home_icon
SIGN IN
SIGN UP
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
Portal Berita - Radio Streaming - Komunitas Anak Muda
LOUNGE
HOW IT WORKS
HOW TO BE DFF OF THE WEEK
TERMS OF USE
CONTACT US
  • Latest
  • Most Viewed
  • Most Loved
  • A-Z
  • My Fanfiction
  • My Subscriptions
  • My Subscribers
  • Create New Fanfiction
Fan Fiction > Blossom Flower

Blossom Flower

Share:
Author : donnafyani
Published : 12 Jan 2014, Updated : 28 Feb 2014
Cast : Gdragon (Bigbang), Son Yoojin (oc), member bigbang, Kim Hyerim (oc)
Tags :
Status : Complete
0 Subscribes |23221 Views |6 Loves
Blossom Flower
CHAPTER 9 : Blossom Flower Part 9

            Sekarang aku sudah berdiri disini. Di tempat yang dipenuhi dengan blitz kamera. Di tempat berkumpulnya orang-orang yang meminta kejelasan atas rumor yang telah beredar luas. Aku disini bersamanya. Bersama orang yang sangat aku sayangi. Bersama orang yang bisa membuatku kuat untuk menghadapi semua masalah ini.

            “Selamat siang semuanya. Saya G-Dragon membuat konferensi pers kecil ini untuk mengklarifikasi rumor yang telah beredar luas. Jadi apa yang kalian pertanyakan belakangan ini akan kami jawab dengan jujur.”

            Semua media yang awalnya masih sibuk dengan urusannya masing-masing, kini duduk manis untuk mendengarkan klarifikasi kami, lebih tepatnya klarifikasi Jiyong oppa. Sepertinya fungsiku disini hanya akan menjadi pajangan.

            “Di sebelah saya, terdapat seorang wanita yang ikut terlibat dalam rumor ini. Dia adalah Son Yoojin, yeoja chinguku.” Jiyong oppa langsung mengenggam tanganku dan mempererat jarak diantara kami. Para kameramen dari berbagai media tidak mau menyia-nyiakan adegan ini dan langsung mengabadikannya. Aku sedikit menunduk melihat begitu banyak blitz yang bersinar ke arah kami.

            “Jadi, sudah berapa lama kalian menjalin hubungan ini?” Tanya salah satu wanita dari majalah Y.

            Jiyong oppa tampak berpikir sambil mengerutkan dahinya, “Sejak rumor pertama muncul. Sekitar tiga bulan yang lalu.”

            “Jadi wanita yang waktu itu tertangkap kamera sedang masuk ke mobilmu adalah Son Yoojin-ssi juga?”

            Jiyong oppa menganggukkan kepalanya dengan santai. Dan aku, tepat seperti dugaanku, hanya mematung disini.

            “Bagaimana kalian bisa bertemu untuk pertama kalinya?”

            Jiyong oppa tertawa, “Jika kalian menonton salah satu acara Big Bang yang syuting di daerah Hongdae, maka kalian akan mengetahuinya. Itulah pertemuan pertama kami.”

            “Apa yang membuatmu tertarik padanya?”

            “Semuanya. Semua yang ada pada dirinya aku suka.” Aku yang dibicarakan hanya tersipu malu mendengarnya.

            “Dan kau nona Son Yoojin, apa yang membuatmu tertarik kepada G-Dragon.”

            Aku langsung kaget begitu mendengar namaku disebut. Kukira mereka tidak akan tertarik mendengar omonganku, “Emm, bukankah itu jelas? Setiap wanita yang mengenalnya pasti akan jatuh hati padanya.” Ucapku dengan senyum simpul ke arah media dan juga Jiyong oppa.

            “Maaf, kalau pertanyaan ini agak lancang. Tapi, apa yang membuatmu berani mengambil resiko untuk berpacaran dengan seorang idola papan atas?”

            “Aniyo.” Aku menggelengkan kepalaku untuk mengisyaratkan bahwa aku tidak keberatan dengan pertanyaan yang dilontarkannya. “Setiap hubungan pasti memiliki resikonya sendiri dan karena kasih sayang yang diberikannya kepadaku maka aku semakin yakin untuk mengambil resiko tersebut.” Sekali lagi aku menunjukkan senyum simpulku kepada media dan Jiyong oppa.

 

***

 

            Tidak terasa sudah lebih dari seminggu waktu yang kulalui setelah konferensi pers tersebut. Tidak dipungkiri antisku merajalela setelah kejadian itu, semua komentar pedas mereka dapat kulihat di dunia maya. Bahkan masih ada yang mengerjaiku saat aku keluar rumah, tapi tidak separah sasaeng fans gila itu.

            Berbicara tentang sasaeng fans, mereka sudah tidak pernah menerorku lagi, mungkin mereka sudah merestui hubungan kami? Hahaha. Entahlah, yang pasti keterus terangan hubunganku dengan Jiyong oppa ini tidak seburuk yang kami pikir. Big Bang tetaplah Big Bang yang memilki jutaan penggemar.

            Tapi ada hal lucu sekaligus membuatku terharu, ternyata ada yang mengidolakan hubunganku dengan Jiyong oppa. Bahkan kami dinamai dengan YG (Yoojin-Gdragon) couple. Yah, kuakui member yang tergabung hanya sedikit, mungkin seratus lebih sedikit. Bebanding terbalik dengan antis hubungan kami yang mencapai ribuan lebih. Tapi aku tidak mau ambil pusing. Biarkan mereka bertingkah sesuai dengan keinginan mereka, mungkin dengan mencaciku memang bisa membuat mereka lega.

            Besok aku akan berangkat ke Paris untuk melepas rindu pada kedua orang tuaku. Nanti aku akan menceritakan semua hal ini kepada mereka. Mereka berhak tahu akan hal ini.

            Aku mengemas semua barang yang akan kubawa besok. Aku menatap dua pakaian yang belum selesai kujahit. Kuambil pakaian tersebut, “Eomma appa, mian aku tidak bisa menyelesaikan pakaian ini. Padahal tinggal sedikit lagi tapi karena kesibukanku sendiri aku jadi tidak bisa menyelesaikannya. Jeongmal mianhae.” Gumamku dengan raut muka sedih.

            Aku memasukkan pakaian tersebut ke dalam koperku. Aku tetap akan membawa pakaian tersebut dan memperlihatkannya kepada eomma dan appaku. Setidaknya mereka harus melihat hasil karyaku ini.

 

***

 

            “Yoojin-ah, kaja!” Jiyong oppa mengangkat koper yang akan kubawa ke Paris.

            “Ne.”

            Aku masuk ke dalam mobil Jiyong oppa yang cukup besar.

            “Apakah sudah tidak ada yang ketinggalan?”

            Aku menggelengkan kepalaku. “Ya oppa, kalian tidak perlu repot-repot mengantarku. Aku kan bukan akan pindahan.” Aku menoleh ke tempat duduk belakang yang sudah dipenuhi oleh empat orang pria.

            “Tidak apa-apa Yoojin-ah, kau kan akan cukup lama tinggal di Paris. Kami pasti akan merindukanmu.”

            “Jjinjja oppa?”

            “Iya noona, aku pasti akan sangat kesepian karena tidak ada yang bisa kujahili.” Rengut Seungri.

            “Sabarlah, noona akan segera kembali.” Ucapku dengan senyum manis sambil mengelus rambut Seungri yang masih bisa kujangkau.

            Seungri tidak memberontak dengan aksiku ini. Mungkin hubungan kami sudah lebih membaik.

Aku kembali membalikkan posisiku menghadap depan. Kuraih ponselku dari dalam tas. Niat awalku untuk mengabari Hyerim lewat telepon kuganti menjadi hanya dengan mengirimnya sebuah sms.

...

Akhirnya kami sampai di bandara.

“Ya Son Yoojin!” Aku menoleh ke arah sumber suara. Jungshin.

“Jungshin-ah, bagaimana—?” Aku memasang tampang bingung. Bagaimana dia bisa tahu kalau aku disini? Aku kan tidak memberitahunya.

“Tadi Hyerim meneleponku. Ya, bagaimana bisa kau tidak memberitahuku?”

“Mian.”

“Dan kenapa kau hanya berpamitan dengan Hyerim lewat sms? Tidak tahukah kau betapa sedihnya dia? Dia berharap kau kerumahnya. Dia benar-benar rindu padamu.”

“Mian. Tapi aku tidak ingin bertemu dengannya untuk mengucapkan selamat tinggal. Aku akan bertemu dengannya saat aku bisa bilang kepadanya bahwa aku telah kembali.” Ucapku dengan senyum kecil namun dengan mata yang berkaca-kaca.

“Kau ini.” Jungshin menjitak pelan kepalaku. “Mana mungkin Hyerim berpikir sampai sejauh itu. Dia pikir kau sudah tidak mau bertemu dengannya lagi.”

“Mana mungkin begitu!? Dia adalah sahabatku!”

“Mengapa kau membentakku? Itu kan pemikirannya.” Ucap Jungshin sambil mengelus dadanya.

“Mian mian.” Ucapku terkekeh sambil menggaruk kepalaku.

“Yoojin-ah...” Jiyong oppa menghampiri kami.

“Ah, mian oppa. Aku lupa mengenalkannya. Dia adalah Jungshin, pria yang waktu itu meminjamkan apartemennya untukku. Dan Jugshin ini adalah Jiyong oppa, Seughyun oppa, Daesung oppa, Taeyang oppa, dan Seungri.”

Masing-masing dari mereka membungkukkan badannya dan mengucapkan salam satu sama lain.

“Kamsahamnida waktu itu kau telah menolong kami.” Jiyong oppa kembali membungkukkan badannya kepada Jungshin.

“Ah.. Ne..” Jungshin balas membungkuk.

“Emm, oppa. Sepertinya jadwal flight ku sudah hampir tiba. Aku masuk dulu ya.”

“Ne. Hati-hati ya. Ingat, kau harus selalu menghubungiku. Jangan pernah hilang kontak dariku.”

“Neeee....”

Perlahan akupun menghilang dari hadapan mereka.

 

***

 

Sebulan kemudian.

Akhirnya aku menginjakkan kakiku kembali di tanah Seoul. Aku sudah rindu akan suasana disini.

“Jiyong oppa!” Aku langsung berlari dan memeluknya.

“Yoojin-ah sepertinya kau bertambah gendut.” Ledek Jiyong oppa saat tangannya melingkar di pinggangku.

“Ya oppa! Seharusnya kau bilang ‘aku rindu padamu Yoojin-ah’, bukan meledek seperti itu.” Rengutku sambil melepasakan pelukanku kepadanya.

“Aku rindu padamu Son Yoojin.” Jiyong oppa kembali memelukku. Dengan lebih erat.

Setelah cukup lama melepas rindu. Aku dan Jiyong oppa masuk ke mobil dan kembali menuju ke rumahku yang sebulan tidak berpenghuni itu. Pasti debu sudah menempel dimana-mana.

“Kau yakin akan pindah kuliah ke Tokyo?” Tanya Jiyong oppa memecah keheningan.

“Ne oppa.”

“Ya, kau kan baru saja pulang, bagaimana bisa besok kau sudah meninggalkanku lagi. Kali ini tiga tahun?”

“Oppa, aku ingin meraih cita-citaku menjadi seorang desainer. Saat aku di Paris, eomma mengenalkanku pada salah satu desainer ternama yang memiliki kampus di Tokyo. Tidak gampang untuk masuk ke kampus tersebut, aku tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini. Kita kan masih bisa berhubungan melalui video call.”

“Satu bulan tidak bertemu denganmu saja sudah hampir membunuhku.”

“Mian oppa.” Aku menundukkan kepalaku sebagai rasa bersalah.

“Tapi kenapa harus besok? Setidaknya menetaplah dulu selama satu atau dua minggu disini.”

“Aku juga mau begitu. Tapi lusa sudah mulai tahun ajaran baru. Tidak mungkin aku membolos...”

“Kalau begitu seharusnya kau pulang ke Seoul seminggu yang lalu.” Jiyong oppa masih merengut kesal.

“Oppa, aku kan jarang sekali bertemu dengan eomma dan appaku. Masa aku harus korupsi waktu yang sudah sedikit itu.” Kali ini aku ikut merengut.

“Ah, mian mian. Aku hanya tidak bisa menerima harus berpisah denganmu selama tiga tahun.”

“Kan aku bilang kita masih bisa video call.”

“Sebulan sekali. Ah, seandainya kampusmu bukan kampus asrama pasti aku bisa mengunjungimu lebih sering ke Tokyo.”

Ya, kampusku nanti di Tokyo adalah kampus tipe asrama. Jadi aku tidak bisa sembarangan keluar area kampus. Aku akan tinggal di asrama. Alat komunikasi hanya dapat dipegang selama tiga minggu sekali atau paling lama sebulan sekali. Memang peraturan yang cukup ketat, karena kampus ini memiliki kualitas di atas rata-rata. Kebanyakan lulusan kampus ini sukses menjadi desainer terkenal. Jadi aku sangat tergiur untuk kampus disini.

 

***

 

Sekali lagi aku akan meninggalkan Seoul. Kali ini dengan jangka waktu yang lebih lama.

“Apa kau sudah siap?”

“Ne.” Ucapku pada Jiyong oppa yang semalam menginap di rumahku. Ia bilang ia tidak mau menghabiskan waktu berharganya denganku. Aku tidak bisa menolak permintaannya karena aku juga ingin menghabiskan waktu berhargaku di Seoul ini dengannya.

“Para memberdeul langsung menuju ke bandara untuk mengantar keberangkatanmu.”

“Ah, ne... Oppa?”

“Wae?”

“Tolong antarkan aku ke rumah Hyerim terlebih dahulu.”

Jiyong oppa hanya menganggukkan kepalanya.

...

“Oppa tunggu di mobil ya.”

Aku menganggukkan kepalaku dan langsung berjalan menuju rumah Hyerim. Aku masuk dengan cara seperti dulu, memencet password rumahnya.

“Hyerim-ah...” Ucapku saat melihatnya terduduk di atas sofa sambil menonton TV.

“Son Yoojin!” Ia kaget melihatku, namun ia cepat-cepat mengganti ekspresinya dengan tatapan dingin, “ Untuk apa kau datang kesini? Apakah kau lupa dengan perkataanku bahwa jangan pernah muncul di hadapanku lagi?” Sangat terdengar jelas nadanya yang berusaha sikap acuh kepadaku.

“Hyerim-ah, besok aku akan ke Tokyo...”

“Mwo!?” Ia tampak amat kaget tapi kemudian ia kembali mencoba mengontrol emosinya. “Ingin melarikan diri?”

Mungkin maksud perkataan ‘melarikan diri’ adalah melarikan diri dari antis-antisku yang semakin hari semakin bertambah.

“Ani, untuk mewujudkan impian Son Yoojin dan Park Hyerim.” Ia terdiam mendengar perkataanku. Ia tahu betul maksud perkataanku. Dulu saat kecil aku pernah bilang kepadanya bahwa aku bercita-cita menjadi seorang desainer terkenal dan akan menggelar fashion show untuk hasil karya-karyaku nanti. Saat itu juga ia membalas bahwa dia bercita-cita akan menjadi salah satu model fashion show-ku.

Hyerim menghampiriku secara perlahan dan mulai mengeluarkan air matanya, “Kau jahat Yoojin-ah, kau jahat!” Ucapnya sambil memukul-mukul pundakku dengan tangan mungilnya. Aku hanya pasrah menanggapinya, air mataku perlahan juga ikut mengalir. “Bukankah kau bilang kau akan mengucapkan ‘aku telah kembali’ saat kau bertemu denganku...?” Kata ini, pasti Jungshin yang memberitahunya.

“Aku memang telah kembali Hyerim-ah, aku kembali untuk menghidupkan impian kita yang hampir mati.”

Hyerim langsung memelukku, “Berapa lama?”

“Tiga tahun...”

“Kau berjanji akan kembali mewujudkan impian kita?”

“Ne. Aku berjanji.” Aku mengelus rambutnya, lalu kulepaskan pelukannya dan mengusap air matanya.

“Jangan pernah meninggalkanku...”

“Aku tidak pernah meninggalkanmu Hyerim-ah. Aku janji.”

“Kapan kau akan berangkat?”

“Sekarang.”

“Mwo!? Aku ikut!” Ia langsung menuju kamarnya untuk ganti baju.

Akhirnya pertemananku dengannya telah kembali. Hyerim-ah, aku tidak akan mengulangi kesalahanku lagi. Aku janji.

...

Kamipun tiba di bandara. Selama perjalanan menuju bandara, aku menghabiskan waktu bercanda dengan Hyerim. Sudah lama aku tidak melakukannya. Dan Jiyong oppa ikut senang melihat hubunganku yang telah membaik dengan Hyerim, terkadang ia ikut masuk ke dalam obrolan kami. Awalnya Hyerim sangat canggung bertemu dengan Jiyong oppa, ia takut Jiyong oppa masih marah karena ulahnya waktu itu. Tapi Jiyong oppa bukanlah orang yang pendendam, ia mudah melupakan kejelekan orang ketika orang tersebut sudah mengakui kesalahannya.

“Annyeong oppa!” Ucapku ketika melihat anggota Big Bang.

“Yoojin-ah, kita baru bertemu dan kau sudah akan meninggalkan kami lagi.” Ucap Daesung oppa sambil memelukku. Ya, satu persatu dari mereka memelukku untuk melepas rindu. Tidak terkecuali dengan Seungri.

“Noona, nugu?” Ucap Seungri berbisik di telingaku lalu melirik gadis yang sedari tadi hanya berdiri di sampingku. Sepertinya dari ekspresi wajahnya, Seungri kesemsem dengan Hyerim.

“Ah aku lupa. Oppa, ini adalah Hyerim sahabatku. Dan Hyerim, tidak perlu kukenalkan satu persatu kan?’ Kataku dengan menaikkan satu alis.

“Annyeonghaseyo, Hyerim imnida.” Ia menyapa masih dengan tatapan tidak percaya bahwa yang dihadapannya saat ini adalah Big Bang, idolanya.

“Annyeonghaseyo Hyerim-ah.” Ucap mereka dengan serempak.

“Hyerim-ah, Seungri imnida.” Seungri mengulurkan tangan kanannya dan membuka sedikit kaca mata hitam yang dikenakannya.

“Aigo, dongsaengku ternyata sudah dewasa.” Kuacak rambut Seungri, “Tapi sayang, dia adalah penggemarnya Seunghyun oppa.”

“Jjinjja?” Kini raut wajah Seungri menjadi cemberut.

“Aniyo, aku adalah fansmu oppa.” Ucapnya sambil menyikutku karena perbuatan usilku.

Seungri kembali mengubah ekspresi wajahnya, “Kau mengidolakan orang yang tepat Hyerim-ah.”

Cih, dibohongi sedikit cerianya bukan main. Tapi tunggu! “Ya, Seungri-ah, dia kan seumuran denganku, mengapa kau tidak memanggilnya dengan sebutan noona juga?”

“Tampangmu kan tua noona, sedangkan dia baby face.”

Dengan refeks aku menjitak kepalanya.

“Noona, sakit!”

Aku hanya melet mendengar rintihannya. Ah, aku akan sangat rindu akan keusilannya dan aku akan rindu kepada orang-orang ini. Kupandangi satu-satu wajah mereka supaya selalu tersimpan di memoriku.

Aku menyayangi kalian semua. Ucapku dalam hati sambil tersenyum simpul.

 

***

 

Tiga tahun kemudian.

“Semuanya sudah siap nona Son Yoojin.”

“Ah, ne. Kamsahamnda atas bantuannya.” Aku melihat satu persatu model yang telah cantik didandani dan telah memakai gaun-gaun hasil rancanganku. Akhirnya hari ini tiba.

“Yoojin-ah, aku cantik tidak?”

“Tentu saja. Kau adalah model tercantik yang pernah kulihat.” Ucapku berbisik kepada Hyerim.

“Lima menit lagi acara akan dimulai.”

“Fighting!” Aku berteriak untuk menyemangati semua yang berperan dalam fashion show ini termasuk diriku sendiri.

Aku duduk di samping Jiyong oppa di sisi kiriku dan di sisi kananku masih kosong. Eomma dan appa belum tiba juga.

Dalam fashion show ini aku mengundang orang-orang terdekatku dan beberapa media. Dan aku juga mengundang kakak Jiyong oppa, yaitu Kwon Dami.

Bagaimana aku bisa mengenalnya? Tentu itu yang ada di benak kalian semua. Hahaha, ini sungguh lucu, pertemuan pertamaku dengan Dami eonnie benar-benar tanpa campur tangan Jiyong oppa. Ternyata Dami eonnie juga merupakan lulusan kampusku. Jiyong oppa tidak pernah bercerita tentang ini. Awalnya saat bertemu dengannya aku masih tidak begitu mengenalinya karena aku baru melihat mukanya sekali saja di foto ponsel Jiyong oppa. Justru Dami eonnielah yang mengenalku terlebih dulu. Katanya fotoku sudah terpampang dimana-mana jadi dia menghapal wajahku, terlebih lagi foto yang terpampang adalah fotoku dengan adiknya.

Dami eonnie duduk di samping Jiyong oppa. Aku masih harap-harap cemas menunggu kehadiran kedua orang tuaku. Semoga mereka bisa datang tepat waktu. Jiyong oppa memegangi tanganku untuk menenangkanku yang mulai tampak gelisah.

Tiba-tiba semua blitz kamera sudah tertuju pada pintu masuk. Bisa kudengar banyak bisikan yang menyebutkan nama appaku. Appa baru-baru ini memang menjadi sorotan setelah menjadi orang Korea pertama yang berhasil membangun hotel bintang lima di Paris dengan nuansa Korea. Mungkin media sekarang terheran-heran dengan kehadiran eomma dan appa. Maklum saja, sampai detik ini tidak ada yang mengetahui bahwa aku adalah anak mereka. Appa pernah menyebut namaku sekali di media tapi mana ada yang sadar kalau Son Yoojin yang dimaksud adalah aku. Sedangkan aku memang tidak ingin mengumbar mengenai siapa orang tuaku.

Aku langsung memeluk eomma dan appa dan mempersilahkan mereka duduk. Seluruh media masih terheran-heran sebenarnya apa hubunganku dengan mereka. Kenapa aku bisa mengajak mereka ke acara fashion show ku. Biarkan nanti saja di akhir acara akan kuperkenalkan mereka kepada media.

Sekarang sudah waktunya acara fashion show ku berjalan.

Hampir dua jam acara ini berlangsung dengan berbagai selingan hiburan dan sekarang MC telah memanggilku untuk naik ke atas panggung.

“Annyeonghaseyo, Son Yoojin imnida. Senang sekali rasanya saya bisa menggelar fashion show pertama saya di Seoul. Terima kasih kepada seluruh teman-teman yang telah bersedia untuk datang dan juga kepada media. Saya sangat bangga karena acara ini dapat berjalan dengan lancar. Disini, saya ingin mengucapkan rasa terima kasih saya yang paling besar, yaitu kepada kedua orang tua saya. Eomma, appa...” Aku megajak mereka untuk naik ke atas panggung. Seketika blitz kamera langsung menyala dengan meriah. Tidak ada satupun dari mereka yang melewatkan berita fresh ini.

“Bagi kalian yang bertanya-tanya, dia adalah eomma dan appaku.” Aku tersenyum simpul.

“Selanjutnya aku ingin berterima kasih kepada Jiyong oppa.” Jiyong oppa ikut naik ke atas panggung. Dan lagi-lagi blitz kamera menyala dengan meriah.

“Wah, ini benar-benar berita yang mengejutkan. Ternyata nona Son Yoojin adalah putri dari pengusaha sukses bapak Son Ilhoon.” Sang MC memulai interogasinya.

Kami sekeluarga hanya tersenyum.

“Maaf,  bagaimana tanggapan Bapak dan Ibu terhadap hubungan putri bapak dan ibu dengan G-Dragon? Aku yakin semua orang penasaran akan hal ini.”

Huh, ini kan acara fashion show, kenapa berubah menjadi acara gosip.

“Emm, sepertinya ini sudah out of topic ya. Tapi baiklah saya akan menjawab satu pertanyaan ini. Putri kami pernah cerita mengenai media yang mengetahui hubungan mereka. Dia bilang banyak yang tidak suka akan hubungan mereka. Saya rasa itu adalah hal yang wajar. Setiap hubungan pasti akan memiliki resiko bukan? Dan untuk Kwon Jiyong sendiri, dia adalah anak yang baik dan ramah, kami sering video call saat putri kami tinggal di Paris.” Eomma angkat bicara soal ini.

“Wah, kalian sudah mendapatkan restu dari mempelai wanita. Bagaimana dengan pihak mempelai prianya?”

Aku yakin bahwa MC ini adalah mantan pembawa acara gosip. Tadi saat membawakan acara fashion show cara pembawaannya agak kaku. Sekarang lancar sekali seperti kereta.

“Orang tua saya tentu saja merestui hubungan kami. Walaupun belum pernah bertatap muka langsung dengan kedua orang tuaku, tapi mereka sudah sering berbicara melalui telepon. Karena mereka tidak tinggal di Korea, jadi mereka tidak bisa datang ke acara ini. Namun sebagai gantinya kakakku hadir disini untuk memberikan dukungannya.”

“Oh baiklah. Karena keterbatasan waktu sekarang kalian dipersilahkan duduk kembali. Terima kasih.”

Akhirrnya acara gosip ini selesai juga.

Kami kembali duduk di tempat semula terkecuali Jiyong oppa. Ia menghampiri MC dan berbisik kepadanya. Entah apa yang ia bisikkan.

Dalam sekejap mic sudah berpindah tangan ke tangan Jiyong oppa.

“Emm, mungkin kalian bingung tentang sikapku ini. Aku... aku akan menyanyikan sebuah lagu yang kupersembahkan untuk Son Yoojin.” Aku langsung terbelalak kaget dibuatnya. Ia membisikkan sesuatu kepada pemain piano. Aku yakin ia membisikkan judul lagu yang akan dinyanyikannya.

Nada-nada piano mulai mengalun. Nada yang tidak asing. Ternyata Jiyong oppa menyanyikan lagu Bruno Mars yang berjudul Just The Way You Are. Aku yakin seratus persen kalau saat ini pipiku sudah berwarna merah tomat. Para member Big Bang yang duduk tepat di belakangku langsung menggodaku, yang paling parah adalah Seungri.

Perlahan Jiyong oppa turun dari panggung dan menghampiriku, ia berlutut dihadapanku masih sambil bernyanyi. Sementara tangan kirinya memegang mic, tangan kanannya merogoh sesuatu di saku celananya. Dan, tiba-tiba sebuah kotak yang berisi cincin indah telah terbuka dihadapanku. Aku menutup mulutku dengan kedua tanganku, tidak bisa menyembunyikan rasa terkejutku.

Tak lama musik telah berhenti, “Son Yoojin, maukah kau menikah denganku?”

Aku terbelalak mendengar ucapannya, lalu aku menatap orang tuaku untuk membantuku menjawab pertanyaan Jiyong oppa. Eomma dan appa meresponku dengan sebuah anggukan. Akupun kembali memandang Jiyong oppa dan menganggukkan kepalaku. Jiyong oppa langsung mencium keningku dan memelukku dengan sangat erat.

Aku tidak pernah menyangka kalau hari ini akan muncul, hari dimana Jiyong oppa melamarku. terdengar sorak sorai dari belakang, blitz kamera yang menyinari kami berdua, serta MC yang berkicau tanpa henti tanpa micnya namun masih bisa terdengar samar-samar suaranya.

Hari ini lengkap sudah kebahagiaanku. Impianku bersama sahabatku yang telah terwujud, dan sekarang impianku dan Jiyong oppa juga akan segera terwujud. Terima kasih Tuhan atas nikmat yang kau berikan kepadaku.

 

***

 

Aku terbangun dengan senyuman. Aku masih tidak bisa melupakan kejadian seminggu yang lalu dimana Jiyong oppa melamarku.

Eomma dan appa telah kembali ke Paris sejak tiga hari yang lalu. Tapi tenang, aku tidak sendiri, ada Hyerim yang menemaniku. Hyerim menginap di rumahku dari kemarin. Mungkin ia akan sering menginap disini karena tidak ingin melihatku kesepian.

“Yoojin-ah, cepat kemari!”

Aku malas-malasan turun ke bawah untuk menghampiri Hyerim yang terdengar riang sekali. “Ada apa?”

“Lihatlah ini! Dalam seminggu fans internasional YG Couple di twitter telah mencapai hampir 3.000 orang.”

Aku yang tadinya masih sulit membuka mata langsung terperangah tidak percaya melihatnya. “Bagaimana bisa?”

Hyerim mengangkat bahunya, “Mungkin setelah mereka melihat bakatmu dan setelah mereka mengetahui identitas orang tuamu, mereka jadi menyetujui hubunganmu dan Jiyong oppa.”

Aku tersenyum.

“Tapi jangan senang dulu, antismu juga tidak kalah banyak.”

Aku langsung pergi saat Hyerim menunjukkan jumlah antis yang lumayan banyak juga, tapi aku tidak lagi peduli dengan antis, lebih tepatnya aku tidak pernah peduli dengan antis.

“Yoojin-ah, apakah jika aku dan Seungri oppa membeberkan hubungan kami ke publik, reaksi netizen juga akan seperti ini?”

“Ya, untuk apa kau memikirkan pendapat mereka? Kau yang menjalani hidupmu dan kaulah yang berhak menentukan arah hidupmu. Anggap saja kalau mereka itu bumbu untuk perjalanan kisahmu dengan Seungri. Ara?”

Hyerim hanya menganggukkan kepalanya tapi masih setengah setuju dengan pendapatku. Ya, aku bisa memahaminya. Karena aku juga merasakan hal yang sama sepertinya saat kami masih menutupi hubungan kami.

Tapi setidaknya aku juga harus berterima kasih pada antis. Aku rasa mereka adalah penggemar terselubungku. Mereka selalu mengetahui kabar terbaru tentangku. Jadi ya aku senang-senang saja. Hahaha.

 

Cinta itu seperti bunga, akan ada hama yang menghalangi mekarnya bunga. Namun jika kau terus merawatnya dengan tulus maka bunga akan tetap mekar dengan indah.

That’s our love, oppa...

 

END J

Terima kasih untuk kalian yang udah baca ff aku. Sekarang aku lagi bikin ff lagi, doakan semoga cepat selesai ya ffnya J

 

Title: Blossom Flower

Author: donnafyani

Length: Continue

Genre: Romance Comedy

Main Cast: G-Dragon (Big Bang), Son Yoojin (OC)

Other Cast: Member Big Bang, Kim Hyerim (OC), Jungshin (OC)

 

            Sekarang aku sudah berdiri disini. Di tempat yang dipenuhi dengan blitz kamera. Di tempat berkumpulnya orang-orang yang meminta kejelasan atas rumor yang telah beredar luas. Aku disini bersamanya. Bersama orang yang sangat aku sayangi. Bersama orang yang bisa membuatku kuat untuk menghadapi semua masalah ini.

            “Selamat siang semuanya. Saya G-Dragon membuat konferensi pers kecil ini untuk mengklarifikasi rumor yang telah beredar luas. Jadi apa yang kalian pertanyakan belakangan ini akan kami jawab dengan jujur.”

            Semua media yang awalnya masih sibuk dengan urusannya masing-masing, kini duduk manis untuk mendengarkan klarifikasi kami, lebih tepatnya klarifikasi Jiyong oppa. Sepertinya fungsiku disini hanya akan menjadi pajangan.

            “Di sebelah saya, terdapat seorang wanita yang ikut terlibat dalam rumor ini. Dia adalah Son Yoojin, yeoja chinguku.” Jiyong oppa langsung mengenggam tanganku dan mempererat jarak diantara kami. Para kameramen dari berbagai media tidak mau menyia-nyiakan adegan ini dan langsung mengabadikannya. Aku sedikit menunduk melihat begitu banyak blitz yang bersinar ke arah kami.

            “Jadi, sudah berapa lama kalian menjalin hubungan ini?” Tanya salah satu wanita dari majalah Y.

            Jiyong oppa tampak berpikir sambil mengerutkan dahinya, “Sejak rumor pertama muncul. Sekitar tiga bulan yang lalu.”

            “Jadi wanita yang waktu itu tertangkap kamera sedang masuk ke mobilmu adalah Son Yoojin-ssi juga?”

            Jiyong oppa menganggukkan kepalanya dengan santai. Dan aku, tepat seperti dugaanku, hanya mematung disini.

            “Bagaimana kalian bisa bertemu untuk pertama kalinya?”

            Jiyong oppa tertawa, “Jika kalian menonton salah satu acara Big Bang yang syuting di daerah Hongdae, maka kalian akan mengetahuinya. Itulah pertemuan pertama kami.”

            “Apa yang membuatmu tertarik padanya?”

            “Semuanya. Semua yang ada pada dirinya aku suka.” Aku yang dibicarakan hanya tersipu malu mendengarnya.

            “Dan kau nona Son Yoojin, apa yang membuatmu tertarik kepada G-Dragon.”

            Aku langsung kaget begitu mendengar namaku disebut. Kukira mereka tidak akan tertarik mendengar omonganku, “Emm, bukankah itu jelas? Setiap wanita yang mengenalnya pasti akan jatuh hati padanya.” Ucapku dengan senyum simpul ke arah media dan juga Jiyong oppa.

            “Maaf, kalau pertanyaan ini agak lancang. Tapi, apa yang membuatmu berani mengambil resiko untuk berpacaran dengan seorang idola papan atas?”

            “Aniyo.” Aku menggelengkan kepalaku untuk mengisyaratkan bahwa aku tidak keberatan dengan pertanyaan yang dilontarkannya. “Setiap hubungan pasti memiliki resikonya sendiri dan karena kasih sayang yang diberikannya kepadaku maka aku semakin yakin untuk mengambil resiko tersebut.” Sekali lagi aku menunjukkan senyum simpulku kepada media dan Jiyong oppa.

 

***

 

            Tidak terasa sudah lebih dari seminggu waktu yang kulalui setelah konferensi pers tersebut. Tidak dipungkiri antisku merajalela setelah kejadian itu, semua komentar pedas mereka dapat kulihat di dunia maya. Bahkan masih ada yang mengerjaiku saat aku keluar rumah, tapi tidak separah sasaeng fans gila itu.

            Berbicara tentang sasaeng fans, mereka sudah tidak pernah menerorku lagi, mungkin mereka sudah merestui hubungan kami? Hahaha. Entahlah, yang pasti keterus terangan hubunganku dengan Jiyong oppa ini tidak seburuk yang kami pikir. Big Bang tetaplah Big Bang yang memilki jutaan penggemar.

            Tapi ada hal lucu sekaligus membuatku terharu, ternyata ada yang mengidolakan hubunganku dengan Jiyong oppa. Bahkan kami dinamai dengan YG (Yoojin-Gdragon) couple. Yah, kuakui member yang tergabung hanya sedikit, mungkin seratus lebih sedikit. Bebanding terbalik dengan antis hubungan kami yang mencapai ribuan lebih. Tapi aku tidak mau ambil pusing. Biarkan mereka bertingkah sesuai dengan keinginan mereka, mungkin dengan mencaciku memang bisa membuat mereka lega.

            Besok aku akan berangkat ke Paris untuk melepas rindu pada kedua orang tuaku. Nanti aku akan menceritakan semua hal ini kepada mereka. Mereka berhak tahu akan hal ini.

            Aku mengemas semua barang yang akan kubawa besok. Aku menatap dua pakaian yang belum selesai kujahit. Kuambil pakaian tersebut, “Eomma appa, mian aku tidak bisa menyelesaikan pakaian ini. Padahal tinggal sedikit lagi tapi karena kesibukanku sendiri aku jadi tidak bisa menyelesaikannya. Jeongmal mianhae.” Gumamku dengan raut muka sedih.

            Aku memasukkan pakaian tersebut ke dalam koperku. Aku tetap akan membawa pakaian tersebut dan memperlihatkannya kepada eomma dan appaku. Setidaknya mereka harus melihat hasil karyaku ini.

 

***

 

            “Yoojin-ah, kaja!” Jiyong oppa mengangkat koper yang akan kubawa ke Paris.

            “Ne.”

            Aku masuk ke dalam mobil Jiyong oppa yang cukup besar.

            “Apakah sudah tidak ada yang ketinggalan?”

            Aku menggelengkan kepalaku. “Ya oppa, kalian tidak perlu repot-repot mengantarku. Aku kan bukan akan pindahan.” Aku menoleh ke tempat duduk belakang yang sudah dipenuhi oleh empat orang pria.

            “Tidak apa-apa Yoojin-ah, kau kan akan cukup lama tinggal di Paris. Kami pasti akan merindukanmu.”

            “Jjinjja oppa?”

            “Iya noona, aku pasti akan sangat kesepian karena tidak ada yang bisa kujahili.” Rengut Seungri.

            “Sabarlah, noona akan segera kembali.” Ucapku dengan senyum manis sambil mengelus rambut Seungri yang masih bisa kujangkau.

            Seungri tidak memberontak dengan aksiku ini. Mungkin hubungan kami sudah lebih membaik.

Aku kembali membalikkan posisiku menghadap depan. Kuraih ponselku dari dalam tas. Niat awalku untuk mengabari Hyerim lewat telepon kuganti menjadi hanya dengan mengirimnya sebuah sms.

...

Akhirnya kami sampai di bandara.

“Ya Son Yoojin!” Aku menoleh ke arah sumber suara. Jungshin.

“Jungshin-ah, bagaimana—?” Aku memasang tampang bingung. Bagaimana dia bisa tahu kalau aku disini? Aku kan tidak memberitahunya.

“Tadi Hyerim meneleponku. Ya, bagaimana bisa kau tidak memberitahuku?”

“Mian.”

“Dan kenapa kau hanya berpamitan dengan Hyerim lewat sms? Tidak tahukah kau betapa sedihnya dia? Dia berharap kau kerumahnya. Dia benar-benar rindu padamu.”

“Mian. Tapi aku tidak ingin bertemu dengannya untuk mengucapkan selamat tinggal. Aku akan bertemu dengannya saat aku bisa bilang kepadanya bahwa aku telah kembali.” Ucapku dengan senyum kecil namun dengan mata yang berkaca-kaca.

“Kau ini.” Jungshin menjitak pelan kepalaku. “Mana mungkin Hyerim berpikir sampai sejauh itu. Dia pikir kau sudah tidak mau bertemu dengannya lagi.”

“Mana mungkin begitu!? Dia adalah sahabatku!”

“Mengapa kau membentakku? Itu kan pemikirannya.” Ucap Jungshin sambil mengelus dadanya.

“Mian mian.” Ucapku terkekeh sambil menggaruk kepalaku.

“Yoojin-ah...” Jiyong oppa menghampiri kami.

“Ah, mian oppa. Aku lupa mengenalkannya. Dia adalah Jungshin, pria yang waktu itu meminjamkan apartemennya untukku. Dan Jugshin ini adalah Jiyong oppa, Seughyun oppa, Daesung oppa, Taeyang oppa, dan Seungri.”

Masing-masing dari mereka membungkukkan badannya dan mengucapkan salam satu sama lain.

“Kamsahamnida waktu itu kau telah menolong kami.” Jiyong oppa kembali membungkukkan badannya kepada Jungshin.

“Ah.. Ne..” Jungshin balas membungkuk.

“Emm, oppa. Sepertinya jadwal flight ku sudah hampir tiba. Aku masuk dulu ya.”

“Ne. Hati-hati ya. Ingat, kau harus selalu menghubungiku. Jangan pernah hilang kontak dariku.”

“Neeee....”

Perlahan akupun menghilang dari hadapan mereka.

 

***

 

Sebulan kemudian.

Akhirnya aku menginjakkan kakiku kembali di tanah Seoul. Aku sudah rindu akan suasana disini.

“Jiyong oppa!” Aku langsung berlari dan memeluknya.

“Yoojin-ah sepertinya kau bertambah gendut.” Ledek Jiyong oppa saat tangannya melingkar di pinggangku.

“Ya oppa! Seharusnya kau bilang ‘aku rindu padamu Yoojin-ah’, bukan meledek seperti itu.” Rengutku sambil melepasakan pelukanku kepadanya.

“Aku rindu padamu Son Yoojin.” Jiyong oppa kembali memelukku. Dengan lebih erat.

Setelah cukup lama melepas rindu. Aku dan Jiyong oppa masuk ke mobil dan kembali menuju ke rumahku yang sebulan tidak berpenghuni itu. Pasti debu sudah menempel dimana-mana.

“Kau yakin akan pindah kuliah ke Tokyo?” Tanya Jiyong oppa memecah keheningan.

“Ne oppa.”

“Ya, kau kan baru saja pulang, bagaimana bisa besok kau sudah meninggalkanku lagi. Kali ini tiga tahun?”

“Oppa, aku ingin meraih cita-citaku menjadi seorang desainer. Saat aku di Paris, eomma mengenalkanku pada salah satu desainer ternama yang memiliki kampus di Tokyo. Tidak gampang untuk masuk ke kampus tersebut, aku tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini. Kita kan masih bisa berhubungan melalui video call.”

“Satu bulan tidak bertemu denganmu saja sudah hampir membunuhku.”

“Mian oppa.” Aku menundukkan kepalaku sebagai rasa bersalah.

“Tapi kenapa harus besok? Setidaknya menetaplah dulu selama satu atau dua minggu disini.”

“Aku juga mau begitu. Tapi lusa sudah mulai tahun ajaran baru. Tidak mungkin aku membolos...”

“Kalau begitu seharusnya kau pulang ke Seoul seminggu yang lalu.” Jiyong oppa masih merengut kesal.

“Oppa, aku kan jarang sekali bertemu dengan eomma dan appaku. Masa aku harus korupsi waktu yang sudah sedikit itu.” Kali ini aku ikut merengut.

“Ah, mian mian. Aku hanya tidak bisa menerima harus berpisah denganmu selama tiga tahun.”

“Kan aku bilang kita masih bisa video call.”

“Sebulan sekali. Ah, seandainya kampusmu bukan kampus asrama pasti aku bisa mengunjungimu lebih sering ke Tokyo.”

Ya, kampusku nanti di Tokyo adalah kampus tipe asrama. Jadi aku tidak bisa sembarangan keluar area kampus. Aku akan tinggal di asrama. Alat komunikasi hanya dapat dipegang selama tiga minggu sekali atau paling lama sebulan sekali. Memang peraturan yang cukup ketat, karena kampus ini memiliki kualitas di atas rata-rata. Kebanyakan lulusan kampus ini sukses menjadi desainer terkenal. Jadi aku sangat tergiur untuk kampus disini.

 

***

 

Sekali lagi aku akan meninggalkan Seoul. Kali ini dengan jangka waktu yang lebih lama.

“Apa kau sudah siap?”

“Ne.” Ucapku pada Jiyong oppa yang semalam menginap di rumahku. Ia bilang ia tidak mau menghabiskan waktu berharganya denganku. Aku tidak bisa menolak permintaannya karena aku juga ingin menghabiskan waktu berhargaku di Seoul ini dengannya.

“Para memberdeul langsung menuju ke bandara untuk mengantar keberangkatanmu.”

“Ah, ne... Oppa?”

“Wae?”

“Tolong antarkan aku ke rumah Hyerim terlebih dahulu.”

Jiyong oppa hanya menganggukkan kepalanya.

...

“Oppa tunggu di mobil ya.”

Aku menganggukkan kepalaku dan langsung berjalan menuju rumah Hyerim. Aku masuk dengan cara seperti dulu, memencet password rumahnya.

“Hyerim-ah...” Ucapku saat melihatnya terduduk di atas sofa sambil menonton TV.

“Son Yoojin!” Ia kaget melihatku, namun ia cepat-cepat mengganti ekspresinya dengan tatapan dingin, “ Untuk apa kau datang kesini? Apakah kau lupa dengan perkataanku bahwa jangan pernah muncul di hadapanku lagi?” Sangat terdengar jelas nadanya yang berusaha sikap acuh kepadaku.

“Hyerim-ah, besok aku akan ke Tokyo...”

“Mwo!?” Ia tampak amat kaget tapi kemudian ia kembali mencoba mengontrol emosinya. “Ingin melarikan diri?”

Mungkin maksud perkataan ‘melarikan diri’ adalah melarikan diri dari antis-antisku yang semakin hari semakin bertambah.

“Ani, untuk mewujudkan impian Son Yoojin dan Park Hyerim.” Ia terdiam mendengar perkataanku. Ia tahu betul maksud perkataanku. Dulu saat kecil aku pernah bilang kepadanya bahwa aku bercita-cita menjadi seorang desainer terkenal dan akan menggelar fashion show untuk hasil karya-karyaku nanti. Saat itu juga ia membalas bahwa dia bercita-cita akan menjadi salah satu model fashion show-ku.

Hyerim menghampiriku secara perlahan dan mulai mengeluarkan air matanya, “Kau jahat Yoojin-ah, kau jahat!” Ucapnya sambil memukul-mukul pundakku dengan tangan mungilnya. Aku hanya pasrah menanggapinya, air mataku perlahan juga ikut mengalir. “Bukankah kau bilang kau akan mengucapkan ‘aku telah kembali’ saat kau bertemu denganku...?” Kata ini, pasti Jungshin yang memberitahunya.

“Aku memang telah kembali Hyerim-ah, aku kembali untuk menghidupkan impian kita yang hampir mati.”

Hyerim langsung memelukku, “Berapa lama?”

“Tiga tahun...”

“Kau berjanji akan kembali mewujudkan impian kita?”

“Ne. Aku berjanji.” Aku mengelus rambutnya, lalu kulepaskan pelukannya dan mengusap air matanya.

“Jangan pernah meninggalkanku...”

“Aku tidak pernah meninggalkanmu Hyerim-ah. Aku janji.”

“Kapan kau akan berangkat?”

“Sekarang.”

“Mwo!? Aku ikut!” Ia langsung menuju kamarnya untuk ganti baju.

Akhirnya pertemananku dengannya telah kembali. Hyerim-ah, aku tidak akan mengulangi kesalahanku lagi. Aku janji.

...

Kamipun tiba di bandara. Selama perjalanan menuju bandara, aku menghabiskan waktu bercanda dengan Hyerim. Sudah lama aku tidak melakukannya. Dan Jiyong oppa ikut senang melihat hubunganku yang telah membaik dengan Hyerim, terkadang ia ikut masuk ke dalam obrolan kami. Awalnya Hyerim sangat canggung bertemu dengan Jiyong oppa, ia takut Jiyong oppa masih marah karena ulahnya waktu itu. Tapi Jiyong oppa bukanlah orang yang pendendam, ia mudah melupakan kejelekan orang ketika orang tersebut sudah mengakui kesalahannya.

“Annyeong oppa!” Ucapku ketika melihat anggota Big Bang.

“Yoojin-ah, kita baru bertemu dan kau sudah akan meninggalkan kami lagi.” Ucap Daesung oppa sambil memelukku. Ya, satu persatu dari mereka memelukku untuk melepas rindu. Tidak terkecuali dengan Seungri.

“Noona, nugu?” Ucap Seungri berbisik di telingaku lalu melirik gadis yang sedari tadi hanya berdiri di sampingku. Sepertinya dari ekspresi wajahnya, Seungri kesemsem dengan Hyerim.

“Ah aku lupa. Oppa, ini adalah Hyerim sahabatku. Dan Hyerim, tidak perlu kukenalkan satu persatu kan?’ Kataku dengan menaikkan satu alis.

“Annyeonghaseyo, Hyerim imnida.” Ia menyapa masih dengan tatapan tidak percaya bahwa yang dihadapannya saat ini adalah Big Bang, idolanya.

“Annyeonghaseyo Hyerim-ah.” Ucap mereka dengan serempak.

“Hyerim-ah, Seungri imnida.” Seungri mengulurkan tangan kanannya dan membuka sedikit kaca mata hitam yang dikenakannya.

“Aigo, dongsaengku ternyata sudah dewasa.” Kuacak rambut Seungri, “Tapi sayang, dia adalah penggemarnya Seunghyun oppa.”

“Jjinjja?” Kini raut wajah Seungri menjadi cemberut.

“Aniyo, aku adalah fansmu oppa.” Ucapnya sambil menyikutku karena perbuatan usilku.

Seungri kembali mengubah ekspresi wajahnya, “Kau mengidolakan orang yang tepat Hyerim-ah.”

Cih, dibohongi sedikit cerianya bukan main. Tapi tunggu! “Ya, Seungri-ah, dia kan seumuran denganku, mengapa kau tidak memanggilnya dengan sebutan noona juga?”

“Tampangmu kan tua noona, sedangkan dia baby face.”

Dengan refeks aku menjitak kepalanya.

“Noona, sakit!”

Aku hanya melet mendengar rintihannya. Ah, aku akan sangat rindu akan keusilannya dan aku akan rindu kepada orang-orang ini. Kupandangi satu-satu wajah mereka supaya selalu tersimpan di memoriku.

Aku menyayangi kalian semua. Ucapku dalam hati sambil tersenyum simpul.

 

***

 

Tiga tahun kemudian.

“Semuanya sudah siap nona Son Yoojin.”

“Ah, ne. Kamsahamnda atas bantuannya.” Aku melihat satu persatu model yang telah cantik didandani dan telah memakai gaun-gaun hasil rancanganku. Akhirnya hari ini tiba.

“Yoojin-ah, aku cantik tidak?”

“Tentu saja. Kau adalah model tercantik yang pernah kulihat.” Ucapku berbisik kepada Hyerim.

“Lima menit lagi acara akan dimulai.”

“Fighting!” Aku berteriak untuk menyemangati semua yang berperan dalam fashion show ini termasuk diriku sendiri.

Aku duduk di samping Jiyong oppa di sisi kiriku dan di sisi kananku masih kosong. Eomma dan appa belum tiba juga.

Dalam fashion show ini aku mengundang orang-orang terdekatku dan beberapa media. Dan aku juga mengundang kakak Jiyong oppa, yaitu Kwon Dami.

Bagaimana aku bisa mengenalnya? Tentu itu yang ada di benak kalian semua. Hahaha, ini sungguh lucu, pertemuan pertamaku dengan Dami eonnie benar-benar tanpa campur tangan Jiyong oppa. Ternyata Dami eonnie juga merupakan lulusan kampusku. Jiyong oppa tidak pernah bercerita tentang ini. Awalnya saat bertemu dengannya aku masih tidak begitu mengenalinya karena aku baru melihat mukanya sekali saja di foto ponsel Jiyong oppa. Justru Dami eonnielah yang mengenalku terlebih dulu. Katanya fotoku sudah terpampang dimana-mana jadi dia menghapal wajahku, terlebih lagi foto yang terpampang adalah fotoku dengan adiknya.

Dami eonnie duduk di samping Jiyong oppa. Aku masih harap-harap cemas menunggu kehadiran kedua orang tuaku. Semoga mereka bisa datang tepat waktu. Jiyong oppa memegangi tanganku untuk menenangkanku yang mulai tampak gelisah.

Tiba-tiba semua blitz kamera sudah tertuju pada pintu masuk. Bisa kudengar banyak bisikan yang menyebutkan nama appaku. Appa baru-baru ini memang menjadi sorotan setelah menjadi orang Korea pertama yang berhasil membangun hotel bintang lima di Paris dengan nuansa Korea. Mungkin media sekarang terheran-heran dengan kehadiran eomma dan appa. Maklum saja, sampai detik ini tidak ada yang mengetahui bahwa aku adalah anak mereka. Appa pernah menyebut namaku sekali di media tapi mana ada yang sadar kalau Son Yoojin yang dimaksud adalah aku. Sedangkan aku memang tidak ingin mengumbar mengenai siapa orang tuaku.

Aku langsung memeluk eomma dan appa dan mempersilahkan mereka duduk. Seluruh media masih terheran-heran sebenarnya apa hubunganku dengan mereka. Kenapa aku bisa mengajak mereka ke acara fashion show ku. Biarkan nanti saja di akhir acara akan kuperkenalkan mereka kepada media.

Sekarang sudah waktunya acara fashion show ku berjalan.

Hampir dua jam acara ini berlangsung dengan berbagai selingan hiburan dan sekarang MC telah memanggilku untuk naik ke atas panggung.

“Annyeonghaseyo, Son Yoojin imnida. Senang sekali rasanya saya bisa menggelar fashion show pertama saya di Seoul. Terima kasih kepada seluruh teman-teman yang telah bersedia untuk datang dan juga kepada media. Saya sangat bangga karena acara ini dapat berjalan dengan lancar. Disini, saya ingin mengucapkan rasa terima kasih saya yang paling besar, yaitu kepada kedua orang tua saya. Eomma, appa...” Aku megajak mereka untuk naik ke atas panggung. Seketika blitz kamera langsung menyala dengan meriah. Tidak ada satupun dari mereka yang melewatkan berita fresh ini.

“Bagi kalian yang bertanya-tanya, dia adalah eomma dan appaku.” Aku tersenyum simpul.

“Selanjutnya aku ingin berterima kasih kepada Jiyong oppa.” Jiyong oppa ikut naik ke atas panggung. Dan lagi-lagi blitz kamera menyala dengan meriah.

“Wah, ini benar-benar berita yang mengejutkan. Ternyata nona Son Yoojin adalah putri dari pengusaha sukses bapak Son Ilhoon.” Sang MC memulai interogasinya.

Kami sekeluarga hanya tersenyum.

“Maaf,  bagaimana tanggapan Bapak dan Ibu terhadap hubungan putri bapak dan ibu dengan G-Dragon? Aku yakin semua orang penasaran akan hal ini.”

Huh, ini kan acara fashion show, kenapa berubah menjadi acara gosip.

“Emm, sepertinya ini sudah out of topic ya. Tapi baiklah saya akan menjawab satu pertanyaan ini. Putri kami pernah cerita mengenai media yang mengetahui hubungan mereka. Dia bilang banyak yang tidak suka akan hubungan mereka. Saya rasa itu adalah hal yang wajar. Setiap hubungan pasti akan memiliki resiko bukan? Dan untuk Kwon Jiyong sendiri, dia adalah anak yang baik dan ramah, kami sering video call saat putri kami tinggal di Paris.” Eomma angkat bicara soal ini.

“Wah, kalian sudah mendapatkan restu dari mempelai wanita. Bagaimana dengan pihak mempelai prianya?”

Aku yakin bahwa MC ini adalah mantan pembawa acara gosip. Tadi saat membawakan acara fashion show cara pembawaannya agak kaku. Sekarang lancar sekali seperti kereta.

“Orang tua saya tentu saja merestui hubungan kami. Walaupun belum pernah bertatap muka langsung dengan kedua orang tuaku, tapi mereka sudah sering berbicara melalui telepon. Karena mereka tidak tinggal di Korea, jadi mereka tidak bisa datang ke acara ini. Namun sebagai gantinya kakakku hadir disini untuk memberikan dukungannya.”

“Oh baiklah. Karena keterbatasan waktu sekarang kalian dipersilahkan duduk kembali. Terima kasih.”

Akhirrnya acara gosip ini selesai juga.

Kami kembali duduk di tempat semula terkecuali Jiyong oppa. Ia menghampiri MC dan berbisik kepadanya. Entah apa yang ia bisikkan.

Dalam sekejap mic sudah berpindah tangan ke tangan Jiyong oppa.

“Emm, mungkin kalian bingung tentang sikapku ini. Aku... aku akan menyanyikan sebuah lagu yang kupersembahkan untuk Son Yoojin.” Aku langsung terbelalak kaget dibuatnya. Ia membisikkan sesuatu kepada pemain piano. Aku yakin ia membisikkan judul lagu yang akan dinyanyikannya.

Nada-nada piano mulai mengalun. Nada yang tidak asing. Ternyata Jiyong oppa menyanyikan lagu Bruno Mars yang berjudul Just The Way You Are. Aku yakin seratus persen kalau saat ini pipiku sudah berwarna merah tomat. Para member Big Bang yang duduk tepat di belakangku langsung menggodaku, yang paling parah adalah Seungri.

Perlahan Jiyong oppa turun dari panggung dan menghampiriku, ia berlutut dihadapanku masih sambil bernyanyi. Sementara tangan kirinya memegang mic, tangan kanannya merogoh sesuatu di saku celananya. Dan, tiba-tiba sebuah kotak yang berisi cincin indah telah terbuka dihadapanku. Aku menutup mulutku dengan kedua tanganku, tidak bisa menyembunyikan rasa terkejutku.

Tak lama musik telah berhenti, “Son Yoojin, maukah kau menikah denganku?”

Aku terbelalak mendengar ucapannya, lalu aku menatap orang tuaku untuk membantuku menjawab pertanyaan Jiyong oppa. Eomma dan appa meresponku dengan sebuah anggukan. Akupun kembali memandang Jiyong oppa dan menganggukkan kepalaku. Jiyong oppa langsung mencium keningku dan memelukku dengan sangat erat.

Aku tidak pernah menyangka kalau hari ini akan muncul, hari dimana Jiyong oppa melamarku. terdengar sorak sorai dari belakang, blitz kamera yang menyinari kami berdua, serta MC yang berkicau tanpa henti tanpa micnya namun masih bisa terdengar samar-samar suaranya.

Hari ini lengkap sudah kebahagiaanku. Impianku bersama sahabatku yang telah terwujud, dan sekarang impianku dan Jiyong oppa juga akan segera terwujud. Terima kasih Tuhan atas nikmat yang kau berikan kepadaku.

 

***

 

Aku terbangun dengan senyuman. Aku masih tidak bisa melupakan kejadian seminggu yang lalu dimana Jiyong oppa melamarku.

Eomma dan appa telah kembali ke Paris sejak tiga hari yang lalu. Tapi tenang, aku tidak sendiri, ada Hyerim yang menemaniku. Hyerim menginap di rumahku dari kemarin. Mungkin ia akan sering menginap disini karena tidak ingin melihatku kesepian.

“Yoojin-ah, cepat kemari!”

Aku malas-malasan turun ke bawah untuk menghampiri Hyerim yang terdengar riang sekali. “Ada apa?”

“Lihatlah ini! Dalam seminggu fans internasional YG Couple di twitter telah mencapai hampir 3.000 orang.”

Aku yang tadinya masih sulit membuka mata langsung terperangah tidak percaya melihatnya. “Bagaimana bisa?”

Hyerim mengangkat bahunya, “Mungkin setelah mereka melihat bakatmu dan setelah mereka mengetahui identitas orang tuamu, mereka jadi menyetujui hubunganmu dan Jiyong oppa.”

Aku tersenyum.

“Tapi jangan senang dulu, antismu juga tidak kalah banyak.”

Aku langsung pergi saat Hyerim menunjukkan jumlah antis yang lumayan banyak juga, tapi aku tidak lagi peduli dengan antis, lebih tepatnya aku tidak pernah peduli dengan antis.

“Yoojin-ah, apakah jika aku dan Seungri oppa membeberkan hubungan kami ke publik, reaksi netizen juga akan seperti ini?”

“Ya, untuk apa kau memikirkan pendapat mereka? Kau yang menjalani hidupmu dan kaulah yang berhak menentukan arah hidupmu. Anggap saja kalau mereka itu bumbu untuk perjalanan kisahmu dengan Seungri. Ara?”

Hyerim hanya menganggukkan kepalanya tapi masih setengah setuju dengan pendapatku. Ya, aku bisa memahaminya. Karena aku juga merasakan hal yang sama sepertinya saat kami masih menutupi hubungan kami.

Tapi setidaknya aku juga harus berterima kasih pada antis. Aku rasa mereka adalah penggemar terselubungku. Mereka selalu mengetahui kabar terbaru tentangku. Jadi ya aku senang-senang saja. Hahaha.

 

Cinta itu seperti bunga, akan ada hama yang menghalangi mekarnya bunga. Namun jika kau terus merawatnya dengan tulus maka bunga akan tetap mekar dengan indah.

That’s our love, oppa...

 

END 

 

POPULAR FANFICTION

BERITA PILIHAN

COPYRIGHT 2024 DREAMERS.ID PUBLISHED BY DREAMERS NETWORK