home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > LOVE IS SACRIFICE

LOVE IS SACRIFICE

Share:
Author : NeciJoiz
Published : 28 Jan 2014, Updated : 08 Nov 2017
Cast : -Kim Jong In a.k.a Kai -Lee Taemin -Im Ji Yoon -Lee Gi Kwang -Choi Minho -Kim Woo Bin -Choi Min
Tags :
Status : Ongoing
10 Subscribes |2802092 Views |28 Loves
LOVE IS SACRIFICE
CHAPTER 2 : #BAD DAY

“Ji Yoon-ah, menurutmu aku baiknya pilih yang mana. Calvin Harris atau David Guetta?” Gi Kwang menunjukkan dua labum DJ terkenal yang disukainya.

“Beli dua-duanya saja..”

“Ah, kau benar-benar tidak membantu...”  keluh Gi Kwang sambil menatap kedua album ditangannya.

“Kau salah orang...” Ji Yoon hanya memeletkan lidahnya kemudian dia bergerak ke rak lagu barat. Diambilnya album Demi Lovato dan Usher dari rak kemudian melangkah mendekati Gi Kwang lagi.

“Sudah kau putuskan pilih yang mana?” ujarnya.

“Belum, sepertinya aku ambil dua-duanya saja.” Gi Kwang tertawa malu karena tadi telah mengeluh.

“Aish... kau ini.. kajja...” Ji Yoon berjalan lebih dulu menuju kasir.

Setelah keduanya membayar barang yang dibeli, Gi Kwang menawari Ji Yoon makan yang tidak langsung di sambut oleh yeoja itu.

“Ayolah, Ji Yoon-ah.. Aku bisa mati kelaparan...” Gi Kwang memelas sambil memegangi perutnya berlebihan.

“Akting mu jelek Kwangie... bagaimana kalau makan di dekat butik eomma ku saja? ada restoran kimbap yang enak disitu. Kau mau?” tawar Ji Yoon.

“Dari sini ke butik itu kan jauh.. aku benar-benar lapar.”

“Oke, tapi makan apa?”

“Disitu ada yang jual bulgogi... kajja...”

Gi Kwang meraih tangan Ji Yoon, tidak sabar untuk segera menikmati daging lezat yang sudah terbayang di kepalanya.

Keduanya menikmati makanan yang disajikan sambil menunggu dagingnya matang.
“Wah, kita bertemu disini...”

Tiba-tiba Taemin muncul entah dari mana dan langsung mengambil tempat disamping Ji Yoon. Tangannya langsung meraih daun selada dan ikut menunggu daging yang sedang dipanggang.

“Taemin-ssi... apa yang kau lakukan?” Gi Kwang menatapnya tidak senang.

“Tentu saja makan. Ini restoran kan? Aku lapar...” ujarnya tanpa rasa malu.

“Kau pikir siapa yang mau bayar?” Gi Kwang melotot.

“Yak! Kau tidak perlu melihatku seperti itu. Aku punya uang, akan kubayar makanku dan juga...” Taemin menatap Ji Yoon dengan lembut “makanan Ji Yoon ku yang manis.”

“Yak! Kau mau cari ribut?” bentak Gi Kwang.

“Hya! Lihat dagingnya gosong.” tunjuk Taemin.

Gi Kwang seketika melupakan ucapannya barusan dan langsung mengangkat daging itu dan membungkusnya dengan selada.

“Ji Yoon-ah, makan ini...”

Ji Yoon meraih bulgogi yang ditawarkan Gi Kwang dan memakannya. Taemin hanya meneguk ludah dan melihat keduanya makan dengan lahap tanpa menghiraukannya.

“Gi Kwang-ssi, kau tidak mau membaginya denganku?”

“Shireo, kau panggang saja sendiri...” Gi Kwang menolak dan kembali menyantap daging miliknya.

Taemin memesan bulgogi miliknya dan mengigit sumpitnya sambil melihat keduanya makan.

“Taemin-ssi, ini...”

Ji Yoon menyodorkan sepotong daging yang sudah dibungkus selada kearah Taemin, yang langsung di protes oleh Gi Kwang.

“Wah, gomawo Ji Yoonie...”

“Yak.. Yak.. Kau langsung memanggilnya Yoonie karna sepotong daging. Cih....” Gi Kwang meletakkan sumpitnya dan meneguk habis air minumnya.

“Kwangie... Setelah ini aku langsung pulang ya..” Ji Yoon juga meletakkan sumpitnya dan meneguk air minumnya.

“Ji Yoon-ah... kenapa kau harus memanggilku Taemin-ssi dan memanggilnya Kwangie.. kau membuat hatiku sakit...” Taemin menepuk dadanya dan berakting sedih.

“Hentikan... kau bertingkah seperti anak kecil Tamin-ssi.” Gi Kwang mengejek kelakuan Taemin.

“Kalian tidak pergi sekarang kan? Temani aku makan..” Taemin menoleh kearah Ji Yoon.

“Kajja, Ji Yoon-ah...” Gi Kwang meraih tasnya dan berdiri.

“Yak! Kalian membiarkanku makan sendiri?” Taemin memandang Gi Kwang tidak percaya.

Ji Yoon yang tau bagaimana rasanya makan sendiri akhirnya meminta Gi Kwang ikut menemani Taemin makan bersamanya. Taemin terlihat senang dan makan dengan wajah yang gembira. Gi Kwang yang sebenarnya tidak ada masalah dengan Taemin, hanya bersikap biasa saja dan memilih berbincang dengan Ji Yoon.

Mereka bertiga keluar dari restoran itu dan berpisah disana. Gi Kwang akan mengantar Ji Yoon dengan mobilnya, setelah menolak membawa Taemin bersama mereka. Tentu saja aneh, karena Taemin membawa mobilnya juga, tapi bersikeras untuk ikut kedalam mobil Gi Kwang.

~~~~~*~~~~~

Ji Yoon melambaikan tangan mengantar kepergian Gi Kwang dan bergegas memasuki butik setelah mobil itu membaur dengan puluhan mobil lainnya di jalanan. Ji Yoon melihat ada 3 orang yeoja yang kelihatannya seusia dengannya sedang melihat-lihat baju. Tepatnya sih satu orang yang sedang berbelanja, dan dua lainnya hanya mengomentari baju yang ditunjuk dan memegang baju yang tidak tereliminasi.

“Hei, kau... kemari!” yeoja yang sedang menenteng gaun itu memanggilnya dan langsung meletakkan tumpukan baju itu di tangannya begitu ia mendekat.

“Kau yang memegang.” perintahnya.

Salah seorang pegawai ibunya langsung bergerak mendekat untuk menggantikan Ji Yoon. Ji Yoon menggeleng dan menyuruh pegawai itu mengerjakan kerjaan lainnya dengan gerakan mulutnya.

“Ambilkan gaun pink dan biru itu juga. Aku akan mencobanya di kamar ganti.” Yeoja yang sedang berbelanja itu menunjuk dua baju lagi dan melenggok angkuh menuju kamar ganti.

Ji Yoon meraih kedua gaun yang dimaksud dan mengekor dibelakangnya. Ia berdiri menunggu yeoja itu mencoba semua gaun yang dibawa keruang ganti dari luar bilik yang tertutup kain cokelat panjang. Ingatannya mengenali ketiga yeoja itu. Ya, mereka bertiga adalah mahasiswa di kampusnya juga. Masih satu angkatan dengannya.

“Aku pilih yang ini... ini.. dan ini...” Yeoja itu keluar dari kamar ganti dan langsung melemparkan 3 gaun pilihannya pada Ji yoon. Ji Yoon memegang baju itu dengan wajah datar dan mengembalikan baju yang tidak terpilih kepajangannya semula. Kemudia dia membawa gaun yang tadi ke kasir dan menyerahkannya pada pegawai yang menjaga.

“Tolong di bungkus ya, Eonni...”

Ji Yoon berbalik dan kembali ke pajangan gaun-gaun untuk membantu merapikan letaknya. Ketiga yeoja tadi masih berdiri disana seolah menunggunya. Ji Yoon tidak terlalu peduli selama mereka tidak mengganggunya. Saat merapikan gaun yang sedikit kusut, Ji Yoon tersandung oleh kaki yang sepertinya sengaja di selonjorkan. Ia terjatuh dan kepalanya membentur pajangan gaun-gaun hingga pajangan itu terjatuh ke lantai.

“Ommo.... yak! Kau punya mata tidak? Lihat apa yang kau lakukan pada baju-baju mahal ini. Kau tahu, gajimu setahun saja tidak akan pernah sanggup menggantinya.

Yeoja yang berpakaian minim itu berjalan menghampiri pegawai butik dan mengadukan Ji yoon. Pegawai itu bergegas menghampiri Ji yoon dan membantunya berdiri. Ji Yoon menerima uluran tangan yeoja yang lebih tua darinya itu dan memintanya kembali ke tempatnya semula.

“Aku akan merapikannya...” lugasnya.

“Yak! Kau pikir kau sanggup menggantinya? Kau tahu berapa mahalnya itu? Paling juga sebentar lagi kau akan dipecat.” ejek yeoja yang satunya lagi. Sementara yeoja yang tadi membeli gaun sudah berjalan menuju kasir dan membayar gaun miliknya.

“Soo Mi... Yoo Rae.. Kajja...”

Hanya dengan sekali panggilan, kedua yeoja itu langsung menyusulnya setelah lebih dulu mendorong Ji Yoon kesamping.

“Kau baik-baik saja nona?”

Pegawai yang lain datang menghampirinya dan membantunya menegakkan kembali pajangan yang terjatuh tadi.

“Ya, rasanya tidak terlalu buruk. Aku akan memperhatikan mereka mulai besok.” Ji Yoon menatap dingin ketiga yeoja yang sudah melenggok keluar dari butik.

“Soo Mi. Yoo Rae. Aku akan mengingatnya.” Suaranya terdengar datar, tapi membuat pegawai itu mengernyitkan kening.

“Eonni, aku pulang dulu ya. Masih ada yang harus ku kerjakan dirumah.”

Ji Yoon bergegas keluar. Bahkan tadi dia tidak sempat meletakkan tasnya karena langsung dipanggil oleh pelanggan kecil ibunya.

~~~~~~*~~~~~~~~

Bus yang mengarah kerumahnya muncul tak seberapa lama. Ji Yoon menempelkan kartunya dan mencari tempat duduk. Hanya ada satu tempat yang kosong. Dan itu di belakang. Ji Yoon mengeluh saat melihat namja penghancur mood itu ada disana.

‘Aishh.. kenapa hari ini menyebalkan sekali.’ keluhnya dalam hati.

Tak ada pilihan lain, ia pun duduk disana.

“Ho, kau rupanya...” Kai yang baru melihatnya langsung menggeser badannya supaya Ji Yoon bisa duduk.

Ji Yoon menempati tempat duduk di dekat lorong bus, sementara Kai duduk di dekat jendela. Keduanya tidak ada yang bersuara. Kai juga tidak bermaksud mengusik  ketenangan Ji Yoon sampai mereka turun dari bus. Kai berjalan dibelakang Ji yoon, sementara yeoja itu berusaha mengabaikan orang yang ada di belakangnya. Butuh waktu sekitar 10 menit untuk berjalan ke rumah Ji yoon. Tidak ada bus yang masuk kesana. Selain karna itu perumahan elit,  tempat itu juga hanya dihuni sekitar 10 rumah tangga. Pepohonan yang tumbuh di sekitar perumahan itu selalu mampu memberi rasa tenang pada diri Ji yoon.

“Kenapa kau membuntutiku?” Akhirnya Ji Yoon berbalik dan menatap Kai yang berjalan santai dengan tangan yang dimasukkan kedalam saku celana.

“Ani, rumahku juga ada disini.” Kai menjawab singkat.

Ji Yoon menghembuskan nafasnya keras dan kembali berjalan, kali ini lebih cepat. Kai yang mengamatinya dari belakang hanya tersenyum miring dan menyamai langkah Ji Yoon.

“Ji Yoon-ssi...” panggilnya.

“Apa? Kau tidak memanggilku yeoja part time lagi?”

“Ani... aku memanggilmu seperti itu supaya kau mengenalku.” akunya.

“...........” Ji yoon hanya terdiam.

“Ji yoon-ssi, kau mau main kerumahku?”

“Cih- sok akrab...” ledeknya.

“Ah, benar. Aku baru pindah kesini. Harusnya aku berkunjung kerumah tetangga sekitar rumahku. Jadi nanti aku akan berkunjung kerumahmu. Sebagai tetangga yang baik. Terimakasih sudah mengingatkan.” Ujar Kai.

“Terserah. Aku tidak mau diganggu di kediamanku satu-satunya. Kau bisa bertemu dengan eomma kalau kau mau.”

“Wah.. ternyata kau bisa berbicara panjang juga ya....” Kai menatapnya takjub.

Ji yoon tidak menanggapi perkataan Kai. Rumahnya sudah ada di depan mata. Ia bergegas membuka gerbang dan masuk kedalamnya.

“Terimakasih sudah mengantar, ahh... kau tetangga yang sopan sekali...” ujar Kai meledek Ji Yoon yang langsung pergi tanpa ucapan apa-apa.

“Ah... dia benar-benar membuatku penasaran...” Kai memperbaiki tasnya dan kembali melanjutkan langkahnya. “Tidak sia-sia aku meninggalkan mobil dirumah. Aku jadi bisa jalan bersamanya..” Kai menendang ranting kecil dihadapannya kemudian mengeluarkan headsed dari sakunya. Berjalan pulang sambil mendengar musik memang kegiatan favoritnya.

~~~~~~~*~~~~~~~~

 

tinggalin jejak ya readers.. :)

 

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK