home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Anonymous

Anonymous

Share:
Author : chosm96
Published : 24 Jan 2014, Updated : 26 Jan 2014
Cast : EXO, Lee Yoonji, Kim Sunghee, Lee Junho (2PM), Jack, Jill (Choi Minji), Aron
Tags :
Status : Ongoing
0 Subscribes |6072 Views |0 Loves
Anonymous
CHAPTER 2 : Finding The Arrogant Droplet, The Charismatic...

Finding the Arrogant Droplet, the Charismatic Phoenix, and the Friendly Star

Gadis berseragam sekolah Jungsang High School itu mempercepat langkahnya sembari sesekali melirik jam tangannya. “Aish! Aku tidak mau terlambat!”

Ketika ia tengah menatap jam tangannya, bahunya menubruk bahu seorang pria dan mampu membuatnya sedikit terpental. Namun, pria itu hanya berjalan melewatinya tanpa peduli.

# # # # #

“Jeosonghamnida.” Seruku pada namja itu sebelum jauh. Ia berbalik lalu menatap dengan tatapan datar kearahku.

DEG

Omo, lehernya...

Ia berbalik dan melanjutkan jalannya. Sedangkan aku mematung. Apa yang harus kupilih? Mengikuti namja itu atau berangkat ke sekolah. Apa yang aku lihat tadi benar-benar membuatku penasaran! Apa dia salah satu dari duabelas orang itu?

“Aish! Eotteokhae?” gerutuku bimbang. Kutatap punggung namja itu yang semakin menjauh. Mian, Appa, aku bolos karena keselamatan dunia juga. Appa, mianhae!

Aku berlari mengejar pria itu. “Jamkkanman! Hosh..hosh...” Pria itu menatapku dengan tatapan heran.

Setelah memastikan nafasku kembali normal, aku menegakkan tubuhku lalu membungkuk hormat. “Annyeong haseyo, joneun Lee Yoonji imnida.” Aku menatapnya ragu-ragu. “Senang sekali bisa bertemu denganmu!”

“Lalu apa urusannya denganku?” tanya pria itu cepat. Aku terdiam.

“Ne?”

“Neo, apa ada urusan denganku?” tanyanya lagi. Aku yang lambat menangkap situasi pun hanya melongo parah.

“Oh, ne! Karena itu makanya aku memperkenalkan diri. Aku ingin tanya, apa kau mengenal Lee Hwansang?” pria itu terbelalak mendengar nama Harabeoji.

“D–darimana kau tau? Apa hubunganmu dengan Lee Hwansang?” tanya pria itu penasaran.

Akupun tersenyum lalu menjawab, “Itu nama uri Harabeoji!” setelah mengucapkan kalimat itu, aku langsung ditarik ke sebuah mobil dan dibawa entah kemana oleh namja itu.

# # # # #

Yoonji menatap sekelilingnya dengan kening berkerut. Lalu ia menoleh pada pria yang sibuk menyetir. “Kita mau kemana?”

“Diam saja. Aku tidak akan menculikmu.” Yoonji mengangguk-angguk patuh sambil melihat pemandangan dari kaca mobil.

Mobil silver tersebut berhenti didepan sebuah komplek pemakaman. Yoonji familiar dengan tempat ini. Disini tempat abu kakeknya dikuburkan.

“Kenapa kita kemari? Haruskah kita turun?” Yoonji baru saja akan membuka kunci mobil namun sebuah pecut yang terbuat dari air, menepis tangannya kasar. “Ouch!”

“Darimana kau tau aku mengenal Lee Hwansang?” tanya pria itu dengan tatapan dingin.

Harabeoji menceritakannya pada Appaku, dan Appa menceritakannya padaku dan Oppaku. Apa masalahmu?!” jawab Yoonji setengah membentak. Ia mengelus jemarinya yang terasa sakit karena cambukan pecut air tadi.

Mata pria itu mengarah ke tangan Yoonji. Ia meraih tangan gadis itu dan mengecup jemarinya dengan lembut. Yoonji terperajat dan cepat-cepat menarik tangannya menjauh. “Apa yang kau lakukan?!”

“Apa masih sakit?” tanya pria itu tanpa memedulikan pertanyaan Yoonji. Rasa sakit dijari gadis itupun sudah tidak terasa lagi. “Mian. Kalau perasaanku sedang kacau, aku selalu mengeluarkan kemampuanku tanpa sadar.”

Yoonji mengerutkan kening. “Kemampuanmu?” tanyanya tidak mengerti. Pria itu menoleh lalu tersenyum.

“Apa Appamu tidak menceritakan tentang super-power yang dimiliki oleh kami?” Yoonji menggeleng pelan. “Kami memiliki kekuatan supernatural masing-masing. Aku sendiri memiliki Hydrokinesis, Kemampuan untuk mengendalikan air.”

“Ah, arraseo.” Mereka terdiam cukup lama. Sibuk dengan pikirannya masing-masing. Tiba-tiba Yoonji teringat sesuatu, ia belum mengetahui nama pria itu. “Err, apa aku boleh tau siapa namamu?” tanyanya hati-hati.

“Lee Hwansang memberiku nama Kim Joonmyun. Nama yang bagus, bukan?” jawab pria itu sambil tersenyum tipis. Inilah senyuman pertama yang dilihat Yoonji.

“Ne, bagus. Namaku juga Harabeoji yang memberikannya.”

Mereka terdiam lagi. Yoonji sedang berpikir ia harus mulai berbicara darimana. Sedangkan pria bernama Joonmyun itu sibuk mengingat kembali betapa tulusnya Lee Hwansang merawatnya dan kelima temannya dulu. Ia seperti menemukan sosok seorang ayah untuknya.

“Lalu, dimana teman-temanmu yang lain? Appa bilang, Harabeoji merawat enam anak.” Tanya Yoonji membuyarkan lamunan Joonmyun.

“Kami memang berpencar, tapi mereka masih ada di Seoul. Apa kau kira kami hanya berenam?”

“Kalian berduabelas, kan? Tapi Harabeoji hanya menemukan enam diantara kalian.” Jawab Yoonji mantap dibalas anggukan Joonmyun.

“Empat lainnya ada di Cina, sedangkan dua lagi aku belum menemukan keberadaan mereka.”

“Apa kau berusaha mencari dua orang itu?”

Joonmyun menghela nafas. “Untuk apa? Toh kami semuanya berpencar dan tidak akan bersatu kembali.” Jawabnya sambil menyeringai. Yoonji mengerutkan keningnya heran, apa maksud seringaian Joonmyun itu?

“Tapi kalian harus bersatu untuk menyelamatkan dunia.” seru Yoonji tanpa sadar. Iapun membungkam mulutnya setelah berbicara. Sementara Joonmyun, menatapnya tajam.

“Jadi, kau mengajakku berkenalan, menanyakan banyak hal, dan rela membolos hanya demi membuatku dan teman-temanku membantu kalian, manusia?” tanya Joonmyun sinis.

“Tapi kau kan juga manusia, dan–Hey! Darimana kau tau aku membolos?!”

“Kau memakai seragam sekolah, ppabo.” Jawab pria itu ketus. “Dan, asal kau tau saja kami itu bukan manusia-manusia picik seperti kalian!”

“Mwo?! Ppabo? Picik?! Ya! Beraninya kau berkata seperti itu!” seru Yoonji tidak terima. Terjadilah perang mulut diantara keduanya.

“Hah! Pasti yang kau maksud menyelamatkan dunia adalah menyembuhkan Pohon Kehidupan, kan? Aku tau semuanya! Aku tau persisnya kapan pohon itu terbelah dan karena apa. Itu semua karena kalian, manusia!”

“Tapi takdir kalian adalah untuk menyelamatkan dunia! Membantu manusia menjaga dan menyembuhkan pohon itu jika terbelah. Apa tidak bisa dipertimbangkan dulu?” Joonmyun menoleh kearah Yoonji yang menatapnya dengan mata berkilat karena marah. “Kami, para manusia, belum mau mati, Kim Joonmyun.”

“Tidak.” Iapun menyalakan mesin mobilnya. “Jika aku tau kalau tujuanmu ini, sudah kuleyapkan kau dengan airku.”

“Tapi, Joonmyun-ssi, jamkkan–“

“Kau pulang saja, dimana rumahmu?” potong pria itu cepat.

# # # # #

Kim Joonmyun menghentikan mobilnya didepan rumahku. Mobil Appa terparkir dengan manis diteras. Oh, tidak! Itu berarti Appa ada dirumah.

“Joonmyun-ssi, kumohon kita bicarakan ini baik-baik. Perlahan saja, sambil menunggu jam sekolahku habis. Jebaaal...” jelasku dengan nada memelas.

“Turun.”

“Tapi–Gyaaaaaaaaa!!!” aku mengerjapkan kedua mataku. Begitu sadar, aku mendapati diriku terduduk ditrotoar depan rumahku dengan keadaan basah kuyup dan punggung ngilu. Rupanya namja itu mendorongku dengan sekali hentakkan keluar dari mobil dengan Hydrokinesis-nya. Punggungku juga sakit karena menghantam pintu mobil. Dasar, tidak punya hati.

“Aku bisa memperlakukanmu lebih dari ini. Jadi, jangan mencariku lagi.” Namja itu menarik pintu mobil hingga tertutup dengan Hydrokinesis-nya LAGI. Mobil silver itupun melaju dengan kecepatan tinggi meninggalkanku yang mulai kedinginan.

Aku membuka pintu rumah lalu menutupnya dengan bantingan. “Ya! Nugu?!–Aigoo! Apa yang terjadi denganmu? Kena siram tetangga? Tercebur ke sungai Han, atau selokan(?) ?” tanya Appa dengan tampang biasa.

“Aku tidak mau mencari duabelas orang itu! Mereka hanya sekumpulan bocah sombong yang kasar. Aku basah kuyup begini karena namja pemilik Hydrokinesis itu!” seruku kesal.

“Hydrokinesis? Kau bertemu dengan mereka?”

“Anniyo. Hanya salah satunya, namanya Kim Joonmyun.”

Appa tidak mengerti.” Seru Appa sambil mengerutkan keningnya. “Kau harus cerita pada Appa setelah berganti baju, dan...jelaskan mengapa kau tidak berada disekolah untuk belajar di jam segini.” Aku mendengus.

“Pokoknya aku tidak mau mencari mereka lagi!” aku membanting pintu kamarku kesal.

# # # # #

“Yoonji-ya, Junho-ya.”

“Ne, Appa?”

“Igeo.” Appa meletakkan sebuah buku jurnal bersampul coklat tua di atas meja makan.

“Buku apa ini?” tanya Oppaku sembari menunjuk benda tersebut. Akupun membuka halaman pertama. Tertulis nama Lee Hwansang sebagai pemilik buku tersebut.

“Punya Harabeoji.” Gumamku pelan lalu membuka halaman berikutnya.

Keningku dan Junho Oppa mengerut bingung melihat dihalaman selanjutnya ada simbol-simbol yang aneh dan unik.

“Ini kan...” aku menunjuk salah satu simbol yang persis seperti tato dileher Kim Joonmyun yang aku lihat tadi. Jangan-jangan...

Appa, aku kan sudah bilang, aku tidak ma–“

“Apa kau masih ingin hidup?” potong Appa. Aku menunduk lalu mengangguk pelan. “Ternyata Harabeoji meninggalkan jurnal ini untuk kita. Setidaknya kita tau keberadaan 6 orang namja itu.”

“Tenang saja, Oppa akan membantumu.” Ujar Junho Oppa sambil tersenyum manis. Aku hanya mendengus lalu membuka halaman berikutnya. Simbol-simbol aneh dan semua penjelasan tentang kemampuan supernatural mereka, tapi tidak ada foto mereka dan nama-nama mereka dibuku ini.

“Ini dia, Hydrokinesis.” Akhirnya aku menemukan halaman si namja sok itu. Kubaca keterangan yang ada dihalaman tersebut.

Simbol Hydrokinesis berbentuk tetesan air atau droplet. Kemampuan mengendalikan air. Air itu dingin, cukup menggambarkan sifat pemilik kemampuan ini. Ia mengeluarkan kemampuannya jika benar-benar dibutuhkan dan ketika perasaannya sedang kacau atau emosi. Memiliki jiwa kepemimpinan. Dia hidup pengangguran namun berkecukupan. Entah darimana ia mendapatkan biaya hidupnya.

Aku membaca tulisan Harabeoji yang berada dihalaman itu.

“Bawalah buku ini kemanapun kau pergi, mungkin kau akan menemukan salah satu dari mereka lagi.” Seru Appa lalu masuk ke kamarnya yang tidak jauh dari ruang makan.

Aku yang tengah membuka halaman lain tertarik dengan halaman yang memuat dua simbol. Simbol burung Phoenix dan simbol Bintang. Aku baca keterangan yang ada disitu.

Aku menulisnya pada satu halaman mewakili mereka yang selalu bersama. Seperti kakak-adik yang suka bertengkar tapi tetap bersama. Pyrokinetis adalah kemampuan untuk mengendalikan api dengan pikiran, dan Lunarkinesis adalah kemampuan untuk mengendalikan cahaya. Mereka seumuran. Mereka sama-sama bersifat ramah, karena itulah mereka memiliki banyak teman disekolah. Mereka memutuskan untuk sekolah setelah pergi dari rumahku. Mereka kerja sambilan dan tinggal disebuah apartemen yang layak untuk mereka. Mereka memang sangat menikmati hidup dan saling melengkapi. Namun, jika ada yang membicarakan tentang takdir mereka bukan sebagai manusia biasa, Pyrokinetis akan diam dan Lunarkinesis akan mengamuk.

# # # # #

“Yoonji-ya!” Lee Yoonji berbalik dan mendapati seorang gadis berambut coklat melambai sembari berlari menghampirinya. “Kemana kau kemarin?” tanya gadis itu.

“Mm, mianhae. Tiba-tiba aku tidak enak badan kemarin. Mian tidak memberitahumu.” Jawab Yoonji sembari menangkupkan kedua tangannya. Gadis hanya mengangguk-angguk.

“Gwaenchana. Tapi, gara-gara kau tidak masuk kemarin, aku jadi praktikum dengan duo JJ itu. Menyebalkan.” Gerutu gadis ber-nametag Cho Sunghee itu. Dikenal sebagai sahabat Yoonji sejak pertama kali masuk ke sekolah ini.

“Duo JJ? Im Jaebum dan Park Jinyoung maksudmu? Haha, bagaimana bisa?”

“Yaa, kau tertawa diatas penderitaanku! Ya, mereka memaksaku kemarin dan tidak bisa berhenti bertengkar. Praktikum kelompok kami gagal jadinya.” Jelas Sunghee singkat, wajahnya langsung kusut ketika membahas dua orang yang tidak disukainya itu.

“Pasti mereka sangat senang bisa satu kelompok denganmu.” Seru Yoonji sembari menyikut lengan sahabatnya itu.

“Mereka sudah pasti senang, aku menderita.” Yoonji tertawa lalu merangkul bahu Sunghee. “Ah, itu Baekhyun sunbae!” seru Sunghee panik ketika melihat seorang namja berwajah manis yang berjalan berlawanan arah dengan kami.

“Sampai kapan kau mau seperti ini terus? Sapalah dia!” ujarku yang gemas melihat sahabatku selalu menunduk jika bertemu dengan pujaan hatinya itu.

Jarak mereka semakin dekat. Tiba-tiba terlintas sebuah ide dibenakku, sepertinya ini akan berhasil. Ketika aku dan Sunghee berpapasan dengan Baekhyun sunbae, aku sengaja menyenggol Sunghee hingga menabrak namja itu.

Aku bersorak dalam hati ketika Sunghee berada dipelukan namja itu, haha berhasil! “Aaah, jeosonghamnida, sunbaenim! Aku tidak sengaja!” seru Sunghee gugup lalu melirikku tajam. Hehe, mian, Sunghee-ya!

“Gwaenchana. Lain kali hati-hati ya jalannya, eng...” namja itu melirik kearah nametag Sunghee. “Cho Sunghee.” Aku terbelalak ketika tangan kanan Baekhyun sunbae bergerak menepuk-nepuk puncak kepala Sunghee pelan. Sunghee pun sama.

Ketika namja itu sudah pergi, Sunghee mematung diposisinya. “Ya! Sunghee-ya, gwaenchana?!” tanyaku panik. Tangannya bergerak perlahan menyentuh puncak kepalanya.

“Omo... Yoonji-ya,”

“Ne?”

“A–anniyo! Ayo kita ke kelas!” aku tersenyum geli lalu menarik tangannya menuju tangga.

# # # # #

Yoonji dan Sunghee tengah duduk disalah satu bangku yang ada ditaman belakang sekolah. Sepasang earphone terpasang ditelinga Yoonji dan Sunghee nampak sibuk membaca buku yang ada ditangannya seraya memakan bekal yang ada dipangkuannya.

“Ya, eodi?” tanya Yoonji ketika Sunghee bangkit dari duduknya.

“Aku ke toilet sebentar, gidaryeo!” gadis itu berlari kecil kearah koridor sekolah. Ketika Sunghee sudah tidak nampak, ia mengedarkan pandangannya ke sekitar. Benar-benar sepi. Murid-murid lebih tertarik untuk menghabiskan waktu istirahat di kantin atau taman utama sekolah, bukan taman belakang ini.

“Hoaaaaamm!” Yoonji terperajat ketika mendengar suara seorang pria. Iapun mencari asal suara tersebut.

Ternyata suara itu datang dari seorang pria berambut coklat madu yang sedang duduk bersandar pada sebuah pohon. Matanya setengah terpejam, seperti baru bangun tidur. Entah mengapa, Yoonji merasa tertarik untuk melihat tingkah pria itu.

Pria itu mengeluarkan sebuah amplop berwarna pink dari saku blazernya. Diamatinya amplop itu dengan tatapan malas. Yoonji semakin tertarik memperhatikannya.

Mata Yoonji terbelalak ketika amplop yang ada ditangan pria itu tiba-tiba terbakar dengan sangat cepat. Abunya pun terbang tertiup angin menyisakan sebuah kobaran api kecil yang melayang diatas telapak tangan pria itu.

Pyrokinetis. Ujar Yoonji dalam hati.

Setelah api ditelapak tangannya mati, ia bangkit lalu melangkah ke koridor sekolah. Tanpa sengaja ia menoleh kearah Yoonji yang masih terbelalak. Gadis itu makin terbelalak ketika pria itu sadar ia sedang mengamatinya.

Eotteokhae?! Apa dia akan marah-marah seperti Kim Joonmyun? Batin Yoonji panik. Pria itu melangkah mendekatinya.

“Apa kau melihatnya?” tanya pria itu datar.

“M–melihat apa?” tanya Yoonji balik. Ia mengatur nafasnya berusaha untuk tidak terlihat panik.

“Cepat katakan padaku kau melihatnya atau tidak.”

“Yoonji-ya! Mian, lama ya?–Omo! Kenapa Chanyeol sunbae bisa ada disini?” Yoonji dan pria itu menoleh bersamaan dan mendapati Sunghee menatap kearah mereka dengan pandangan heran.

“Mollaseo! Sunghee-ya, sebentar lagi bel, ayo kita ke kelas!” Yoonji menyambar kotak bekal Sunghee dan ponselnya cepat lalu menarik tangan gadis itu menuju koridor.

“Ya, wae keurae?”

“Anniyo. Kajja!”

# # # # #

Aku keluar dari mini-market dengan sekantung bahan-bahan makanan ditangan kanan. Sial, sudah malam! Kenapa Junho Oppa menyuruhku belanja sepulang les? Bahaya kan kalau yeoja keliaran malam-malam.

Tiba-tiba aku teringat sunbae yang bernama Chanyeol itu. Bagaimana kalau ia tau aku berkeliaran malam-malam dan mendatangiku tiba-tiba? Membunuhku dengan apinya? Andwae!

Kini kantung belanjaan sudah berpindah ke pelukanku. Aku mendongak ke langit dan melihat bulan sabit yang cukup terang. Wooaah, cantik sekali!

Sesuatu yang terang dihadapanku menarik perhatian. Tunggu, itu kan Baekhyun sunbae? Ia memejamkan mata sembari menghirup nafas dalam-dalam. Seiring dengan itu pula tubuh Baekhyun sunbae mengeluarkan cahaya.

Apa itu Lunarkinesis?

Namja itu membuka matanya lalu menoleh kearahku. Gawat! Aku ketahuan lagi!

“Annyeong!” sapanya sambil tersenyum ramah. Huft, seperti tidak terlalu berbahaya. “Temannya Cho Sunghee kan? Yang tadi?” aku mengangguk pelan. Ia mengusap tengkuknya lalu terkekeh. “Mengenai cahaya itu tadi–“

“Aku mengerti kok, sunbae. Tenang saja.” Potongku cepat. Keningnya mengerut heran.

“Apa maksudmu?”

“Itu tadi, Lunarkinesis, kan?”

“Darimana kau tau?”

“Mm, Lee Hwansang Harabeoji. Beliau memberitahu keluargaku banyak hal tentang kalian, tapi hanya berenam. Jadi jangan tanya apapun lagi padaku, aku tau semua tentang kalian.” Baekhyun sunbae tertawa kecil mendengar penjelasanku. Huft, tidak seperti Kim Joonmyun.

“Arraseo. Lagipula kau juga tidak terlihat berbahaya. Apa kau bisa melihat tato-ku disini?” ketika ia menunjuk lehernya muncullah simbol berbentuk bintang yang sama persis dengan yang dibuku jurnal Harabeoji.

“Ne. Bintang kan?”

“Oh iya, kita belum berkenalan. Lee Hwansang memberiku nama Byun Baekhyun. Neo?”

Harabeoji memberiku nama Lee Yoonji.” Balasku sembari menjabat tangannya. Dia benar-benar ramah. Lalu ia menoleh kearah bulan dan menatapnya dengan wajah bahagia.

“Aku pernah bertemu dengan salah satu teman sunbae, namanya Kim Joonmyun.” Ujarku sambil ikut memandang bulan sabit yang indah itu.

“Joonmyun hyung? Kapan?”

“Kemarin. Dia benar-benar menyebalkan. Ketika aku membicarakan tentang Pohon Kehidupan, dia langsung marah-marah.” Jelasku singkat. Beberapa detik kemudian aku membungkam mulutku. Aigoo, kenapa aku bisa lupa? Pemilik Lunarkinesis juga tidak suka membahas hal itu!

“Pohon Kehidupan? Maksudmu tentang takdir kami, begitu?” aku melirik kearah Baekhyun sunbae takut-takut. “Kalau tidak salah tadi aku dengar dari mulutmu sendiri kalau kau tau semua tentang kami, lalu kenapa kau membicarakan hal itu didepanku?”

“Err, mianhae, sunbae! Aku lupa.”

“Sebaiknya kau cepat pergi dari sini sebelum aku mengamuk. Cahayaku sangat menyakitkan, kau tau? Dia bisa membuatmu buta sekarang juga.”

“M–mianhae, Baekhyun sunbae! Mianhae!” lagi-lagi aku ceroboh. Yoonji ppabo!

Baru saja aku akan melangkah menjauh, Baekhyun sunbae berkata lagi, “oh iya, Cho Sunghee temanmu itu...” ia menggantungkan kalimatnya. “manis juga. Tolong sampaikan salam manisku padanya.” Ia tersenyum sekilas lalu memasang wajah datar lagi. Tubuhnya mulai bersinar tanda aku harus cepat-cepat pergi dari situ.

“Ah, arraseo! Akan aku sampaikan! Annyeong, sunbae!”

Aish! Padahal aku mau bertanya tentang sunbae yang bernama Chanyeol itu!

# # # # #

“Kau menemukan mereka lagi?” ulang Junho ketika Yoonji menceritakan pertemuannya dengan pemilik Pyrokinetis dan Lunarkinesis hari ini.

“Ne, dan semuanya tidak berjalan mulus. Menyebalkan.” Jawab gadis itu lalu memasukkan sepotong daging ke dalam mulutnya.

“Tapi, kau tau nama mereka?”

“Hmm, yang satu dia memperkenalkan dirinya padaku, namanya Byun Baekhyun. Tapi yang satu lagi, belum sempat, tapi yang aku tau dia bernama Chanyeol.”

“Dua-duanya sunbae-mu disekolah?” Yoonji mengangguk menjawab pertanyaan kakaknya itu. Junho hanya mengangguk-angguk lalu melanjutkan makannya.

“Hmm, aku juga keturunan Harabeoji, berarti aku juga bisa melihat kan?” tanya Junho tiba-tiba membuat Yoonji mengerutkan keningnya.

“Itu pasti, Oppa. Waeyo?”

“Kemarin, aku bertemu dengan seorang namja baby face, dia tersenyum ramah padaku dan aku sempat melihat tato dilehernya. Tapi, karena aku tidak hafal jadi aku tidak yakin.”

“Apa Oppa masih mengingat bentuk tatonya?” tanya Yoonji penasaran. Junho berpikir keras mengingat kejadian kemarin.

“Hmm, kalau tidak salah, bentuknya seperti gambar salju seperti yang digambar orang-orang, tapi tidak sama persis.” Junho menoleh pada Yoonji. “Jurnal Harabeoji ada padamu kan? Ayo kita cari!”

Yoonji mengangguk lalu berjalan ke kamarnya. Tidak lama kemudian ia kembali dengan sebuah buku ditangan kanan. Tanpa menunggu lama, mereka langsung membuka halaman-halaman dibuku itu. Mencari yang dimaksud oleh Junho.

“Ini dia!” ia menunjuk sebuah simbol yang sama persis dengan yang dilihatnya kemarin.

“Cryokinesis?”

“Iya bentuknya seperti ini! Kalau aku bertemu dengannya lagi, aku akan bertanya langsung padanya.”

“Apa Oppa yakin akan bertemu lagi dengannya?”

“Tentu saja, kami kan satu kampus.”

“Saling kenal?”

“Anniyo. Hanya saja, ia cukup terkenal disekolah.”

“Tau nama?”

“Anni. Kau tau sendiri kan, Oppa-mu ini tidak pernah peduli dengan hal-hal yang seperti itu.”

“Lalu, kenapa Oppa tau kalau ia cukup terkenal disekolah?”

“Teman-teman yeojaku sering membicarakannya.” Junho mulai kebingungan menjawab pertanyaan adiknya itu.

“Berarti Oppa peduli, buktinya Oppa ingat siapa yang dibicarakan teman-teman yeoja Oppa.” Balas Yoonji membuatnya semakin terpojok.

“Aish, jinjja! Cepat habiskan makananmu lalu tidur!”

# # # # #

“Baekhyun sunbae? Kau mengenalnya?” tanya Sunghee dengan mata terbelalak. Aku mengangguk santai.

“Ne, baru berkenalan kemarin. Tidak sengaja bertemu dijalan.”

“Lalu apa maksudmu, ‘salam manis dari Baekhyun sunbae’?” tanya Sunghee yang wajahnya mulai memerah. Aigoo, sahabatku ini memang gampang tersipu.

“Dia bilang begini, ‘temanmu itu manis juga. Tolong sampaikan salam manisku padanya.’. Begitu katanya.”

“Jeongmal?! Kyaaaaaaaaa!! Yoonji-ya, gomawooo!!!!!” Sunghee memelukku erat sampai aku tidak sempat bernafas.

“Ya! Sunghee-a, hentikan!” yeoja itu akhirnya melepaskan pelukannya dengan cengiran tanpa rasa bersalah.

“Lalu Baekhyun sunbae bilang apalagi?”

“Hanya itu.” Sunghee mengerucutkan bibirnya lalu menunduk menatap layar ponselnya. Hmm, sepertinya ada pesan masuk. Aku coba mengintip sedikit.

From : Park Chanyeol

Sunghee-ya, bisa kita bertemu sebentar?

Ditaman belakang. Sekarang.

Park Chanyeol? Park Chanyeol! Chanyeol sunbae, pemilik Pyrokinetis itu! Sunghee mengenalnya?

“Yoonji-ya, aku ke toilet sebentar ya.” Sunghee tersenyum tipis padaku lalu berjalan keluar kelas. Aku rasa, aku harus mengikutinya.

Karena rasa penasaran yang tinggi, aku benar-benar mengikuti Sunghee yang mengarah ke taman belakang sekolah. Bukan toilet. Sesampainya ditaman, ia menghampiri dua orang namja, yang satu sedang duduk bersandar disebuah pohon, dan yang satu lagi sedang berdiri disampingnya. Tunggu, itu kan Chanyeol sunbae dan Baekhyun sunbae?

“Ada apa memanggilku, sunbae? Dan, kenapa Baekhyun sunbae ada disini?” tanya Sunghee yang terdengar gugup. Apa mungkin karena kehadiran Baekhyun sunbae?

“Lho? Cho Sunghee? Kau mengenal Chanyeol? Ya! Kenapa kau tidak pernah bilang padaku kalau kau mengenal yeoja ini, huh?!” Baekhyun sunbae meninju lengan Chanyeol sunbae pelan. Namja itu tidak menjawab melainkan bangkit dan menatap Sunghee tajam.

“Temanmu yang kemarin itu, namanya siapa?”

“Teman yang kemarin? Apa maksud sunbae Lee Yoonji?” tanya Sunghee bingung. Baekhyun sunbae terbelalak begitu pula aku, karena namaku lah yang disebut.

“Lee Yoonji? Aku bertemu dengannya kemarin, daan... dia mengetahui rahasiaku.” Seru Baekhyun sunbae. Rahasia yang dimaksud adalah Lunarkinesis itu?

“Rahasia apa, sunbae?”

“Ah? Anniyo. Kau tidak boleh tau, hehe!”

“Tenang saja, Sunghee tau tentang kita. Kedua Oppa-nya adalah kawanan kita.”

“Mwo? Kau tau? Jadi, kau tau Chanyeol memiliki Pyrokinetis? Dan, apa Oppa-mu adalah dua orang yang saat ini belum kita temukan?”

“Baekhyun sunbae juga? Baekhyun sunbae salah satu diantara 12 orang itu? Omo...” betapa terkejutnya Sunghee begitupun juga aku. Bedanya, kami terkejut bukan karena hal yang sama.

“Bagaimana bisa Sunghee mengetahui semua itu? Dan kedua Oppa-nya itu..., bagaimana bisa?”

# # # # #

 

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK