Malam harinya….
Shin hye yang penasaran akan pertambangan. Keluar dari rumah dan mencari tahu. Shin hye pergi ke daerah pertambangan yang letaknya di bawah bukit. Shin hye pergi dengan menanyakan kepada penduduk yang sedang berlalu lalang.
Sesampainya di tempat pertambangan. Shin hye melihat dua orang pria tua sedang menutup dengan kertas panjang seperti walpaper yang bergambar batu dilangit-langit.
‘Apa?! Jadi berliannya tidak habis. Hanya saja dijarah oleh kedua pria tersebut.’ Pikir shin hye.
Tiba-tiba. ‘buk’ terdengar keras. Kayu besar menghantam punggung shin hye. Shin hye jatuh pingsan terkena hantaman kayu besar tersebut.
Ternyata masih ada satu pria lagi. Jadi jumlahnya tiga orang bukan dua orang.
“Heh.. ternyata ada yang melihat aksi kita?”
“Siapa gadis ini? Baru pertama kali aku melihat dia disini? Rambutnya merah?”
“Apa dia mata-mata?”
“Tidak. Sepertinya sendiri?”
“Kita ikat gadis ini. Masukkan dia kedalam jeruji besi yang ada di ujung lorong”
Shin hye kemudian sadar
“Aduh. Punggungku sakit.” Shin hye mengeram karena pukulan yang cukup keras tadi menghantamnya.
“Hei. Apa gadis itu sudah bangun?”
“Kelihatannya belum”
Shin hye yang pura-pura kembali tidur.
‘Apa yang harus aku lakukan? Piere, apa yang harus aku lakukan? Aku takut!’ Pikir shin hye.
“Kita tinggalkan gadis ini saja sendiri?”
“Apa? Bagaimana gadis ini kabur?”
“Tidak. Lagipula kelihatannya dia sendirian”
Ketiga pria itu meninggalkan shin hye sendirian diadalam jeruji besi dengan tangan terikat. Ini pertama kalinya shin hye diperlakukan seperti ini.
Suara kaki kembali datang, dan ternyata “Piere”. Teriak shin hye.
“Bagaimana. Kamu bisa tahu aku berada disini?”
Piere duduk didepan jeruji besi. “Tentu saja aku mengetahuinya. Kamu mengendap-ngendap keluar dari rumah. Aku juga tahu.”
“Ah, mengenai itu. Hehehe”
“Kamu masih bisa tertawa. Setelah apa yang telah terjadi”
Sebenernya shin hye sangat ketakutan. Tetapi jika shin hye terus ketakutan maka tidak akan ada perubahan. Selain itu, shin hye tidak ingin membuat siapa-siapa khawatir. Tidak selain keluarganya juga.
“Baiklah. Aku akan mengeluarkanmu.”
“Kamu mempunyai kuncinya?”
“Tentu saja. Aku adalah anak seorang gubernur. Apa kamu lupa?”
kerajaan TERAIN dipimpin oleh seorang gubernur. keluarga kerajaan hanya simbolis saja.
Shin hye akhirnya sudah keluar dari jeruji besi tersebut yang membuatnya terlihat seperti penjahat.
“Aduh aduh.” Shin hye yang kesakitan karena pukulan tadi.
“Apa kamu tidak apa-apa?”
“Ah… ti… tidak apa-apa kok.” Shin hye yang berusaha berdiri tidak mampu.
“Biar kulihat. Punggungmu berdarah? Bagaimana kamu tidak apa-apa? Siapa yang melakukannya?.” Piere yang datang pada saat ketiga pria tersebut sudah pergi yang telah memukul shin hye.
Shin hye yang hanya diam, dan tidak menjawab. Shin hye menunjuk ke langit-langit.
“Lihatlah ke atas”
“Hei. Kamu tidak menjawab pertanyaanku tadi.” Walaupun Piere kesal karena shin hye tidak menjawabnya. Piere mengikuti perintah shin hye dan melihat kelangit-lagit tempat pertambangan.
“Apa? Hanya batu saja”
“Bukan. Itu hanya kertas yang menutupi harta yang tersembunyi didalamnya”
Piere mengikuti perintah shin hye. Benar itu hanya sebuah kertas yang menutupi. Ternyata berlian masih ada. Bahkan sangat banyak.
“Shin hye. Bagaimana kamu mengetahuinya?”
Saat menanyakan hal tersebut. Shin hye sudah tidak mendengar lagi. Ternyata shin hye pingsan.
to be continued