyembul dari belakang arah kiri tanganku. Kedua matanya mengerjapkan beberapa kali memandang mataku. Dan batinku terus menerus memperingati agar menahan perasaanku terhadap kedua mata indah itu yang seperti sedang menggoda.
 
Kutepuk lagi poni Yuki-chan. "Bagaimana aku tidak makan banyak kalau Obasan selalu membuatkan makanan enak untukku?"
 
Aku tersenyum melihat cengiran Yuki-chan yang senang mendengar aku makan dengan baik selama ini.
 
"Kalau begitu ayo aku buatkan sarapan untuk mu! Kau sudah rindu dengan masakanku kan?" Ajak Yuki-chan menarik tanganku masuk ke dalam toko.
 
"Aku memang sudah lapar, tapi bagaimana dengan barang-barang ini?" Tanyaku bingung menunjuk semua kardus-kardus yang masih berantakan di depan pintu toko.
 
Yuki-chan berhenti sebentar dan menoleh ke arah Ojisan supir box. "Ojisa--n boleh aku minta tolong kardus-kardus itu langsung ditaruh di gudang saja?" Pinta Yuki-chan memohon dengan sangat manisnya ke Ojisan yang bertampang baik itu. "Kau akan membawa pulang sebungkus teriyaki ku nanti"
 
Ternyata Ojisan satu perasaan denganku. Tidak akan menolak rayuan manis Yuki-chan seperti itu. Ojisan tersenyum dan mengangguk ke arah Yuki-chan. Membuat bibir Yuki-chan tersenyum merekah permohonannya dikabulkan oleh Ojisan.
 
Tanpa beban lagi aku meninggalkan tanggung jawabku mengangkat kardus, dengan pasrah kaki ku ikut melangkah masuk kedalam toko mengikuti tanganku yang masih ditarik oleh Yuki-chan.
 
***
 
"Seperti apa dia? Boleh aku memanggil dia Oppa? Dia lebih tua dari ku kan?"
 
"Lalu seperti apa Jungshin? Kau bilang dia anaknya sangat menyebalkan?"
 
"Kalau Minhyuk? Apa dia menyebalkan juga?"
 
Aku tidak menjawab semua pertanyaan Yuki-chan yang ia lontarkan padaku. Aku hanya tersenyum menanggapi ocehan dia saat kami berdua jalan bersama menuju ke apartemen. Yuki-chan merengek minta ikut denganku saat tadi aku minta izin ke obasan untuk pulang lebih cepat. Karena aku harus melanjutkan membuat lagu untuk pertunjukkan musim dingin nanti. Yuki-chan bilang dia ingin sekali melihat caranya aku dan yang lain membuat lagu. Apalagi selama ini Yuki-chan belum pernah bertemu dengan mereka. Yuki-chan tidak ada disana saat mereka membantuku bekerja musim dingin lalu.
 
Baru kali ini aku melihat Yuki-chan berada diluar ruangan. Berada diluar kamarnya yang selalu hangat itu. Sejak tadi aku hanya tersenyum melihat ia berjalan dengan riang dibawah sinar matahari musim panas. Mengoceh tanpa henti tentang apa saja.
 
Yuki-chan yang ada didepanku sekarang berbeda dengan Yuki-chan yang waktu itu. Aku tidak tahu yang mana sebenarnya seorang Yuki-chan. Walaupun aku melihat ia seperti bukan Yuki-chan yang aku kenal waktu pertama kali bertemu dengannya. Tapi aku bahagia melihat Yuki-chan yang seperti ini.
 
"Jonghyun! Kenapa kau tidak menjawabku?" Ketus Yuki-chan. Ia berhenti dan berbalik menoleh ke arahku.
 
Senyumanku semakin lebar melihat bibir Yuki-chan mengerucut seperti itu. Ia sebal aku tidak menanggapi pertanyaan-pertanyaannya tadi. "Kau lihat saja nanti mereka seperti apa" Jawabku.
 
Bibir Yuki-chan semakin cemberut mendengar jawabanku. Kemudian ia menoleh kesamping saat ada seseorang menegurnya.
 
"Yuki-chan? Kau sudah sehat? Jangan keluar terlalu lama ya" Sapa 2 orang ibu-ibu di depan toko roti.
 
Aku melihat reaksi Yuki-chan didepanku. Ia hanya mengangguk dan tersenyum singkat kepada kedua ibu itu lalu melanjutkan jalannya lagi sambil menunduk dan menutupi kepalanya dengan hoodie jaket pink yang ia kenakan. Sikapnya langsung berubah tidak ceria lagi.
 
"Yuki-chan!" Aku memanggil Yuki-chan saat ia berjalan semakin cepat.
"Shitsurei shimasu" sapaku permisi sedikit membungkuk saat melewati kedua ibu-ibu itu sedang berbisik ke arah Yuki-chan. Dan mereka semakin merapat berbisik saat melihatku mengejar Yuki-chan. Menyebalkan sekali melihat orang-orang yang suka bergosip.
 
"Heyy kenapa kau meninggalkanku?" Kurangkul tangan kananku dibahu Yuki-chan saat aku sudah mengejarnya.
 
Aku tidak perduli Yuki-chan terkejut melihat sikapku yang tiba-tiba merangkulnya seperti ini. Matanya semakin lebar saat aku mendekatkan lehernya kedalam lenganku. Memeluknya.
 
"Kenapa kau jadi diam seperti ini ha? Kau tidak mau bertanya lagi kalau aku pernah menggigit jempol kaki Jungshin?" Ujarku mencoba menghiburnya agar dia melupakan sikap ibu-ibu tadi.
 
Benarkan, ia tertarik dengan ucapanku. Ia membuka hoodienya dan mendongak menatapku menahan geli di wajahnya. "Benarkah? Kenapa kau sebodoh itu??"
 
Aku tertawa sebelum menjawabnya. "Karena aku bermimpi bertemu seorang malaikat yang sedang memberiku sebuah onigiri ke dalam mulutku"
 
Kulihat kening Yuki-chan mengernyit menatapku karena tidak mengerti apa maksud mimpi ku itu. Tapi aku hanya tersenyum saja tidak menjelaskan padanya lebih lanjut. Karena aku tidak mungkin memberitahunya malaikat itu adalah seseorang yang sedang aku rangkul saat ini.
 
Kemudian aku jalan menuju apartemenku sambil mendengarkan ocehan Yuki-chan kembali. Tapi kali ini aku tidak akan membiarkan Yuki-chan jalan di depanku lagi. Aku tidak mau melihatnya jalan menunduk seperti tadi. Rangkulanku semakin erat di lehernya. Aku sudah berjanji akan selalu melindunginya.
 
 
"Silahkan masuk!" Kataku mempersilahkan Yuki-chan masuk terlebih dahulu ketika sudah sampai di apartemenku.
 
Kulihat Yonghwa hyung, Minhyuk dan Jungshin langsung berdiri saat melihat aku dan Yuki-chan masuk kedalam.
 
"Kenalkan ini Yuki-chan" kataku memperkenalkan.
 
"Hajimemashite Yukiko desu" Yuki-chan membungkuk sedikit memberi ucapan salam kepada mereka bertiga.
 
"Hajimemashite Yonghwa desu"
 
"Minhyuk desu"
 
"Jungshin desu"
 
Mereka bertiga ikut membungkuk juga menjawab salam Yuki-chan. Aku terus mengawasi mata mereka bertiga dibelakang tubuh Yuki-chan. Memastikan mereka ini adalah perkenalan pertama mereka dengannya walaupun mereka sudah melihat Yuki-chan sebelumnya. Tanpa Yuki-chan ketahui.
 
"Ooh jadi ini Yonghwa oppa? Boleh aku memanggil mu oppa?"
 
Yonghwa hyung mengangguk dan tersenyum ramah kepada Yuki-chan. "Silahkan! Kau juga boleh memanggilku oniichan" godanya. (*oniichan : panggilan untuk kakak laki-laki)
 
"Tidak, aku ingin merasakan seperti orang korea memanggil oppa" Yuki-chan menggeleng dan menyengir kearah Yonghwa hyung.
 
"Dan kau Jungshin dan Minhyuk? Wajah mereka tidak menyebalkan seperti yang Jonghyun bilang"
 
"Mwo!? Ya hyung! Kau cerita apa ke Yuki noona??" Serentak mereka sewot kearahku.
 
"Kubilang kalian memang terkadang menyebalkan!" Jawabku sambil nyengir.
 
"Ya noona, kau jangan percaya dengan semua cerita yang Jonghyun hyung bilang padamu ya" beritahu Jungshin ke Yuki-chan setengah berbisik. Yuki-chan hanya mengangguk dan terus tertawa.
 
 
Sesekali aku melirik ke arah Yuki-chan yang sedang berada didepan kompor bersama Jungshin. Terus mengawasi apa yang dilakukan Yuki-chan. Jungshin ikut membantunya saat ia berinisiatif memasakkan makanan untuk kami berempat.
 
"Kau tidak perlu khawatir, dia akan baik-baik saja. Kami semua menjaganya."
 
Aku menoleh mendengar Yonghwa hyung berkata pelan. Benar, aku tidak perlu mencemaskannya berlebihan. Selama Yuki-chan selalu tersenyum bahagia seharusnya kecemasanku semakin berkurang.
 
"Gomawo hyung" ucapku berterima kasih karena aku tidak sendirian menjaga kesehatan Yuki-chan.
 
 
Selesai kami makan malam, Yuki-chan duduk disofa memperhatikan kami mencoba lagu yang dibuat oleh Yonghwa hyung sejak kemarin. Apakah iramanya cocok atau tidak saat dipadukan dengan bass Jungshin dan ketukan drum Minhyuk. Dan ternyata..
 
"Bagus sekali! Aku suka!!" Yuki-chan menepuk tangannya dengan semangat setelah ia mendengarkan lagu kami sampai selesai.
 
Oke. Lagunya tidak usah aku rubah lagi. Yuki-chan sudah menilai.
 
"Tidak ada liriknya?" Tanya Yuki-chan bingung.
 
Aku menggeleng. "Belum, aku sedang membuatnya"
 
"Jadi ini lagu nya belum selesai?"
 
Aku menggeleng lagi.
 
"Wuaahh jadi aku yang pertama kali mendengar lagu buatan kalian ini?" Ucapnya tidak percaya. "Kalau begitu aku adalah fans pertama kalian! Aku suka sekali lagu tadi! Cepatlah kau buat liriknya, aku tidak sabar ingin mendengarkan lagi!"
 
Entah kenapa baru pertama kali ini aku merasakan semangat untuk membuat lagu lagi. Mendapatkan semangat dari fans pertama kami. Fans terhadap band yang belum jelas ini.
 
***
 
Aku menggeletakkan tubuhku di sofa setelah mengantar Yuki-chan kembali ke rumah. Dijalan tadi ia tidak berhenti mengoceh memuji lagu-lagu yang aku buat. Dan aku berjanji padanya akan selalu memberitahunya jika ada lagu yang telah selesai. Ia ingin menjadi orang yang pertama kali mendengar lagu-lagu kami.
 
Selama Yuki-chan bisa tersenyum bahagia aku akan selalu memberikan apapun untuknya.
 
Aku membalikkan tubuhku menyamping. Tapi seperti ada sesuatu yang mengganjal di pinggangku. Kutarik benda itu dari tindihan pinggangku. Beberapa lembar kertas yang terlipat. Apa ini? Kubuka lembaran-lembaran itu. Aku sangat mengenal tulisan ini. Tulisannya sama persis seperti di buku harian yang sering ku baca.
 
Aku belum pernah membaca puisi-puisi ini. Sepertinya pemilik buku harian itu menuliskan puisi-puisinya ditempat yang berbeda. Aku melihat tanggal di tiap lembarannya. Tiap puisi memiliki tanggal berbeda pembuatannya. Dari tanggalnya puisi ini dibuat sekitar musim dingin tahun lalu sampai musim semi kemarin. Waktu dimana pemilik buku harian itu berada disana.
 
Hatiku kembali sakit saat membaca salah satu puisi yang dibuat pada tanggal akhir musim dingin tahun lalu. 
 
Kaze ga fuita kimi no nante sozte kisuzua kawaru
Zenbu hanashite koko ni oite itamu kioku no kakera
Zenbu hanashite koko ni oite boku wa tsuyogatte bakari
Kore de sayonara sa wakatteru
Aishi atta koto mo
Katari tsuzuketa ashita 
Todokanai mirai ga atta
(Angin berhembus meniup air matamu, dan musim telah berubah
Lepaskan semua, yang tersisa di sini, potongan kenangan menyakitkan
Lepaskan semua, yang tersisa di sini, aku hanya berpura-pura kuat
Aku tahu ini adalah perpisahan
Dan saling mencintai
Berlanjut membicarakan hari esok
Masa depan itu tak akan datang)
 
Masa depan itu tak akan datang...
 
Air mata ini kenapa tidak bisa berhenti mengalir dari mataku??? Kucoba tahan perasaan ini tapi tidak bisa juga. Aku bisa merasakan perasaan si penulis ditempat itu. Dan aku tahu kepada siapa puisi ini dibuat.
 
"Ya Jonghyun kau kenapa?"
 
Suara Yonghwa hyung menghampiriku. Ia heran melihatku menangis. Kucoba menarik nafas menghentikan tangisanku dan kuusap wajahku pelan sebelum menjawab.
 
"Tidak apa.." Jawabku berbohong. "Sepertinya aku sudah menemukan lirik untuk lagu kita nanti"
 
***
Pagi ini aku tidak melihat Yuki-chan menyambutku datang. Biasanya dia sudah ada didepan pintu toko menyambutku dengan senyuman riangnya. Tapi kemana dia hari ini?
 
Aku langsung naik ke tangga menuju kamarnya. Dia baik-baik saja kan? Ini musim panas. Kenapa ia masih ada dikamarnya?
 
Kuketok pintunya pelan. Terdengar suara Yuki-chan menyuruhku masuk. Aku membuka pintu dan melongokan kepala ku kedalam.
 
"Yuki-chan sedang apa kau?" Tanyaku. Kulihat dia sedang mencari sesuatu diantara tumpukan baju.
 
"Aku sedang mencari kertas-kertas yang aku lipat kemarin, aku yakin menaruh di kantong jaketku. Tapi kenapa sekarang tidak ada?"
 
"Kertas apa?" Tanyaku berpura-pura tidak tahu. 
 
"Hanya kertas coret-coretanku.. Apa mungkin jatuh? Kau lihat tidak waktu kita jalan kemarin ada sesuatu yang jatuh dari jaketku?" Yuki-chan mendongak menatapku. Matanya berharap sekali aku mengatakan 'iya'.
 
Tapi aku menggelengkan kepalaku. Maafkan aku Yuki-chan, aku berbohong padamu. "Tidak, aku tidak melihat ada sesuatu yang jatuh.."
 
"Haaa ya sudahlah aku akan membuatnya lagi" Yuki-chan menghela nafas kecewa.
 
"Yuki-chan! Kau mau ikut tidak lihat pertunjukan kami sore nanti di Yoyogi park?" Ajakku menyembunyikan kebohonganku tadi. 
 
Muka suramnya langsung berseri saat mendengar ajakkanku. "Mau!! Aku mau ikut!! Kan sudah kubilang, aku akan menjadi fans kalian!"
 
"Bukan pertunjukan sih, lebih tepatnya kau mau ikut kami mengamen atau tidak?" Ralatku membenarkan kenyataan yang sebenarnya.
 
Tidak perduli mengamen atau pertunjukkan. Kepala Yuki-chan tetap mengangguk kencang. Ia begitu semangat ingin ikut melihat kami.
 
"Kalau begitu aku akan bekerja lebih cepat agar sore nanti sudah selesai" Aku berjanji sebelum keluar dari kamar Yuki-chan.
 
***
 
Yoyogi park sore ini sangat dipenuhi oleh anak-anak muda Jepang. Kukira tidak akan seramai ini. Semoga saja kami bisa mendapatkan uang yang lebih banyak.
 
Kulihat Yuki-chan duduk bersila tak jauh didepan Yonghwa hyung berdiri.  Hanya dia saja yang memakai jaket dimusim panas ini. Kami berempat hanya memakai kaos tipis bertangan buntung. Begitu pula dengan orang-orang yang ada disini. Tapi itu membuatku merasa lega melihat dia selalu menggunakan jaketnya ketika diluar rumah.
 
Sudah ada beberapa orang yang ikut duduk bersila disamping Yuki-chan menonton kami. Awalnya Yuki-chan selalu merasa minder saat ada orang yang duduk disampingnya. Tudung kepalanya ia turunkan agar wajahnya tidak terlihat. Membuatku ingin melepaskan gitar ini dan duduk disampingnya. Tapi itu tidak mungkin. Dan sekarang Yuki-chan tidak memperhatikan dengan orang-orang yang ada disekitarnya. Matanya terus memandangku sambil tersenyum melihatku bermain gitar. 
 
Semakin gelap semakin banyak yang menonton. Kami terus menambah lagu yang kami mainkan. Menyanyikan lagu kami sendiri ataupun mencover lagu orang lain. Tapi aku harus mengingat Yuki-chan ada disini. Walaupun sekarang musim panas aku mengkhawatirkan angin yang berhembus dimalam hari tidak baik untuknya.
 
"Ini untuk oppa, ini untuk Jungshin, ini untuk Minhyuk, dan ini untuk mu.."
 
Aku menerima botol jus jeruk yang Yuki-chan bawa dari tokonya. Kulihat Jungshin sedang membongkar isi kantong plastik yang dibawa oleh Yuki-chan untuk bekal kami setelah selesai pertunjukan.
 
"Hyung! Hasil hari ini lebih banyak dari sebelum-sebelumnya! Lihaatt.."
 
Minhyuk memamerkan lembaran-lembaran yen yang ada ditangannya. Memang penonton hari ini banyak sekali. Mereka ikut duduk menonton kami seperti yang Yuki-chan lakukan.
 
"Bagaimana kalau kita rayakan hasil ini?" Cetus Yonghwa hyung. Matanya memandang kami semua memaksa kami menyetujui idenya.
 
"Rayakan seperti apa?" Tanya Jungshin yang masih mengunyah makanannya.
 
"Bagaimana kalau kita jalan-jalan? Kita juga butuh liburan musim panas kan? Ada yang punya ide kita pergi kemana?"
 
Kami semua diam mencari ide tempat dimana yang enak untuk kami jadikan liburan musim panas kali ini.
 
"Umi ikou! Ayo kita ke laut! Aku belum pernah kesana!" 
 
Hanya Yuki-chan saja yang memberi ide. Dan benar juga. Laut sangat cocok untuk berlibur dimusim panas.
 
"Bagaimana?" Yonghwa hyung bertanya kepadaku. Lebih tepatnya ia meminta izinku apakah boleh membawa Yuki-chan jalan-jalan ke laut.
 
"Kau yakin? Kau tidak apa-apa pergi ke laut?" Kuyakinkan lagi Yuki-chan dengan idenya. Kami berempat tidak ada masalah berlibur ke laut. Tapi Yuki-chan berbeda.
 
"Ayolah Jonghyun~ aku ingin kesana~ seumur hidup aku belum pernah ke laut" Rengek Yuki-chan menggoyang-goyangkan lenganku. Memaksaku menyetujui idenya.
 
Mendengar alasannya yang terakhir aku tidak bisa menolak. "Tapi kau harus minta izin dulu pada Obasan" saranku sebelum menyetujuinya.
 
"Hai!!" Yuki-chan memeluk lenganku tanpa sadar saking bahagianya ia bisa pergi ke laut. Kubiarkan ia memelukku seperti ini sampai ia tersadar nanti.
 
"Jadi kita akan ke laut!! Kita bisa pinjam mobil Ojisan pemilik apartemen untuk berangkat kesana!!
 
***
 
Hamparan laut biru terbentang dimataku dari balik jendela mobil. Walaupun aku sering ke laut tapi saat melihatnya lagi tetap saja aku terpesona.
 
Yonghwa hyung sengaja mencari laut yang agak jauh dari Tokyo agar Yuki-chan bisa merasakan laut yang sebenarnya. Dia juga sudah memesan hotel murah yang ada disana untuk kami menginap. Dan aku yakin sepertinya ia menambahkan dengan uang pribadinya untuk memesan hotel. 
 
"Yuki-chan lihat, lautnya sudah terlihat.." Aku menepuk-nepuk pipi Yuki-chan. Kepalanya terkulai dibahuku. Tertidur karena saking lamanya perjalanan kami.
 
"Hmmmmm?" Yuki-chan mengangkat kepalanya. Matanya masih setengah terbuka.
 
"Kau bisa melihat laut sekarang" Beritahuku lagi.
 
"Umi!! Aku melihat laut!!" Teriak Yuki-chan ketika matanya sudah terbuka sempurna.
 
Teriakannya membuat Jungshin terbangun. Dan ia pun juga tidak kalah hebohnya dengan Yuki-chan saat bangun tidur yang ia lihat sudah ada laut.
 
**
 
"Jangan lepaskan tanganmu dari ku, kau mengerti?" Perintahku sebelum kaki ku dan kaki Yuki-chan menyentuh air laut.
 
Ia menganggukan kepalanya. Cengkramannya di tanganku semakin kencang saat aku mulai melangkah mendekati deburan air laut ke pesisir pantai.
 
Ini pertama kalinya Yuki-chan menyentuh air laut. Aku merasakan ketakutannya dari tangannya yang semakin gemetar. Kupegang tangannya agar ia merasa lebih tenang.
 
"Bagaimana? Menyenangkan bukan air lautnya menabrak kakimu?" Aku menoleh dan tersenyum kepada Yuki-chan.
 
Ia tidak menjawab. Hanya mengangguk dan menahan senyumannya. Saking bahagianya ia tidak bisa berkata-berkata. Ada air disudut matanya yang ia tahan. Aku bisa merasakan Yuki-chan sangat bahagia.
 
Kukecup dahi Yuki-chan dan menarik kepalanya masuk kedalam pelukkanku. Aku sangat sadar apa yang aku lakukan sekarang. Aku tidak bisa menahannya lagi.
 
Degup jantung Yuki-chan terasa didadaku berdetak sangat kencang. Aku tidak perduli Yuki-chan terkejut dengan sikapku ini. Aku hanya menginginkan ini sejak musim dingin lalu.
 
"Jonghyun terima kasih..."
 
Kueratkan pelukkanku mendengar Yuki-chan mengucapkan kalimat itu. Kukecup kepalanya lagi dan terus memeluknya erat. Deburan pelan ombak di kaki kami tidak membuat kami melangkah dari sini. Justru semakin membuatku terus ada disini agar Yuki-chan selalu mengingat betapa indahnya suaranya deburan ombak.
 
***
 
Seharian ini kami berlima menghabiskan waktu jalan-jalan di pesisir pantai. Tanganku tidak pernah terlepas dari tangan Yuki-chan sejak tadi. Ia berada disampingku sudah membuatku merasa nyaman.
 
Jungshin dan Minhyuk sudah mengeluarkan tingkah kekanakkannya saat mereka sudah saling melempar-lempar bola pasir.
 
"Hyung! Kau tidak ikutan?" Teriak Minhyuk melihatku pergi menjauh bersama Yuki-chan.
 
"Tidak!" Balasku teriak membawa Yuki-chan ke arah tempat cumi bakar. Lebih baik aku makan disini daripada bermain lempar-lemparan pasir.
 
"Yuki-chan kau tunggu disini, aku akan memesankan cumi bakar untukmu. Kau jangan kemana-mana.." Perintahku menarik sebuah bangku dibawah payung besar agar Yuki-chan bisa duduk.
 
Aku sangat berharap Yuki-chan mendengarkan perintahku. Agak tidak enak aku meninggalkan dia disana walaupun aku hanya meninggalkan dia sebentar untuk memesan cumi bakar.
 
Tapi takdir berkata lain. Sejak tadi aku terus mengawasi Yuki-chan memastikan ia ada ditempatnya. Sampai dia luput dari pengawasanku saat mendengar teriakan Yuki-chan "Anak itu akan tenggelam!"
 
Kepalaku berbalik dengan cepat mendengar suara Yuki-chan. Kulihat dia sudah berlari kencang ke arah laut ingin menyelamatkan anak kecil yang tenggelam itu. Memang tidak ada orang lain lagi yang melihat anak itu selain Yuki-chan. Kulempar bungkusan cumi bakar dari tanganku  yang langsung jatuh berantakan diatas pasir dan langsung mengejar Yuki-chan.
 
"Hyung! Jungshin! Minhyuk!! Tolong kejar Yuki-chan!!!" Aku berteriak dengan sekuat tenaga meminta bantuan mereka yang jaraknya sangat jauh dari tempat Yuki-chan berlari.
 
Yuki-chan apa yang kau lakukan?? Kenapa kau tidak mendengarkan perintahku? Ini yang aku takutkan. Sejak aku meninggalkan Yuki-chan disana perasaanku sudah tidak enak. Aku takut sesuatu yang buruk terjadi pada kami.
 
"Tidak tidak!! Yuki-chan!!" Teriakanku semakin kencang melihat dia sudah masuk ke dalam air laut mencoba menyelamatkan anak kecil itu. Dan jarakku masih jauh darinya. Semakin kukencangkan lariku agar lebih cepat.
 
Saat semakin dekat aku melihat Yuki-chan sudah menarik anak kecil itu ke pasir pantai. Keduanya selamat. Yonghwa hyung tiba bersamaan denganku. Ia langsung menggendong anak kecil itu yang sedang terbatuk-batuk karena menelan banyak air laut.
 
Dengan cepat aku juga menggendong Yuki-chan yang tersungkur di atas pasir. Ketakutanku belum selesai, dan semakin besar saat melihat Yuki-chan terbatuk-batuk.
 
Pelukkanku semakin erat menggendong tubuh Yuki-chan yang sudah basah kuyup. Tidak boleh. Ini tidak boleh terjadi.
 
Yuki-chan tidak boleh kedinginan. Aku harus menghangatkannya.
 
Kakiku terus melangkah dengan cepat membawa Yuki-chan segera ke hotel. Aku harus cepat mengganti pakaiannya dengan pakaian yang kering.
 
"Jonghyun aku tidak apa-apa.." Kata Yuki-chan pelan didadaku.
 
Aku tidak perduli Yuki-chan berkata seperti itu. Dia meyakinkanku tapi nada suaranya kau terdengar lemah.
 
"Minhyuk! Jungshin! Lepaskan baju kalian!" Teriakku melihat mereka sudah datang membantu. Cepat-cepat mereka melepaskan pakaian mereka tanpa banyak bertanya untuk apa.
 
"Tolong balutkan baju kalian ditubuh Yuki-chan!" 
 
Jungshin mengambil baju Minhyuk dan menyesuaikan kakinya dengan kakiku. Dengan cepat ia membalut pakaian keringnya ke atas tubuh Yuki-chan.
 
Dan sesuatu yang buruk benar-benar terjadi. Aku mendengar suara bersin Yuki-chan didadaku. Kueratkan lagi pelukanku. Yuki-chan tidak boleh terkena flu. Tidak boleh.
 
Sepertinya aku harus merubah tujuanku. Bukan ke hotel tapi ke mobil dan mengantarkan Yuki-chan ke rumah sakit.
 
Aku meminta Minhyuk mengambil kunci mobil disaku celanaku yang Yonghwa hyung titipkan tadi padaku. Dan aku tidak menemukan Yonghwa hyung ada dimana, apa mungkin dia masih mengurus anak kecil tadi? Tidak ada pilihan lagi, Minhyuk harus menyetir membawa kami kembali ke Tokyo.
 
Untung saja tas-tas kami masih ada didalam mobil. Aku membongkar isi tas Yuki-chan dan mengambil jacket dan celana panjangnya. Segera aku melepaskan pakaian basah yang ada ditubuh Yuki-chan. Ini sudah keadaan darurat, aku menelanjangi tubuh Yuki-chan didalam mobil dan memakaikan kembali dengan pakaian keringnya.
 
Kuyakin ini sudah parah. Yuki-chan tidak bergeming saat aku menelanjanginnya tadi. Wajahnya sudah sangat lemah. Aku duduk dibawah dan tanganku mengangkat leher Yuki-chan agar bisa memeluknya. Aku terus memberinya kehangatan. Ac mobil sudah dimatikan dan jendela pun semua sudah tertutup. Aku mohon dengan ini kau bisa merasa hangat Yuki-chan.
 
"Jonghyun kau tidak usah khawatir.. Aku tidak apa-apa... Aku hanya flu biasa.." Suara Yuki-chan benar-benar lemah sekali.
 
Pelukanku semakin erat. Aku mulai menciumi wajah Yuki-chan. Terus dan terus.
 
"Kau tidak boleh terkena flu. Aku mohon bertahanlah, aku akan terus menghangatkanmu. Kau tidak boleh kedinginan." Aku mencium dahi dan pipinya.
 
"Bagaimana kau tahu aku tidak boleh kedinginan.." Dari suaranya yang lemah aku bisa mendengar ia terkejut.
 
Aku terus memeluknya. Dan menjatuhkan kepalaku disisi telinga kirinya. "Aku sudah tahu semua Yuki-chan.. Aku tahu keadaanmu.." Aku membisik pelan dan mencium pipinya. Tapi aku merasakan ada air mata mengalir di pipi yang aku cium.
 
Air mata dimataku akhirnya juga jatuh di kedua pipinya. Aku tidak bisa menahannya lagi. Maafkan aku Yuki-chan.
 
"Bagaimana... bisa?" Yuki-chan mulai terisak  dan tangannya memelukku.
 
Kenapa mendengar isakan Yuki-chan membuat hatiku seperti tersayat-sayat seperti ini??
 
Air mataku sudah berjatuhan diwajah Yuki-chan. Tapi aku harus menahan agar tidak terisak lebih hebat lagi. Aku harus menguatkan hati Yuki-chan.
 
Mencium dahinya. Matanya. Pipinya. Dan bibirnya. Sebelum aku menjawab. Menarik nafasku agar suaraku tidak pecah menjadi isakan. "Musim dingin tahun lalu aku tahu kondisi mu.. Aku tahu mengapa kau benci salju.. Dan aku juga tahu kenapa kau suka sekali dengan musim panas.."
 
***
 
Tokyo, Winter 2008
 
Kubalik kedepan dan kebelakang. Memasukkan dan mengeluarkannya kembali dari saku ku. Kalau tidak sekarang kapan lagi aku bisa memastikan?
 
Lagipula Yonghwa hyung dan yang lain belum selesai membereskan barang-barang mereka. Belum lagi Yonghwa hyung harus berbicara lagi pada manajemen rumah sakit ini kapan mereka akan kembali melakukan pertunjukan disini.
 
Aku menghela nafas dan melepaskan pandanganku dari benda yang sejak tadi kupegang.
 
Rumah sakit ini sangat sepi. Kata mereka rumah sakit ini hanya untuk pasien khusus yang menderita penyakit yang tidak biasa.
 
Sudah agak lama aku duduk didepan meja pendaftaran. Tidak ada orang lain lagi yang lewat. Hanya ada aku dan seorang perawat yang jaga disana.
 
Saat ini kami baru saja selesai menghibur para pasien yang dirawat disini. Walaupun kita tidak menerima bayaran tapi membuat para pasien yang sedang berjuang melawan penyakitnya tersenyum itu membuat kami bahagia melebihi kami mendapatkan uang. Oleh karena itu kami langsung menyetujui ketika minor company kami menawarkan membuat pertunjukkan disini.
 
Mataku kembali menatap benda yang kupegang ini. Benda yang aku temukan saat pertama kali Yuki-chan belajar gitar denganku. Tanpa sepengetahuannya aku mengambil suntikan bekas pakai yang ia buang ditempat sampahnya.
 
Untuk apa ia menggunakan suntikan ini? Tidak mungkin Yuki-chan seorang junkies kan? Yang hidupnya tergantung dari obat-obatan terlarang. Lalu untuk apa ia memakai ini? Apa ia sakit parah?
Ribuan pertanyaan selalu berputar-putar sejak aku menemukan benda ini.
 
Ingin kutanyakan pada Obasan, tapi sejak awal musim dingin kemarin wajah Obasan terlihat pucat. Aku menanyakan kemana Yuki-chan pergi juga dia tidak menjawab. Akhirnya esoknya Obasan menjawab pertanyaanku, dia bilang Yuki-chan sedang berlibur ke rumah pamannya yang ada di Osaka setiap musim dingin. Aku mencoba percaya apa yang dia katakan. Tapi aku melihat ada yang disembunyikan olehnya dariku.
 
Kuangkat tubuhku berdiri dari bangku. Aku harus mencari tahu sendiri. Kulangkahkan kakiku ke arah meja counter farmasi. Bertanya kepada perawat yang sepertinya sedang mengantuk. "Permisi, aku ingin mengetahui obat apa yang ada didalam suntikan ini?"
 
Perawat itu mengambil suntikan yang sudah kubungkus dengan kantong plastik transparan. Wajah ngantuknya hilang seketika saat serius memperhatikan suntikan itu. "Darimana kau dapatkan ini?" Katanya berbalik bertanya.
 
"Aku menemukan itu dikamar adikku. Aku takut dia memakai obat-obatan terlarang jadinya aku mau memastikan" Jawabku berbohong.
 
Kening perawat itu mengkerut dan menelengkan sedikit kepalanya memperhatikan suntikan itu lagi. "Suntikan ini bukan suntikan biasa yang dijual di pasaran.. Tolong tunggu sebentar aku akan periksa didalam"
 
Aku mengangguk saat perawat itu membawa masuk suntikan itu kedalam. Bukan suntikan biasa? Dari mana Yuki-chan mendapatkan itu?
 
Ada suatu ketakutan yang tiba-tiba muncul dalam perasaanku. Aku takut dengan hasil yang diberikan oleh perawat itu nanti. Dengan begitu aku akan tahu apa yang sedang terjadi dengan Yuki-chan. Dan aku sangat mengharapkan Yuki-chan memang sedang berlibur di Osaka yang seperti Obasan katakan.
 
"Ayo kita pulang"
 
Suara Yonghwa hyung membuyarkan lamunanku. Kulihat mereka bertiga sudah menghampiriku. "Tunggu sebentar hyung aku belum selesai.." Pintaku.
 
"Kau beli obat apa? Memang kau sakit?" Tanya Yonghwa hyung melihat aku berdiri didepan sebuah farmasi seperti ini.
 
"Tidak, bukan aku.." Aku menggeleng dan berbalik mendengar perawat tadi memanggilku. Raut wajahnya masih sama seperti tadi, aku tidak bisa menebak obat itu buruk atau tidak.
 
"Adikmu tidak menggunakan obat-obatan terlarang.."
 
"Adik? Sejak kapan kau punya adik disini?"
 
Aku mengabaikan perkataan Yonghwa hyung dan meminta perawat itu menjelaskan lagi. 
 
"Ini adalah suntikan intravena khusus yang digunakan untuk pasien yang membutuhkan cairan antivirus kedalam tubuhnya. Dan kandungan cairan yang masih tersisa didalam suntikan itu adalah cairan antibodi untuk sistem kekebalan tubuh. Kau yakin adikmu baik-baik saja?"
 
Aku mencoba mencerna semua penjelasan yang dikatakan perawat itu. Jadi Yuki-chan menyuntikan cairan antibodi ke tubuhnya? Apa sebetulnya penyakit yang dideritanya sampai-sampai tubuhnya membutuhkan cairan kekebalan tubuh?
 
"Dan anehnya, rumah sakit ini juga mempunyai persediaan suntikan itu untuk salah satu pasien kami. Apakah adikmu menderita penyakit yang sama?" Tanya perawat itu lagi.
 
"Aku tidak tahu. Kalau begitu terima kasih banyak" Aku segera mengambil suntikan itu dari tangan perawat. Aku tidak mau melanjutkan lagi kebohongan tentang adikku.
 
Kebetulan atau Tuhan memang sudah mentakdirkanku untuk mengetahui ini semua. Kulihat segerombolan dokter dan perawat berjalan dengan cepat melewatiku. Aku ingin sekali telingaku ini salah dengar saat seorang perawat mengatakan "Yamamoto Yukiko dok, ia kambuh lagi diruangannya"
 
Yamamoto Yukiko? Bukankah itu nama Yuki-chan?
 
Dan ketakutan terbesarku semakin sempurna kalau itu adalah Yuki-chan saat melihat Obasan masuk dari pintu luar dan bergabung dengan para dokter dan perawat yang lewat didepanku tadi.
 
Jadi Yuki-chan ada disini? Dia tidak sedang berlibur di Osaka? Kenapa Obasan berbohong padaku?
 
Kuikuti langkah mereka dari belakang. Sebisa mungkin aku menjaga jarak dari Obasan. Aku tidak mau ia tahu aku ada disini. Aku terus mengawasi kemana tujuan mereka.
 
Para dokter dan perawat itu masuk kedalam ruangan tersendiri. Ruangan itu seperti bukan kamar inap biasa. Ditutup oleh kaca besar agar tidak sembarangan orang bisa masuk kedalam. Jadi mereka bisa melihat pasien itu dari luar. Saking tersendirinya ruangan ini tidak ada orang lain lagi yang bisa masuk kesini. Ruangan ini terpisah jauh dari ruangan-ruangan lainnya. Aku juga merasa cukup jauh aku berjalan dari tempat farmasi tadi.
 
Kulihat Obasan berdiri di depan kaca sambil terisak. Aku ingin sekali kesana. Aku ingin melihat apa yang sebenarnya terjadi.
 
Yonghwa hyung mencengkram bahuku kuat menahan agar aku tidak kesana. Aku tidak tahu kalau mereka bertiga ada dibelakangku sejak tadi.
 
"Hyung.." Aku memegang tangannya agar bisa melepaskannya dari bahuku. Cengkramannya mengendur dan aku melangkahkan kakiku mendekat ke arah Obasan.
 
Semakin dekat aku melangkah semakin aku bisa melihat kedalam ruangan dibalik kaca itu. Seperti ada yang meninju dadaku kuat saat aku melihat tubuh Yuki-chan terbaring lemah disana sambil terus terbatuk tanpa henti. Para dokter tadi mencoba berbagai cara yang aku tidak mengerti mereka sedang melakukan apa agar bisa menghentikan batuk Yuki-chan.
 
Terus kulangkahkan kakiku mendekat ke arah Obasan. Ia belum menyadari aku sudah ada dibelakangnya. Aku hanya bisa melihat tubuhnya bergetar karena menahan isakan melihat Yuki-chan didalam. Tanganku tergerak mendekat padanya dan langsung memeluk Obasan.
 
"Jonghyun? Kenapa kau ada disini?" Kaget Obasan melihat wajahku yang sedang memeluknya. Ia mengusap wajahnya yang basah oleh air mata.
 
"Kenapa Yuki-chan ada disana??" Aku melepaskan pelukanku dan menatap nanar ke mata Obasan. Air mataku tidak boleh ikut keluar. Aku harus menahannya.
 
Obasan terlihat gelagapan melihat aku ada didepannya. Ia tahu kebohongannya sudah diketahui olehku. Ia menoleh ke arah Yuki-chan yang ada didalam dan menarik tanganku menjauhiku dari kaca besar itu ke arah bangku-bangku yang ada disamping.
 
Kami berdua duduk disana. Aku menunggu Obasan yang masih diam untuk menjelaskan semuanya padaku.
 
Kuambil suntikan itu lagi dari dalam saku jaketku setelah menunggu lama Obasan belum menjelaskan apa-apa padaku. "Aku menemukan ini dikamar Yuki-chan..."
 
Melihat bungkusan suntikan yang aku sodorkan padanya Obasan terkejut lagi. Ia menatap mataku sekarang. Bingung bagaimana aku bisa mendapatkan benda ini.
 
"Tadi aku baru saja meminta perawat di farmasi untuk periksa obat apa yang ada didalam. Kenapa Yuki-chan menyuntikan antibodi ke dirinya??" Aku balas menatap mata Obasan. Menuntut memintanya penjelasan.
 
Obasan mengalihkan tatapannya dari ku dan menunduk hanya melihat lantai dibawah. "Maafkan aku Jonghyun aku telah berbohong padamu.."
 
"Bisa kau menjelaskannya padaku? Aku juga sangat mencemaskan keadaan Yuki-chan disana.."
 
Ia menghela nafasnya panjang sebelum berbicara. Kemudian ia menatapku. "Kau mau berjanji padaku, didepan Yuki-chan nanti kau pura-pura tidak tahu tentang ini semua?"
 
Aku mengangguk.
 
"Yuki-chan menderita Osteomyelitis atau salah satu gejala dari Hyperimmunoglobin E Syndrome. Kondisi ini menyebabkan terjadinya infeksi di dalam tulang setelah sebelumnya tersebar lewat darah. Dokter memberitahuku saat Yuki-chan berumur 10 tahun. Awalnya Yuki-chan hanya batuk-batuk dan flu biasa. Aku membawanya kedokter. Tapi seminggu kemudian ia kambuh lagi. Dan yang paling mengejutkan saat Yuki-chan tak mampu berdiri dengan satu kaki ketika terbangun di suatu pagi. Sama seperti awal musim dingin kemarin."
 
"Penyakit itu membuat Yuki-chan rentan terkena infeksi paling ringan sekalipun. Dengan kata lain hanya karena terkena virus flu atau cacar biasa saja, Ia bisa langsung terbunuh. Maka dari itu kenapa Yuki-chan takut sekali dengan salju dan musim dingin. Aku tahu betul meski suhu rendah tidak terbukti meningkatkan peluang seseorang untuk terkena flu tapi musim dingin dapat menyebabkan lapisan bagian dalam hidung seseorang menjadi lebih kering dari normal sehingga lebih rentan terhadap infeksi virus. Maka Yuki-chan setiap hari harus diberi berbagai suntikan antivirus dan terapi imunoglobulin sebanyak empat kali. Pasalnya tanpa antibodi itu, sistem kekebalan tubuhnya akan sangat rendah dan hidupnya akan berada dalam risiko setiap kali ia keluar rumah".
 
"Sampai sekarang Yuki-chan menghabiskan hidupnya berada di kamar yang hangat. Walaupun aku tahu ia sebetulnya sangat menginginkan bermain diluar. Tapi aku tidak mau mengambil resiko 10 menit dia berada di luar dengan cuaca dingin bisa membuatnya terbunuh. Dan dokter menyarankan setiap musim dingin datang ia harus segera dibawa kesini".
 
"Tapi aku bahagia saat melihat Yuki-chan bertemu denganmu. Pertama kalinya Yuki-chan bersosialisasi dengan orang luar. Teman sekolah dan para tetangga sudah tahu semua tentang kondisi fisiknya. Jadi dia suka ketakutan jika berhadapan dengan mereka. Tapi kau berbeda. Kau orang asing dari negara yang beda. Berharap kau tidak tahu apa-apa mengenai penyakitnya. Dan aku bisa melihat Yuki-chan menjadi dirinya sendiri saat bersama denganmu.."
 
Hentakan tinju didadaku semakin kuat setelah mendengar semua ini. Seperti film yang diputar ulang aku mengingat ketika pertama kali aku bertemu dengan wajah pucat Yuki-chan, ia marah ketika aku bilang namanya berarti salju, ia tidak pernah menyapaku diluar toko, kenapa ia selalu suka masak karena hangat berada didekat api, kamarnya yang selalu hangat, dan aku juga teringat kenapa Yuki-chan menutup semua kepalanya dengan jaket saat aku membayar hutang onigiri. Waktu itu aku ingin sekali mentertawakan tingkahnya, tapi aku tidak tahu angin yang berhembus dingin bagiku hanya hal biasa tapi bagi Yuki-chan itu suatu hal yang dapat membunuhnya.
 
Air mata dimataku mengalir sendiri tanpa aku inginkan. Mengingat itu semua sangat menyakitkan. Betapa bodohnya aku tidak menyadari lemahnya Yuki-chan bertahan hidup dari kematian yang kapan saja bisa merenggutnya hanya dengan cuaca dingin dan flu biasa.
 
Tangan Obasan menggenggam tanganku melihat aku menangis seperti ini. "Jonghyun aku mohon bantuanmu.. Bersikaplah biasa saja saat Yuki-chan pulang musim panas nanti. Hanya di musim panas saja Yuki-chan bisa hidup normal. Kau mau kan membantuku?" Pintanya.
 
Aku mengangguk dan menghapus air mata dipipiku. "Aku janji. Aku akan membantu mu dan selalu menjaga Yuki-chan. Aku janji" kuyakinkan Obasan sambil memeluknya.
 
Aku akan menepati janjiku karena sejak pertama kali aku sudah jatuh cinta kepada Yuki-chan.
 
Bersambung..
 
 
 
 
 
 
POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK