home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Be A Maid

Be A Maid

Share:
Author : mumutaro
Published : 23 Jan 2014, Updated : 07 May 2014
Cast : Bigbang, fictional character
Tags :
Status : Complete
1 Subscribes |36939 Views |6 Loves
Be A Maid
CHAPTER 1 : Birthday Suprise

Lima menit sebelum jam dua belas malam. Dalam gelap, Yuri masih duduk sendirian di depan jendela kamar super besar yang seakan seperti dinding kaca. Ia menatap lampu-lampu yang menyala di malam hari di luar sana yang begitu indah, juga bintang-bintang yang berkelip di langit gelap itu.

            Rasanya begitu sunyi senyap sampai dering handphone terdengar, bahkan lebih nyaring dari biasanya. “Hallo..? Kakak!” Yuri kegirangan menerima telepon dari Young Bae, kakak laki-laki Yuri menelponnya dari Amerika. “Happy birthday my lovely sister...” kata si penelpon.

            “Thank you so much... aku senang ternyata kau ingat,” ujar Yuri. “Tentu saja! Kenapa tengah malam begini kamu belum tidur...?” tanya Young Bae. “Kalau sekarang aku tidur mana mungkin aku bisa menjawab teleponmu, oh ya, kapan kau akan pulang? Aku sduah merindukan kakak,”

            “Mmm... mungkin masih dua tahun lagi...”

            “Hah? Dua tahun? Itukan lama sekali!!!” protes Yuri.

            “ Harusnya kau yang ke sini!”

            “Seandainya aku bisa aku pasti sudah di sana!”

            “Ah sudahlah, kau sekarang sudah berusia dua puluh tahun, jangan manja seperti anak kecil terus ya! Hehehe,”

            “Ah, kau sendiri juga masih seperti anak kecil! Seenaknya saja,”

            “Hah, aku? Mana mungkin! Ah sudahlah, aku masih sibuk sekarang, besok aku akan menelponmu lagi ya... oh ada satu lagi, Ayah bilang... di hari ulang tahunmu kau boleh membeli apa saja yang kau mau, gunakan saja kartu kreditmu sesuka hati. Mm... hanya itu saja sih,”

            “Oh,” kata Yuri pelan. “Hey! Ini kan hari ulang tahunmu! Kau harus semangat! Semangat yah!!”

            “Hahah, iya aku tahu. Aku... cuma... agak ngantuk,”

            “Sudah ya, love you!” lalu sambungan telepon terputus. “Love you too kak,” balas Yuri saat terdengar nada telepon putus. Ia termenung lagi di kegelapan kamarnya, terus memandangi pemandangan luar dengan hampa. Tanpa terasa pagi pun tiba.

            Yuri keluar dari kamarnya. Di waktu sepagi ini ia sudah siap dengan gaun berwarna hitamnya yang mahal. Rambutnya yang ikal kecoklatan diurai sampai sepanjang bahu. Berbeda sekali dengan hari-hari sebelumnya, ia selalu susah bangun pagi atau menyuruh-nyuruh pelayan walau masih di atas tempat tidur.

            Hari ini memang spesial untuknya, karena ini hari ulang tahunnya. Mungkin hari ini sangat ditunggu-tunggu oleh Yuri, tapi tidak oleh para pelayannya. Hari ulang tahun Yuri bisa menjadi kiamat kecil bagi mereka, karena mereka harus menyiapkan berbagai makanan enak, pesta, juga layanan yang lebih ekstra dari biasanya. Dan itu artinya Yuri bisa lebih galak dari hari-hari sebelumnya.

            Pagi ini saja di meja makan sudah terdapat aneka macam makanan yang sekilas seperti makanan yang disajikan di hotel-hotel berbintang. Para pelayan telah berbaris rapi untuk menyambut Yuri dan mengucapkan selamat ulang tahun.

            “Selamat ulang tahun nona Yuri,” kata Kepala Pelayan sambil membungkuk dan diikuti oleh pelayan-pelayan lainnya. Mereka tersenyum lebar dan terlihat begitu bahagia, tidak seperti Yuri yang terlihat murung.

            “Ada apa dengan nona? Apa nona tidak suka makanan-makanan ini? Akan saya ganti dengan yang baru,” tanya Kepala Pelayan. Pelayan-pelayan di sana tampak khawatir, dulu Yuri pernah memecat salah satu juru masak hanya karena telur yang ia masak kurang matang, mereka takut itu akan terjadi lagi.

            “Tidak perlu, kalian saja yang habiskan semua ini,” kata Yuri tanpa minat. Pelayan-pelayan itu terkejut mendengarnya, bercampur perasaan senang juga lega bukan main, kapan lagi mereka makan-makanan mewah seperti ini dan tidak ada ancaman dipecat. Tanpa berkata lagi Yuri beranjak dari kursinya dan berjalan keluar rumah.

            “Selamat pagi, nona Yuri,” sapa seseorang di teras rumah. “Eh, Pengawal Choi kau mengagetkanku,” kata Yuri yang sedikit terkejut melihat kepala pengawalnya sudah siaga di depan rumah. Tak hanya pengawal Choi yang sudah siaga di situ, beberapa pria dengan setelan jas  dan kacamata hitam juga sudah berbaris rapi. Namun di antara semua orang-orang itu pengawal Choi terlihat berbeda di antara mereka semua, selain karena pengawal Choi adalah ketua, ia juga mempunyai kesan sebagai pria misterius, pandangan matanya tajam, jarang tersenyum, juga jarang bicara.

            “Jadi...hanya selamat pagi saja yang kau ucapkan?” tanya Yuri tanpa memandang pengawal Choi di sebelahnya. Pengawal Choi tampak sedikit bingung. “Haah... kau bahkan tidak tahu kalau hari ini adalah ulang tahunku,” Yuri kecewa.

            “Oh... maaf Nona, aku... tidak ingat. Selamat ulang tahun,” pengawal Choi tersenyum. Yuri tersenyum sedikit mendengarnya, tapi sedetik kemudian ia lagi memasang wajah sombongnya. “Hari ini aku akan pergi,” ujar Yuri.

            “Mobil telah siap untuk nona Yuri,” dihadapan Yuri telah siap sebuah mobil mewah.

            “Karena hari ini adalah ulang tahunku... aku ingin sesuatu yang berbeda. Aku ingin jalan-jalan tanpa mobil pribadi.”

            “Apa?” pengawal Choi terkejut.

            “Kenapa? Aku juga tidak mau diikuti oleh mereka!” Yuri menunjuk ke arah barisan pengawal yang siaga sejak tadi itu. “Pengawal Choi, kau saja yang temani aku jalan-jalan... ya?”

            “Hah?”

            “Kenapa? Kau tidak mau? Kalau tidak mau aku akan pergi sendiri!” Yuri mulai marah lagi. Pengawal Choi terdiam sejenak. “Mm... baiklah. Anggap saja ini hadiah ulang tahun dariku..” ujarnya kemudian. Sekali lagi keinginan Yuri terpenuhi.

            Mungkin hari ini adalah hari pertama bagi Yuri bisa bepergian tanpa mobil mewahnya, juga gerombolan pengawal berjas yang kelihatannya saja keren, tapi cukup mengganggu, dan Yuri sangat membenci mereka. Atau... jangan-jangan kecuali pengawal Choi?

            Pengawal Choi telah menerima permintaan Yuri untuk menemaninya jalan-jalan berkeliling kota naik bus dan berbelanja di mall. “Kenapa nona tidak membeli baju di butik?” tanya pengawal Choi sedikit heran melihat Yuri hanya membeli t-shirt dan beberapa pakaian lain yang jauh dari kesan mewah dan mahal itu. Membeli barang murah begitu memang sangat di luar kebiasaan Yuri.

            “Oh.. tidak apa-apa. Mmm... sepertinya kau juga harus membelikanmu baju baru?” Yuri menatap pengawal Choi di sebelahnya yang masih menggunakan seragam lengkapnya. Mungkin itu sedikit mengganggu perasaan Yuri yang seperti menjadi pusat perhatian di tengah keramaian mall. “Mm.. sepertinya tidak perlu,” jawab pengawal Choi karena tidak enak hati.

            “Hey... Kalau aku bilang harus ya harus!” Yuri memaksa. Tak lama kemudian pengawal Choi terlihat berbeda dengan menggunakan kemeja barunya. Yuri tertawa. “Hahahaha... lebih bagus dari yang kukira..., sekali-kali kau harus begini,” dan pengawal Choi pun hanya tersenyum simpul menyembunyikan kekesalannya sambil menemani Yuri berkeliling lagi. Tapi kali ini Yuri kembali terlihat murung, entah apa yang sedang mengganggu perasaannya saat ini.

            “Eh... nona? Apa nona baik-baik saja?” tanya pengawal Choi yang khawatir melihat Yuri yang seperti itu. “Hah? Tidak,...” ujar Yuri singkat, dan tanpa memandang ke arah Pengawal Choi lagi seperti biasanya. Entah kenapa, satu-satunya orang yang jarang ia pandangi hanyalah pengawal Choi, dibandingkan dengan pelayan atau pengawal lainnya.  

            “Mmm...Pengawal Choi, sepertinya aku harus ke toilet,” kata Yuri pelan. “Baiklah,” ucap pengawal Choi dan segera mengikuti Yuri menuju toilet wanita di dekat situ. “Apa kau harus mengikutiku terus?” protes Yuri, “tunggu saja sebentar di sana,” ia menunjuk sebuah bangku di pojok mall, di antara berbagai barang yang dipajang di  sana. Mau tidak mau pengawal Choi pun mematuhi perintah Yuri lagi.

            “Sialan, dia mengikutiku terus!” ujar Yuri sambil membasuh tangannya di wastafel. Ia memandang dirinya sendiri di cermin beberapa saat. “Kalau kulakukan ini apa akan berhasil?” ia tampak ragu akan dengan rencana-rencana yang ia pikirkan semalaman suntuk. “Yuri? Kau yakin dengan ini?” dia bicara pada sosok di cermin itu lagi. Dan beberapa detik kemudian ia memantapkan dirinya, lalu ia segera mengganti gaun hitamnya dengan pakaian-pakaian yang baru saja ia beli tadi, t-shirt, rok selutut, dan jaket abu-abu. Tak lupa ia menguncir rambut ikalnya, di kiri dan kanan.

            “Ah... Aku jadi tampak konyol pakai baju ini, apa mungkin pengawal Choi tidak akan mengenaliku dengan penampilan ini ya?” Yuri mengintip dari balik pintu toilet itu. Pengawal Choi sedang didekati oleh beberapa wanita yang menawarkan barang, dan tampaknya pengawal Choi sedikit kerepotan mengusir mereka dengan halus.

            Yuri tertawa dalam hati melihatnya. “Bagus, ini kesempatanku.” Dengan sigap Yuri keluar dari toilet itu dan berbaur dengan para pengunjung mall lainnya. Sambil sesekali melirik ke arah pengawal Choi yang belum menyadari keberadaannya, Yuri terus berjalan hingga keluar mall.

            Yuri pun menghela nafas setelah apa yang dilakukannya tadi sambil menatap pintu keluar mall.  “Maafkan aku pengawal Choi,” ia membungkuk seolah pengawal Choi sedang dihadapannya. Namun entah bagaimana ternyata pengawal Choi terlihat keluar dari mall dengan wajah panik diantara orang-orang di sana. Ia sudah menyadari kalau Yuri kabur.

            “Ya ampun dia tidak sebodoh yang aku kira,” Yuri panik dan segera pergi lagi sambil menyembunyikan kepalanya dibalik hoodie jaketnya.

a

            Kerumunan yang sebagian besar wanita itu sudah berkumpul sejak tadi di pelataran mall, tepatnya di depan panggung bertuliskan “Pagi yang Cerah bersama Kwon Ji Yong J”. Mereka tetap bersemangat walaupun sinar matahari mulai menyilaukan mata dan panas. Host di panggung kecil itu juga tetap bersemangat menyambut wanita-wanita yang sudah menunggunya sejak tadi. “Apa kabar semua....! Apa kalian siap bertemu dengan Ji Yong??” si pembawa acara membuat wanita-wanita itu histeris tidak sabar. Tak lama kemudian, pria yang dimaksud naik ke atas panggung itu dengan wajah ceria, ia pun memberi salam kepada para pengunjung yang datang hingga membuat mereka semakin histeris dan meneriakkan namanya,”Ji Yong!! Ji Yong!!”

            “Halo, selamat pagi semua... terima kasih sudah datang di acara ini,” pria tampan bernama Ji Yong itu langsung memberi salam pada fans-fansnya. Kerumunan yang mengelilingi panggung itu pun mulai bertambah banyak, sebagian memang fans Ji Yong, dan sebagian yang lain mungkin hanya kebetulan lewat dan ingin tahu ada apa di situ.

            “Sialan..! Handphoneku bergetar terus!” Yuri tampak gelisah di antara para penggemar Ji Yong yang ramai. Ia semakin takut kalau pengawal Choi akan menemukannya. Ia lalu berlari lagi, kali ini ke arah belakang panggung yang sedikit sepi. Yuri mengeluarkan handphone dari tasnya. Dan memang benar, pengawal Choi tidak henti-hentinya membuat handphonenya bergetar.

            “Kumatikan saja!” Yuri mematikan handphone. “Apa dengan begini akan berhasil, bagaimana kalau dia bisa melacakku?” Yuri kembali kebingungan. “Aku buang saja benda ini!” tanpa pikir panjang handphone mahal itu sudah berada di dalam tempat sampah.

            Yuri ingin kembali di kerumunan fans Ji Yong di dekat sana. Tapi ternyata pengawal Choi sudah berada tak jauh dari tempat itu, entah karena memang mencari Yuri, atau sedikit ingin tahu ada event apa di sini. “Kenapa dia bisa ada di mana-mana? Aku benar-benar tidak bisa meremehkan pengawal terlatih seperti dia!”

            Yuri semakin frustasi. Entah apa yang membuatnya melarikan diri seperti ini. Di saat ia benar-benar kacau ia melihat sebuah tenda di belakang panggung dengan tulisan besar “Dilarang Masuk!”. Apa boleh buat mungkin hanya tempat itu lah yang paling aman untuk menghindar dari pengawal Choi yang bermata tajam itu.

            “Tempat apa ini? Tidak ada orang...” Yuri memasuki tenda kecil yang penuh dengan baju-baju yang bergantungan. “Semoga pengawal Choi tidak akan menemukanku di sini... Oh Tuhan... jauhkan dia dari sini...” Yuri berdoa di balik baju-baju yang bergantung itu.

            “Huh! Dasar para wanita itu berisik sekali!” ujar seseorang yang tiba-tiba masuk tenda sambil menggerutu. “Aku tidak mau datang ke acara out door lagi! Benar-benar panas!” ia marah-marah.

            Yuri masih bersembunyi. Ia bingung, apa sekarang saatnya ia keluar, atau jangan-jangan ia bisa dituduh yang tidak-tidak jika masih di sini. “Maaf, aku cuma lewat, aku akan pergi,” Yuri memberanikan diri untuk muncul dihadapan pria yang tadi masuk.

            “Heh, siapa yang menyuruhmu pergi!” kata pria itu yang belum pulih dari badmoodnya. “Hah, kenapa?”

            “Mana minumanku! Mana! Cepat!” perintahnya pada Yuri. Apa-apaan orang ini langsung menyuruhku ambilkan minum, memangnya dia siapa!! Yuri menggerutu dalam hati. Tapi walau begitu ia tetap merogoh ke tasnya, ada satu kaleng soda yang ia punya.

            “Ini!” Yuri menyodorkan pada pria itu.

            “Apa ini! Aku tidak suka soda! Ini tidak baik untuk kesehatan tahu!” pria itu marah-marah.

            “Apa?” Yuri mulai emosi.

            “Dasar bodoh! Buatkan aku teh!”

            “Hey! Membuat teh di tempat seperti ini, kau gila atau apa, kau ini siapa aku tidak tahu, memangnya aku pembantumu!!” kata Yuri.

            “Heh, kau tidak tahu siapa aku?”

            “Tidak!”

            “Ji Yong!” seorang pria berjas rapi tiba-tiba masuk ke tenda dengan tergesa-gesa. “Oh manager Kang.., tumben kau menemuiku,” ujar pria itu sambil tersenyum sinis, pria itu ternyata adalah Ji Yong, artis yang baru saja tampil, sedangkan pria yang tiba-tiba datang adalah Kang Daesung, manager dari agensi tempat Ji Yong tergabung.  “Karena kau membuat ulah lagi tentu saja aku harus menemuimu!” manager Kang menahan marah, “sekarang mana asistenmu?”

            “Kukira kau sudah tahu kalau dua jam yang lalu dia sudah kupecat?” Ji Yong santai.

            “Dasar kau ini...kau benar-benar memecatnya, lalu siapa ini?” manager Kang melihat ke arah Yuri yang berdiri kebingungan melihat keributan kecil itu. “Hah, tidak tahu. Mungkin asisten baru,” Ji Yong lagi-lagi bicara seenaknya.

            “Hah?” Yuri terkejut, kenapa ia tiba-tiba dianggap asisten. Sudahlah, sebentar lagi aku juga pergi dari sini, pikir Yuri kemudian. “Apa kabar, aku... ehmm... Yu-ri,..” Yuri memberi salam pada manager Kang.

            “Dasar bodoh, menyebutkan nama sendiri saja masih mikir!” ejek Ji Yong. Yuri hanya diam saja menahan marah. “Kalau kau memecat asistenmu lagi aku tidak akan mentolerir! Dalam satu bulan kau sudah berganti asisten tiga kali! Apa kau tidak tahu akibatnya?” manager Kang memberi peringatan. Ji Yong tetap tersenyum tidak peduli.

            “Tetap saja terserah aku, mereka kan bekerja padaku, aku yang membayar mereka, apa urusanmu!” Ji Yong berdiri, saling berhadapan dengan manager Kang. “Hey, kau, siapa namamu tadi, bawakan jasku!” perintah Ji Yong sambil menunjuk pada beberapa jas yang digantung.

            “Eh, tapi...”

            “Apanya yang tapi, aku harus segera ke lokasi pemotretan!” Ji Yong ternyata sangat galak dan kata-katanya mampu menggerakkan orang untuk mematuhinya.

            Mau tidak mau Yuri pun melaksanakan perintah Ji Yong, membawa beberapa jas seperti yang ia minta, dengan perasaan kesal sekaligus tidak tahu harus berbuat apalagi. Ia pun terpaksa mengikuti Ji Yong menuju mobilnya, dan saat itu beberapa fans wanita yang masih tersisa di sekitar acara tadi mulai memanggil Ji Yong dengan histeris, beberapa petugas mencegah mereka mendekati Ji Yong.

            Gawat kenapa ramai lagi, Yuri gelisah. Ia masih takut kalau pengawal Choi juga masih di sekitar situ. “Hah, kenapa dia masih di sini!” Yuri panik melihat pengawal Choi tak jauh dari situ, masih berusaha menemukan Yuri dengan matanya yang jeli itu.

             “Kau itu bicara dengan siapa? Sudahlah, pergi sana. Mana jasku,” Ji Yong meminta jasnya, tanpa rasa terimakasih sedikitpun padahal ia sudah seenaknya memerintah Yuri. Segera ia masuk ke mobilnya sebelum penggemarnya itu berhasil mengganggunya lagi. Namun ia membuka jendela mobilnya dan mencoba tersenyum ke arah mereka dengan terpaksa. “I love you all,” katanya.

            Yuri tidak sanggup berpikir jernih lagi, pengawal Choi cepat atau lambat pasti akan segera menemukannya kalau ia tak segera pergi jauh dari tempat ini. “A, aku ikut denganmu!” Yuri berteriak pada Ji Yong yang masih menyapa beberapa penggemarnya itu.

            “Hah?”

            “Jadi pembantumu pun aku tidak peduli, tolong bawa aku pergi dari sini!”

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK