"Marsha , kenapa kamu menangis ?" , kata Wobin sembari memeluk Marsha, Marsha terlihat begitu menyedihkan
"Oppa, aku ingin..hmm..lupakan saja ", kata Marsha sambil menangis
"Kamu sudah seperti adikku, katakanlah jika ada sesuatu. ku bisa membantumu jika mampu ", kata Wobin namun Marsha hanya terdiam.
"HEY! Marsha yang kukenal bukan orang yang melow seperti ini, dia kuat!dia bisa ! jangan mau kalah dengan perasaanmu untuk saat ini, kamu harus bisa melawan ! ", kata Wobin dengan nada sedikit tinggi
"Aku menyebalkan ya,sungguh menyedihkan. apa harus aku akhiri hidup saja? eh jangan,aku belum membayar hutangmu ", kata Marsha datar dengan pandangan kosong.
"Kamu gila! jangan harap kau bisa bebas begitu saja. Otakmu benar - benar bermasalah. apa perlu kuhubungi Do ?", kata Wobin marah
"Jangan,jangan! jangan beritau dia, dia..hanya mencoba membantuku ", kata Marsha pelan dan akhirnya menceritakan segalanya yang terjadi pada hari itu pada Wobin. Mendengarnya, Wobin tersontak kaget.
"Jadi mereka menghubungi EXO ?jadi ? sungguh, tenang saja, aku tidak seperti itu ", kata Wobin
"Aku tidak tau pastinya, yang aku tau ada 2 member yang tau masalah ini, entah. aku merasa dipermainkan oppa, perasaanku dipermainkan. Jangan - jangan, Do berkencan denganku juga termasuk rencana mereka", kata Marsha yang terlihat sudah jauh lebih baik.
"Aku ingin sekali menemanimu, tapi aku harus bekerja untuk sementara di Australia, aku harus meninggalkanmu. maaf ", kata Wobin lemas
"Australia? boleh aku ikut? kamu bisa melemparkanku dari pesawat saat melewati Indonesia ", kata Marsha senang
"Kupikir kamu sudah kembali normal ", kata Wobin lalu berlalu meninggalkan Marsha sendirian di kolam.
"Opppaa,tenang saja. walaupun aku terlihat gila tapi aku baik - baik saja ", teriak Marsha lalu berlari menuju kamarnya.
Sang mentari mulai menampakkan sinarnya, kicuan burung terdengar sangat merdu dan aliran air kolam yang sangat menenangkan. Marsha terkejut ketika ia merasa diwajahnya seperti diperciki oleh air
"Aaaaaaaaaaa", teriak Marsha
“Kamu ini wanita, mau sampai kapan menjadi kerbau , ayo bangun! ", kata Wobin sambil memerciki wajah Marsha dengan air.Marshapun melirik jam yang ada di samping ranjangnya.
"Oppa, lihat . Ini masih jam 4 pagi, aku masih sangat mengantuk ", kata Marsha sambil menenggelamkan wajahnya kedalam selimutnya
"Bangun, aku akan berangkat ke Australia pagi ini “, kata Wobin santai
"Ha!sekarang? kenapa mendadak?aku boleh ikut? aku ingin pulang ! ", kata Marsha memohon
"Selesaikan masalahmu disini, baru kamu pergi. Jangan kamu main kabur! ", ejek Wobin
Setelah beberapa saat, akhirnya Marsha telah siap diruang makan dan berkumpul dengan Wobin dan Hyo.
"Kamu, bawa mobilku saja", kata Wobin sambil melahap nasi.
"Ha?aku ?", kata Marsha terkejut
"Kupikir kamu butuh liburan", kata Wobin
"Kamu benar, Oppa , hyoooooooo", kata Marsha sambil melirik Hyo dan Hyo hanya tersenyum. Akhrinya Wobinpun berangkat menuju bandara, tinggalah 2 sejoli di rumah supermegah itu.
"Hyo, mari kita menghibur diri, anggap aku ini teman dekatmu, jangan sungkan ", kata Marsha sambil merangkul Hyo, dan merekanpun memulai perjalanan mereka. Sungguh Marsha terlihat santai.
Day 1
Dan berada diujung tempat yang jauh disana , EXO sedang melakukan tournya untuk pertama kalinya, mereka sangat sibuk namun sesibuknya mereka, Do masih sempat untuk menghubungi Marsha, namun ponsel milik Marsha tak bisa dihubungi.
"Kemana dia? kenapa tidak mengangkat teleponeku ", kata Do.
Day 2,3,4,5,6,7,8,9,10 dst
"Sungguh, kemana dia. sudah 10 hari ponselnya tidak bisa dihubungi ", kata Do yang terlihat sangat marah.
"Ada apa Do?", kata Baekhyun mendekat
"Marsha tidak ada kabar, sudah 10 hari ", jawab Do kesal
"Omo,apa ia pergi ?", kata Baekhyun datar.
"Ada apa Do -ah ?", tanya Luhan
"Marsha seperti menghilang ", jawab Do singkat, mendengar itu Luhanpun terkejut bukan main. Karena ia mengira Do dan Marsha baik - baik saja, ia tidak berani mendekati marsha karena tidak enak dengan Do.
"Dia menghilang? Marsha?", kata Luhan dengan suara cukup keras
"Marsha -ssi ?", kata Xiumin
"Dia ahli dalam menghilang ", sambung Kris
"Wey, kenapa kalian membicarakan Marsha, sudah sudah ", kata Do mencoba menutupi
"Marsha,kamu dimana? kamu baik - baik saja ? tunggu......apa itu,ciuman perpisahan . tidak tidak, aku tidak bisa menerima itu " batin Do
***
Marsha dan Hyo berada di sebuah perumahan mewah didaerah Gangnam, Marsha mendekatkan mobilnya kesebuah rumah yang terlihat sangat mewah, iapun turun dan mencoba menekan bel rumah itu.
"Siapa ?", kata seseorang yang ada didalam rumah lewat bel di depan rumah itu
"Ini aku, Marsha ", jawab Marsha.
"Marshaaa, dek Marshaa ", kata seorang wanita itu
"Tante Anna, aku datang ", kata Marsha mencoba tersenyum
Tak lama seorang wanita perawakan Indonesia kejawa-jawaan keluar dari rumah itu, berlari menuju Marsha dan memeluknya.
"Oh Gusti, Marsha, kamu sudah besar, kam u seperti ibumu" kata tante Anna
"Iya tante, tante, aku ingin bertemu Park Shion apa dia ada?", kata Marsha langsung ke poin utama
Tak lama munculah Shion dari taman di beranda rumah itu,Mmarshapun memberi senyuman penuh arti pada Shion antara kebahagiaan dan kebencian. Marshapun masuk ke rumah itu dan memberi sinyal pada Hyo untuk menunggu di mobil saja.
"kamu kapan sampai di Korea? kamu menginap di rumah tante saja ya,nanti kita bisa jalan - jalan ", kata tante Anna senang
"Om Park ada ?", kata Marsha datar
"Dia sedang bekerja ", kata Shion pelan
"Oh hay Shion, tante apa aku boleh berbicara dengan Shion ?", kata Marsha sambil tersenyum manis ke arah tantenya dan menyadari itu , tante Annapun meninggalkan mereka berdua di bangku taman.
"Sudah lama tidak bertemu, Marsha ?", kata Shion mulai membuka pembicaraan
"Haaa, kupikir kamu bertemu denganku, apa kamu mencariku? “, kata Marsha santai
"Apa maksudmu ?", kata Shion panik
"Kamu, ibumu dan suster Minah ", kata Marsha datar, Shion hanya diam.hening.sunyi. tak ada perbincangan.
"Aku datang ke negeri ini untuk meminta pertanggungjawaban dari ayahmu karena membuat ayahku seperti itu,telah ... menghancurkan keluargaku,kehidupanku,masa depanku , aku hidup penuh kekerasan disana, untuk makan, untuk bersekolah, semua berat setelah bisnis itu hancur. kupikir kamu juga sudah tau jika aku tidak melanjutkan kuliahku. apa menurutmu aku baik - baik saja?kamu saudaraku, apa menurutmu aku baik - baik saja? " , kata Marsha dengan air mata yang mencoba menjatuhkan diri dan tangan yang ingin menghajar.
"Perjuanganku sampai ketempat ini tak mudah, aku berjuang mati - matian. menjadi buruh itu buruh ini. untuk datang ketempat ini untuk menemui ayahmu, dimana ayahmu? apa beliau pernah berpikiran untuk membantu ayahku.lagi. Dalam arti benar- benar membantu bukan membantu lalu menjatuhkannya.haha bukannya pamer tapi lihatlah tangan dan kakiku, luka ini karena kejadian ini, di kulit saja membekas, bagaimana dengan hati ku, Shion. Kupikir aku akan gila." ia berhenti, menarik nafas dan melanjutkannya
"Jika kalian semua datang lebih awal untuk memperbaiki hubungan, kupikir tidak akan separah ini. tapi kalian semua menghilang, dimana kalian saat kami meminta tolong? apa kamu malu memiliki saudara miskin ?", kata Marsha sambil meneteskan air mata.
"Maafkan kami Marsha, kami juga tidak tau harus bagaimana, ayahku juga frustasi saat itu ", kata Shion
"Aku secara pribadi ingin semuanya kembali seperti dulu, tapi ayah dan kakakku sepertinya tak menginginkannya. aku tidak membenci kalian aku hanya...", Marsha mulai terisak, Shion pun memeluk saudara yang ia kasihi itu.
"Marsha, aku ingin sekali membantumu ", kata Shion lirih
"Kamu sudah membantuku, lewat suster Minah kan ? barang - barang mahal, semuanya. itu pemberianmu , aku tau. aku tau juga kamu yang selalu mengikutiku , aku mohon mulai saat ini jangan lakukan itu. Aku akan kembali ke indonesia secepatnya ", kata Marsha,
tiba - tiba munculah ayah Shion, tuan Park.
Begitu melihat Marsha, tuan Park langsung berlari menujunya dan bersujud didepan Marsha. Melihat itu Marsha terkejut bukan main.
"Om berdiri om, jangan seperti ini ", kata Marsha sambil menangis
"Maafkan om, Marsha, maafkan kami ", kata ayah Shion penuh dengan tangisan
"I ya,aku sudah memaafkan kalian. Tolong jangan seperti ini ", kata Marsha pasrah
Akhirnya masalah dan kemelud antara keluarga Shion dan Marshapun sedikit menemukan titik terang. merekapun mulai terbuka untuk saling berbicara.
"Bagaimana dengan ayahmu?aku belum berani menghubunginya ", kata tuan Park
"Entah,aku juga tid ak tau. A ku belum memberi kabar ke keluargaku ", kata Marsha halus
"Kamu sudah setengah tahun disini dan tak memberi kabar ?", kata tante Anna
"Kupikir lebih baik , jika mereka tidak tau apa - apa ", kata Marsha datar.
setelah beberapa saat akhirnya Marsha memutuskan untuk meninggalkan rumah itu, Marshapun meminta agar Shion saja yang mengatarnya kedepan rumah.
"Shion – ah , kamu bilang kamu ingin membantukukan ?", tanya Marsha.
"Ya,ada apa ?", Jawab Shion penasaran.
"Do........”, kata Marsha
"Yaa,kamu...", potong Shion
"Ya aku tau juga, aku minta tolong. Tolong katakan jika masalah ini sudah terselesaikan dan mintalah ia untuk selalu menjaga dirinya", kata Marsha sambil menarik nafas dalam – dalam.
"Anni, kamu ingin putus dengan Do?", kata sShion meyakinkan perkataan Marsha
"aku sudah merepotkannya, tentang perasaannya kepadaku... aku hargai itu, tapi aku...aaaaaaaaaa", tiba - tiba ada seorang gadis remaja yang melemparkan sebuah batu padanya.
"Jangan kamu ambil, oppaku ", teriak remaja itu sambil tetap mencoba melempari Marsha dengan batu.
Melihat kejadian itu, Hyo yang berada didalam mobil mencoba keluar dan berlari mengejar remaja itu. namun seperti sebelumnya, remaja itu jauh lebih cepat.
"Mungkin ini salah satu alasannya, tolong katakan apa yang sudah aku kataka tadi padanya", kata Marsha sambil memegangi kepalanya yang memar menuju mobilnya.
“Mari kerumah sakit dulu, kamu mau kemana?", kata Shion panik
"Pulang", jawab Marsha santai
"Kamu tinggal dimana?ini mobil siapa ?", kata Shion panik
"Dengannya,sudah aku sibuk ", kata Marsha sambil menunjuk Hyo dan tak lama ia secepat kilat mengendarai mobil itu.
Aku lebih nyaman disini dan lebih menenangkan ditempat ini, aku bahkan rela jika aku harus berakhir ditempat ini. tempat ini sangat indah – Marsha