home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > When The First Snow Fall

When The First Snow Fall

Share:
Author : rzkicha16
Published : 23 Jan 2014, Updated : 28 Jan 2014
Cast : Baekhyun, Han Goo Eun/You
Tags :
Status : Ongoing
0 Subscribes |8149 Views |1 Loves
When the First Snow Fall
CHAPTER 4 : Baekhyun The Cold Captain

Namanya Baekhyun. Namja berwajah tampan dan berkulit bersih itu adalah ketua kelasku. Aku tidak pernah menduga kalau ada orang dari SMA ku menginjakkan kaki di studio ini, apalagi teman sekelasku. Selama ini aku berusaha menutup rapat tentang hal ini baik dari teman-teman maupun keluargaku.

Hal pertama yang ingin aku lakukan detik ini juga adalah melarikan diri. Baekhyun masih menatapku dengan ekspresi penuh tanya. Aku hanya bisa mematung, menggigit bibir bawahku sambil berpikir, haruskah aku jujur padanya? Apakah orang ini bisa menjaga rahasia?

“Ya! Han Goo Eun! Kenapa kau tidak menjawabku?” tampaknya Baekhyun kesal karena aku terlalu lama mematung di depannya.

“Ya! Kenapa kau berteriak padaku? Ini tidak seperti yang kamu kira,” aku jadi ikut-ikutan kesal karena dia sudah meneriakiku.

“Apa maksudmu?”

“Bukan apa-apa. Ini bukan urusanmu.” Aku membalikkan badanku dan berjalan ke arah pintu untuk keluar.

Baekhyun menarik tanganku,”Han Goo Eun…kenapa kau jadi marah?” Baekhyun merendahkan nada bicaranya, seperti merasa bersalah karena telah membuatku kesal.

“Ada ribut-ribut apa ini?” tiba-tiba sesosok namja tinggi berjalan k earah aku dan Baekhyun. Aku menoleh kearahnya dan aku melihat sosok tampan Woo Bin oppa mendekat ke arahku, ekspresinya seperti tidak senang.

“Oppa…bukan apa-apa. Kebetulan aku bertemu dengan teman sekelasku,” aku melirik Baekhyun dan dengan cepat menepis pergelangan tanganku dari genggamannya.

Woo Bin oppa menatap Baekhyun dengan tatapan tidak bersahabat.

“Apakah dia kasar kepadamu?” tanya Woo Bin oppa kepadaku.

Aku membuka mulut untuk menjawab, tetapi aku kalah cepat dengan Baekhyun,”Aku tidak kasar kepadanya. Dialah yang pertama bermain kasar terhadapku—dia membuka pintu dengan tidak hati-hati sehingga kepalaku jadi terbentur.” Aku menggigit bibir bawahku. “Tadi aku cuma bertanya mengapa dia ada disini, kemudian dia langsung marah,” tambah Baekhyun.

“Goo Eun kesini untuk mencariku. Dia datang karena dia sudah berjanji padaku. Bukankah penjelasan itu sudah cukup jelas?” Woo Bin oppa kemudian menarik tanganku dan mengajakku ke dalam, meninggalkan Baekhyun yang masih berdiri di depan pintu.

***

Keesokan harinya aku berangkat ke sekolah dengan perasaan kalut. Masih terbayang di benakku ekspresi Baekhyun yang Nampak tersinggung karena sikapku yang tidak ramah terhadapnya. Kuakui aku sudah bersikap kasar. Ada dua kesalahan yang aku lakukan kemarin. Yang pertama, aku membuat kepalanya terbentur daun pintu, dan yang kedua, aku lari begitu saja dari masalah—ya, lari dari kenyataan bahwa aku sudah tertangkap basah olehnya.

Dalam hati aku menebak-nebak, apa yang dipikirkan Baekhyun ketika menemukanku di studio? Apakah dia langsung menarik kesimpulan bahwa aku adalah anggota teater disana?

Sepertinya hari itu takdir sedang tidak berpihak padaku. Saat aku memasuki gerbang sekolah, aku melihat Baekhyun berjalan dengan tegap dan santai memasuki gerbang sekolah. Seketika aku menundukkan kepala karena tidak ingin Baekhyun menyadari kehadiranku didekatnya. Kusisir rambut panjangku yang tidak aku ikat ke arah depan menggunakan tangan agar menutupi bagian pinggir wajahku.

“Ehm,” kudengar Baekhyun membersihkan tenggorokannya. Dia juga tidak menyapaku. Kupandangi langkah kakinya dan kudapati dia mempercepat langkahnya menuju kelas. Aku berjalan di pelan di belakangnya, berusaha agar aku dan dia tidak berjalan beriringan.

Sepanjang jam sekolah tidak ada guru yang masuk untuk mengajar, karena kami baru saja menjalani ujian kenaikan kelas. Aku melihat sekeliling kelas dan mendapati teman-temanku yang asik membaca komik, menonton film di tablet mereka, atau melipat tangan mereka di atas meja dan menyandarkan kepala mereka di atasnya.

Deg! Tiba-tiba mataku bertemu dengan mata Baekhyun yang balas menatapku. Seketika dia bangun dari tempat duduknya, lalu berjalan ke arahku.

Othokae? Aku berusaha menenangkan pikiranku.

Baekhyun terus berjalan ke arahku.

Lima langkah lagi, dia akan tepat berada di depanku.

Tidak, jangan.

Aku menutup mataku dengan telapak tanganku dan kupasang telingaku baik-baik untuk mendengar suara sekecil apapun yang menandakan dia berada di dekatku. Tetapi suaranya tak kunjung ku dengar. Aku menurunkan tangan yang menutupi wajahku dan melihat Baekhyun berdiri di depan meja setelah mejaku, sedang berbicara dengan seorang yeoja cantik berambut cokelat sekaligus teman dekatku, Yoonjo.

***

“Goo Eun-ah, kau tahu? Hari ini aku merasa bahagia. Pertama kalinya dalam hidupku selama sekolah disini, aku mengobrol dengan Baekhyun.” Yoonjo berkata kepadaku tepat setelah aku dan dia duduk di meja kafetaria.

Aku tersedak. Cola yang baru saja aku teguk muncrat berhamburan membasahi rok pendekku.

“Ya, gwenchana?” tanya Yoonjo dengan nada khawatir.

“Gwenchana,” aku meyakinkannya dengan tersenyum. “Ehm…apa yang kau bicarakan dengan Baekhyun?”

Yoonjo kembali melanjutkan ceritanya yang sempat terputus akibat insiden tersedakku,”Banyak! Pertama-tama dia menyapaku. Lalu aku balas menyapanya. Dia juga menanyakan kemana saja aku pergi kemarin sore. Aku bilang aku tidak pergi kemana-mana. Lalu obrolan kami mengalir begitu saja. Kami membicarakan hobi, makanan kesukaan, film favorit, dan lain-lain. Tapi, Goo Eun-ah—,” Yoonjo berhenti berbicara dan memicingkan mata,”Kenapa dia tiba-tiba begitu ramah kepadaku dan menanyakan hal-hal pribadi seperti itu?”

“Maksudmu?”
“Aku hanya tidak mengerti, mengapa tiba-tiba Baekhyun menanyakan begitu banyak hal kepadaku tadi. Bagaimana menurutmu, Goo Eun?”

Aku menggaruk-garuk kepalaku yang tidak gatal, ”Ehm..mungkin karena dia menyukaimu?” kataku sangsi.

Yoonjo meledak tertawa mendengar jawabanku. “Aku akan merasa sangat senang kalau dia benar-benar menyukaiku. Tapi aku rasa tidak. Ada sesuatu di balik sikap ramahnya tadi, tapi aku tidak tahu apa itu.”

Aku meringis dalam diam. Mungkinkah Baekhyun menginterogasi Yoonjo untuk tahu tentang apa yang sebenarnya aku lakukan di studio kemarin sore? Aku sedikit merasa geli membayangkan hal itu. Ada sedikit rasa bangga yang merasuk di pikiranku, yaitu bangga karena seorang Baekhyun yang termasuk namja populer menaruh rasa penasaran terhadapku.

Sebelum insiden kemarin, mungkin aku bukanlah siapa-siapa baginya. Selama ini Baekhyun dikelilingi oleh murid-murid populer di sekolah kami. Orang-orang biasa seperti aku dan Yoonjo mungkin hanya sempat bertukar kata dua kali setahun dengannya.  Hanya sedikit yang aku tahu tentang Baekhyun—atau mungkin aku tidak tahu apa-apa tentang dia. Yang aku tahu hanyalah dia tampan, pintar, dan punya julukan ketua kelas yang dingin.

Tiba-tiba aku memecah keheningan dengan berkata, “Apa kamu punya nomor handphone Baekhyun?” Pertanyaanku kali ini malah membuat Yoonjo yang giliran tersedak cola.

***

Hari ini aku lelah menghindari Baekhyun. Aku sangat malu untuk berhadapan dengannya. Aku merasa kesalahan semuanya datang padaku. Setelah aku pikir-pikir, Baekhyun memang tidak salah. Akulah yang bersalah.

Situasi ini sungguh tidak nyaman bagiku. Hubunganku dengan Baekhyun seharusnya tidak memburuk seperti ini. Hubunganku dengan ketua kelasku itu seharusnya berjalan seperti biasa, seperti tidak saling peduli satu sama lain.

Aku sangat ingin meminta maaf padanya atas kejadian kemarin tetapi aku tidak tahu bagaimana caranya memulai. Aku sudah mendapatkan nomor handphone Baekhyun dari Yoonjo tapi aku bimbang harus menghubunginya atau tidak.

Aku bangkit dari tempat tidur dan berjalan melintasi kamar menuju meja belajar. Kuambil handphone ku, menatap layar yang menampilkan nama Baekhyun di list kontak. Haruskah aku menghubunginya?

Akhirnya aku memutuskan untuk menghubunginya.

Dia tidak mengangkat teleponku. Ku sambung lagi, tetapi dia tetap tidak mengangkat teleponku.

Ah sudahlah, mengapa aku harus menganggap masalah ini besar? Anggap saja insiden kemarin tidak pernah terjadi, dan besok aku bisa bersikap biasa kepadanya seperti dulu.

Kutatap jam weker di meja yang sudah menunjukkan jam sepuluh malam. Waktunya tidur, pikirku. Aku menarik selimut dan menggeliat di atas kasurku yang sejuk.

Drrrtt…drrtt…handphone ku bergetar tanda ada sms masuk, dari Baekhyun.

Ada apa?

Dia mungkin tidak tahu siapa yang meneleponnya tadi karena dia mungkin tidak menyimpan nomorku.

Aku pun mengetik balasan. Kau tahu aku ini siapa?

Drrrtt….handphone ku bergetar lagi dan dia membalas: Han Goo Eun.

Daebak. Kau ternyata memiliki nomorku.

Wajar, karena aku ketua kelas.

Oh, baiklah.

Kenapa tadi kamu meneleponku?

Inilah saatnya, pikirku. Aku harus minta maaf saat ini juga supaya rasa bersalah ini cepat menguap dari pikiranku.

Aku ingin minta maaf tentang peristiwa kemarin. Aku tidak bermaksud marah padamu, dan…maaf untuk insiden pintu itu… Apakah kau mau memaafkanku? Ketua kelas ^^

Kusisipkan emoticon senyum di akhir kalimatku dengan perasaan geli campur jijik—lebih tepatnya aku jijik dengan diri sendiri karena harus menambahkan emoticon seperti itu.

Aku bukanlah seseorang yang gampang memaafkan orang lain. Jika kau ingin minta maaf, besok temui aku di perpustakaan saat istirahat makan siang.

Aku mendesah saat membaca balasan smsnya. Seharusnya aku tahu dari awal bahwa Baekhyun bukanlah orang yang mudah untuk didekati. Seharusnya aku tidak mencari masalah dengannya dari awal. Tapi itu semua bukan salahku, kan? Itu adalah sebuah kebetulan bahwa aku dipertemukan olehnya di tempat yang salah dan di waktu yang salah...

 

 

-TO BE CONTINUED-

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK